Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Diksi atau Pilihan Kata

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar
memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai
dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai
rasa masyarakat pemakainya.

Berdasarkan KBBI 1994, Diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (cocok
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan shehingga memperoleh efek tertentu (seperti
yang diharapkan) . Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna
bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan
sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga
mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian,
hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :

a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.


b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Ketetapan dalam Pemilihan Kata

1. Kata sebagai lambang

Bahasa adalah sebuah sistem lambang, berupa bunyi yang bersifat arbitrer, digunakan
oleh kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sebagai
sebuah system, bahsa itu memiliki aturan, kaidah, atau pola tertentu baik dlam bidang bunyi, tata
bentuk maupun tata kalimat. Bila aturan atau kaidah ini dilanggar maka komunikasi akan
terganggu. Lambang yang digunakan dalam sistem bahsa aalah berupa bunyi. Artinya, yang
dianggap primer dalam bahsa adalah yang diucapkan, bahasa lisan. Bahasa tulis walaupun dalam
kehidupan modern, dewasa ini sangat penting, hanya bersifat sekunder karena bahasa tulis ini
sesungguhnya adalah rekaman visual lisan. Lambang-lambang bahsa bersifat arbitrer. Contohnya
PELUMAS, yaitu sejenis zat kimia yang dipakai sebagai lapisan pelindung pada mesin untuk
mengurangi gaya gesek pada dua benda yang bergerak. Sehubungan dengan hal itu, kita harus
menggunakan kata-kata secara tepat sehingga ditapsirkan dengan makna individual pembaca
atau pendengar. Dalam hal ini berlaku kaidah makna yang mengacu kepada ketepatan pemakaian
kata sebagai lambing objek atau konsep

2. Sinonim, Homofon, Homonim dan Homograf

 Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama. Contoh :


 Hamil (manusia) – Bunting (hewan)

 Homofon adalah kata yang diucapkan sama dengan kata lain, berbeda tulisan, dan
berbeda makna. Contoh :
 Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak laki-laki)
 Rok(pakaian) - Rock(aliran music)
 Djarum(merek rokok), Jarum(alat untuk menjahit)
 Tank(kendaraan perang), Tang(alat perkakas)
 Massa(kerumunan masyarakat), Masa(waktu)
 Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan
sama. Contoh :
 Bisa(mampu), - Bisa( racun ular)
 Tahu(makanan) - Tahu(mengetahui)

 Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda lafal, dan berbeda
makna. Contoh :
 Apel (buah) – Apel (upacara)
 Serang (nama kota) - Serang (perang)
 Per(benda) - Per(pembagian)

3. Denotasi dan Konotasi

Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi
ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.
Contoh :

 Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)


Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
4. Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata abstrak mempunyai referen berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai
referen berupa objek yang diamati. Jika yang akan dideskripsikan ialah suatu fakta, tentu saja
harus lebih banyak digunakan kata-kata konkret. Tetapi jika yang dikemukakan ialah klasifikasi
atau generalisasi, makna yang banyak digunakan ialah kata-kata abstrak.
Contoh :

 Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan
 Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
Angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga
sembilan persen.

5. Kata Umum dan Kata Khusus

Kata-kata umum yaitu kata-kata yang pemakaiannya mencakup berbagai bidang ilmu dalam
kehidupan dan kata-kata khusus yantu kata-kata yang penggunaannya terbatas pada suatu bidang
ilmu atau kehidupan tertentu saja.

Contoh :

 Mekanika (Kata Umum)


Mekanika Kekuatan Bahan (Kata Khusus)
 Logam (Kata Umum)
Logam Mulia (Kata Khusus)
 Ikan (Kata Umum)
Ikan Mujair (Kata Khusus)

6. Kata Kajian dan Kata Populer

Kata Kajian adalah kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa
langsung dipahami oleh semua orang. Kata yang dipakai untuk suatu pengkajian atau
kepentingan keilmuan. Sedangkan Kata Populer adalah kata yang dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh :

No. Kata Populer Kata Kajian


1. Koreksi diri Intropeksi
2. Kegiatan Aktivitas
3. Peringkat Rangking
4. Orang sakit Pasien
5. Lulusan Alumnus
6. Tidak nyata Fiktif
7. Rencana Agendaa

7. Jargon, Kata Percakapan dan Slang

Jargon adalah kosaa kata yang khas yang dipakai dalam kehidupan tertentu seperti yang
dipakai oleh ahli bahsa, tukang kayu, montir mobil, guru matematika, dan sebagainya. Kadang
istilah jargon membuat kita bingung, karena sebenarnya jargon jargon merupakan jenis kata atau
kalimat berbicara yang digunakan dalam kelompok orang-orang tertentu dalam bidang yang
sama, yang mungkin tidak diketahui oleh orang lain.

Kata percakapan adalah pembicaraan atau perundingan mengenai suatu permasalahan


antara dua pembicara atau lebih.

Slang adalah ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai
kaum remaja atau kelompok tertentu untuk komunikasi intern dengan maksud agar yang bukan
anggota kelompok tidak mengerti. Contoh :

 Jangan lebay  Jangan berlebihan


 Dibikin cincay aja  Dibuat mudah saja
 Jutek banget sih Sombong sekali
 Jijay banget  Menjijikkan sekali
 Mau kemanong  Mau kemana

8. Perubahan Makna

Pergeseran makna kata adalah perubahan makna suatu kata yang diakibatkan karena beberapa
factor, diantaranya :

 Faktor Kebetulan
Makna suatu kata dapat berubah karena kata tersebut memiliki makna yang
samar-samar atau ambigu sehingga makna kata bisa berubah jika dipasangkan dengan
kata lain.Contoh:
 Kata “rawan” pada tulang rawan berarti lunak atau lembut, kini maknanya bergeser
menjadi rentan atau sering terjadi pada kalimat rawan perampokan, atau rawan
kecelakaan.
 Faktor Perkembangan Zaman
Akibat dari berkembangnya zaman, kata-kata juga turut mengalami
perkembangan.Contoh:
 Kata “Jawara” pada zaman dahulu digunakan sebagai panggilan orang yang kuat dan
hebat, kini kata “jawara” berubah maknanya menjadi orang yang menag dalam lomba
apapun.
 Faktor Tabu
Karena suatu kata memiliki makna yang tabu bagi sebagian adat atau orang,
makna kata tersebut berubah menyesuaikan adat di mana kata tersebut dipakai.Contoh:
 Kata “kencing” tidak sopan untuk diucapkan maka kata tersebut mengalami
pergeseran makna menjadi “Buang air kecil”
 Faktor Polysemy
Faktor ini akibat dari kata itu sendiri. Kata-kata yang memiliki makna ganda
sering mengalami perubahan makna.Contoh:
 Kata “Lempung” yang berarti liat, mudah dibentuk, rapuh, dan lemah bergeser
menjadi mudah patah atau tidak berguna.

Jenis- Jenis Pergeseran Makna

1. Generalisasi (Perluasan)
Generalisasi adalah kata-kata yang maknanya mengalami pergeseran menjadi
lebih luas dibanding dengan makna sebelumnya.
 Berlayar
Makna kata berlayar yang dahulu adalah melaut dengan perahu yang memiliki
layar saat ini meluas menjadi semua kegiatan melaut meskipun tidak menggunakan
perahu layar. Contoh: Kapal titanic yang tenggelam di lautan sedang berlayar dari
Italia menuju Inggris.
 Papan
Makna kata papan yang dahulu hanyalah sebagai potongan kayu yang pipih, kini
maknanya meluas menjadi barang-barang mewah. Contoh: Di zaman modern ini kita
harus bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, maupun
papan.
 Kepala
Makna kata kepala yang dahulu hanya berarti anggota tubuh , kini maknanya
meluas menjadi pemimpin atau ketua dari sebuah kelompok atau instansi. Contoh :
Ayahnya menjabat sebagai kepala sekolah di SMAN 2 Bandar Negeri.
 Jurusan
Makna kata jurusan dahulu adalah sebuah arah atau tujuan dari angkot, kini
berubah menjadi spesialisasi atau bidang ilmu yang ditekuni. Contoh: Saya adalah
seorang mahasiswa Universitas Mentari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
2. Spesialisasi (Menyempit)
Berbeda dengan generalisasi, kata-kata yang mengalami spesialisasi maknanya
menjadi sempit dari makna sebelumnya.
 Pembantu
Makna kata pembantu yang dahulu merupakan setiap orang yang meringankan
urusan orang, kini hanya menjadi orang yang membantu urusan rumah tangga.
Contoh: Karena pekerjaan rumah yang sangat banyak, Kakaku menangkat seorang
pembantu di rumah.
 Guru
Makna kata guru dahulu adalah setiap orang yang membimbing atau mengajarkan
sesuatu, kini makna guru hanya sebatas pengajar di sekolah. Contoh : Selain menjadi
pengajar di sanggar seni, Aisyah adalah seorang guru di SDN 2 Kali Akar.

3. Ameliorasi (Membaik)
Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya berubah menjadi lebih baik atau
lebih sopan dari kata sebelumnya. Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya
menjadi lebih tinggi dan halus.
 Buta
Kata buta setelah mengalami ameliorasi menjadi Tuna netra, yaitu orang yang
tidak bisa melihat sama sekali. Contoh: Para penyandang tuna netra membaca
dengan menggunakan huruf braille.
 Bui
Kata bui setelah mengalami ameliorasi menjadi lembaga pemasyarakatan, yaitu
tempat menahan orang-orang yang bermasalah dengan hukum. Contoh: Penjahat
kelas kakap itu ditahan di lembaga pemasyarakatan Cipinang.

4. Peyorasi (Memburuk)
Peyorasi adalah pergeseran makna pada suatu kata yang menyebabkan kata
tersebut menjadi kurang baik atau tidak enak didengar dari kata sebelumnya.
 Istri
Kata istri yang mengalami peyorasi menjadi bini, yaitu pasangan suami atau ibu
dari anak-anak. Contoh: Dia terus merenung memikirkan anak bininya di rumah
yang sedang menantinya dengan kelaparan.
 Menurunkan
Kata menurunkan mengalami peyorasi menjadi melengserkan, yang berarti
mengganti posisi seseorang dengan orang baru. Contoh: Presiden Soeharto
dilengserkan oleh ribuan mahasiswa yang berdemo pada waktu itu.
5. Sinestesia (Pertukaran Makna)
Kata-kata yang mengalami sinestesia mengalami pertukaran makna dalam hal
tanggapan indera akan makna tersebut, seperti kata yang biasa diterima oleh telinga bisa
diterima oleh mata dan seterusnya.
 Indah
Kata Indah yang sejatinya hanya bisa dirasakan oleh indera penglihatan yang
berarti bagus, kini bisa juga diterima oleh indera pendengaran yang berarti merdu.
Contoh: Penanyi itu memiliki suara yang sangat indah dibandingakan dengan
penyanyi lainnya.
 Manis
Kata manis yang lazimnya bisa diterima oleh indera perasa mengalami sinestesia
sehingga bisa dirasakan oleh mata yang berarti cantik atau menawan. Contoh: Gadis
yang memakai baju biru itu manis sekali.

6. Asosiasi (Persamaan Makna)


Asosiasi adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Asosiasi disebabkan oleh adanya perbedaan penggunaan kata pada suatu masyarakat.
 Kursi
Makna kursi yang berarti tempat duduk mengalami asosiasi yang berarti
kedudukan, jabatan atau pangkat. Contoh: Para calon anggota dewan
memperebutkan ribuan kursi di Senayan dalam pemilu kali ini.
 Parasit
Kata parasit yang berarti makhluk hidup kecil mengalami asosiasi menjadi orang-
orang yang merugikan orang lain. Contoh: Aku baru sadar bahwa selama ini dia
adalah parasite yang menganggu kehidupanku dan keluargaku.

Anda mungkin juga menyukai