Modul 7
BUSSINESS ETHICS
& GCG
Materi: PENGELOLAAN ETIKA
BISNIS
Disusun Oleh
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Dr. Nina Nurani., S.H., M.Si dan
Tim
07
Fak Ekonomi & S1 Manajemen 1902510020
Bisni
Abstract Kompetensi
Materi perkuliahan ke-7 membahas bisnis Mahasiswa mampu memahamai bisnis
dalam konteks moral ode etik perusahaan dalam konteks moral ode etik perusahaan
Good ethics, good business , aplikasi yang Good ethics, good business , aplikasi yang
nyata dari konsep etika bisnis yang telah nyata dari konsep etika bisnis yang telah
dipelajari. dipelajari serta Implementasi Etika Bisnis
(Good ethics Good business)
A. Bisnis Dalam Konteks Moral
Hubungan bisnis dan moral adalah suatu kenyataan yang dialami setiap hari. Pelaku
bisnis yang tidak bermoral masih banyak, tetapi orang jahat ditemukan pula dimana-mana,
bukan hanya dalam sektor bisnis. Jadi pendapat yang menyatakan bahwa seseorang tidak
bermoral karena pelaku bisnis sangat keliru. Bisnis sangat erat hubungan-nya dengan
moral, bahkan tak terpisahkan dari moral. Aspek yang menyingkap landasan moral bisnis
sebagai berikut:
d. Nilai-Nilai Bisnis
Mandat sosial untuk bisnis tidak hanya dalam hukum. Keinginan masyarakat akan
persediaan banyak dan berkualitas tinggi dengan harga rendah pada hakikatnya adalah
suatu mandat sosial. Terkait tuntutan dari berbagai arah dan bisnis tidak dapat menjawab
secara keseluruhan. Seringkali para pelaku bisnis tidak tahu bagaimana harus menjawab
tuntutan yang saling berlawanan, karena kecenderungan peraturan hukum tak selalu
menjadi landsannya. seringkali pelaku bisnis memilih pura-pura tidak tahu terhadap latar
belakang moral ditempat mana pelaku bisnis tersebut beroperasi.
Hukum sebagai pertahanan terakhir terhadap segala tuntutan moral sering kali
3
bukan menggambarkan itikad buruk untuk tidak bermoral. Ketiadaan struktur intern dalam
perusahaan untuk dapat menanggapi pertimbangan2, baik dari segi moral maupun dari segi
keluarga, serta tidak ada keyakinan kemampuan menjalankan bisnis dengan penalaran
moral yang berlangsung dalam masyarakat. Struktur bisnis pada umumnya tidak serasi
untuk menangani tuntutan moral selain laba rugi.
6
Banyak pandangan menyebutkan dengan membangun kepercayaan, diyakini bahwa
suatu perusahaan sudah pasti berperilaku etis. Walaupun sebenarnya perilaku beretika tidak
cukup hanya dengan meningkatnya kepercayaan. Namun kepercayaan bisa diangkat
sebagai poin dasar yang banyak dijadikan sebagai indikator bahwa suatu perusahaan bisa
dianggap beretika atau tidak. Steiner (2006) dalam Rudito dan Famiola (2007:67)
menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi bagaimana menjadi bisnis terpercaya
dan beretika, yaitu kepemimpinan, strategi dan performasi, budaya perusahaan, dan
karakter individual.
Kepemimpinan
Peran manajerial dalam menjalankan suatu perusahaan adalah sangat sentral, sebab para
manajerlah yang mengambil keputusan penting dalam menjalankan seluruh aktivitas
perusahaan. Kepemimpinan yang beretika menggabungkan antara pengambilan keputusan
dan perilaku yang beretika. Michelli (2007:178-183) mengatakan bahwa tindakan manajer
mengandung dampak yang besar sekali terhadap individu dan masyarakat. Badaracco
(2003:151) menambahkan bahwa untuk sukses, pemimpin harus menegoisasikan visi etika
mereka dengan shareholder, customer, employees dan pihak-pihak terkait lainnya atau yang
disebut sebagai stakeholder seperti dalam gambar tersbut di atas.
Dalam perspektif sebuah perusahaan, etika memiliki hubungan yang dekat dengan trust
bagi dan terhadap stakeholder-nya, karena itu pemimpin perlu mempertimbangkan
7
kepentingan para stakeholder. Seperti memperhatikan kesejahteraan karyawan,
menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat, mempromosikan kesempatan yang sama
bagi karyawan di setiap tingkatan, menghindari perilaku diskriminasi (gender, ras, agama),
tidak mengeksploitasi anak-anak, tidak melakukan pelecehan fisik dan seksual. Perusahaan
juga harus peduli terhadap lingkungan hidup, masyarakat di sekitar pabrik dan lain
sebagainya.
Sebuah fungsi penting dari manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi
tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaan
terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya dari berbagai
kompromi etika. Sebuah perusahaan yang buruk akan memiliki kesulitan besar untuk
menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan standar-standar etika.
Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan
seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara
yang jujur.
Salah satu contoh faktor strategi dan performasi yang dapat mempengaruhi
bagaimana menjadi bisnis terpercaya dan beretika adalah kisah Anita Roddick pendiri The
Body Shop, perusahaan yang terkenal akan kepeduliannya terhadap lingkungan. Awalnya,
Anita yang tidak punya cukup modal, membuat produk kosmetik menggunakan bahan-
bahan lazim yang mudah didapat, lalu dikemas dalam wadah plastik kecil daur ulang. Tak
ada yang menonjol dalam produksinya. Yang istimewa adalah upaya yang dilakukan Anita
mengubah kelemahan menjadi kekuatan pemasaran. Karena bahan-bahannya bukan
sesuatu yang baru, produk kosmetik sederhana itu tidak memerlukan uji apa pun. Anita
menutupi “keterbelakangan” produknya dengan kampanye anti-animal testing. Lalu,
ketidakmampuannya membeli kemasan “wah”, dipulas dengan kampanye cinta lingkungan
(yakni penggunaan botol bekas atau produk yang dibeli konsumen tidak diberi kantong
plastik dengan alasan mengurangi penimbunan sampah). Tak mampu menyewa lokasi yang
eksklusif, Anita mengambil lokasi di antara dua funeral parlor. Dinding toko dicat warna hijau
untuk menyembunyikan noda karena rembesan air, tapi warna hijau ini diasosiasikan
sebagai warna cinta lingkungan.
Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual dan pola tingkah
8
laku yang menjadi karakteristik suatu perusahaan. Setiap budaya perusahaan akan memiliki
dimensi etika yang didorong tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tapi
juga karena kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang berkembang dalam organisasi
perusahaan tersebut, sehingga kemudian dipercaya sebagai suatu perilaku, yang bisa
ditandai mana perilaku yang pantas dan mana yang tidak pantas. Budaya-budaya
perusahaan membantu terbentuknya nilai dan moral di tempat kerja, juga moral yang
dipakai untuk melayani para stakeholder-nya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat
dijadikan salah satu cara untuk membangun budaya perusahaan yang baik. Hal ini juga
sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan. (Rudito dan Famiola, 2007:71)
Budaya meletakkan kiprah moral dalam suatu organisasi, dan budaya hadir dari atas ke
bawah (Al Gini dalam Vanasco, 2008). Praktek penerapan etika bisnis yang paling sering
kita jumpai pada umunya diwujudkan dalam bentuk buku saku “code of conducts” atau kode
etik di masing-masing perusahaan. Hal ini barulah merupakan tahap awal dari praktek etika
bisnis yakni mengkodifikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-sama
budaya perusahaan, ke dalam suatu bentuk pernyataan tertulis dari perusahaan untuk
dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen dan karyawan dalam melakukan kegiatan
bisnis. (Santosa, 2007)
Dalam dunia bisnis terkini telah terbentuk sikap positip tentang paham etika yang tidak
dikkontradiktifkan dengan bisnis. Sudah tertanam kesadaran bahwa bisnis harus berlaku
etis demi kepentingan bsinis itu sendiri. terdengar semboyan seperti Ethics pay ( etika
membawa untung ), good business is ethical business, corporate ethics ; a prime business
asset.
Pada sampul buku populer tentang etika bisnis yang ditulis oleh Kenneth Blanchard dan
Norman Vincent Peale terlulis Integrity pays! You don’t have to cheat to win. ( Integritas
moral membawa untung ). Tidak perlu Anda menipu untuk menang. Dalam kode etiknya
atau dengan cara lain, kini banyak perusahaan mengakui pentingmya etika untuk
bisnisnya.
Secara empirik menunjukan bahwa perusahaan yang mempunyai standar etis tinggi
tergolong perusahaan yang sukses. Mark Pastin menyusun daftar 25 perusahaan yang
high ethics-high profit. dan beberapa studi lain memperlihatkan perkaitan positif antara
perhatian untuk etika dan keuntungan finansial. Dengan demikian dapat dibuktikan
bahwa bisnis itu sukses karena etikanya baik. Pada opik topik kusus sebelumnya sering
ditekankan bahwa tuntutan etis sejalan dengan sukses dalam bisnis. Hal ini berlaku
khususnya untuk bisnis jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuel G Velaquez, 2003, Concept and Cases, Prentice Hall Inc
2. Sonny Keraf, 1999, Etika binsis, penerbit Kanisius
3. K. Bertens, 2003, Etika Bisnis
4. Joseph W Weiss, 2001, Business Ethics : A Managerial, Stakerholder Approach,
Belmont Wadswotch Pub.com.
5. http://awal-friend.blogspot.co.id/2012/09/pengelolaan-perusahaan-yang-baik.html
6. http://spkp.inaport1.co.id/?p=29 10
7. https://agneskurniawan.wordpress.com/2008/11/23/good-business-good-ethics-
good-indonesia
8. http://dokumen.tips/documents/kode-etik-perusahaan-55938808e1ce2.html
11