TINJAUAN PUSTAKA
berumur tahunan. Tingginya mencapai 50-70 cm, bentuk batang semu yang tersusun
dari pelepah-pelepah daun. Daun warna hijau, berbentuk seperti mata lembing bulat
lonjong di bagian ujung dan pangkalnya. Panjang daun 30-60 cm dan lebar daun 7,5-
12,5 cm, tangkai daunnya panjang sama dengan panjang daunnya. Permukaan atas
dan bawah daun agak licin, tidak berbulu. Tanaman ini mempunyai bunga majemuk
berbentuk bulir yang muncul dari bagian ujung batang. Mahkota bunga berwarna
kuning muda atau hijau keputihan, panjang 2,5 cm. Kunir putih (Curcuma mangga
Val.) memiliki rimpang berbentuk bulat, renyah, dan mudah dipatahkan. Kulitnya
dipenuhi semacam akar serabut yang halus hingga menyerupai rambut. Rimpang
bagian luar dan putih kekuningan di bagian tengahnya. Rimpang berbau aromatis
seperti bau mangga, dan rasanya mirip mangga sehingga masyarakat menyebutnya
Rimpang kunir putih dapat dimanfaatkan sebagai lalapan yang dapat dimakan
bersama nasi dan dapat diolah menjadi makanan maupun minuman fungsional. Selain
sebagai makanan maupun minuman kunir putih juga dimanfaatkan sebagai obat
tradisional seperti obat sakit perut, penguat lambung, penurun panas badan dan
5
mengobati penyakit kulit seperti bintik-bintik merah karena gatal. Tanaman ini juga
dapat digunakan untuk mengobati luka memar dan keseleo (Darwis dkk, 1991).
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Kunir putih (Curcuma mangga Val.) mengandung minyak atsiri, tannin, guls
dan dammar (Fauziah, 1999). Kandungan kunir putih (Curcuma mangga Val.) yang
juga sangat penting adalah pigmen kurkuminoid yang berwarna oranye. Pigmen ini
6
merupakan campuran dari tiga komponen analog yaitu kurkumin, demotiksi
Tabel 1. Komposisi kimia kunir putih dan bubuk kunir putih dalam 100 g
bagian yang dapat dimakan
7
B. Antioksidan
bereaksi dengan radikal bebas, menghasilkan suatu radikal bebas yang stabil dengan
perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain yang diakibatkan oleh reaksi
manusia tidak cukup untuk melawan radikal bebas, sehingga tubuh memerlukan
dibedakan menjadi dua, yaitu antioksidan primer dan sekunder. Antioksidan primer
dapat bereaksi dengan radikal lipid dengan membentuk produk yang lebih stabil.
Antioksidan primer berperan sebagai pemutus rantai atau donor hidrogen. Anti
dengan berbagai mekanisme, yaitu mengikat ion logam, mengikat oksigen, mengubah
8
askorbil palmitat, asam eritrobat,dan natrium eritrobat yang dapat menstabilkan
Jenis antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan sintesis dan antioksidan
alami Antioksidan sintesis yaitu butil hidroksilanisol (BHA), butil hidroksi toulen
Antioksidan sintesis memang mempunyai efektivitas tinggi namun kurang aman bagi
prooksidan lain serta komponen dalam makanan seperti air dan protein. Selain itu
dipengaruhi oleh faktor lain seperti struktur kimia antioksidan, cahaya, jenis substrat,
dan aktivitas radikal peroksil. Faktor tersebut secara garis besar digolongkan menjadi
3 yaitu faktor fisik, faktor substrat, dan faktor fikokimia (Pokorny dkk., 2001).
9
C. Antioksidan Kunir Putih
2003), tanin (Pujimulyani dan Sutardi, 2003) yang terbukti dapat menurunkan laju
sedikit pahit dengan aroma khas dan memilki pigmen oranye. Pigmen ini merupakan
Pada kunir putih diketahui mengandung minyak atsiri yang terdiri atas
kerusakan gen penyebab timbulnya kanker serta dapat meningkatkan sel darah merah.
Menurut hasil penelitian American Institue Cancer Report (New York Time, 1999)
Curcuma mangga Val. Mengandung Ribosome Inactivating Protein (RIP) yang salah
10
Pujimulyani dan Wazyka (2005) melakukan penelitian mengenai potensi
kunir putih sebagai sumber antioksidan alami untuk pengembangan produk makanan
fungsional, sperti sirup kunir putih, bubuk instan tablet effervescent. Pengujian
aktivitas antioksidan pada produk olahan tersebut dilakukan metode DPPH, metode
diantaranya dengan CUPRAC, DPPH, dan FRAP. Prakash dkk. (2007) dalam
yang cepat, mudah dan sederhana, selain itu metode ini terbukti akurat, reliabel, dan
praktis. Kelebihan dari metode pengujian DPPH adalah telah banyak digunakan di
dunia dan mudah diterapkan karena senyawa radikal yang digunakan bersifat relatif
senyawa untuk bertindak sebagai penangkap radikal bebas atau pendonor hidrogen
stabil dengan memberikan warna ungu yang diserap pada panjang gelombang dengan
dengan suatu senyawa antioksidan yang dapat mendonorkan radikal hidrogen, radikal
11
DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) tersebut akan tereduksi, dan warnanya akan
beberapa waktu diinkubasi pada suhu kamar larutan diukur panjang gelombang
bisa dicari nilai IC50 (Inhibitor Concentration 50%) atau biasa disebut juga nilai
EC50 (Efficient Concentration 50%). IC50 adalah besarnya konsentrasi senyawa uji
yang mampu menangkap radikal bebas sebesar 50%. Nilai IC50 diperoleh
12
konsentrasi senyawa uji dengan aktivitas penangkap radikal rata-rata. Senyawa
yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi akan mempunyai nilai IC50 yang
rendah.
Tabel 2. Sifat antioksidan berdasarkan nilai IC50 ( Molineux (2004) dalam Tristantini
(2016).
E. Serat Pangan
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan
bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang
memilki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus
(Anonim, 2001). Silalahi dan Hutagalung (2000) menyebutkan bahwa serat pangan
adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim
serat pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau
tercerna oleh enzim pencernaan manusia yaitu meliputi hemiselulosa, selulosa, lignin,
13
mendefinisikan serat sebagai bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi
dan kacang-kacangan.
Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat pangan
yang terlarut (soluble dietary fiber) seperti pektin dan gum merupakan bagian dalam
sel pangan nabati (banyak terdapat pada buah dan sayur) dan tidak terlarut (insoluble
dietary fiber) seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (banyak ditemukan pada
mengikat air lebih rendah tetapi kemampuan mempertahankan air lebih besar dan
sulit difermentasi. Pektin adalah polimer asam galakturonat dengan rantai samping
terdiri ari sejumlah gula seperti glukosa, galaktosa, dan ramnosa. Pektin mempunyai
kemampuan membentuk gel dan kemampuan mengikat ion yang kuat. Selulosa
merupakan polimer linier dari beberapa ratus glukosa dan ikatan Beta 1,4 glikosidik.
Mempunyai kemampuan kekuatan mekanik yang tinggi serta tahan terhadap bahan
mikroflora dalam usus besar manusia. Hemiselulosa adalah polimer yang umumnya
terdiri dari berbagai struktur, mempunyai sifat mirip dengan selulosa namun dalam
usus besar dapat terdegradasi lebih banyak, serta mempunyai efek bulking. Lignin
merupakan serat pangan yang tidak termasuk polisakarida, penyusunnya terdiri dari
dinding tanaman yang paling resisten sehingga tidak terhidrolisis dengan asam kuat
14
Menurut Schneeman (1986), serat pangan mempunyai beberapa sifat fisik
nutrient khas penyusun dinding sel tanaman, yang sebagian besar adalah selulosa
(Mulyono, 2009). Serat kasar atau crude fiber tidak identik dengan serat makanan.
Serat kasar adalah komponen sisa hasil hidrolisis suatu bahan pangan dengan asam
kuat selanjutnya dihidrolisis dengan basa kuat sehingga terjadi kehilangan selulosa
sekitar 50% dan hemiselulosa 85%. Sementara itu serat makanan masih mengandung
komponen yang hilang tersebut sehingga nilai serat makanan lebih tinggi daripada
Kadar serat pangan pada kunir putih dan bubuk kunir putih dalam 100 g yaitu
2,6 g dan 6,90 g (Lukman, 1984). Selanjutnya penelitian Ghozin (2014), kadar serat
kasar kunir putih yang mealui proses pengolahan penggilingan yang berulang
15
F. Angka Peroksida
Hampir semua bahan pangan mengandung lemak dan minyak dengan jumlah
yang berbeda-beda. Pada tanaman, lemak disintetis dari satu molekul gliserol dengan
tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam
proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga
kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak (Winarno, 1989). Pada
tanaman kunir putih bentuk bubuk kandungan lemak pada setiap 100 bagian tanaman
yang dapat dimakan sebesar 8,90 gr (Lukman, 1984). Seperti pada umumnya pada
bahan pangan yang mengandung minyak dan lemak, bahan pangan tersebut akan
mengalami kerusakan lemak akibat proses ketengikan dan oksidasi. Hal ini
disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak
atau hiperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin
dan merupakan tanda permulaan kerusakan bahan pangan. Kenaikan angka atau
16
bilangan peroksida menunjukkan terjadinya reaksi oksidasi lemak membentuk
minyak atau bahan pangan berlemak akan mengalami ketengikan (Ketaren, 2008).
G. Penyimpanan
cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah
baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta
pencatatan.
penyimpanan yaitu kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak
melebihi 30 oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,
terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
Pengolahan kunir putih menjadi bubuk, adalah salah satu cara untuk
mempermudah dalam pemanfaatan kunir putih lebih praktis. Bubuk kunir putih
17
(warna, cita rasa, tekstur), mempermudah penanganan dan distribusi. Walaupun
memang nilai gizi bahan makanan akan mengalami penyusutan atau penurunan
Kunir putih melalui proses pemanasan dapat menyebabkan perubahan fisik dan
kimia. Dalam kondisi penyimpanan tertentu produk pangan akan mencapai tingkat
degradasi mutu tertentu. Sejalan dengan hal itu menurut Buckle dkk. (2013) dalam
Pangestuti (2016) menyatakan semua bahan pangan mudah rusak dan ini berarti
membedakan antara bahan pangan segar dengan bahan pangan yang telah disimpan
produk pangan, yaitu massa oksigen uap air, cahaya, mikroorganisme, kompresi atau
bantingan, bahan kimia toksik atau out flavor (Floros dan Gnanasekharan, 1993).
seperti oksidasi lipida, kerusakan vitamin, kerusakan protein, perubahan bau, reaksi
pada brokoli selama beberapa hari penyimpanan (Safaryani dkk., 2007). Rimpang
benih temu mangga (Curcuma amada Roxb.) mengalami perubahan fisiologi dan
senyawa fenol, serta penurunan kadar air, bobot, aktivitas antioksidan, dan
18
kandungan protein, (Policegoudra dan Aradhya, 2007). Sementara itu, pada rimpang
jahe ditandai dengan penyusutan bobot dan penurunan kadar air (Sukarman dkk.,
2007).
I. Hipotesis
antioksidan dan kadar serat kasar bubuk kunir putih (Curcuma mangga Val.)
19