Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu dari kisah pemimpin yang tercatat oleh sejarawan-sejarawan adalah
Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik yang mempunyai nama lengkap Abdul Malik bin
Marwan bin Al-Hakam bin Abul `Ash Umayyah bin Abdul Syam bin Abdul Manaf.
Ibunya adalah Aisyah binti Mu`awiyah bin al-Mughirah bin Abul `Ash. Ibunya terkenal
dengan seorang yang sangat baik perilaku dan sifat-sifatnya. Dibawah asuhannya Abdul
Malik menjadi orang yang cerdas, baik dan bijaksana.
Di dalam Makalah ini kami akan menjelaskan sedikit materi tentang profil dan
kebijakan-kebijakan serta hikmah dari kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Siapa itu Khalifah Abdul Malik bin Marwan ?


2. Jasa-jasa Apa yang diperoleh pada Masa Pemerintahan Khalifah Abdul Malik
bin Marwan ?
3. Hikmah-Hikmah apa sajakah yang dapat diambil dari khalifah Abdul Malik
bin Marwan?

C. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini ialah :


1. Untuk mengetahui Profil Khalifah Abdul Malik bin Marwan
2. Untuk mengetahui Jasa-jasa Khalifah Abdul Malik bin Marwan
3. Untuk mengetahui hikmah-hikmah apa sajakah yang dapat diambil dari
khalifah Abdul Malik bin Marwan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROFIL KHALIFAH ABDUL MALIK BIN MARWAN
Abdul Malik bin Marwan, bernama lengkap Abdul Malik bin Marwan bin Hakam
bin Abul Aas bin Umayya bun Abd Shams bi Abdi Manaf bin Qussai bin Kilab, adalah
seorang khalifah pertama yang mencentak uang dinar dalam Islam. Dia lahir
pada bulan Ramadhan tahun 23 H dan meninggal tahun 86 H atau 685-705 Masehi.
Abdul Malik diangkat sebagai khalifah oleh kaum muslim setelah terbunuhnyaAbdullah
bin Zubair. Sebelum menjabat sebagai khalifah, dia adalah seorang yang
ahli ibadah dan zuhud. Muawiyah pernah menugaskannya untuk mengurus Madinahpada
waktu Abdul Malik bin Marwan masih berusia 16 tahun. Pada masapemerintahannya,
gerakan penerjemahan buku-buku berbahasa Persia dan Romawi kebahasa
Arab mengalami perkembangan yang pesat. Selain itu, pada masa kepemimpinannya
pula, bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Kemudian, Yerusalem pada
masanya dijadikan sebagai tempat yang suci bagi orang-orang Islam.
Meskipun selama menjadi khalifah, Abdul Malik bin Marwan banyak mengalami
kemajuan, namun di sisi yang lain juga banyak mengalami perlawanan dari
paramusuhnya dan setelah meninggal, kekhalifahannya diganti oleh anaknya yang
bernama Al Walid.

B. KEBIJAKAN – KEBIJAKAN ABDUL MALIK BIN MARWAN


1.      Menjadikan Bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara
Kebijakan ini dikeluarkan karena bahasa yang dipakai untuk kegiatan
administrasi pemerintahan di daerah taklukan pada masa-masa sebelumnya, bukan
bahasa arab. Seperti diketahui bahwa pada masa nabi dan para sahabat dan masa-masa
awal dinasti bani Ummayyah seluruh dokumenyang berkaitan dengan perikehidupan
dicatat dalam bahasa Arab.
Setelah bangsa Persia, Syiria dan Mesir bergabung dalam kekuasaan
pemerintahan Islam, Khalifah Umar bin Al-Khatab mempertahankan dokumen yang
berkaitan dengan negeri tersebut tetap dicatat dalam bahasa mereka masing-masing.
Akibatnya, departemen keungan negeri-negeri tersebut dikuasai oleh pribumi non
muslim yang memahami bahasa mereka. Ketika Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia
menghapuskan bahasa mereka dan menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi

2
pemerintahan, kebijakan ini pertama kali diterapkan bahasa resmi pemerintahan.
Kebijakan ini pertama kali diterapkan di Syiria dan Irak, kemudian Mesir dan Persia.
Hal sepadan juga menyebutkan bahwa, ketika basaha Arab menjadi bahasa
percakapan orang-orang non-Arab, bahasa Arab mendapat masukan-msukan kata baru.
Kata-kata baru ini diambil dari kata-kata wilayah yang ditakhlukkan. Sebagai contoh,
kata “kubah” dan “menara”. Kedua kata tersebut masuk kedalam kosakata bahasa Arab
ketika orang-orang Arab melihat bangunan-bangunan itu. Hal yang lebih menarik lagi
bahasa Arab sendiri ternyata memiliki kelenturan menerima kosakata kata baru. Dengan
demikian bahasa Arab menjadi sangat kaya dengan kosakata dan istilah.
2.      Mengganti Mata Uang
Kebijakan lain yang dikelurkan abdul Malik bin Marwan adalah penggantian
mata uang. Ia mengeluarkan mata uang logam Arab. Sebelumnya, pada masa Nabi
Muhammad saw., dan Khalifah Abu bakar mata uang yang dipakai sebagai alat tukar
atau alat bayar adalah mata uang romawi dan persia. Mata uang ini pada masa
pemerintahan sesudahnya, khususnya pada masa Khalifah Umar bin Khattab telah
banyak yang rusak.
Inilah salah satu sebab mengapa Abdul Malik bin Marwan melakukan
pembaharuan dalam bidang mata uang. Ia mengeluarkan jenis mata uang baru yang bisa
dibilang sebagai mata uang resmi pemerintahan Islam. Mata uang ini terbuat dari emar
(Dinar), perak (Dirham) dan Perunggu (Fals atau fuls).
Yaitu, mata uang yang satu sisinya bertuliskan kalimat “Laailaha Illallah” dan sisi
lainnya tertulis nama khalifah. Mata uang Islam yang baru ini menghilangkan symbolis
Kristem dan Zoroaster.
Untuk kepentingan itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mendirikan pabrik
percetakan uang di Damaskus.
3.      Pembaharuan Ragam Tulisan Bahasa Arab
Kebijakan Abdul malik bin Marwan lainya adalah pembaharuan dalam ragam
tulisan bahasa Arab. Hal ini dilakukan karena berdasarkan penilaiannya terdapat dua
kelemahan didalam bahasa Arab. Pertama, bahasa arab hanya mengandung huruf
konsonan (huruf mati), yang dapat diucapkan dalam beberapa bunyi Vokal.
Kenyataannya ini menyulitkan bagi masyarakat muslim yang bukan berasal dari bahasa
Arab didalam memahami dan mengucapakan bahasa Arab. Kedua, adalah beberapa huruf
arab mempunyai kesamaan bentuk, seperti antara huruf ( ‫ د‬dan ( ‫ ذ‬dan lainya. Hajjaj bin
Yusuf salah seorang gubernur Abdul malik yang mahir di dalam seni menulis arab,

3
memperkenalkan tanda vokal dan menerapkan tanda-tanda titik untuk membedakan
beberapa huruf yang sama bentuknya.
Pembaharuan yang dilakukan khalifah Abdul Malik dan Gvubernur Hajjaj bin
Yusuf ini menjadikan bahasa Arab lebih sempurna dan sekaligus mengihlangkan
kesulitan bagi pembaca luas dikalangan non Arab.

4.      Pembaharuan Dalam Bidang Perbajakan


Hingga pada masa pemerintahan Abdul Malik, umat Islam hanya berkewajibkan
membayar zakat dan bebas dari pajak lainnya. Hal ini mendorong orang non-muslim
memeluk agama Islam. Dengan cara ini, mereka terbebas dari pembayaran pajak. Setelah
itu, mereka meninggalkan tanah pertanianya guna mencari nafkah di kota-kota besar
sebagai tentara.
Kenyataan ini menimbulkan masalah bagi perekonamian negara. Karena pada
satu sisi perpindahan agama mengakibatkan berkurangnya sumber pendapatan negara
dari sektor pajak. Pada sisi lain, bertambahnya militer Islam dari kelompok Mawali
memerlukan dana subsidi yang makin besar.
Untuk mengatasi permasalahan ini, khalifah Abdul Malik mengembalikan
beberapa militer Islam kepada profesinya semula, yakni sebagai petani dan menetapkan
kepadanya untuk membayar sejumlah pajak sebagaimana kewajiban mereka sebelum
mereka masuk Islam, yakni sebesar beban Kharraj dan Jizyah.
Keputusan khalifah Abdul Malik ini tentu saja ditentang keras oleh kelompok
Mawali. Karena ketidakpuasan ini, pada akhirnya mereka menyokong gerakan
propoganda Abbasiyah untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah. Masyarakat
Arab Muslim yang yang semula terbebas dari pajak bumi (Kharraj) kini mereka
berkewajibkan untuk membayar pajak tana pertanian.
5.      Pengembangan Sistem Pos
Ketika Abdul Malik berkuasa, ia berusaha mengembangkan sistem pos yang telah
dibangun pada masa Muayyah bin Abu Sufyan. Sistem pos ini menghubungkan kota-kota
propinsi dengan pemerintahan pusat. Para petugas pos mengendarai kuda dalam
menjalankan tugasnya, khususnya tugas menyampaikan informasi penting dari
pemerintahan pusat ke pemerintahan propinsi.
Selain itu Khalifah juga mendirikan beberapa kota baru, diantara kota terpenting
adalah Al-Wasith di antara rendah Irak. Pendidrian kota ini dimaksudkan untuk
mengendalikan kemungkinan timbulnya gerakan pengacau di wilayah Irak.

4
6.      Membentuk Mahkamah Agung
Kebijakan lain yang menjadi jasa penting dari peninggalan pemerintahan
Khalifah Abdul Malik adalah mendirikan lembaga mahkamah Agung. Lembaga ini
didirikan untuk mengadili para pejabat tinggi negara yang melakukan penyelewengan
atau tindakan yang merugikan bangsa dan negara atau bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyat.
7.      Mendirikan Bangunan-Bangunan Penting
Keberhasilan lain yang menjadi jasa dari peninggalan Khalifah Abdul Malik
adalah menjadikan bangunan-bangunan penting yang sangat dibutuhkan didalam
memperlancar roda pemerintahan dan kekuasaan militter bani Umayyah.
Pada masanya, telah dibangun pabrik-pabrik senjata dan pabrik kapal perang di
tunisia. Membangun Kubah baru (Qubbah Al-Sakhra) di Yerussalem. Yang hingga kini
masi terpelihara dengan baik dan masih utuh.
Demikian jasa dan peningggalan Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang
berkuasa selama lebih kurang 20 tahun (66-86 H/685-705M). Jasa dan peninggalan ini
kini masih dapat disaksikan sebagai bagian dari masa kejayaan Khalifah abdul Malik bin
Marwan, di antaranya adalah : penggunaan bahasa Arab secara menyeluruh di wilayah
zajirah Arabiyah dan beberapa negara di Afrika Utara.
Tanpa jasa dan usahanya ini, mungkin bahasa Arab hanya sebagai bahasa
komunikasi diantara bangsa Arab. Tetapi untuk bangsa non Arab, mereka tidak mampu
membaca dan mempelajari bahasa Arab. Karena terdapat banyak kesamaan huruf yang
ada dalam bahasa Arab. Berkat jasa dan bantuan gubernur Hajjaj bin Yusuf Al-Saqafy,
bahasa Arab lebih mudah dipahami. Sehingga memudahkan bagi pengguna bahasa yangg
berasal dari masyarakat non Arab.
8.      Kerajinan

Kerajinan pada masa Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiraz atau semacam bordiran
yakni cap resmi yang di cetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.
Berita kemangkatan Khalifah Abdul Malik Bin Marwan cepat tersiar kesegenap penjuru
wilaya Islam disebabkan laulintas pos yang terjamin dan terpelihara dengan baik sebagai
warisan Khalifah Muawiyah I (661-680 M).
Ia wafat dalam tahun 86 H/705 M di dalam usia 60 tahun dengan meninggalkan karya-
karya terbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya 21 tahun, dan 8 tahun dari
masa tersebut menghadapi sengketa dengan Khalifah Abdullah ibn Zubair.

5
C. HIKMAH DARI KEKHALIFAHAN ABDUL MALIK BIN MARWAN
Beberapa hikmah yang dapat diambil dari kepemimpinan Abdul Malik Bin Marwan
adalah sebagai berikut :
1. Semangat juang mempertahankan suatu negara/wilayah/suku dll. Seperti
pada penyelamatan dinasti Umayyah dari kehancuran
2. Memperhatikan kelangsungan/kesejahteraan hidup orang banyak sebagai
contoh; memperbaiki fasilitas Negara yang bertujuan untuk memakmurkan
rakyat
3. Memudahkan kita semua untuk membaca sebuah Kita Suci dengan
menyempurnakan mushaf al-Qur`an
4. Selalu bersemangat dalam menyebarkan dan menjaga agama Islam
5. Selalu bersikap admitrif dalam berbagai hal termasuk hal-hal penting
6. Tidak melakukan sesuatu hal dengan cara emosional dan bersikap adil
sesama manusia sehingga tidak memiliki sikat pendendam (harus sabar),
serta mau menerima kritik dari berbagai pihal yang membangun.

6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abdul Malik diangkat sebagai khalifah oleh kaum muslim setelah
terbunuhnyaAbdullah bin Zubair. Sebelum menjabat sebagai khalifah, dia adalah seorang
yang ahli ibadah dan zuhud. Muawiyah pernah menugaskannya untuk mengurus
Madinahpada waktu Abdul Malik bin Marwan masih berusia 16 tahun. Pada
masapemerintahannya, gerakan penerjemahan buku-buku berbahasa Persia dan
Romawi kebahasa Arab mengalami perkembangan yang pesat.
Beberapa Kebijakan – kebijakan Khalifah Abdul Malik bin Marwan :
1.      Menjadikan Bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara
2.      Mengganti Mata Uang
3.      Pembaharuan Ragam Tulisan Bahasa Arab
4.      Pembaharuan Dalam Bidang Perbajakan
5.      Pengembangan Sistem Pos
6.      Membentuk Mahkamah Agung
7.      Mendirikan Bangunan-Bangunan Penting
8.      Kerajinan

Anda mungkin juga menyukai