Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022 PROGRAM

SARJANA TERAPAN PRODI PEKERJAAN SOSIAL

Nama : Reza Ar-Rasyid


Kelas : 1A Pekerjaan Sosial
NRP : 2104111
Mata Kuliah : Pengantar Pekerjaan Sosial
Dosen Pengampu : 1) Dr. Denti Kardeti
2) Muh Ananta Firdaus, M.Kesos.

SOAL:
1. Pilih satu artikel secara online tentang suatu masalah sosial tertentu di suatu wilayah
tertentu (cantumkan sumbernya); atau deskripsi tentang permasalahan sosial tertentu yang
terjadi di wilayah tempat tinggal Saudara (lengkapi dengan data)
2. Buatlah suatu deskripsi dan analisis tentang penanganan masalah sosial tersebut (sesuai
dengan konsep Praktik Pekerjaan Sosial Generalis), meliputi: a. Asesmen
1) Identitas klien
2) Permasalahan (kompleksitas hubungan sebab dan akibat)
3) Potensi yang dimiliki klien
4) Sistem sumber yang tersedia (Sistem Sumber Informal, Sistem Sumber Formal, Sistem
Sumber Kemasyarakatan)
5) Fokus Permasalahan klien (Deskripsi tentang ketidakberfungsian sosial klien)

b. Perencanaan Intervensi
1) Menetapkan tujuan intervensi (Tujuan umum, Tujuan khusus)
2) Menetapkan sasaran intervensi (Sistem Target: mikro, meso, makro)
3) Menetapkan nama program/kegiatan intervensi
4) Menetapkan metode yang digunakan (sesuai dengan sistem sasaran)
5) Menetapkan peran pekerja sosial (jenis peran dan jenis tugas dalam setiap peran)
6) Menetapkan sistem dasar praktik pekerjaan sosial (Sistem klien, Sistem pelaksana
perubahan, Sistem sasaran, Sistem kegiatan)
7) Menetapkan waktu pelaksanaan intervensi (jadwal rencana pelaksanaan kegiatan)
8) Menetapkan terminasi (penjelasan tentang situasi/kondisi/kriteria terminasi) 9)
Menetapkan rujukan (penjelasan tentang kriteria rujukan)
~ Selamat Bekerja ~
Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA)
1. Pilih satu artikel secara online tentang suatu masalah sosial tertentu di suatu wilayah tertentu
(cantumkan sumbernya); atau deskripsi tentang permasalahan sosial tertentu yang terjadi di wilayah
tempat tinggal Saudara (lengkapi dengan data) Deskripsi Kasus:
Melati, 18 tahun adalah anak tunggal. Ayah Melati bekerja sebagai Pegawai Kantor Pos dan ibu
kandung Melati sudah lama meninggal. Ayah Melati telah menikah kembali. Dengan ibu tirinya, Melati
selalu bertengkar, sehingga Melati memutuskan untuk tinggal sendiri (kost). Selama tinggal di kost,
Melati mengenal pergaulan bebas. Melati merupakan anak yang cukup pandai, ia pernah bersekolah
di SMK Surabaya dengan jurusan otomotif namun hanya sampai kelas 2 kemudian drop-out. Setelah
drop-out dari sekolah, Melati kemudian menyusul orang tuanya di Semarang karena dipindah tugaskan
(yang sebelumnya bekerja di Purwodadi). Di Semarang Melati kembali bertengkar dengan ibu tirinya.
Karena tidak betah dengan suasana keluarga yang kurang harmonis, Melati memutuskan keluar dari
rumah dan kembali kost. Selama pergi dari rumah itu lah, Melati semakin jauh terlibat dalam pergaulan
bebas dan akhirnya mulai terjun sebagai Wanita Tuna Susila (WTS). Setelah enam bulan lebih Melati
baru bisa ditemukan oleh keluarganya karena Melati terjerat razia di Semarang.

Sumber: https://eprints.uns.ac.id/5382/1/1_(5).pdf

2. Buatlah suatu deskripsi dan analisis tentang penanganan masalah sosial tersebut (sesuai dengan
konsep Praktik Pekerjaan Sosial Generalis), meliputi:
a. Asessmen
1) Identitas Klien
Nama: Melati
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia: 18 Tahun
Tempat, Tanggal Lahir: Surabaya, 17 Februari 1990
Asal daerah/suku: Surabaya/Jawa
Agama: Islam
Nama sekolah, Kelas: SMK Otomotif Surabaya, kelas 2
Putus sekolah/sejak kelas/tahun: Kelas 2 SMK

2) Permasalahan (kompleksitas hubungan sebab dan akibat)


Faktor Penyebab Masalah
• Faktor Internal
Faktor internal yang membuat klien terjun ke dalam dunia WTS adalah
berawal dari Melati yang merasa kurang diperhatikan dan tidak mendapat limpahan
kasih sayang dari orang tua ditambah dengan Melati yang sering bertengkar dengan
ibu tirinya membuat ia merasa tidak betah berada di rumah. Pada akhirnya memilih
pergi meninggalkan rumah dan menemukan lingkungan pergaulannya.

• Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang membuat klien menjadi wanita tuna susila adalah dorongan
dari pergaulannya dengan temannya. Karena merasa memiliki kesamaan nasib dan
kedekatan antara satu sama yang lain dengan temannya, Melati pun berhasil
terpengaruh untuk ikut terjerumus menjadi WTS.

• Faktor Akibat Klien


Karna lingkungan pergaulan klien yang memiliki latar kesamaan membuat
klien semakin tidak terkontrol dan malah menjadi-jadi dengan mengikuti jejak
teman-temannya menjadi WTS, kemudian mengakibatkan klien terjaring razia malam
di kota Semarang. Lalu ditampung di shelter hingga ditemukan oleh orang tuanya
setelah 7 bulan. Dan akibat dari klien menjadi WTS ini memungkinkan klien terkena
penyakit menular seksual, menerima stigma buruk masyarakat, dan keluarga pun
harus menanggung malu.

3) Potensi yang dimiliki klien


Melati sebenarnya adalah siswi yang cukup pandai pada di sekolahnya dahulu. Ia dikenal
sebagai siswi yang pintar. Karena pergaulannya yang bebas dan tidak terkontrol membuat
dirinya menjadi siswi yang bermasalah di sekolahnya.

4) Sistem sumber yang tersedia (Sistem Sumber Informal, Sistem Sumber Formal, Sistem
Sumber Kemasyarakatan)
• Sistem sumber informal yang ada adalah keluarga
• Sistem sumber formal yang ada adalah -
• Sistem sumber kemasyarakatan yang ada adalah Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA), Panti Sosial Bina Karya Wanita, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, dan pekerja sosial.

5) Fokus Permasalahan klien (Deskripsi tentang ketidak berfungsian sosial klien)


Mengutip teori Hierarki Kebutuhan Maslow terdapat lima kebutuhan yang harus dicapai
pada diri seseorang yaitu kebutuhan dasar atau fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan rasa kasih sayang & cinta, kebutuhan mendapatkan penghargaan, dan
kebutuhan akan aktualisasi diri. Mengacu pada teori kebutuhan tadi, Melati tidak
mendapatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Fokus permasalahan yang terjadi pada
Melati adalah Melati tidak mendapatkan peran, dan rasa perhatian dari keluarganya
sebagai kekurangan kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang. Sampai Melati harus
mencari apa yang ia butuhkan di luar rumah dan memilih bergaul dengan bebas bersama
teman-temannya. Karena adanya rasa kesamaan nasib yang timbul serta kedekatan
antarsatu sama yang lain, membuatnya merasa mendapatkan kebutuhan-kebutuhan yang
ia butuhkan. Sehingga Melati tidak dapat menjalankan peran dan fungsi sosialnya sebagai
seorang anak, dan masuk ke dalam lingkaran pertemanan yang membuat dia menjadi WTS,
permasalahan inilah yang akan menjadi fokus intervensi oleh pekerja sosial.

b. Perencanaan Intervensi
1) Menetapkan tujuan intervensi (Tujuan umum, Tujuan khusus)
• Tujuan Umum: Mengembalikan keberfungsian sosialnya.
• Tujuan Khusus: Mengembalikan pendidikannya, kembali mendapatkan kasih
sayang dan rasa perhatian dari orang tua dan lingkungannya serta hak-haknya
sebagai anak.

2) Menetapkan sasaran intervensi (Sistem Target: mikro, meso, makro)


• Mikro
Sasaran Intervensi aras mikro yang akan dilakukan adalah memulihkan fungsi
sosial klien dengan konseling, terapi realitas, dan stimulus berupa pemberian
motivasi kepada klien. Agar timbul dorongan dalam diri klien untuk mengembalikan
fungsi sosialnya sehingga klien dapat menjalankan peran sosialnya seperti
sediakala. Serta mengembalikan hak-hak klien sebagai anak yakni salah satunya
adalah mendapatkan pendidikan yang layak dengan menjalankan program kejar
paket C untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat terhenti, lalu memberikan
motivasi kepada klien agar tidak kembali menjadi WTS dan dapat menahan diri dari
pergaulan yang tidak terkontrol.
• Mezzo
Pada aras mezzo pekerja sosial memberikan intervensi dengan mengikutkan
klien dalam kelompok-kelompok group work. Kelompok-kelompok group work
yang dapat diikuti melati adalah Recreation Group (Kelompok-kelompok Rekreasi)
dan Educational Group (Kelompok pendidikan) dan Self Help Group (Kelompok
Bantu Diri). Pada Recreation group bertujuan untuk memulihkan mental dan pikiran
klien sebagai anak di dalam sebuah keluarga, memberikan kesenangan berupa
kegiatan yang menghibur diri klien serta membangun karakter diri klien yang
diharapkan mampu mencegah klien untuk tidak lagi terjerumus pada pergaulan
yang tidak benar. Lalu pada Educational Group sebagai penyegaran kembali terkait
pengtahuan-pengtahuan dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki kliem, dan
juga dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang sudah dikuasai oleh
klien yang memiliki latar belakang pendidikan pernah bersekolah di SMK jurusan
otomotif. Educational group sangat membantu ia untuk mengembalikan dan
mengasah kempali keterampilan serta pengetahuannya. Dan Self Help Group
Kelompok ini bertujuan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan khusus yang
diinginkan klien. Klien bisa mengikuti kelompok fokus untuk mencapai pola hidup
alternatif agar tercipta ketenangan atau kebahagiaan yang hakiki. D idalam
kelompok ini juga terdapat orang-orang yang merasa dirinya tersisih/tersingkir,
sehingga kelompok ini diharapkan mampu memberikan perlindungan kepada
orang-orang yang merasa tertekan oleh anggapan-anggapan yang buruk dari
masayarakat.
• Makro
Pada aras makro pekerja sosial membentuk aksi sosial berupa kampanye
mengajak masyarakat untuk mencapai kepedulian masyarakat dan pemerintah
dalam perlindungan klien, serta menegaskan kembali bentuk kepedulian
pemerintah pada UU No.23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 15, yang berisikan
“Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada klien dalam
situasi darurat, klien yang berhadapan dengan hukum, klien dari kelompok
minoritas dan terisolasi, klien yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual,
klien yang diperdagangkan, klien yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), klien korban penculikan,
penjualan, perdagangan, klien korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, klien
yang menyandang cacat, dan klien korban perlakuan salah dan penelantaran.”,
pasal 3 tentang “tujuan perlindungan klien” dan pasal-pasal lainnya.

3) Menetapkan nama program/kegiatan intervensi


• Mikro: Konseling dan Terapi Realitas
• Mezzo: Recreation Group dan Educational Group
• Makro: Aksi Sosial bersama masyarakat

4) Menetapkan metode yang digunakan (sesuai dengan sistem sasaran)


Metode yang akan digunakan adalah sistem sasaran Mikro adalah dengan tools
Konseling dan Terapi Realitas. Bertujuan untuk mengembalikan peran fungsi sosialnya
sebagai anak dan mendapatkan hak-haknya sebagai anak serta klien diharapkan dapat
kembali menjalankan peran dan fungsi sosialnya di keluarga, lingkungan, maupun
masyarakat luas.

5) Menetapkan peran pekerja sosial (jenis peran dan jenis tugas dalam setiap peran)
1) Enabler
Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu klien untuk mengakses sistem
sumber yang klien miliki, mengidentifikasi masalah dan mengembangkan
kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah dalam pemenuhan kebutuhannya.
2) Broker
Pekerja sosial harus menghubungkan klien kepada sistem sumber yang diperlukan.
Pada bagian ini pekerja sosial harus menjalin kemitraan guna mewujudkan kerja
sama, serta membina keberlangsungan kerja sama tersebut.
3) Expert
Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan,
saran dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-individu,
kelompokkelompok dan masyarakat).
4) Motivator
Memberikan motivasi agar klien sendiri, melakukan perubahan perilaku yang lebih
baik. Tetapi juga motivator memotivasi agar terjadinya penguatan kemauan korban
untuk keluar dari situasi yang membelenggunya.
5) Pendamping
Sebagai pendamping, pekerja sosial melakukan pendampingan terhadap korban
trafficking dengan cara-cara tertentu seperti persahabatan guna memahami situasi
dan kondisi kejiwaan klien sehinnga klien merasa punya sahabat, punya konsultan,
punya kawan untuk membantu mengatasi masalah yang sedang dihadapi dan
dialami klien.
6) Menetapkan sistem dasar praktik pekerjaan sosial (Sistem klien, Sistem pelaksana
perubahan, Sistem sasaran, Sistem kegiatan)
• Sistem Klien
Sistem klien adalah klien itu sendiri yang akan menerima pelayanan dan manfaat
dari pelaksana perubahan yang akan terlibat dalam pelayanan yang diberikan oleh
pekerja sosial.
• Sistem Pelaksana Perubahan
Adalah pekerja sosial, Panti Sosial Bina Karya Wanita, yang akan meberikan
intervensi kepada klien, dan bersama kelompok lainnya yang memberikan bantuan
atas dasar keahlian yang berbeda dan bekerja sama dengan sistem yang berbeda
untuk mengadakan perubahan berencana.
• Sistem sasaran
Sistem sasaran adalah klien dan orang tua. Lalu pada klien sendiri adalah
diharapkan mampu mengembalikan fungsi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari,
dapat menjalankan peran sosial serta berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
maupun masyarakat. Kemudian menciptakan motivasi dan stimulus pada diri klien
untuk tidak kembali lagi menjadi WTS, dan orang tua yang diharapkan dapat lebih
peka, perhatian serta memiliki kepeduliaan yang tinggi pada klien sehingga orang
tua mampu memenuhi kebutuhan dan hak klien sebagai anak.
• Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan adalah Konseling dan Terapi Realitas

7) Menetapkan waktu pelaksanaan intervensi (jadwal rencana pelaksanaan kegiatan)


Intervensi akan dilaksakan selama 3 bulan, pembagian sesi: 1 Bulan Konseling, 2 Bulan
Terapi Realitas
8) Menetapkan terminasi (penjelasan tentang situasi/kondisi/kriteria terminasi)
Pengakhiran yang Direncanakan, Kontak yang Berbataskan Waktu, dengan kondisi
klien mengalami pembaikan perilaku dan keberfungsian intrapsikis klien. Sehingga
terminasi dilakukan kepada klien dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan pada awal.
9) Menetapkan rujukan (penjelasan tentang kriteria rujukan)
Rujukan dilakukan karena proses pertolongan yang dilakukan sama sekali tidak
berpengaruh kepada klien. Dan klien akan dirujuk ke balai sosial lainnya agar klien
memperoleh pelayanan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, mampu
mengembangkan bakat dan minatnya di tempat yang sesuai, agar pengalaman dan
keterampilan bertambah sehingga lebih siap lagi bila kembali ke keluarga dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai