Jawaban:
Jawaban:
Jiwa tergelitik oleh potret kehidupan manusia di luar kerajaan. Ia termanggu melihat para
petani yang bekerja keras untuk memperoleh makanan. Ini mengusik pikirannya, hingga ia
memutuskan untuk menggembara sebagai rakyat jelata. Keinginannya semakin mengebu-gebu.
Keinginannya untuk menjadi rakyat jelata sempat ditolak oleh Hamengkubowono VI. Lalu suatu
hari, ia lari dari istana. Dalam penggembaraannya, Suryomentaram memakai nama Natadansa
agar tak mudah ditelusuri asal-usulnya. Ia bekerja serabytan untuk memperoleh nafkah. Ia pernah
menjadi kuli dan menjual batik, buruh tani sebagai bentuk keingginannya untuk menjdi rakyat
jelata. Ia meminta izin kepada saudara tirinya H VIII untuk diizinkan meninggalkan istana. Ia
menjual segala harta miliknya dan diberikan kepada supir dan abdi dalemnya. Saat berada dalam
istana, Suryomentaram tidak menemukan sosok sejati sebagai pekerja. Barulah di luar istana ia
melihat sosok pekerja sejati pada diri masyrakat jelata. Ia membeli sebidang tanah dan
mengolahnya. Suryomentaram juga tertarik mempelajari ilmu psikologi manusia yang pada
akhirnya menulurkan karya yang bernama ilmu manusia.
Jawaban:
Dasar dari “Ilmu Kebahagiaan” ini adalah pengakuan terhadap eksistensi manusia
sebagai sebuah simpangan (interchange) antara senang (bungah) dan susah (susah).
Dimilikinya perasaan bahagia (raos beja) dan tidak bahagia (raos cilaka) seperti itulah yang
kemudian membedakan antara manusia dengan binatang. Meski manusia juga adalah
makhluk dengan kebutuhan dasar sebagaimana binatang—misalnya kebutuhan bertahan
hidup (pangupa jiwa) dan melanjutkan keturunan (lestantuning jenis)—namun kemudian
manusia berbeda dengan mereka karena manusia menyadari kebutuhan-kebutuhan tersebut
(raos gesang/awareness of life). Konsep kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang umumnya
dipahami oleh manusia pada dasarnya bersumber dari kondisi terpenuhi atau tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut.
Jawaban:
5) Manakah point-point penting yang dapat kita catat dalam upaya kontekstualisasi dan
pemaknaan yang kita bangun?