Anda di halaman 1dari 353

K3 Industri

Tekstil

Ir. Agung Praptomo


Industri tekstil
• Industri yang
mengolah baku baku
(serat) menjadi
benang dan kain,
pemberian warna atau
motif, serta
pendistribusian.
Dasar hukum
• UU no 1 1970 Keselamatan Kesehatan Kerja
• UU no 23 1992 Kesehatan
• UU no 13 2003 Ketenaga kerjaan
• Permen no 2 1980 Pemeriksaan Kesehatan
• PP no 50 2012 Penerapan SMK 3
• Permenaker no 13 2011 NAB Faktor Fisik & Kimia
di tempat kerja
• Permen no 13 2019 Standar Industri Hijau untuk
Industri Tekstil
• K3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan
melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat
kerja.
• Tenaga Kerja adalah
setiap orang yang
mampu melakukan
pekerjaan guna
menghasilkan barang
dan/atau jasa baik
untuk memenuhi
kebutuhan sendiri
maupun untuk
masyarakat.
• Tempat Kerja adalah
tiap ruangan atau
lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja,
atau yang sering
dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu
usaha dan dimana
terdapat sumber atau
sumber-sumber
bahaya.
Faktor lingkungan kerja
adalah potensi-potensi
bahaya yang
kemungkinan terjadi di
lingkungan kerja akibat
adanya suatu proses
kerja.
Hirarc
Hazards di industri tekstil
Ginning proses:
• Memisahkan serat kapas
dari biji & kotoran lain
hazards:
• Luka pada jari tangan
• LBP
Pemintalan/yarn
• Proses pembuatan
benang dari serat
kapas
hazards:
• Cedera karena
pengoperasian mesin
• Menghirup debu
kapas (byssinosis)
• Kebisingan

• Heat stress
Menenun/weaving
• Proses pembuatan kain dari benang
Hazards:
• Terjatuh dikarenakan lantai kerja
yang licin/kotor
• Cedera disebabkan gerakan yang
monoton berulang ulang
• kelelahan
• Kebisingan
• debu
Pencelupan/Dyeing:
• proses pemberian warna
pada bahan tekstil dengan
cara mencelupkan ke
larutan zat warna & bahan
penolong lainnya.
Hazards:
• iritasi pada mata, kulit,
dermatitis, alergi dan
gangguan pernafasan.
Printing
• Proses pengaplikasian
pola atau corak pada
kain
Hazards:
• Iritasi kulit, mata,
gangguan pernafasan
Pengendalian/kontrol
Tindakan Pengendalian

• Penggunaan
zat kimia
yang eco-
friendly
• Membatasi
kandungan zat
warna yang
berbahaya di
dalam proses
• Zat warna azo
kategori MAK III
A 1 & 2 tidak
boleh digunakan
(permen no 13
2019)
• Kadar formaldehyde 0
ppm
• Agar warna tidak
cepat pudar & agar
zat pewarna yang
digunakan terikat
kuat pada bahan
tekstil.
• Membersihkan
lantai kerja
dengan
penyedot debu
• Menyediakan
ventilasi
ruangan yang
memadai
• Pencahayaan
yang cukup
untuk
mengurangi
kelelahan
mata pekerja
• Ergonomic
design
Preventive
Maintenance
Training
minimal
setahun
sekali
Job
rotation
Menyediakan
fasilitas untuk
mencuci tangan,
mandi & berganti
pakaian
Menyediakan
tenaga medis &
first aid
MCU minimal
setahun sekali
Memakai
earplug
Memakai
masker
• Pada tempat di
mana pekerja
terpapar oleh zat
kimia berbahaya,
pekerja harus
dilengkapi dengan
safety gloves,
google dan masker
summary
• Keselamatan & kesehatan kerja merupakan
hal yang sangat penting untuk setiap industri
• Pekerja perlu mengetahui dan menyadari
hazards & risiko2 yang ada di tempat kerja
agar terhindar dari cidera & PAK.
• Management harus menerapkan smk3 untuk
melindungi kesehatan & keselamatan para
pekerjanya.
Definisi K-3
Filosofi
Pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan :
- tenaga kerja dan manusia pada
umumnya, baik jasmani maupun
rohani,
- hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil, makmur dan
sejahtera;
 Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam upaya mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit,
dll
(ACCIDENT PREVENTION)
Tujuan
• Melindungi para pekerja dan orang
lain di tempat kerja
• Menjamin agar setiap sumber
produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan
lancar
IMPLEMENTASI KESELAMATAN KERJA

OPERASI ENGI-
LING- NEERING
KUNGAN
SECURITY
MEDICAL

K3 TRAINING
TEST & EVA-
LUATION

INDUSTRIAL FASILITAS
HYGIENE
TRANS-
INFORMATION PORTATION
SYSTEMS
Pengertian dan ruang lingkup
 Keselamatan kerja : keselamatan yang
berkaitan dengan :
 mesin,
 pesawat,
 alat kerja,
 bahan dan proses pengolahan,
 landasan kerja dan lingkungan kerja serta
 Cara-cara melakukan pekerjaan dan proses
produksi (UU No. 1 th 1970)
Keselamatan kerja
 Tugas semua orang di perusahaan
 Sarana utama untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja
Keselamatan (Safety)

1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan


(control of accident loss)

2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan


menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak
bisa diterima (the ability to identify and
eliminate unacceptable risks)
Tujuan safety
1. Mengamankan suatu sistem kegiatan /
pekerjaan mulai dari input, proses maupun
output. Kegiatan yang dimaksud bisa berupa
kegiatan produksi di dalam industri maupun
diluar industri seperti di sektor public dan yang
lainnya.
2. Selain itu penerapan program safety juga
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
(well-being)
BAHAYA
 Situasi fisik yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan pada
manusia, kerusakan pada aset,
kerusakan pada lingkungan dan
kombinasi yang terjadi
diantaranya

Keselamatan Kerja 9
1. Safety Hazard 1. Health Hazard
• Mechanic • Physic
• Electric • Chemical
• Kinetic • Biologic
• Substances  Flammable • Ergonomics
 Explosive Accidental • Psychosocial
 Combustible release
 Corrosive
2. Konsekuensi  Minor 2. Konsekuensi
• Accident  Injuries  Mayor • Terpapar  kontak  penyakit
 Fatal mendadak, menahun, kanker dan
 Assets  Damage dampak terhadap masyarakat umum
(Prolonged Reaction)
• Mendadak, dramatis, bencana
(Sudden Reaction) 3. Konsentrasi kepedulian
• Environment (bahan • Titik berat pd
3. Konsentrasi kepedulian pencemar) bahaya tersembunyi
• Process • Titik berat pd
• Exposure • Sepertinya kurang
• Equipment, facilities, kerusakan asset,
• Work hours urgent (laten)
tools fatality
• PPE • Prinsip pendekatan
• Working practices • Sepertinya urgen
• Pendidikan • Pengkajian
• Guarding (bahaya mendadak)
• Karir jab. Sesuai kepaparan
• Pengalaman • Prinsip pendekatan
pendidikan • Utk
• Karir lapangan + • Pengkajian resiko
memperkecil
pelatihan • Utk memperkecil
kepaparan
resiko ts@utps-k3
RESIKO

 RESIKO ADALAH KOMBINASI DARI EFEK BAHAYA


DAN TINGKAT KEMUNGKINANNYA

Resiko = Efek Bahaya x Tingkat Kemungkinan Bahaya


 Efek bahaya bersifat tetap terdiri atas
HIGH, MEDIUM dan LOW
 Tingkat kemungkinan bahaya terdiri atas
HIGH, MEDIUM dan LOW

Keselamatan Kerja 11
FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA

TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN
PROSES

BAHAN ALAT

LINGKUNGAN
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran
 Jalan penyelamatan diri pada waktu terjadi
kejadian yang membahayakan
 Pertolongan pada kecelakaan
 Memberi alat pelindung diri pada pekerja
 Mencegah dan mengendalikan timbulnya
PAK
 Mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, cuaca sinar, asap, uap gas
 Memperoleh penerangan yang cukup
 Menyelenggarakan suhu dan kelembaban
yang baik
 Menyelenggarakan penyegaran udara yang
cukup
 Memelihara kebersihan, kesehatan dan
ketertiban
 Menerapkan ergonomi
 Mengamankan dan memperlancar
pengangkutan barang
 Mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan
 Dll sesuai dengan pasal 3 (1) UU no. 1 th
1970
Mengapa Keselamatan Kerja
Penting

 tingginya angka kecelakaan kerja


 peningkatan Penyakit akibat kerja
Peningkatan biaya asuransi
Peningkatan klaim kompensasi kecelakaan kerja
ACUAN STANDARISASI

01. UNDANG-UNDAN PEMERINTAH


R.I. NO.1/ 1970 TENTANG K3
02. PERATURAN MENTERI TERKAIT
03. CODE OF PRACTICE
04. COORPORATE GUIDELINES
05. PERATURAN PERUSAHAAN
Mencapai
goal zero
Mpy konsep accident
terhadap
pengendalian
risiko
Multi disiplin
ilmu
Profesi keselamatan dan kesehatan kerja

Industrial
higienist

Occ.health
Safety
and safety
professional
expert

Safety
Safety expert
engineering

Safety
manager
•1. investigasi kecelakaan
•2. bekerja dg tim tanggap darurat
•3. Proteksi terhadap lingkungan
•4. analisa dan modifikasi ergonomi
•5. proteksi kebakaran
•6. rekognisi faktor dan potensi bahaya
Peran dan tanggung jawab
7. Manajemen bahan berbahaya
8. Audit dan inspeksi
9. Pencatatan data
10. Pemenuhan peraturan
perundangan
11. Training
AMAN (SELAMAT)

Aman (safe) adalah suatu


kondisi dimana atau kapan
munculnya sumber bahaya telah
dapat dikendalikan ke tingkat
yang memadai, dan ini adalah
lawan dari bahaya (danger).
K3 Maritim
Ir. Agung Praptomo
Key points
• 1. latar belakang
• 2. dasar hukum
• 3. pengertian
• 4. hazards & risk
• 5. summary
1. Latar belakang
2. Dasar Hukum
• UU no 1 Tahun 1970 Keselamatan
Kerja
• UU Nomor 13 Tahun 2003
Ketenagakerjaan
• PerMen Kelautan & Perikanan no
6 tahun 2018 K3 di Lingkungan
Kementerian Kelautan &
Perikanan
• UU no 17 tahun 2008 Pelayaran
• PP no 51 tahun 2002 Perkapalan
3. Pengertian
• K3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan
melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
• K3: ilmu untuk
mengantisipasi,
mengenali, mengevaluasi
dan mengendalikan
hazard yang ada di tempat
kerja yang dapat
mengganggu keselamatan
& kesehatan pekerja. (ILO)
• Maritim:
berhubungan
dengan kegiatan
manusia di laut
seperti pelayaran,
perdagangan,
pengiriman kargo,
pembuatan &
perbaikan kapal
• Tujuan K3 adalah mencegah terjadinya
kecelakaan & penyakit akibat kerja dengan
cara mengendalikan hazards/bahaya2 dan
risk/risiko2 yang ada di tempat kerja.
• Lingkungan kerja di
bidang maritim
mengandung hazards
seperti physical,
ergonomic, chemical &
biological yang dapat
mengakibatkan
kecelakaan & penyakit
akibat kerja.
• Hazards adalah sumber
atau situasi yang
memiliki potensi untuk
membahayakan
keselamatan &
kesehatan pekerja.
• Risk :kemungkinan atau
probability bahwa
seseorang akan
mengalami cedera atau
gangguan kesehatan bila
terpapar oleh hazards.
Hazards spesifik pada kapal

• temperatur
ekstrim, baik
panas atau dingin
Hazards pada engine
room, misalnya mesin
meledak, kebocoran
saluran bahan bakar,
uap
• Kebisingan di
area kerja
maupun
tempat lain di
kapal
Gangguan kesehatan bila terpapar
oleh kebisingan
Efek Jangka Pendek Efek Jangka Panjang
• stress • Kehilangan pendengaran
• Mengurangi kualitas tidur • tinnitus
• Jantung berdebar • Ketidaknyaman fisik &
• Kontraksi pembuluh darah mental
• Sakit jantung
• Gangguan kognitif
• Getaran di area
kerja maupun
tempat lain di
kapal
Gangguan kesehatan bila terpapar
oleh Getaran
Efek Jangka Pendek Efek Jangka panjang
• mabuk • Kerusakan vascular,
• Ketidakstabilan tubuh neurological dan/atau
musculoskeletal
• kelelahan • Peredaran darah tidak
lancar
• Mati rasa
• carpal tunnel syndrome
• low back pain, sciatic pain,
atau perubahan degeneratif
pada tulang belakang
• Working at
height
• Terpapar
bahan kimia
berbahaya
Pengendalian:
• Pemberian label untuk bahan
kimia yang berbahaya
• Menyediakan safety data sheet
(msds)
• Memberikan instruksi kerja untuk
bahan kimia yang digunakan di
kapal
• Menginformasikan nilai ambang
batas
• Memberikan informasi
bagaimana penanganan apabila
terpapar oleh zat kimia
• Loading &
unloading
• Bahaya
kebakaran
• Risiko terpapar
asbestos
• Jangkar,
rantai & tali
kapal
• Pekerjaan pada
ruang terbatas
(confined space)
• Mooring
• Slips & falls
• Mengangkat
beban berat
• Biological
hazards
Pengendalian:
• Pemeriksaan berkala
kebersihan makanan & air
minum
• Pengumpulan, penyimpanan &
pembuangan limbah
• Pemeriksaan kebersihan dapur
• Larangan untuk makan &
minum di tempat kerja
• Vaksinasi bila perlu
• Kelelahan
(fatigue)
Penyebab kelelahan umumnya adalah kurang tidur,
kualitas tidur yang buruk, stress dan beban kerja
yang berlebihan.

Akibat kurang tidur:


- Susah berkonsentrasi
- Lambat bereaksi
- Mengurangi kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan aman dan menjalankan tugas
dengan optimal
- Merusak kesehatan dalam jangka panjang
5.

• K3 maritim merupakan disiplin tersendiri


dalam memahami bahaya-bahaya dan risiko
pada pekerjaan di kapal
• Prinsip-prinsip risk assessment merupakan
langkah awal dalam pengendalian risiko yang
ada di kapal
• Selain risiko-risiko yang umum, terdapat pula
risiko khusus sesuai pekerjaan maritim yang
perlu pengendalian spesifik pula
K3 Industri Tambang
Ir. Agung Praptomo
1. Dasar Hukum
• UU no 1 1970 Keselamatan Kesehatan Kerja
• UU no 4 2009 Pertambangan mineral & batubara
• UU no 13 2003 Ketenagakerjaan
• PP no 50 2012 Penerapan SMK3
• Permen ESDM no 38 2014 Penerapan SMK
Pertambangan Mineral & Batubara
• Permen ESDM no 26 2018 Pelaksanaan kaidah
pertambangan yang baik & pengawasan
pertambangan minerba
2. Definisi
K3 Pertambangan
segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi
pekerja tambang agar
selamat dan sehat melalui
upaya pengelolaan
keselamatan kerja,
kesehatan kerja, lingkungan
kerja, dan sistem
manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja
(Permen ESDM no 38 2014)
SMKP Minerba
• bagian dari sistem
manajemen
perusahaan secara
keseluruhan dalam
rangka pengendalian
risiko keselamatan
pertambangan yang
terdiri atas keselamatan
dan kesehatan kerja
pertambangan dan
keselamatan operasi
pertambangan.
Tujuan Penerapan SMKP Minerba
• a.meningkatkan efektifitas Keselamatan
Pertambangan yang terencana,terukur,
terstruktur, dan terintegrasi
• b.mencegah kecelakaan tambang, penyakit
akibat kerja, dan kejadianberbahaya
• c.menciptakan kegiatan operasional tambang
yang aman, efisien, dan produktif
• d.menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, nyaman, dan efisien untuk
meningkatkan produktivitas.
Elemen SMKP Minerba
• a.kebijakan
• b.perencanaan
• c.organisasi dan
personel
• d.implementasi
• e.evaluasi dan tindak
lanjut
• f.dokumentasi
• g.tinjauan manajemen.
Pertambangan
Sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian,
pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi
penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang.
Pertambangan:
• Mineral &
batubara
• panas bumi,
minyak dan gas
bumi serta air
tanah
Pertambangan mineral & batubara:
• a. mineral radioaktif meliputi radium, thorium,
uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya
• b. mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium,
kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng,
timah, nikel, mangaan, platina, dll
• c. mineral bukan logam meliputi intan, korundum,
grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium,
brom, klor, belerang, fosfat dll
• d. batuan meliputi marmer, tanah, batu kali, pasir urug
• batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal,
batubara, dan gambut
Mineral
Senyawa anorganik yang
terbentuk di alam, yang
memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu serta
susunan kristal teratur
atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik
dalam bentuk lepas atau
padu.
Batubara
Endapan senyawa
organik karbonan
yang terbentuk
secara alamiah
dari sisa tumbuh-
tumbuhan
Pertambangan Mineral
Pertambangan
kumpulan mineral
yang berupa bijih
atau batuan, di luar
panas bumi, minyak
dan gas bumi, serta
air tanah.
Pertambangan Batubara
pertambangan
endapan karbon
yang terdapat di
dalam bumi,
termasuk bitumen
padat, gambut,
dan batuan aspal.
Usaha Pertambangan
Kegiatan dalam rangka
pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi
tahapan kegiatan
penyelidikan umum,
eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi,
penambangan,
pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta
pascatambang
Pertambangan:
3. Hazards Industri Pertambangan
A. Debu
• Pneumokoniosis
(coal worker
pneumoconiosis)
Kontrol:
• Mengendalikan
paparan debu di
lingkungan kerja dg
penyemprotan air,
ventilasi
• APD
• MCU
• Rotasi
B. Noise
• Pekerja terpapar
kebisingan dari
proses, mesin &
peralatan
Kontrol:
• Identifikasi &
pengendalian
sumber
kebisingan
• PPE
C. Vibration
D. Heat & Cold stress
• Sunburn &
hypotermia
• Kontrol:
• Pakaian pelindung
• Pembatasan jam kerja
• Rotasi
• Minum cukup air
E. Fatigue
F. Bekerja di dataran
tinggi
• Kehilangan nafsu
makan, mual
• Merasa cepat lelah
• Pusing
• Susah tidur
Kontrol:
• Memilih penduduk
asli sebagai pekerja
• Memilih karyawan
yang mampu
bekerja di
ketinggian lebih
dari 4500 m
• Periodik mcu
G. Traffic
• Jalan dirancang
cukup lebar
• Kendaraan ringan
dipisahkan dari
kendaraan
berat/truk
• Rambu2 lalu
lintas pd
persimpangan
• Pembatasan
kecepatan
Underground Mining
H. Kebakaran
• Api dapat berasal dari
mesin & peralatan
elektrik & mekanik,
bahan peledak, korek
api
I. Banjir
• Ledakan yang
menyebabkan
bocor/merembesnya
sumber air
• Infrastruktur tambang
yang kurang baik
J. Collapse/runtuh
• Faktor geologis
kondisi tambang
• Penggunaan bahan
peledak
• Gas hasil ledakan
• Penggunaan
penopang yang
kurang baik
• K. Gas beracun
• Gas dapat
berasal dari asap
diesel, aerosol,
debu dari
ledakan atau gas
yang berasal dari
dalam bumi itu
sendiri
L. Ledakan
• Pekerja terkena
batu-batu yang
berterbangan
• Gas hasil
ledakan
• Premature blast
4. Summary
• Industri pertambangan merupakan industri
yang berisiko tinggi terhadap keselamatan &
kesehatan para pekerjanya
• Tindakan pencegahan & perlindungan dimulai
dari mengidentifikasi hazards yang mungkin
timbul & tindakan pengendaliannya
• Penerapan smkp minerba merupakan
prasyarat utama dalam manajemen k3
pertambangan
K3 Industri Kimia
Ir. Agung Praptomo
Dasar Hukum
• UU no 1 1970 Keselamatan Kesehatan Kerja
• UU no 23 1992 Kesehatan
• UU no 13 2003 Ketenagakerjaan
• Permen no 2 1980 Pemeriksaan Kesehatan
• PP no 50 2012 Penerapan SMK 3
• Permenaker no 187 1999 Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya
• Permenaker no 13 2011 NAB Faktor Fisik & Kimia
di tempat kerja
• Permen no 19 2019 Pencegahan Penanggulangan
Keadaan Darurat Bahan Kimia dalam Kegiatan
Usaha Industri Kimia
Definisi
• Industri yang memproses
bahan mentah terutama
bahan bakar fosil
(minyak bumi, gas alam,
batu bara) dan material
tambahan lain menjadi
produk kimia, yang
dapat berupa produk
dasar, produk antara
atau produk akhir
• Industri: mencakup petrokimia,
agrokimia, farmasi, polimer, cat,
dan oleokimia.
• Industri ini menggunakan
proses kimia, termasuk reaksi
kimia untuk membentuk zat
baru, pemisahan berdasarkan
sifat seperti kelarutan atau
muatan ion, distilasi,
transformasi oleh panas, serta
metode-metode lain.
Produk
• Polimer dan plastik, terutama polietilena,
polipropilena, polivinil klorida, polietilena
tereftalat, polistirena dan polikarbonat
adalah sebagian besar hasil industri kimia.
Produk tsb akan diproses lebih lanjut untuk
digunakan dalam berbagai macam barang
rumah tangga, pertanian, konstruksi, serta
industri jasa.
Produk

polietilena polipropilena polivinil klorida

PET polistirena polikarbonat


Hazards pada Industri
Kimia

• 1. B3
• 2. Hazards Bejana Tekan
• 3. Hazards Reaksi Kimia
• 4. Hazards Unit Operasi
• 5. Hazards dari debu,
uap, dan gas yang mudah
terbakar
• 6. Hazards korosi
• 7. Hazards ruang
terbatas
• 8. Hazards perpipaan
• 9. Hazards saat
melakukan modifikasi
• 10. Hazards
pengambilan sample
• 11. Hazards kerusakan
Instrument
1. B3
zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak
langsung, dapat
mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan
lingkungan hidup
& kesehatan
• 2. Pressure
Vessel
• Tabung tertutup
berbentuk silinder
yang berfungsi
sebagai wadah
penampung gas atau
cairan yang memiliki
tekanan yang berbeda
dengan tekanan
sekitarnya.
Hazards Pressure Vessels
• Kebocoran atau meledak
• Cacat design
• Kerusakan pada sistem pembuangan
• Tidak dilakukan tes hidrolik
• Kekurangan pada sistem instrumen
• Tidak dilakukan NDE tes
• Karat
• Tidak dilakukan pemeriksaan rutin
• Tidak dilakukan pneumatic tes
3. Hazards reaksi kimia
• sifat-sifat reaksi kimia
yang berbeda akan
menimbulkan hazards
yang spesifik sehingga
perlu tindakan
pencegahan yang
khusus pula
4. Hazards Unit Operasi
• Setiap unit operasi akan menghasilkan hazards yang
berbeda beda tergantung prosesnya
5. Hazards uap & gas
yang mudah terbakar
• Identifikasi area yang
berpotensi mengeluarkan
gas yang mudah terbakar.
• menyatakan sebagai
daerah bahaya dan
dilengkapi dengan
peralatan tahan api
6. Hazards karena Karat
• bangunan & atap yang
ambruk karena korosi.
• pekerja jatuh dari
ketinggian karena
platform/handrail/ladd
er/stairs yang putus.
• Tumpahan dari pipa
yang bocor karena
berkarat.
• Vessel yang bocor atau
meledak karena korosi.
7. Hazards ruang
terbatas /Confined
Spaces
• Kekurangan oksigen
• Kontaminasi dengan zat
beracun
• Risiko terbakar
• Kesetrum
• Keracunan gas
• Susah meloloskan diri bila
terjadi keadaan darurat
8. Pipelines
• Hazards dikarenakan
kebocoran & meledaknya
pipa.
• Hazards dikarenakan
tertabraknya pipa oleh
kendaraan berat.
• Hazards dikarenakan
penggunaan material pipa
yang tidak tepat.
• Hazards dikarenakan
pekerjaan konstruksi di
dekat pipa
9. Modifications
• Hazards pada saat
melakukan modifikasi
pada pabrik,
peralatan, mesin,
proses dll.
10. Hazards pada saat
pengukuran &
pengambilan sample
• Terpapar oleh gas, uap
& debu.
• Terciprat & terkena
tumpahan.
• Terpapar karena glass
level indicator pecah.
• Terkena cairan yang
mudah terbakar &
korosif
11. Hazards
dikarenakan
instrumen yang
rusak
• Salah pembacaan
• kegagalan dalam
pekerjaan manual
& semi otomatis
TOTAL HEALTH & SAFETY MGT SYSTEM

• 1. Lokasi
• 2. Design konstruksi
• 3. Zona
perlindungan
• 4. Fire Safety
• 5. Hazards
information
• 6. Maintenance &
inspection schedule
• 7. SMK 3
1. Lokasi
Bhopal, India
2-3 Des 1984
3.787-16.000
kematian
2. CONSTRUCTION DESIGN
• Dirancang & dibangun
oleh konsultan &
kontraktor yang
bereputasi internasional
• Teknologi dipilih dengan
seksama
• Safety & ketahanan
merupakan kriteria utama
• Teknologi selalu diupgrade
3. Zona Perlindungan
• No Smoking area.
• Pembagian hazardous &
non hazardous zones.
• Tata letak pabrik
dirancang sesuai dengan
persyaratan keselamatan
kerja
• Antar bagian dipisahkan
dengan jarak yang aman
• Peralatan, mesin, pipa
dan instrumen
dilengkapi dengan
pelindung ledakan
• Pemasangan gas
detektor untuk
memonitor adanya
kebocoran
4. Pencegahan &
perlindungan thd
Kebakaran
• Seluruh staff Fire & Safety,
HSE adalah personil yang
kompeten
• Peralatan untuk Pencegah &
perlindungan kebakaran:
apar, PPE, masker, safety
shoes, safety belts , hand
glove, ladders,nylon life
saving net, Fire Detection/
Alarm System
• Karyawan dilengkapi
dengan PPE seperti
helmet, safety goggles,
hand gloves dll
• Diberikan training
pemadam kebakaran,
OHSAS dll untuk semua
karyawan
• Minimal setahun 2 kali
diadakan drill
5. Informasi tentang
hazards yang ada di
lokasi pabrik
• Temperatur & tekanan yang
tinggi
• Kebakaran & ledakan dikarena
material yang mudah terbakar
• b3
• Pembuangan Limbah
• Work at heights.
• confined spaces / vessels /
tank
• Hazards pada saat material
handling
6. Maintenance &
inspection schedule
• Daily inspection schedule
untuk memeriksa
kompresors, pompa, fan,
blower, vessel & turbines
• Pengukuran temperature
secara berkala pada setiap
unit operasi
• Kalibrasi
7. Penerapan Sistem
Manajemen K3
• SMK3 & ISO
45001:2018
Summary
• Industri kimia merupakan industri yang
berisiko tinggi dikarenakan proses produksi
yang menggunakan reaksi kimia
• Perlindungan menyeluruh bagi keselamatan &
kesehatan kerja karyawan dimulai dari
pemilihan lokasi & teknologi yang digunakan.
• Implementasi smk3/iso 45001 merupakan
syarat mutlak bagi manajemen k3.
Lockout Tagout

Ir. Agung Praptomo


definisi
• Prosedur safety untuk
memastikan bahwa
mesin telah dimatikan
sebelum dilakukan
pekerjaan
maintenance/
perbaikan
Lockout-Tagout
• metode yang digunakan untuk
menghindari bahaya dengan cara
mencegah energi yang secara
tidak sengaja terlepas pada saat
mesin sedang diperbaiki
• Langkahnya:
– Mematikan mesin
– Mengisolasinya dari sumber
energi
– Mencegah lepasnya energi
yang berbahaya pada saat
sedang dilakukan perawatan
mesin
6 Tipe Enerji
• Mekanik– energi kinetik &
energi potensial yang ada
pada bagian bagian mesin
yang bergerak
– Kinetik
• Cedera : fracture,
luka memar,
laserasi/robeknya
jaringan & amputasi
– Potential
• Cedera: fracture,
luka memar,
laserasi/robeknya
jaringan & amputasi
• Elektrikal
- Cedera: shock, luka
bakar &
electrocution/kematian
atau cedera parah
akibat terkena arus
listrik
• Thermal
– Cedera: luka bakar
• Chemical
– Cedera: luka bakar
• Hydraulic – energi yang
dilepaskan sebagai hasil
tekanan zat cair
– Cedera: luka memar
• Pneumatic – energi yang
dilepaskan sebagai hasil
dari gas bertekanan
– Cidera : luka memar &
luka bakar
3 komponen utama LoTo
• Prosedur yang menjelaskan
mengenai ruang lingkup,
tujuan, aturan & teknik
penggunaan Loto
• Pemeriksaan secara periodik
untuk memastikan bahwa
prosedur & persyaratan Loto
dipatuhi
• Pelatihan untuk memastikan
bahwa prosedur &
persyaratan Loto dipahami
oleh semua karyawan
• Contoh kegiatan di mana
diperlukan prosedur
Loto
– Instalation
– Pelumasan
– Cleaning
– Penyetelan mesin
– Perbaikan
– etc
Istilah2
Personil yang berwenang:
personil yang memasang
loto
Karyawan yang terdampak
langsung: operator yang
mesinnya sedang
diperbaiki
Karyawan lainnya: semua
karyawan yang ada di area
kerja
Tanggung jawab Personil Berwenang
• Mengidentifikasi semua sumber
enerji
• Memberi tahu karyawan yang
terdampak langsung
• Mematikan mesin
• Mematikan semua sumber energi
yang mengarah ke mesin
• Memasang loto
• Menghilangkan sisa energi
• Memeriksa kembali sumber arus
• Melepas loto bila perawatan
mesin telah selesai
• Memberitahu karyawan bahwa
loto telah dilepas
Tanggung jawab Operator Mesin
• Jangan mengutak-utik
kunci atau tagnya
• Menjauhi area yang
sedang ada perbaikan
• Jangan mencoba untuk
membantu
• Melaporkan kepada
supervisor bila ada
situasi/kondisi yang
janggal
Energy Isolation Devices

– Circuit breakers
– Disconnect switches
– Line valves
– Slide gates
– Blind flanges
Tipe peralatan Lockout
• Keyed & combination locks
• Ball valve locks
• Gate valve locks
• Group lockout hasp
• Circuit breaker locks
Persyaratan peralatan Lockout

– Kuat
– Mudah terlihat
– Hanya digunakan sesuai
fungsinya
– Standard dalam bentuk,
warna & ukuran
– Menunjukan personil
yang memasang
– Tidak mudah dibuka
paksa
Persyaratan Tagout
– kuat
– Tahan di area kerja yang
korosif dan area di mana
bahan kimia disimpan
– Formatnya standard
– Tidak mudah dicopot
– Mudah dipasang & dikunci
– Tulisannya mudah
dipahami: Do Not Start, Do
Not Open, Do Not Close, Do
Not Operate.
Flowchart Prosedur LoTo
Step 1 Step 2 Step 3
Identify
Notify Others Shut Down
Energy
Equipment
Sources

Step 5 Step 6
Step 4
Lockout- Release
Isolate
Tagout Stored
Equipment
Equipment Energy

Step 7 Step 8 Step 9


Verify Service Release From
Isolation Equipment LOTO

Page 16
Step 1: Identify Energy Sources
• Pahami tipe & besarnya
energi yang berhubungan
dengan ke mesin yang akan
di service
• Identifikasi semua sumber
energi yang masuk ke
mesin
• Identifikasi kontrol
devicesnya
• Klarifikasi semua hal tg
sumber energi sebelum
mulai proses
Step 2: Notify Others
• Informasikan
secara langsung
kepada operator
mesin & karyawan
lain di area kerja
tsb
Step 3: Shut Down Equipment
• Gunakan std operating
procedure untuk
mematikan mesin
– Tekan tombol stop
– Buka saklar
– Tutup valvenya
Step 4: Isolate Equipment Energy
Sources
• Putuskan semua sumber
energi yang mengarah
ke mesin
• Pastikan bahwa SEMUA
sumber energi telah
dimatikan!
– Sumber utama
– Sumber enerji lainnya
Step 5: Pasang Tanda LoTo
• Loto harus dipasang ke
setiap peralatan
• Dipasang oleh Personil
Yang berwenang
• Dipasang pada posisi
"safe" atau "off"
• Secara jelas memastikan
bahwa pengoperasian
mesin dilarang
Step 6: Release Stored Energy
• Pastikan bahwa semua
sisa enerji telah
dihilangkan
• Buka katup tekanan
mesin
• Buka katup lubang angin
untuk mengeluarkan gas
atau cairan
Step 7: Verify Isolation
• Sebelum pekerjaan repair
dimulai, pastikan bahwa mesin
telah dimatikan & semua
sumber energi diputus
• Pastikan bahwa tidak ada
personil lain di area kerja
• Pastikan bahwa saklar pemutus
arus tidak dapat dipindahkan ke
posisi on.
Step 8: Service Equipment
• Selesaikan pekerjaan
service mesin sesuai
dengan rekomendasi
pabrik
• Hindari melakukan
tindakan yang dapat
menyalakan mesin
Step 9: Release From Lockout-Tagout

• Periksa area kerja untuk


memastikan bahwa semua
peralatan kerja & spare part telah
dirapihkan & disimpan
• Pastikan bahwa tidak ada
personil lain di area kerja.
• Setiap alat Loto harus dilepaskan
oleh personil yang memasang
• Informasikan kepada operator
mesin & karyawan lainnya bahwa
peralatan Loto telah dilepas
summary
• Lockout-Tagout mencegah enerji secara tidak sengaja
terlepas pada saat mesin sedang di service
• Terdapat 6 tipe enerji yang umum di area kerja –
Mechanical, Electrical, Thermal, Chemical, Hydraulic
and Pneumatic
• Kebanyakan cedera & accident dikarenakan prosedur
Loto yang tidak dijalankan dengan baik
• Hanya personil yang berwenang yang dapat
memasang/melepas peralatan Loto
• Karyawan lain tidak diperbolehkan melepas peralatan
Loto
K3 konstruksi
Ir. Agung Praptomo
1. Latar belakang
Data BPJS kecelakaan
kerja di konstruksi
meningkat dari 114.000
di tahun 2019 menjadi
177.000 kecelakaan di
tahun 2020.
2. Dasar hukum
• UU no 1 1970 Keselamatan kerja
• UU No 2 2017 Jasa Konstruksi
• Permenaker No. 1/1980
Keselamatan & Kesehatan Kerja
pada Konstruksi Bangunan.
• Permen PUPR no 10 2021 Pedoman
sistem manajemen keselamatan
konstruksi
• Skb no 174 dan 104 tahun 1986 tg
K3 pada tempat kegiatan konstruk
3. Definisi

• Konstruksi bangunan ialah


kegiatan yang berhubungan
dengan seluruh tahapan
pekerjaan pembangunan
yang dilakukan di tempat
kerja
• K3 Konstruksi adalah
segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi
keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi
4. Ruang lingkup
• Pekerjaan penggalian
• Pekerjaan pondasi
• Pekerjaan konstruksi
beton
• Pekerjaan konstruksi
baja
5. K3 Konstruksi
5.1 Penggalian
pekerjaan yang
dilaksanakan dengan
membuat lubang di tanah
membentuk pola tertentu
untuk keperluan pondasi
bangunan
Periksa:
• Kondisi tanah
• Infra struktur bawah tanah
yang ada (listrik, air, gas,
telkom)
• Bangunan-bangunan lain di
sekitar lokasi
Hazards pekerjaan Penggalian
• Tertimbun
• Kejatuhan tanah/material dari atas
• Kontak dengan infra struktur
bawah tanah (listrik, air, gas)
• Jatuh ke dalam lubang galian
• Terpapar zat beracun
• Adanya air di lubang galin
Pengendalian
• Slopping, pembuatan sudut kemiringan pada ke dua sisi galian
• Penggunaan dinding penahan/turap untuk penggalian sedalam
1.5 m
• Meletakkan material galian paling sedikit 0.6 m dari pinggir
galian
• Menjaga lubang galian tetap kering dengan memompa air
keluar
• Disediakan tangga setiap 7.6 m untuk penggalian sedalam 1.2
m atau lebih.
• Inspeksi rutin oleh petugas yang kompeten
• ppe
Sloping
Soil is a mixture of sand, gravel, silts,
clay, water and air

• Solid rock
• Type a: clay (tanah liat), silty clay,
or sandy clay
• Type b: silts (lumpur), sandy
loams (lempung berpasir),
medium clays and unstable rock
• Type c: sand (pasir), gravel
5. K3 konstruksi
5.2 Pekerjaan pondasi
• Pondasi adalah bagian
dari bangunan yang
kontak langsung dengan
tanah dan menyebarkan
beban dari bagian atas
bangunan ke tanah
pendukung di bawahnya.
Hazard pekerjaan pondasi
• Noise, vibration
• Gangguan kesehatan
akibat kontak dengan
material
• Tertimpa material pada
saat pengangkatan atau
penyusunan
5.3 Pekerjaan konstruksi beton
Hazards pekerjaan beton
• Pekerja terjatuh pada saat pemasangan bekisting
• Struktur bangunan runtuh
• Material jatuh dari atas
• Tertusuk besi beton
• Iritasi pada mata, kulit & pernafasan akibat terpapar debu
semen
• LBP akibat ergonomi kerja yang buruk
• Dermatitis dan iritasi akibat semen yang basah
Debu semen
Hazard:
• Terpapar debu semen mengakibatkan iritasi pada
mata, hidung, tenggorokan & sistem pernafasan
bagian atas. Sedangkan jika terkena kulit dapat
mengakibatkan iritasi ringan hingga kulit pecah-
pecah.
Pengendalian:
• Segera cuci mata yang terkena debu dengan air
mengalir & berobat ke dokter.
• Gunakan sabun dan air untuk menghilangkan debu
semen agar tidak merusak kulit.
• Memakai masker N95 untuk meminimalkan terhirup
debu semen.
• Makan & minum di area yang bebas debu
Semen basah
Hazard:
• Terpapar semen basah dapat mengakibatkan
iritasi kulit hingga luka bakar kimiawi tingkat
1, 2 dan 3
Pengendalian:
• Memakai sarung tangan karet, baju lengan
panjang & celana panjang, sepatu karet dan
google.
• Segera cuci kulit yang terkena dengan air
mengalir.
• Cuci mata yang terciprat semen basah dengan
air selama 15 menit dan segera bawa ke RS
untuk penanganan lebih lanjut.
Ergonomik
Hazard:
Posisi mengangkat yang salah & gerakan
yang berulang dapat mengakibatkan
keseleo, salah urat dan gangguan
muskuloskeletal lainnya.
Pengendalian:
• Sedapat mungkin gunakan handtruck
atau forklift.
• Bila harus mengangkat , pastikan
dengan posisi tubuh yang benar, bila
beban berat minta bantuan rekan kerja
lain.
• Jaga agar lantai kerja selalu bersih untuk
menghindari bahaya terpeleset.
5.4 Pekerjaan Konstruksi Baja
Hazards pekerjaan konstruksi baja:
• Pekerja jatuh dari ketinggian
• Pekerja terbentur oleh bagian
struktur baja yang akan dipasang
• Struktur baja runtuh sebelum semua
penguat dipasang
• Material jatuh dari atas menimpa
pekerja di bawahnya
• Mengangkat bagian baja yang berat
secara manual mengakibatkan
cedera
Pengendalian:
• Safety Nets
• Hand Rails
• Safety Harness (PFAS)
• Sistem perlindungan
terhadap bahaya jatuh harus
dipasang sebelum pekerjaan
dimulai
• PFAS
• Diberikan pelatihan
dengan benar
– Batas pekerjaan di
ketinggian 1.8 m
– Peralatan harus dicek
sebelum digunakan
Guardrails/pagar
pengaman:
• Tinggi top rail antara 0.9
m sd 1.1 m
• Toeboards tinggi
minimum 7 cm
– Top rail
– Mid Rail
– Toe board
Safety nets:
• Ditempatkan tidak lebih
dari 9 m di bawah area
kerja
6. Summary
• pekerjaan proyek konstruksi sangat dinamis, dan kompleks,
dengan jadwal kerja yang ketat, sehingga sering memicu
tingginya angka kecelakaan dibanding bidang lainnya
• Pengendalian k3 di sektor konstruksi dimulai dengan
mengidentifikasi bahaya dan menerapkan kontrol
• Penerapakan smk3 konstruksi merupakan syarat mutlak untuk
pengendalian menyeluruh
K3 Perkantoran
Ir. Agung Praptomo
Dasar Hukum
• UU no 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
• PerMenKes no 48
Tahun 2016 Standar
K3 Perkantoran
• PerMenTenaga Kerja
dan Transmigrasi no
PER.13/MEN/X/2011
Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di
Tempat Kerja
K3 perkantoran
Segala kegiatan untuk
menjamin dan
melindungi
keselamatan dan
kesehatan karyawan
melalui upaya
pencegahan
kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja
Tujuan penerapan:
• mencegah dan
mengurangi penyakit
akibat kerja dan penyakit
lain, serta kecelakaan kerja
pada karyawan,
• mewujudkan kantor yang
sehat, aman, nyaman,
serta karyawan yang
sehat, selamat, bugar,
berkinerja dan produktif.
Penyelenggarakan K3 Perkantoran:
1. Setiap Pimpinan Kantor dan/atau Pengelola
Gedung wajib menyelenggarakan K3
Perkantoran.
2. Penyelenggaraan K3 Perkantoran meliputi:
• a. membentuk dan mengembangkan SMK3
Perkantoran
• b. menerapkan Standar K3 Perkantoran
1. SMK3 Perkantoran
bagian dari sistem
manajemen gedung
perkantoran secara
keseluruhan dalam
rangka pengendalian
risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien
dan produktif.
SMK3 Perkantoran:
• Perencanaan: identifikasi potensi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko serta
menentukan tujuan & sasaran
• Pelaksanaan: menerapkan hasil perencanaan
• Pemantauan: memonitor dan mengukur
kegiatan dan proses pelaksanaan tsb
• Peninjauan: melakukan tindakan perbaikan
bila diperlukan
Hazards K3 Perkantoran

Terpeleset, tersandung, terjatuh


Manual handling
ergonomi
electricity
• Kebisingan, debu, pencahayaan
Standar Kebisingan sesuai peruntukan ruang perkantoran :
Peruntukan Ruang Standar Kebisingan (dBA)
Ruang kantor (umum/terbuka) 55-65
Ruang kantor (pribadi) 50-55
Ruang umum dan kantin 65-75
Ruang pertemuan dan rapat 65-70
Persyaratan Pencahayaan sesuai Peruntukan Ruang
Peruntukan Ruang Minimal Pencahayaan (lux)
• Ruang Kerja 300
• Ruang Gambar 750
• Resepsionis 300
• Ruang Arsip 150
• Ruang Rapat 300
• Ruang Makan 250
• Koridor/lobi 100
• virus
Psikososial:
• Beban kerja berlebih
• Ketidakpuasan kerja
• Konflik di tempat kerja
• Kurangnya penghargaan
• Kurangnya dukungan
dari rekan kerja maupun
atasan
• Ketidak jelasan tugas
dan tanggung jawab
Bahan Kimia:
• AC mengandung zat kimia seperti p-dichlorobenzene
dan formaldehida yang memicu penyakit pernapasan.
• Bahan pembersih
• Toner mesin photo copy
2. Standar K3 Perkantoran:
2.1 keselamatan
kerja
2.2 kesehatan kerja
2.3 kesehatan
lingkungan kerja
2.4 Ergonomi
Perkantoran
2.1 Keselamatan Kerja:
a. persyaratan
keselamatan kerja
Perkantoran
b. kewaspadaan
bencana
perkantoran.
a.persyaratan keselamatan kerja
Perkantoran
• pelaksanaan pemeliharaan
dan perawatan ruang
perkantoran;
• desain alat dan tempat
kerja;
• penempatan dan
penggunaan alat
perkantoran
• pengelolaan listrik dan
sumber api.
b. kewaspadaan bencana perkantoran
• manajemen tanggap
darurat gedung
• manajemen
keselamatan dan
kebakaran gedung
• peryaratan dan tata
cara evakuasi
• penggunaan
mekanik dan elektrik
• P3K
2.2 Kesehatan Kerja
a. peningkatan
Kesehatan Kerja
b. pencegahan
penyakit
c. penanganan
penyakit
d. pemulihan
kesehatan bagi
karyawan
CTS
• LBP
• Eyestrain
• virus
2.3 Kesehatan Lingkungan
• a. persyaratan
kesehatan
lingkungan
• b. standar
lingkungan kerja
a. persyaratan kesehatan lingkungan
• sarana bangunan
• penyediaan air
• toilet
• pengelolaan limbah
• cuci tangan pakai sabun
• pengamanan pangan
• pengendalian vektor dan
binatang pembawa
penyakit
b. Standar lingkungan kerja
perkantoran meliputi aspek:

• fisika
• kimia
• Biologi
(Lihat tabel 6
Persyaratan min
kualitas udara
perkantoran
Permenkes no 48
2016 )
2.4 Ergonomi Perkantoran
a. luas tempat kerja
b. tata letak peralatan
kantor
c. Kursi
d. meja kerja
e. postur kerja
f. Koridor
g. durasi kerja
h. penanganan beban
manual
summary
• K3 perkantoran bertujuan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan & penyakit akibat kerja
pada karyawan perkantoran serta
menciptakan kantor yang sehat, aman &
nyaman
• Untuk itu perlu dibentuk dan diterapkan smk 3
perkantoran dan standar k3 perkantoran
Keselamatan Kerja Sektor Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan
Disampaikan oleh : Wiwik Eko Pertiwi
Pandangan Umum
Dilakukan
sendiri

Kesehatan
Penyakit :
bidang
malaria dan
preventif dan
kecacingan
kuratif
Usaha-usaha
Kesehatan

Personal Penyakit karena


higiene yang sanitasi yang
rendah buruk
PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA

• Pneumoconiosis akibat pengaruh debu tembakau

Tabakosis • Debu berasal dari daun tembakau yang dikeringkan


• Dapat disebabkan karena jamur pada daun tembakau,
atau nikotin

Byssinosis • Tdp pada perusahaan pemintalan, pertenunan,


perkebunan kapas, pekerja pemisah biji kapas dari serat

• Penyakit paru-paru karena bagasse ( hampas tebu)

Bagassosis • Bagasse yang lama disimpan, kering, rapuh dan berjamur


• Radang alat pernafasan akut, enek, muntah, demam suhu
tinggi, mengginggil, batuk.
PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA

• Tjd. Pada pekerja pembuat kasur kulaitas rendah


Radang alat • Disebabkan : aerobacter cloacae
pernafasan akut

• Grain asthma : penyakit bengek thd butir-butir beras/gandum


• Tamarind asthma : alergi alat pernafasan karena buah tamarin
ASMA • Flour asthma : alergi kepada kutu-kutu tepung atau kepada tepung itu sendiri.

• Dermatosis karena jamur


• Aspergilosis : penyakit paru-paru karena jamur pada pekerja yang mengolah
Dermatosis gandum
PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA

• Saat pengambilan hasil-


hasil dari pohon
Kecelakaan kerja • Saat penebangan dan
pengangkutan
• Karena cacing
• Higiene lingkungan dan
ancylostomiasis perorangan agar lebih
ditingkatkan
• Hemotoksik : meracuni
Gigitan kalajengking darah
dan ular • Racun yang merusak
syaraf : neurotoksik
Racun-racun hama dalam pertanian,
perkebunan dan kehutanan
• Bahan-bahan yang dipergunakan utk
membasmi hama
• Racun serangga : insektisida
• Racun tikus : rodentisida
• Fungisida : racun jamur
• Herbisida : untuk membasmi alang-alang /
tanaman lainnya
Dalam bentuk
bubuk, emulsi
yang harus
dilarutkan
dengan pelarut

Larut dalam Racun- Persenyawaan


lemak, halogen
menyebabkan racun hidrokarbon :
keracunan serangga DDT

Dibuat secara
sintetis,
berminggu-
berbulan
1. Penyimpanan racun
2. Pemakaian alat pelindung
3. Cara-cara pencegahan lain

Cara-cara
Pencega
han
Keracuna PENYIMPANAN RACUN-RACUN SERANGGA :
n oleh 1. Disimpan dalam wadah tertutup dan berlabel
racun 2. Campuran racun dengan tepung tidak boleh disimpan
hama dekat makanan

3. Tempat bekas penyimpanan yang tidak terpakai harus


dimunahkan
4. Tidak menyimpan didalam wadah makanan atau
minuman
Cara-cara
Pemakaian alat—
pencegahan
alat pelindung
lainnya

Menyemprot searah
Menggunakan masker
angin

Pakaian pelindung, kaca


mata, sarung tanganjika Membatasi jam kerja
mencampurkan bahan

Tidak menyemprot
Melepas pakaian tempat-tempat yang
pelindung dan CTPS sebagian tubuh manusia
sebelum makan akan bersentuhan dg
nya

Memisahkan pakaian
kerja dengan pakaian
sehari-hari
Keselamatan kerja
sektor informal
Wiwik eko pertiwi
DEFINISI
Sektor informal merupakan jenis
kesempatan kerja yang kurang
terorganisir, tidak dilindungi oleh
badan hukum dan sering dilupakan
dalam sensus resmi (Manning,
1996).

Sektor informal merupakan


lingkungan usaha yang tidak resmi
dan merupakan unit usaha kecil
yang melakukan kegiatan produksi
dan/atau distribusi barang dan jasa
untuk menciptakan lapangan kerja
sendiri (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
CIRI-
CIRINYA

tidak terorganisasikan
secara baik

tidak mempunyai izin


usaha

Pola kegiatan usaha


tidak teratur
Ciri-ciri sektor kerja informal

kebijaksanaan
mudah keluar
pemerintah tidak Teknologi
masuk dari satu
sampai ke sektor bersifat primitif.
subsektor ke lain
ini

Modal dan
Pekerja berasal perputaran
dari keluarga usaha relatif
kecil
Ciri-ciri sektor kerja informal

modal usaha berasal dari


tabungan sendiri atau
lembaga keuangan yang
tidak resmi.
Hasil produksi atau jasa
dikonsumsikan oleh
masyarakat desa/kota
yang berpenghasilan
rendah.
Apa saja pekerjaan
sektor informal ?

petani, nelayan, pedagang


kaki lima, tukang ojek, industri
rumah tangga, buruh tani,
buruh harian, pengrajin mebel
Pengrajin Kayu dan Mebel
pekerja sektor informal yang
menggunakan berbagai jenis kayu
sebagai bahan baku utama dalam
proses produksinya serta
menerapkan cara kerja yang bersifat
tradisional (Depkes RI).
Peralatan yang dipakai

• Gergaji (mesin
tangan) • Bubut (mesin
• Bor (mesin tangan) tangan)
• Ketam (mesin • Tatan
tangan) • Penghalus
• Pengait (pengampelas)
• Klem tang • Pisau ukir
(tangan)
• Pemukul (kayu,
besi)
Debu
kayu

Bahaya
bahan Bising
kimia

Faktor
resiko

Cara Beban
kerja kerja

Posisi
kerja
tidak
ergnomis
Debu kayu
• Debu kayu dan
partikel kecil dari kayu • Dampak
yang timbul akibat negatif :
proses penggergajian • Iritasi dan
dapat masuk ke alergi
dalam tubuh melalui saluran
saluran pernafasan pernafasan
dan dapat pula
Dan kulit
menyebabkan alergi
terhadap kulit.
Posisi kerja
Bising yang tidak
ergonomis

Penggunaan
Jongkok dan
mesin dan
membungkuk
gergaji

Berdampak
Nyeri tulang
pada
belakang
pendengaran
• Penggunaan alat-
Cara kerja alat tangan
• Terluka, tersayat

• Beban kerja
berlebihan
Beban kerja • Punggung,
pundak, LBP
• Cat, solvent
Penggunaan • Iritasi sal.
bahan kimia Pernafasan dan
kulit
Penerapan K3 di sektor informal
dibawah naungan UKK.
K3 di sektor informal
bertujuan :

Meningkatkan
efiesiensi
kerja
Melindungi
keselamatan
dan kesehatan
pekerja
Mencegah
Kec.Kerja dan
PAK
Pos UKK adalah Bentuk pemberdayaan
masyarakat
di kelompok pekerja informal dalam upaya :
1. promotif,
2. preventif

untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan


terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerja
Masih banyak Tugas kalian
sektor pekerjaan berikutnya membuat
informal yang belum makalah tentang
tersentuh K3 sektor informal pada
petani, perkebunan,
dan kehutanan
PENCEGAHAN KECELAKAAN
KERJA

Oleh : Wiwik Eko Pertiwi


DEFINISI KECELAKAAN KERJA
• Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang
jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak
terduga semula.
• Dapat menimbulkan : kerugian waktu, harta
benda dan properti maupun korban jiwa.
3
PIPER ALPHA (1988) (167 deaths)
Keselamatan Kerja
4

Keselamatan Kerja

AMMONIUM NITRATE EXPLOSION, TOULOUSE, FRANCE (2001)


Selanjutnya….
Unsur-unsur Kecelakaan Kerja :
1. Tidak diduga semula, artinya tidak terdapat
unsur kesengajaan dan perencanaan
2. Tidak Diinginkan dan diharapkan,artinya
setiap kecelakaan disertai hal yang tidak
diinginkan/ hal merugikan
3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan,
artinya sekecil apapun kecelakaan kerja akan
menyebabkan terganggunya proses kerja
Selanjutnya…
Pembagian Kategori Kecelakaan Di Industri :
1. Kecelakaan Industri (Industrial Accident) :
yaitu suatu kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja.
2. Kecelakaan di dalam Perjalanan (Community
Accident), yaitu kecelakaan yang terjadi diluar
tempat kerja.
SEBAB-SEBAB KECELAKAAN KERJA
A. TEORI DOMINO (Heinrich, 1950)
• Adalah teori yang mengemukakan bahwa
timbulnya kecelakaan atau cidera disebabkan
oleh 5 (lima) faktor penyebab yang berurutan
dan berdiri sejajajar antara faktor satu dan
lainnya.
Selanjutnya…
• Kelima faktor tersebut adalah :
1. Domino Lingkungan Sosial dan Kebiasaan
Perilaku
2. Domino Penyebab Dasar dari Kesalahan /
Kecerobohan
3. Domino Tindakan dan Kondisi tidak aman
4. Domino Kecelakaan
5. Domino Kerugian
Selanjutnya…
Pembagian Fase seluruh teori Domino :
1). Fase Pre-kontak
2). Fase Kontak
3). Fase Pasca Kontak
B. TEORI DOMINO MODIFIKASI
• Dimodifikasi oleh Frank Bird Jr dan Germani,
1986. Memodifikasi Teori Domino dengan
merefleksi kedalam hubungan manajemen
secara langsung dengan sebab akibat kerugian
kecelakaan.
• Menurut model ini faktor penyebab kerugian
terbagi atas :
1. Lemahnya Kontrol
2. Sumber penyebab Dasar
3. Penyebab Kontak
4. Insiden
5. Kerugian
• Secara Umum Penyebab Kecelakaan Kerja dapat
Dikelompokan sebagai berikut :
1. Sebab Dasar atau Asal Mula. Meliputi faktor :
Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen
atau perusahaan dalam upaya penerapan K3
Manusia atau para pekerja
Kondisi tempat kerja, sarana dan lingkungan kerja
2. Sebab Utama. Meliputi Faktor :
Faktor manusia (Unsafe Actions)
Faktor Lingkungan (Unsafe Conditions)
Interaksi mesin-mesin dan sarana lain (Unsafe
Man-Mechain Interaction)
POTENSI BAHAYA DITEMPAT KERJA
• Potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai
kegiatan atau aktivitas kerja atau berasal dari
luar proses kerja.
• Potensi bahaya kerja disebabkan oleh berbagai
faktor, yaitu :
1. Kegagalan komponen
2. Kondisi yang menyimpang
3. Kesalahan manusia dan organisasi
4. Pengaruh kecelakaan dari luar
5. Kecelakaan akibat adanya sabotase
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
• Menurut Internarional Labor Organization
(1980), kecelakaan di industri dapat
diklasifikasikan menjadi, yaitu :
1. Klasifikasi Berdasarkan Mode Cidera
(Classification of mode injury)
A. Kontak dengan arus listrik dan bahan berbahaya
B. Tercelup dalam cairan atau liquid
C. Terjatuh
D. Tertabrak/ terbentur oleh objek yang bergerak
dan sejenisnya.
Selanjutnya…
E. Kontak dengan benda tajam dan kasar
F. Terjerat, terlilit dan sejenisnya
G. Pemaparan terhadap gelombang radiasi,
kebisingan dan pembebanan mekanik
H. Tergigit oleh binatang dan sejenisnya
I. Kontak dengan Objek lain yang belum
terklarifikasi
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
2. Klsifikasi menurut agen penyebabnya
(clasification of the material item or agency)
A. Bangunan dan area tempat kerja lantai yang
sama
B. Bangunan, kontruksi, area kerja pada ketinggian
C. Bangunan, kontruksi, area kerja pada
kedalaman
D. Sarana untuk distribusi material
E. Mesin-mesin, alat penggerak
Selanjutnya…
F. Alat-alat tangan tanpa motor penggerak
G. Alat- Alat tangan dengan motor penggerak
H. Mesin-mesin dan peralatan kerja lainnya yang
bersifat portabel
I. Mesin-mesin dan peralatan kerja yang
permanen
J. Sarana Kerja untuk memindahkan dan
menyimpan material
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya
(Classification according to type injury)
A. Cidera dangkal (Superficial injuries) dan luka
terbuka (Open wounds)
B. Patah tulang
C. Dislokasi, terkilir dan keseleo (Sprains dan
Strains)
D. Amputasi traumatik
E. Gegar otak dan cidera dalam
Selanjutnya…
F. Luka bakar, korosi, radang, frostbite
G. Keracunan akut dan infeksi
H. Jenis cidera spesifik lainnya, seperti efek radiasi
I. Jenis cidera lainnya yang belum terklarifikasi
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
4. Klasifikasi menurut lokasi kejadian kecelakaan
(Classification location of accident)
A. Pada tempat umum
B. Pada tempat kerja selain tempat kerja umum
C. Dijalan saatv melaksanakan pekerjaan /tugas
D. Dijalan dari rumah ketempat kerja
E. Dijalan dari tempat kerja kerumah
F. Lokasi lainnya yang belum terklarifikasi
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
5. Klasifikasi menurut dampak cidera
(Classification of the consequences of injuries)
A. 1-3 hari tidak masuk kerja
B. 4-7 hari tidak masuk kerja
C. 8-14 hari tidak masuk kerja
D. 15-21 hari tidak masuk kerja
E. 22-1 bulan tidak masuk kerja
F. 1-3 bulan tidak masuk kerja dst.
G. Dampak yang belum terklarifikasi
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
6. Klasifikasi menurut jenis pekerjaan tertentu
(Classification according to spesific activity)
A. Operating machines
B. Bekerja dngan hand tools
C. Bekerja dengan peralatan transportasi
D. Manual handling
E. Transportasi manual
F. Pergerakan
G. Pekerjaan spesifik lain yang belum terklarifikasi
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
7. Klasifikasi terjadinya penyimpangan dari
keadaan normal (Classification of deviations
from the normal)
A. Deviasi disebabkan oleh kelistrikan, peledakan
atau kebakaran
B. Deviasi disebabkan karena overflow, overturn,
kebocoran dan aliran emisi
C. Kerusakan kerusakan, pecah, retak, deformasi
atau cacat
D. Kurangnya pengendalian mesin, alat kerja,
sarana transportasi
Selanjutnya ….
E. Terjatuh
F. Pergerakan tubuh (orang bergerak)
G. Pergerakan tubuh (orang tidak bergerak)
H. Kekerasan dan agresi
I. Deviasi lain yang belum terklarifikasi
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
8. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang
terluka (Classification according to the part of body
injured)
A. Kepala dan muka
B. Leher dan vetebrata
C. Tulang belakang dan ruas tulang punggung
D. Badan dan organ dalam
E. Anggota badan bagian atas (upper extremities)
F. Anggota badan bagian bawah (Lower extremities)
G. Seluh badan dan cidera bagian tubuh yang belum
terklarifikasi
KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA
• Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian,
dan kerusakan kepada manusia, harta benda
atau properti dan proses produksi.
• Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan
kerja dapat dikelompokan menjadi :
1) Kerugian / biaya langsung (Direct Costs)
2) Kerugian / biaya tidak langsung atau
terselubung (Indirect Costs )
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
• upaya untuk mencari penyebab dari suatu
kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah
(fact finding, no fault finding).
• langkah dasar pencegahan kecelakaan kerja
meliputi :
1. dukungan manajemen,
2. mencari data dan fakta,
3. menganalisa penyebab kecelakaan
4. membuat rekomendasi perbaikan serta
implementasinya.
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
• Untuk membuat program pencegahan
kecelakaan kerja, tahapan yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. identifikasi masalah dari kondisi tidak aman
2. Penyelidikan kecelakaan (analisa kecelakaan)
3. Pemahaman azas-azas pencegahan kecelakaan
(azas rumit, azas arti, azas urutan)
4. Perencanaan dan pelaksanaan
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
• Dalam pencegahan kecelakaan kerja yang baik,
harus memperhatikan aspek-aspek seperti :
a) Desain pabrik
b) Desain komponen dan peralatan pabrik
c) Sisitem keselamatan
d) Pencegahan kesalahan manusia dan organisasi
e) Pemeliharaan dan monitoring
f) Pengawasan dan kontrol
g) Mengurangi akibat yang terjadi
Diskusikan
1. Mengapa kecelakaan kerja dapat terjadi
2. Bagaimana upaya untuk meminimalisir
kejadian kecelakaan di tempat kerja
3. Jelaskan teori gunung es kecelakaan
4. Jelaskan teori piramida kecelakaan
5. Jelaskan apakah manajemen resiko eefektif
untuk mencegah kecelakaan ?
Tugas dikerjakan secara individu dan diupload
paling lambat hari senin tanggal 26 September
2022 di link gdrive yang telah diberikan.
TERIMAKASIH….
 Pendahuluan : berdasarkan data dari
Eurostat (Eu,1999) dinyatakan bahwa
setiap tiga setengah menit di Uni Eropa
terjadi kematian akibat kecelakaan
kerja.
 Di Indonesia sendiri angka kecelakaan
kerja belum dapat dipresentasikan
secara detail karena kurang
terkoordinasinya sistem pelaporan
kecelakaan kerja.
 Untuk membahas statistik kecelakaan
kerja, perlu diketahui dahulu keterkaitan
atau hubungan antara kecelakaan kerja
industri dan kecelakaan di tempat kerja,
sebagai berkut :
1. Keterkaitan antara kecelakaan industri
dan kecelakaan tempat kerja.

Kecelakaan Industri menyebabkan


kegagalan sisitem engineering

Kecelakaan industri melibatkatkan


kerugian karyawan

Kecelakaan industri tanpa


menyebabkan kegagalan sistem
2. Proses Kejadian Kecelakaan Tempat
Kerja

Kesalahan
Kehadiran ‘HAZARDS’ dibuat RISIKO di tempat kerja
di tempat kerja oleh
personel

Pekerja
Contoh : Permukaan menumpahk Terjadi penyalaan
panas (seperti ; an cairan dengan cepat ;
pemanas listrik) mudah pekerja cidera
terbakar
3. Proses Kejadian Kecelakaan Industri

DAMPAK DALAM
Inisiasi Kecelakaan INDUSTRI
Dampak ke
personel
Dampak ke industri
Eskalasi Kejadian KEGAGALAN
yang merugikan SISTEM
Dampak ke
Masyarakat
Dampak ke
lingkungan
DAMPAK DILUAR
INDUSTRI
 Untuk membandingkan periode kinerja
keselamatan kerja dan mengevaluasi
pengaruh program keselamatan kerja
dapat digunakan beberapa indek
keselamatan kerja.
 Pengukuran secara tradisional kinerja
keselamatan kerja dapat diukur dari
tinggi rendahnya kecelakaan kerja/
insiden akibat suatu pekerjaan disebut
Tingkat Insiden Tercatat (OSHA
Recordable Incidence Rate. dari istilah
tersebut selanjutnya mucul istilah :
• 1.Tingkat Insiden (Incidence Rate-IR).
Pengukuran ini di hitung berdasarkan pada
200.000 jam kerja-pekerja (senilai dengan 100
pekerja yang bekerja 40 jam seminggu u/ 50
minggu dalam 1 tahun)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐼𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛 × 200.000


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛 (𝐼𝑅) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 − 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
 Contoh soal : suatu perusahaan mempunyai 250
orang pekerja full time (40 jam kerja seminggu dan
50 minggu setahun) dan 10 orang pekerja part
time yang masing-masing bekerja selama 20 jam
per minggu. Maka jumlah jam kerja setara 510.000
jam kerja setahun. Jika pada perusahaan tersebut
terdapat 4 kasus kecelakaan yang menyebabkan
cidera, maka Tingkat Insiden (IR) pada perusahaan
bersangkutan yaitu :

4 ×200.000 800.000
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛 𝐼𝑅 = = = 1,57
510.000 510.000
 Hitunglah berapa jam kerja pekerja
perusahaan B yang mempunyai pekerja
sebanyak 120 orang?
 Jika dalam perusahaan tersebut dalam
1 tahun terjadi 2 kali kecelakaan
hitunglah berapa insiden ratenya dan
frekuensi ratenya
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Insiden Rate (IR) :
a. Perhitungan Jam Kerja-Pekerja. Jam kerja-
pekerja yang digunakan untuk mengitung
Insiden Rate (IR) adalah total jam kerja
untuk seluruh pekerja yang bekerja dalam
satu perusahaan atau unit kerja.
b. Cidera Cacat (Disabling Injury). Dihitung
dari berbagai kasus cidera yang
menyebabkan cacat yang disebabkan
karena pekerjaan
c. Cidera Tidak Cacat (Nodisabling Injury).
Kasus kecelakaan hanya menghilangkan
waktu beberapa hari tidak diklasifikasikan
dalam cidera cacat
• 2. Tingkat Waktu Kerja Hilang (Lost Time
Case Rate- LTCR).
Merupakan perhitungan matematik yang
menjelaskan jumlah kehilangan waktu per 100
pekerja dengan waktu kerja penuh
(sekurangnya 40 jam kerja seminggu 50
minggu dalam 1 tahun).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐻𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 ×200.000


LTCR =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎−𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
• 3. Tingkat Hari Kerja Hilang (Lost Work
Day Rate-LWDR).
LWDR merupakan perhitungan matematik
yang menjelaskan jumlah kehilangan hari kerja
per 100 pekerja dengan waktu kerja penuh (
sekurangnya 40 jam kerja seminggu untuk 50
minggu dalam 1 tahun).

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐻𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 ×200.000


LWDR =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎−𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
• 4. Tingkat Hari Kerja Terbatas/Pindah
Pekerjaan (Days Away/ Restricted or
Transfer Rate- DART Rate).
Di hitung dengan menambahkan jumlah
insiden yang mempunyai satu atau lebih
kehilangan hari kerja dikalikan 200.000 dan
dibagi jumlah jam kerja perusahaan.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝐴𝑅𝑇 𝐼𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛 ×200.000


DART Rate =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎−𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
• 5. Tingkat Kekerapan ( Frequency Rate-
FR).
Pengukuran ini digunakan untuk menghitung
tingkat kekerapan kecelakaan atau cidera
mengakibatkan cacat sehingga tidak dapat
bekerja dalam periode tertentu (biasanya
untuk periode 1 tahun).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑎𝑛 ×1000.000


FR =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎−𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
• 6. Tingkat Keparahan (Saverty Rate-SR)
Berhubungan dengan hari kerja yang dihitung
berdasarkan jumlah jam kerja selama periode
1 tahun dan diekspresikan dalam unit jutaijam
kerja.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐻𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 ×1000.000


Tingkat Keparahan Cidera= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎−𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
• 1. Statistik Jumlah Kecelakaan Kerja dan
Fatal Incident Rate

7,000 6,632
6,217 6,331 6,275 6,202 6,238 6,055 6,053
5,915 5,900 6
6,000 5,524
5,000 5
5.2

5.3
5.2

4.8
5

4.7
4,000

4.7
4

4.5

4.3

4.3

4
3,000
3
2,000
2
1,000

0 1
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
number 0
• 2. Trend Incident Rate Kecelakaan Kerja
Menyebabkan Kehilangan Hari Kerja dan tanpa
Kehilangan Hari Kerja
• Sebutkan contoh kecelakaan yang menyebabkan
kehilangan hari kerja
• Sebutkan contoh kecelakaan yang tanpa
kehilangan hari kerja
• 3. Statistik Kecelakaan Kerja Berdasarkan
Jumlah Absensi Tidak Masuk Kerja atau Hari
Karena Cidera

3 months & +
or permanent
incapacity
4%
2 weeks - less
3 months < 4 days
30% 37%

4 days - less 2
weeks
29%
• 5. Statistik Kecelakaan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja
• Carilah angka kejadian kecelakaan
kerja di Indonesia
• Dan sebutkan penyakit-penyakit
akibat kerja yang mungkin terjadi di
perusahaan : tambang, pertanian,
peternakan, tekstil, peleburan besi
dan perkantoran
• 6. Distribusi (Presentasi) Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Jenisnya
• Cari contoh tabel atau diagram
kecelakaan kerja berdasarkan jenisnya
• Berikan narasi di bawah tabelnya
• 7. Distribusi (Presentase) Kecelakaan
Kerja Berdasarkan Bagian Tubuh yang
Cidera
• Cari contoh tabel atau diagramnya
• Berikan narasi di bawah tabelnya
• 8. Distribusi (Presentase) Kecelakaan
Kerja Berdasarkan Sumber Penyebab
• Cari contoh tabel atau diagramnya
• Berikan narasi di bawah tabelnya
 Tugas dikerjakan secara berkelompok
 Setiap kelompok terdiri dari 6 orang
 Tugas sebanyak 6 poin. Sehingga masing-
masing orang dalam kelp mengerjakan 1 soal
 Tugas diupload dalam gdrive dengan format
sebagai berikut: tugas sesi 3_nomor
tugas_nama mahasiswa_nama kelp
 Contoh: tugas sesi 3_tugas no
1(hitungan)_wiwik ep_klp 1
 Tugas diupload dengan batas waktu tanggal
30 september 2022 pukul 16.00

Anda mungkin juga menyukai