Anda di halaman 1dari 13

RESIKO CIDERA DALAM CABANG OLAHRAGA

KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Kehadirat Allah SWT, Yang Mana Berkat Rahmat Dan Karunia-Nya Lah
Kami

Dapat Menyesaikan Penulisan Makalah “Cedera Dan Penanganan Dalam Olaharaga

(Beladiri)”

”Yang Penulis Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pencegahanperawatan
Cedera. Tak Lupa Shalawat Dan Salam Semoga Tetap Tercurah Pada Nabi Akhir
Zamanmuhammad SAW, Kepada Keluarga, Para Sahabat Dan Seluruh Umatnya.Penulis
Mengakui Dalam Makalah Ini Mungkin Masih Banyak Terjadi Kekurangan
Sehinggahasilnya Jauh Dari Kesempurnaan. Penulis Sangat Berharap Kepada Semua Pihak
Kiranyamemberikan Kritik Dan Saran Yang Sifatnya Membangun.

Besar Harapan Penulis Dengan Terselesaikannya Makalah Ini Dapat Menjadi Bahan
Tambahan Bagi Penilaian Guru Dan Mudah-Mudahan Isi Dari Makalah Penulis Ini Dapat Di
Ambil Manfaatnyaoleh Semua Pihak Yang Membaca Makalah Ini. Ucapan Terimakasih
Penulis Sampaikan Kepadasemua Pihak Yang Telah Membantu Penulis Dalam Penyusunan
Makalah Ini Sehingga Makalah Initerselesaikan.

Surabaya, 29 Agustus 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN :
A .Pengertian Dan Pandangan Umum Tentang Cedara

B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Cidera.

C. Cidera Yang Umum Terjadi Pada Cabang Olahraga Karate.

D. Pencegahan Yang Di Lakukan Agar Cidera Dapat Di Atasi

BAB III PENUTUP :


A. Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Olahraga sebagai salah satu model karya cipta manusia yang merupakan suatu bentuk
aktivitas fisik dengan berbagai dimensi yang kompleks. Keterkaitan antara
kegiatan berolahraga dengan keberadaan manusia adalah suatu hal yang tidak dipisahkan.
Berawal darigerak dan bergerak manusia selanjutnya dikembangkan menjadi perilaku yang
bermakna dan memiliki tujuan tertentu. adapun bentuknya jika dihubungkan dengan perilaku
manusia, maka tujuannya akan menjadi luas dan dalam. Hal ini karena manusia memiliki
berbagai potensidan kelebihan dibanding dengan mahluk lain. Oleh sebab itu olahraga perlu
semakin ditingkatkan dan dimasyarakatkan sebagai salah satu cara untuk memasyarakatkan
olahraga dan mengolah-ragakan masyarakat. Untuk
itulah perlu ditingkatkan penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kegiatan 
berolahraga, termasuk para pendidik, pelatih dan pembina.Kenyataan menunjukkan bahwa
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat sekarang ini, telah mempercepat
terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya dan khususnya di bidang
olahraga. Perubahan dan perkembangan dalam bidang olahraga tersebut, terjadi persaingan
untuk meningkatkan prestasi di bidang olahraga
melalui berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang efektif dan dapat dipertanggung 
jawabkan adalah melalui penelitian.Bagi atlet yang aktif melakukan olahraga tertentu
(misalnya atlet pro), dituntut untuk memiliki sekelompok otot yang lebih kuat daripada
bagian otot-otot yang lainnya. Respon tubuh terhadap adanya permintaan ini adalah dengan
melalui sekelompok otot tertentu
untuk berkontraksi dengan lebih keras. Hal ini meruakan perubahan dari penyesuaian tubuh 
yang sangat positif tentunya, karena perubahan ini memungkinkan terjadinya perbaikan
selama melakukan latihan. Disamping itu, ada segi negatifnya juga. Setiap jenis olahraga
menekankan adanya kontraksi (kerja otot) hanya pada sekelompok otot tertentu, sehingga hal
ini dapat menyebabkan kontraksi otot hanya pada bagian otot tersebut saja menjadi lebih
kuat,sedangkan otot-otot yang lainnya relatif lebih lemah.Kelompok otot yang ada pada
tubuh biasanya berkontraksi secara berpasangan. Misalnya,otot biceps pada lengan akan
berkontraksi menekuk (fleksi) pada siku, sedangkan otot triceps menegangkan (meluruskan)
siku. Otot yang berkontraksi secara berpasangan (berlawanan)seperti tersebut dinamakan
otot-otot antagonis. Banyak sekali pasangan otot seperti ini pada tubuh. Oleh karena itu,
senantiasa menjaga keseimbangan di antara otot-otot tersebut agar unit-unit otot dapat
berfungsi secara efesien.Apabila program latihan yang dilakukan lebih menekankan hanya
pada salah satu dari sekelompok otot yang saling berpasangan tersebut, maka akan
menimbulkan cedera. Cedera ini disebabkan karena salah satu pasangan otot menjadi lebih
kuat atau lebih kencang daripada otot-otot pasangannya. Cedera otot dapat juga terjadi pada
otot yang lebih kuat maupun ototyang lebih lemah.Salah satu cabang olahraga yang populer
saat ini di kalangan masyarakat adalah berdirinya beberapa perguruan beladiri.
Karate adalah termasuk cabang olahraga full body contact yang harus bersentuhan langsung
dengan lawannya di saat melakukan komite. Sehingga dengan sendirinya kemungkinan akan
terjadinya cedera, disisi lain beladiri merupakan olahraga yang memiliki resiko tinggi untuk
mendapatkan cedera. Cedera yang dialami oleh beladiri berawal dari proses latihan, dimana
seorang atlet beladiri disamping mengharapkan untuk menjadi atlet yang berprestasi tentunya
perlu melalui berbagai tahap untuk memperoleh hasil yang maksimal.Untuk mencegah
terjadinya cedera tersebut diperlukan satu program latihan peregangan pada otot-otot yang
kencang, sedangkan pada otot-otot yang tidak memperoleh stimulasi yang cukup selama
melakukan aktifitas diatasi dengan latihan penguatan, pada contoh kasus
kaki bagian bawah tersebut, otot-otot betis memerlukan latihan peregangan sedangkan otot-
otot kaki depan memerlukan latihan penguatan. Ada sebagian orang menganggap bahwa
peregangan tidak memberikan manfaat bahkan dapat menimbulkan cedera. Namun hampir
semua pakar bidang olahraga sangat
menekankan perlunya melakukan program latihan peregangan. Apabila ternyata peregangan 
yang dilakukan menimbulkan terjadinya cedera, mungkin hal ini disebabkan karena mereka
melakukannya terlalu agresif atau mungkin menggunakn teknik peregangan secara tidak
tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dan Pandangan Umum Tentang Cedera?

2. Apa Saja Faktor Yang Menyebabkan Cedera Pada Karate?

3. Apa Saja Cedera Yang Umum Terjadi Pada Cabang Olahraga Karate?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pandangan umum tentang cedera pada karate

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan cedera pada karate

3. Untuk mengetahui cdera umum yang terjadi pada olahraga karate


BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Dan Pandangan Umum Tentang Cedara


Pertimbangan pertama dalam pencegahan cedera adalah menerima bahwa pada
kenyataannya memang tidak dapat menghindarkan diri dari terjadinya cedera tersebut. Tubuh
manusia merupakan campuran dari struktur lembut yang menakjubkan dan
mampumenimbulkan ketegangan yang hebat sekali. Bagaimanapun juga semua itu ada
batasnya.Ketika sedang mengalami cedera, pertama-tama mesti merasakan sakit yang
diderita.Kemudian menghendaki untuk memulai bekerja atau melakukan aktivitas
olahraga.Dengan adanya frekuensi dan beraneka ragam cedera yang dapat menimpah atlet,
terdapatsuatu dilema yang sering terjadi, yaitu apakah cedera tersebut harus diatasi
denganmendapatkan pertolongan medis.Pandangan tentang cedera olahraga didefinisikan
oleh Suharto (2000:175) sebagai berikut:
“Cedera adalah hasil suatu tenaga berlebihan yang dilimpahkan pada tubuh dan tubuh
tidakdapat menahan atau menyesuaikan dirinya”.
 Latihan olahraga apapun tidak terlepas darikemungkinan mendapatkan cedera.Cedera dapat
dibedakan berdasarkan berat ringannya dan berdasarkan waktu terjadinya.Suharto (2000:175)
membagi hal tersebut, yang terdiri atas:
 
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Cidera

Berdasarkan berat ringannya, cidera dapat dibagi atas:


 Cidera ringan
Biasanya tidak ada kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh,misalnya hanya
nyeridi otot atau kram otot. Cedera ini tidak perlu penanganan khusus, biasanya dapatsembuh
sendiri setelah istirahat.
 
Cedera berat
Terjadinya cedera serius pada jaringan tubuh sehingga perlu penanganan
khusus,misalnya robeknya otot, tendo, ligamen atau patah tulang. 
 
Berdasarkan waktu terjadinya, cedera dapat dibagi atas:

Cedera akut
Cedera akut adalah cedera yang baru saja terjadi yang diikuti tanda-tanda lokal,seperti
nyeri, panas, bengkak dan terganggunya fungsi tubuh yangcedera tersebut.

Cedera kronis

Yaitu cedera yang dapat dimulai oleh suatu episode akut yang jika tidak
ditanganidengan benar akan tetap menimbulkan keluhan berulang.Sedangkan Hartono
Satmoko (1993:137) diungkapkan bahwa untuk cedera olahragadapat diklasifikasikan atas:
(1) Cedera ringan atau tingkat pertama, (2) Cedera sedangatau tingkat kedua, dan (3) Cedera
berat atau tingkat ketiga.Untuk lebih jelasnya ketiga cedera yang diklasifikasikan akan
diuraikan sebagai berikut:

 
Cedera ringan atau tingkat pertama :
Cedera yang sangat ringan, dengan robekan yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop dengan keluhan minimal dan hanya sedikit saja atau tidak
mengganggu performance atlet yang bersangkutan,misalnya lecet, memar atau sprain yang
ringan.
 
Cedera sedang atau tingkat kedua :
Cedera dengan kerusakan jaringan yang nyata,nyeri, bengkak, merah atau
panas,dengan gangguan fungsi yang nyata dan berpengaruh pada performance dari atletyang
bersangkutan, misalnya lebam, otot robek atau strain otot, ligamen robek atausprain.
 
Cedera berat atau tingkat ketiga :
Cedera dimana terjadi robekan lengkap atau hampir lengkap dari otot, ligamenatau
fraktur dari tulang, yang memerlukan istirahat total pengobatan intensif dan bahkan mungkin
operasi.
 
Faktor-faktor yang menyebabkan cidera
Cedera dapat disebabkan oleh dua jenis faktor. Yang pertama adalah faktor intrinsik
dan yang kedua faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang unsur-unsurnya sudah
ada dalam diri atlet tersebut. Hal ini meliputi kelemahan jaringan, infleksibilitas, atau
kelebihan beban; kesalahan biomekanik; kurangnya pengkondisian. Juga meliputi ukuran tub
uh keseluruhan, kemampuan kinerja, dan gaya bermain. Sedangkan faktor ekstrinsik
meliputi perlengkapan yang salah, kekuatan-kekuatan yang dikendalikan dari luar seperti atle
t-atlet lain atau permukaan bermain, dan pelatihan atau kurang latihan.

Intrinsik Ekstrinsik
-Jaringan; kelemahan, infleksibilitas, kelebihan beban

-Kesalahan biomekanik
 
-Kurangnya penyesuaian
-Ukuran tubuh
-Kemampuan kinerja
-Gaya bermain-
 
Perlengkapan yang salah
 -Atlet lain
 -Permukaan bermain
-Pelatihan
 -Cuaca
 

Suharto (2000:176) juga mengemukakan tentang faktor terjadinya cedera olahraga,


sebagai berikut:
a. Cedera akibat pengaruh dari luar (eksogen) misalnya:
b. Tabrakan yang keras pada sepakbola, pukulan pada karate
c. Benturan oleh alat-alat olahraga yang dipakai,misalnya raket, bola

Pengaruh lingkungan, misalnya lapangan yang tidak rata atau becek 


Cara latihan yang salah,misalnya tidak melakukan pemanasan

Cedera akibat pengaruh dari dalam (endogen) misalnya;


a.Postur tubuh yang kurang baik, mislanya panjang tungkai tidak sama, skoliosis,lengkung
kaki datar dan sebagainya. 
b. Gerakan-gerakan latihan yang salah, misalnya cara memukul
c. Kelemahan otot atau kekuatan otot yangantagonis tidak seimbang
d. Keadaan fisik danmental yang tidak fitJenis problema-problema medis karena olahraga,
sebagaimana yang dikemukakan oleh GLa Cava Cs (1996:137) membagi hal tersebut dengan
urutan tidak menurut frekuensi dan berat ringannya jenis problema tersebut, sebagai berikut:

1.Lecet, lepuh dan luka


2.Memar dan lebam
3.Kram dan “stain” otot
4.Sprain sendi, dislokasi dan
5.Kelainan pada kepala, leher, tulang belakang dan pinggang
6.Kelainan pada dada dan perut
7.Cedera anggota badan atas
8.Cedera anggota badan bawah
9.Pingsan dan serangan tiba-tiba
10.Stres oleh karena senagatan panas
11.Infenksi, diare dan gangguan menstruasi

C. Cidera Yang Umum Terjadi Pada Cabang Olahraga Karate

Cedera yang paling umum terjadi antara lain : Terkilir. Keseleo sering terjadi
di pergelangan kaki, siku, dan daerah sendi lainnya. Banyak orang keseleo pada pergelangan
kaki karena distribusi berat badan yang tidak benar pada saat menendang atau bergerak.
Kerusakan pada otot atau tendon. Beberapa massa otot bisa merobek berhenti dari cepat yang
terjadi saat kontak kuat dibuat dengan lawan atau objek. Lutut terasa nyeri. Cedera yang
disebabkan oleh sikap lutut tertekuk khas seni bela diri (kuda-kuda) atau sering menggunakan
tendangan yang cukup kuat dan dapat melukai sendi jika tidak dilakukan dengan benar.
Cedera kepala. Cedera kepala dapat terjadi selama pelatihan karena akibat dari tendangan
atau pukulan di daerah kepala. Dislokasi dan patah tulang. Yang sering terjadiadalah pada
bagian jari, tangan, persendian bahu dan kaki.

D.Pencegahan Yang Di Lakukan Agar Cidera Dapat Di Atasi

Penanganan yang tidak tepat akan memperburuk cedera dan memperlambat


proses penyembuhan. Dari segi medis, penanganan cedera olahraga untuk soft tissue secara
umum memiliki prinsip RICER (Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Reverral) dan
menghindari HARM (Heat, Alcohol, Running, Massage).
1.Lakukan RICER 

a. Rest, istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera agar cedera tidak
semakin parah. Jika merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan sinyal
untuk mengurangi gerakan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi pembebanan tubuh
di bagian yang cedera misalkan dengan menggunakan kruk. Istirahatkan sendiri minimal48-
72 jam. Untuk kondisi cedera ringan pada saat bertanding dan dapat
melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim medis dokter atau fisioterapis da
n diberikan support seperti tapping/kinesiotape/decker.
 
 b. Ice, kompres dengan menggunakan es/dingin sesegera mungkin, kompres bias
menggunakan es batu ditumbuk dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibebat maupun
menggunakan ice bag, atau kompres dengan handuk yang sudah direndam air dingin.
Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak pada fase inflamasi, supaya pembuluh
darah yang melebar menjadi lebih menutup. Apilkasikan es dengan durasi 10-15 menit saja.
Bila lebih dari 20-30 menit justru akan mengakibatkan
kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit. Pada 24-72 jam bisa sehari melakukan 
6-7kali kompres es.
 
c. Compression, gunakan bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic bandage,
kinesiotaping dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan.
Dibebat jangan terlalu kencang. Lepas bebat pada saat akan tidur kecuali kinesiotaping dapat
digunakan hingga dua hari.
 
d. Elevation, angkat bagian yang cedera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkena
sprain ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/ tidur dengan menggunakan bantal supaya
mengurangi pembengkakan.
 
e. Reverral, segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cedera termasuk parah dan
mengganggu aktivitas. Cedera akan mendapatkan pemeriksaan dan diagnosa,treatment dan
program fisioterapi.
 

2.Jauhi HARM
 
a. Heat, menggunakan panas saat penanganan pertama cedera akan
meningkatkan pembengkakan karena panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar, 
seperti pemberian balsam, jahe, minyak kocok, saina, berendam di bathtub dan shower panas.
 
b. Alcohol, meminum alkohol atau merendam bagian yang cedera dengan
alkoholakanmeningkatkan pembengkakan serta memperlambat penyembuhan.
 
c. Running, berlatih dalam 48-72 jam saat cedera akan memperburuk kondisi. Seseorang
dinyatakan aman bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan diagnosa daridokter/
fisioterapis.
 
d. Massage (pijatan) pada saat cedera akan meninggalkan aliran darah sehingga
akanmembuat semakin bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang
cedera.Misalnya ligamennya terluka lalu diberikan massage maka luka sobeknya akan
semakin melebar dan pada saat kembali ke lapangan akan menjadi kendor dan terganggu
stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cedera

1.Robekan Otot (strain) dan Robekan Ligamen (sprain)


 
Tanda-tanda ;
-Rasa nyeri yang umum
 
-Bengkak dan memar 
 
2. Strain diklsaifikasikan berdasarkan berat ringannya :
 
Derajat I : regangan serabut tendon dan otot, dengan minimal.
 
Derajat II : regangan serabut tendon dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri dan
bengkak.
 
Derajat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada
yang putus.Pada prinsipnya pertolongan pertama :
 
RICE
 
-Balut tekan (pressure bandage)
-Bantu dengan tongkat atau kruk
-Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap Bagaimana mencegahnya :
-Jangan lalai berikan latihan stretching, latihan ini meningkatkan kelenturan.
-Jangan coba melakukan latihan terlalu banyak/ cepat3.
 

CRAMPS :
 
-Nyeri otot yang sangat dan spasme
-Keringat yang berlebihan-
-Tidak bereaksi terhadap massage atau stretchingPertolongan :-
-Angkat korban ke daerah yang lebih dingin
-Kemudian kram dihilangkan dengan massage4.
 

PATAH TULANG :
 
-Adanya ruda paksa
-Nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan-
-Hilangnya fungsi-
-Terdapat perubahan bentuk-
-Nyeri tekanan/ ketok-
 
Gerakan-gerakan abnormal Pertolongan :
 
-Atasi shock dan pendarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
-Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yangsehat-
-Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras-
-Massage / diurut sama sekali dilarang-
-Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut5.
 
KESELEO (strain pergelangan kaki)
 
-Ligament yang putus (partial/ total)
-Kadang-kadang dislokasi

Tanda :
 
1.Sakit pada sendi.
2.Rasa putus.
3.Fungsi menurun
4.Bengkak
5.Hematoma

Penyebab :
Trauma gerakan yang keras pada pergelangan kaki sehingga kaki terpuntir melebihi ROM

Pengobatan : 
RICE
Boleh pakai bidai, tongkat, jalan dengan menunpu berat badan.
Gips, boleh jalan setelah 21 hari
Kompres es 3-4 kali sehari

Elevasi untuk menghindari terjadinya kecelakaan, sangat penting untuk memberikan


pertimbangankhusus bagi peregangan. Peregangan secara teratur membantu menjaga atau
meningkatkanfleksibilitas dan menurunkan kemungkinan cedera. Seiring dengan peregangan,
latihan beladiri juga perlu mencakup latihan rutin dimaksudkan untuk meningkatkan
pendinginan dan pemanasan secara keseluruhan dan pembinaan otot saat pelatihan.Dengan
memperkuat kelompok otot, sendi, dan koordinasi, atlet akan mampu membuatlatihan seni
bela diri lebih aman dan bebas dari cedera. Teknik pernapasan adalah
tambahan penting dalam latihan sebagai bagian dari penerapan seni bela diri. Menghembuska
n napassambil kontraksi otot dan menghirup udara sambil bertumpu pada otot dapat
membantumencegah cedera. Yang paling utama dan dirasakan sangat penting dalam
melakukan latihan bela diri adalah penggunaan alat-
alat pengaman seperti sarung tangan, helm, body protectordan lain-lain. Terutama pada saat
melakukan latihan bertarung atau sparing partner. Hal iniakan dapat mengurangi terjadinya
resiko kecelakaan saat berlatih. Disamping itu beberapa halyang juga memberikan perhatian
adalah sebagai seorang pelatih seharusnya dibekali dengankemampuan dalam pananganan
kecelakaan pertama (first aid). Dengan pemanasan
yang benar, latihan pernapasan secara teratur dan mengenakan perlengkapan penting, para pel
atih bela diri dapat menghindari terjadinya kecelakaan pada saat berlatih yang akan
mengahambat kemajuan pembinaan dan tingkat daya saing atletnya di masa mendata

BAB III PENUTUPAN


Kesimpulan

Olahraga sebagai salah satu model karya cipta manusia yang merupakan suatu bentuk
aktivitas fisik dengan berbagai dimensi yang kompleks. Keterkaitan antara
kegiatan berolahraga dengan keberadaan manusia adalah suatu hal yang tidak dipisahkan.
Berawal dari gerak dan bergerak manusia selanjutnya dikembangkan menjadi perilaku yang
bermakna dan memiliki tujuan tertentu. adapun bentuknya jika dihubungkan dengan perilaku
manusia, maka tujuannya akan menjadi luas dan dalam. Hal ini karena manusia memiliki
berbagai poten sidan kelebihan dibanding dengan mahluk lain.

DAFTAR PUSTAKA

 Ali. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1987. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara _. 


1993. Prosedur Penelitian; Suatau Pendekatan Praktek. Jakarta: PenerbitRineka Cipta.

Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih
OlahragawanPelajar. Jakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani.

Dwijowinoto, Kasiyo. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang


Press.

Garrison, Susan J. 2001. Dasar-Dasar Terapi & Rehabilitas Fisik. Jakarta: Penerbit
Hipokrates.

Harisenjaya, R.S. 1996. Pengetahuan Teknik Higiene Olahraga. Bandung: Refika Aditama.

Harsono. 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologi dalam coaching. Jakarta : Depdikbud
DirjenDikti.

Lutan, Rusli, dkk. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK IKIP M. Taylor,
Pauldan K. Taylor, Diane. 2002. Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta:
PTRajagrafindo Persada.

 Neil F. Gordon. 1997. Radang Sendi (Arthritis, Panduan Latihan Lengkap. Jakarta: PT.Rajag
rafindo Persada.

Perry, Paul. 1994. Bebas Cidera Karate. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Satmoko, Hartono. 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sumosadjuno, Sadoso. 1995. Sehat & Bugar, Petunjuk Praktis Berolahraga yang Benar.
Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai