Anda di halaman 1dari 18

MAKNA

Kelompok 10

Konsep Dasar Bahasa Indonesia

Hawa Zahra Aghniya ( 2007865 / 18 )

Nisa Aulia ( 2004325 / 26 )

Salsabila Aulia Putri ( 2009984 / 36 )

Sava Rhama Dina Tifani (2000337 / 41 )


MEDAN MAKNA
Medan Makna
Medan makna/Semantik domain/ Medan leksikal adalah seperangkat
unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan.

Contoh medan makna :

Warna.
Karena warna memiliki hubungan-hubungan dibawahnya yaitu : Merah,
Putih, Kuning, Hijau, Biru, dst.

Perabotan Rumah Tangga


Karena perabotan rumah tangga memiliki hubungan-hubungan
dibawahnya yaitu : Kursi, Meja, Kursi, Kasur, dst.

SET (berada pada kelas yang sama) :


Contoh Medan Makna SET
Bayi, Kanak-kanak, Remaja
KOMPONEN
MAKNA
Pengertian komponen makna :
Komponen makna adalah makna yang dimiliki oleh setiap kata yang terdiri atas
sejumlah komponen yang membentuk keseluruhan makna kata itu.
Contoh :

Komponen Makna Ayah Ibu


Insan + +
Dewasa + +
Kawin + +
Jantan + -

Keterangan :
tanda + berarti mempunyai komponen makna tersebut.
tanda – berarti tidak mempunyai komponen makna tersebut.
Fungsi Komponen Makna

Pertama, untuk mencari perbedaan dari bentuk-bentuk yang bersinonim, misalnya,


kata ayah dan bapak adalah dua kata yang bersinonim.

Kedua, untuk membuat prediksi makna-makna gramatikal afiksasi, reduplikasi, dan


komposisi. Misalnya, menggergaji, memahat, menombak, mengail.

Ketiga, bermanfaat untuk meramalkan makna gramatikal, dapat juga dilihat pada
proses reduplikasi dan proses komposisi. Dalam proses reduplikasi, yang terjadi
pada dasar verba yang memiliki komponen makna ‘sesaat’ dapat memberi makna
gramatikal ‘berulang-ulang’, seperti pada kata memotong-motong, memukul-
mukul, menendang-nendang, dan sebagainya.
PERUBAHAN MAKNA
Pengertian Perubahan Makna :

Perubahan makna merupakan evolusi penggunaan kata biasanya hingga tahapan


makna modern menjadi sangat berbeda dari makna aslinya. Dalam linguistik
diakronis (atau historis) perubahan makna merupakan perubahan pada salah satu
makna sebuah kata.

Setiap kata memiliki beraneka makna dan konotasi yang dapat ditambah,


dikurang, atau diubah sepanjang masa sehingga kognat lintas ruang dan waktu
dapat memiliki makna-makna yang sangat berbeda. 
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perubahan Makna

a. Faktor Kebetulan
Faktor kebetulan maksudnya adalah perubahan atau pergeseran makna kata yang
disebabkan oleh makna kata yang ambigu pada kata itu sendiri.
Contoh :
Makna pada kata “rawan” adalah lembut, lembek, atau lunak. Saat ini makna kata “rawan”
bergeser menjadi “rentan” atau “berpotensi” pada kata rawan kecelakaan, rawan longsor,
dan lain sebagainya.

b. Faktor Perkembangan Zaman


Faktor pergeseran makna pada aspek ini disebabkan oleh adanya perkembangan zaman.
Faktor ini disebabkan dengan adanya regenerasi yang memaknai sebuah kata dengan
makna yang berbeda dengan generasi sebelum mereka.
Contoh :
Makna kata “jawara” dahulu dimaknai sebagai orang yang memiliki kekuatan dalam hal
fisik. Saat ini kata “jawara” lebih dimaknai sebagai pemenang atau juara dalam suatu
kompetisi tetentu.
c. Faktor Tabu :
Pada aspek ini perubahan makna terjadi karena makna tabu yang dimiliki oleh
suatu kata sehingga berubah dengan penyesuaian adat dan ketentuan yang
berlaku di masyarakat.
Contoh :
Misalnya pada kata “maling” dirasa kurang sopan dan tidak enak didengar. Oleh
karenanya kata tersebut diganti dengan kata “pencuri” dengan makna yang sama
dengan kata sebelumnya.

d. Faktor Polysemy :
Pada aspek ini pergeseran maka terjadi karena makna ganda yang terdapat pada
suatu kata yang menyebabkan pergeseran makna.
Contoh :
Pada kata “lempung” bermaknakan liat dan mudah dibentuk. Saat ini kata
tersebut bergeser maknanya menjadi tidak berguna dan mudah rapuh.
Macam-Macam Perubahan Makna

1. Perubahan Makna Generalisasi (perluasan)


Pergeseran makna generalisasi adalah perubahan makna menjadi lebih luas
dibandingkan dengan makna yang sebelumnya.
Contoh :
Berlayar
Pada kata “berlayar” dahulu adalah suatu kegiatan melaut dengan menggunakan
perahu layar. Saat ini meskipun tidak menggunakan perahu layar, apapun yang
berkenaan dengan pergi ke laut disebut dengan “berlayar.”

2. Perubahan Makna Spesialisasi (menyempit)


Perubahan makna spesialisasi adalah kebalikan dari generalisasi yang pada katanya
mengalami perubahan makna menyempit dari makna sebelumnya.
Contoh :
Pembantu
Kata “pembantu” dahulu adalah kata yang dimanai sebagai siapa saja yang
meringankan beban orang lain atau suka membantu disebut dengan pembantu.
Namun saat ini kata “pembantu” mengalami penyempitan makna menjadi seorang
yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga.
3. Perubahan Makna Kata Ameliorasi
Perubahan makna kata ameliorasi adalah pergeseran terhadap makna kata yang
berubah menjadi lebih sopan atau lebih baik dari kata sebelumnya.
Contoh :
Buta
Kata “buta” memiliki makna seseorang yang memiliki kekurangan dalam
penglihatannya. Setelah diameliorasikan, kata “buta” berubah menjadi “tuna
netra” dengan makna kata yang sama.

4. Perubahan Makna Kata Peyorasi (Memburuk)


Perubahan makna kata peyorasi ialah pergeseran makna pada kata yang
menyebabkan bentuk kata berubah menjadi tidak enak diucapkan dan didengar.
Contoh :
Istri
Bentuk kata “istri” kini lebih sering di dengan dengan sebutan “bini.”
5. Perubahan Makna Sinestesia (Pertukaran Makna)
Perubahan makna sinestesia adalah pertukaran makna yang terjadi pada kata yang
berhubungan langsung dengan panca indra manusia.
Contoh :
Indah
Kata “indah” pada hakikatnya hanya bisa diinderakan oleh mata saja. Namun dalam konteks
kalimat, kata “indah” juga dapat diinderakan oleh indera lainnya. Misalnya pada kalimat,
“luar biasa, indah sekali suaranya.”

6. Perubahan Makna Asosiasi


Perubahan makna asosiasi adalah pergeseran makna kata yang diakibatkan adanya
persamaan sifat antara fungsi sebenarnya pada kata dengan konteks yang
melatarbelakanginya.
Contoh :
Kursi
Kata “kursi” dimaknai sebagai suatu alat yang digunakan untuk duduk. Jika diasosiasikan
dengan konteks lainnya, maka kata “kursi” dapat dimaknai sebagai kedudukan, jabatan, atau
pangkat.
PROSES PERUBAHAN MAKNA
Proses perubahan makna dapat terjadi karena ada nya faktor penyebab,
yaitu :

1. Ilmu dan Teknologi.


Misalnya, kata berlayar yang pada awalnya bermakna ‘perjalanan di laut (di air)
dengan menggunakan perahu atau kapal yang digerakkan dengan tenaga layar’.
Walaupun kini kapal-kapal besar tidak lagi menggunakan layar, tetapi sudah
menggunakan tenaga mesin , bahkan juga tenaga nuklir, namun kata berlayar
masih digunakan.

2. Sosial dan Budaya.


Misalnya, kata saudara dalam bahasa Sansekerta yang bermakna ‘seperut’ atau
‘satu kandungan’. Kini kata saudara, walaupun masih digunakan dalam arti
‘orang yang lahir dari kandungan yang sama’ tetapi digunakan juga untuk
menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial
yang sama.
3. Adanya Asosiasi
Misalnya, kata amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat-menyurat,
maka asalnya adalah ‘sampul surat’. Ke dalam amplop itu selain biasa
dimasukkan surat tetapi bisa juga dimasukkan benda lain seperti uang. Oleh
karena itu, dalam kalimat ‘ Beri saja amplop maka semua urusanmu pasti beres.’
Dalam kalimat tersebut, amplop yang dimaksudkan bukanlah surat, melainkan
berisi uang yang berarti sogokan.

4. Perbedaan Bidang Pemakaian


Misalnya, kata membajak yang berasal dari bidang pertanian, seperti pada frase
membajak sawah, kini telah biasa digunakan dalam bidang lain dengan makna ‘
melakukan kekerasan atau paksaan untuk memperoleh keuntungan’ seperti
tampak dalam frase membajak pesawat terbang dan kaset bajakan.

5. Pertukaran Tanggapan Indra


Misalnya, rasa pedas yang seharusnya ditanggap dengan alat indra perasa pada
lidah, tertukar menjadi ditanggap alat indra pendengar seperti tampak dalam
ujaran kata-katanya cukup pedas.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai