Anda di halaman 1dari 5

MEULABOH - Hendra Suadi (29), narapidana (napi) yang sedang menjalani

hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kota Meulaboh, Aceh Barat, Selasa (15/5) pekan
lalu dihajar hingga babak belur oleh oknum sipir di LP tersebut, gara-gara pulang ke rumah
melihat anaknya sakit, tanpa seizin petugas LP.
Akibat dipukuli, napi kasus narkoba yang divonis 2,6 tahun itu kini sakit di badan
maupun kepalanya. Selain itu, seusai dihajar, korban dikurung di dalam sel dingin selama
enam hari hingga Senin (21/5) lalu. Untuk bisa ke luar dari sel dingin tersebut, korban
kabarnya diperas Rp 5 juta oleh oknum sipir yang menganiayanya.
Menurut Rahmat, insiden itu bermula ketika Hendra Suadi pada 15 Mei 2012 piket di
LP Meulaboh. Ia ditugaskan di pos penjagaan penerimaan tamu. Hendra juga sempat ikut
apel napi pada pukul 18.00 WIB. Tapi sekitar pukul 18.30 WIB, ia pulang ke rumahnya di
Desa Blang Beurandang, Kecamatan Johan Pahlawan, untuk menjenguk anaknya yang
sedang sakit. Kabarnya, Hendra tidak memberitahukan kepulangannya kepada petugas LP.
Kata Rahmat, Hendra sering pulang ke rumahnya, karena sudah menjadi napi kepercayaan
petugas (tamping) di LP tersebut. Tapi sore itu, karena keberadaan Hendra tak diketahui,
akhirnya petugas LP mencari-carinya. Sempat juga dihubungi via telepon selular supaya ia
segera kembali. Setibanya di LP, Hendra bertemu dengan sipir berinisial MY. Hendra
ditanyai barusan dari mana? Hendra mengaku baru pulang dari rumah menjenguk anaknya
yang sakit dan tak sempat ia laporkan kepada petugas karena pulangnya buru-buru.
Menurut Rahmat, Hendra juga langsung meminta maaf kepada petugas LP atas
kesalahan yang ia lakukan itu. Masih kata Rahmat, Hendra akhirnya dibawa MY ke pos
penjagaan yang terletak di dalam LP. Di tempat inilah Hendra dipukuli MY yang dibantu
oleh rekannya, Y yang juga sipir LP Meulaboh. Korban dikabarkan berkali-kali minta ampun
supaya aksi pemukulan itu tidak dilanjutkan. Tapi, tindakan itu tetap saja berlangsung,
bahkan disaksikan oleh napi lainnya. Mereka tak kuasa menolong. “Aksi pemukulan itu baru
berhenti ketika keluar darah dari hidung korban,” ungkap Rahmat Hidayat menyampaikan
hasil investigasi yang dilakukan LBH Pos Meulaboh di LP setempat.
Hendra juga dikurung di dalam sel dingin selama enam hari, sejak Rabu hingga Senin
(21/5) lalu. Sel khusus itu, kata Rahmat, tempat dikurungnya para tahanan/napi yang
melanggar disiplin LP. Masih menurut Rahmat, MY meminta korban tidak mengadu kepada
siapa pun. Bahkan jika istrinya bertanya, korban disuruh mengaku bahwa memar di wajahnya
itu akibat terbentur tembok. Kemudian, untuk bisa ke luar dari sel dingin itu dan untuk bisa
kembali menjadi tamping (orang kepercayaan) di LP Meulaboh, korban diminta MY
menyiapkan uang tunai Rp 5 juta. Karena sudah menyangkut uang yang harus disediakan,
akhirnya “rahasia di sel dingin” itu pun bocor ke luar. Bukan Hendra yang memberitahukan
ke pihak keluarga, melainkan napi lain yang menghubungi keluarga Hendra. Awalnya, pihak
keluarga korban belum langsung percaya. Mereka telusuri lebih dulu untuk memastikan
kebenaran isu itu. Setelah semuanya pasti, barulah kasus itu dilaporkan keluarga korban ke
LBH Banda Aceh Pos Meulaboh.

Anda mungkin juga menyukai