Buku Pintar Akreditasi 2022
Buku Pintar Akreditasi 2022
PARIPURNA
BUKU PINTAR
SUKSES AKREDITASI
2022
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala hidayah dan inayah yang diberikan
kepada kita semua, sehingga proses penyusunan Buku Pintar Sukses Akreditasi RS Islam Surabaya dapat
terselesaikan sesuai harapan kita bersama.
Rumah Sakit Islam Surabaya sebagai salah satu rumah sakit swasta di Kota Surabaya sebagai penyedia
layanan kesehatan kepada masyarakat. Oleh karena itu RS Islam Surabaya dituntut untuk memberikan
layanan yang berfokus pada pasien seperti yang diimplementasikan pada Standart Akreditasi Rumah Sakit
serta memenuhi sasaran keselamatan pada pasien.
Implementasi dari buku ini diharapkan menjadi perwujudan dalam pelaksanaan Visi, Misi, Motto dan
Tujuan rumah sakit oleh seluruh karyawan dan yang terkait di RS Islam Surabaya.
Isi buku ini WAJIB dimengerti, dihafal dan diimplementasikan oleh seluruh Sumber Daya Insani RSIS
A. Yani, sebagai pedoman dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan saat survey akreditasi berlangsung
dan harus terus diterapkan dalam tugas sehari-hari sehingga mutu rumah sakit terus meningkat.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan Buku Pintar Sukses
Akreditasi ini, sehingga peningkatan layanan yang berfokus pada pasien di RS Islam Surabaya lebih
berkembang. Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan lahir dan bathin kepada kita semua.
Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Kelompok Program Nasional (PROGNAS) : KIA, TB, HIV/AIDS, Stunting & Wasting, KB
VISI
Menjadi Rumah Sakit Islam Pilihan Utama Masyarakat dalam Pelayanan, Pendidikan, dan Penelitian
MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien
2. Menyelenggarakan Pendidikan, pelatihan, dan penelitian Kesehatan secara komperhensif
3. Meningkatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap terpuji serta loyalitas sumber daya
insani (SDI)
4. Menyelenggarakan tata kelola organisasi secara professional guna meningkatkan
kesejahteraan.
5. Menjalin kerjasama lintas sektor sebagai mitra yang saling bersinergi .
MOTTO
§ Kesembuhan datang dari ALLAH
§ Keselamatan dan Kepuasan Pasien Tanggung J awab Kami
TUJUAN
Mewujudkan Rumah Sakit Islam Surabaya yang representatif dan dapat dibanggakan dalam
memberikan upaya Promotif, Preventif, Kuratif, Edukatif dan Rehabilitatif demi tercapainya
derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat.
ALHAMDULILLAH
LUAR BIASA
KERJA KERAS
KERJA CERDAS
KERJA IKHLAS
KERJA TUNTAS
TETAP SEMANGAT
PASTI BISA
INSHA ALLAH PARIPURNA
Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSIS) saat ini : Prof.Dr.Ir.H. Mohammad Nuh, DEA
Laboratorium terdiri dari Lab Patologi Klinik (PK), Lab Patologi Anatomi (PA), Lab Mikrobiologi Klinik (MK) ,
Lab PCR dan Bank Darah
Call center emergency dengan nomer 1500718 yang akan terhubung dengan crew ambulans emergency.
Rawat Jalan memiliki 23 Poli Spesialis termasuk 5 Poli Spesialis Gigi, yang diperkuat oleh 65 dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis,19 dokter sub spesialis, 25 dokter umum dan 3 orang dokter gigi umum.
Selain Poli Spesialis, juga ada Poli Umum, Poli K IA, Poli Tumbuh Kembang, Klinik Vaksin, Klinik Estetika,
Klinik Gizi, Fisioterapi, Okupasi terapi, terapi wicara, Klinik Laktasi, Klinik Bina Rohani, Layanan
Hemodialisis, dan layanan Homecare.
Pendaftaran Rawat Jalan bisa melalui pendaftaran online atau pendaftaran mandiri
Ruang Rawat Inap berada di gedung lama dan gedung grha 1, untuk rawat inap dewasa, rawat inap anak,
rawat inap nifas dan rawat inap isolasi
Ruang Rawat Khusus terdiri dari Ruang Bersalin (VK) Ruang Operasi (OK) ICU dan NICU
Direktur
a. Rekredensial dilakukan 3 tahun sekali dikarenakan masa berlaku SPK sudah habis
b. Rekredensial juga dilakukan bila adanya penambahan kewenangan klinis tambahan. Alur pengajuan
kewenangan klinis tambahan yaitu membuat surat kepada Direktur dengan melampirkan sertifikat
kompetensi tambahan/workshop
6. Materi wawancara KPS (karyawan yang dipanggil untuk diwawancara biasanya terdiri dari 10 tenaga
dokter, 5 keperawatan (perawat dan bidan), serta 5 nakes lain dan umum. Materi wawancara berupa :
• CV / Biodata Karyawan
• Kompetensi (ijazah, STR dan SIK/SIP, verifikasi ijazah)
• Sertifikat pelatihan (2 tahun terakhir). Empat (4) sertifikat yang harus ada termasuk pada dokter
mitra yaitu : BLS, cuci tangan, APAR, dan PMKP (terkait Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien)
• Setiap karyawan baru mendapat pembekalan dari Seksi SDM & Pengembangan Karir serta Orintasi
khusus dan umum yang di kelola oleh Seksi Diklat
• Uraian Tugas
• Penilaian tahunan
1. Tetap tenang, jangan panik, jangan berlari, ikuti petunjuk arah evakuasi
2. Jangan mencoba mengambil barang yang tertinggal / melawan arus
3. Lepaskan sepatu ber-hak tinggi.
4. Dahulukan lansia, wanita hamil, anak-anak, dan pasien yang menggunakan bantuan
alat medis
5. Gunakan tangga darurat terdekat menuju jalur evakuasi.
6. Jangan gunakan lift
7. Jika terjadi kebakaran : jalan merangkak menuju tangga darurat, bila lorong
dipenuhi asap, tutup hidung dan mulut dengan sapu tangan atau tissue yang telah
dibasahi air guna menghindari menghirup zat beracun.
8. Jika terjadi gempa : berlindung dibawah pilar, tunggu sampai gempa berhenti
9. Keluar menuju titik kumpul di halaman parkir depan RS Islam Surabaya.
KODE WARNA
Padamkan
dengan APAR,
Hubungi
Security Ext. Keluar asap tebal
Kejadian
CODE RED Percikan api yang
Kebakaran 147 atau 2009 membesar
dan Ikuti Sistem Kompor gas meluap
Evakuasi
Bencana
Aktivasi Sistem
Code Blue
Ancaman Melalui Telepon
Orang pingsan/tidak
CODE BLUE Keselamatan Internal Ext. sadarkan diri/henti
Jiwa 555 jantung
Penodongan/ancaman
senjata
Hubungi Penembakan
Gangguan
CODE GREY Security Ext. Ancaman bom
Keamanan
147 / 2009 Pencurian
Perkelahian dengan
membawa senjata
Huru-hara
Kecelakaan masal
Keracunan masal
Bencana Ikuti Panduan
CODE ORANGE Gempa bumi
Eksternal Triage
Banjir
Korban bencana
melebihi kapasitas IGD
Helm Merah : Komandan Api, petugas yang memakai helm warna merah
bertugas sebagai pemadam api, mengendalikan pemadaman serta memutus
rantai aliran api sampai petugas pemadam kebakaran datang
Helm Biru : Komandan Evakuasi, petugas yang memakai helm warna biru
bertugas melakukan evakuasi pasien dan keluarga pasien serta mengatur
proses evakuasi pasien ke titik aman dengan mengikuti petunjuk arah
evakuasi.
Helm Kuning : Komandan Alkes dan alat kerja, petugas yang memakai helm
warna kuning bertugas mengevakuasi alat-alat medis dan alat-alat kerja
yang bernilai tinggi serta mengatur dan meneyelamatkan fasilitas medis dan
alat kerja yang ada di ruangan atau lantai bersangkutan.
Tekan gagang
Kartu Pemeliharaan
4. Sticker Kelayakan
ª Sebagai identitas, terdapat 3 jenis stiker :
1 INDIKATOR MUTU
Pengukuran Indikator mutu di RS meliputi :
A. INDIKATOR NASIONAL MUTU (INM)
Yaitu indikator mutu nasional yang wajib dilakukan pengukuran, sebagai informasi mutu secara nasional.
Meliputi :
1. Kepatuhan kebersihan tangan
2. Kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
3. Kepatuhan identifikasi pasien
4. Waktu tanggap operasi Seksio Sesarea emergensi
5. Waktu tunggu rawat jalan
6. Penundaan operasi elektif
7. Kepatuhan waktu visite dokter
8. Pelaporan hasil kritis laboratorium
9. Kepatuhan penggunaan formularium nasional
10. Kepatuhan terhadap alur klinis (Clinical Pathway)
11. Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh
12. Kecepatan waktu tanggap komplain
13. Kepuasan pasien
A. Pengumpulan data
- Pengumpulan data dilakukan di File sharing dan SIM Mutu (Segera), dengan mengisikan data sesuai
Numerator dan Denumerator yang diminta
- Unit Pelayanan medis dan penunjang medis : Semua staf, kemudian di cek oleh PJ data /champion
- Unit Non pelayanan : PJ data/Champion
B. Validasi data
- Dilakukan validasi data setiap 3 bulan sekali pada semua indikator mutu yang diukur.
- Metode validasi à Measure Category Agreement (MCA), Valid jika ≥ 80%
E. Perbaikan mutu
- Menggunakan Metode PDSA (Plan Do Study Act)
- PDSA dilakukan pada indikator mutu yang tidak tercapai
- Siklus PDSA dilakukan pada 1 topik masalah, dalam waktu singkat dan pada sampel kecil sebagai uji coba
upaya perbaikan
b) Terdiri dari :
- Insiden yang belum terpapar ke pasien (KNC dan KPCS)
- Insiden yang terpapar ke pasien (KTD, KTC, Kejadian Sentinel)
1) Kejadian nyaris cedera (KNC) : insiden keselamatan pasien yang belum terpapar pada pasien.
2) Kondisi potensial cedera signifikan (KPCS) : kondisi (selain dari proses penyakit atau kondisi pasien
itu sendiri) yang berpotensi menyebabkan terjadinya kejadian Sentinel
3) Kejadian tidak diharapkan (KTD): insiden keselamatan pasien yangmenyebabkan cedera pada
pasien.
4) Kejadian tidak cedera (KTC) : insiden keselamatan pasien yang sudah terpapar pada pasien namun
tidak menyebabkan cedera.
5) Kejadian Sentinel : suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau
penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada pasien. Yang menyebabkan kematian, cedera
permanen, cedera berat yang bersifat sementara / reversible
Tindak Lanjut
Extreme (sangat Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan
tinggi) tindakan segera, perhatian sampai ke direktur
High (Tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan detil dan
perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian top manajemen
Moderate Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.
(Sedang) Manajer/pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak terhadap biaya
dan kelola risiko
Low (Rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin.
A. DEFISINI
- Proses proaktif dan kontinu meliputi identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi yang dijalankan untuk mengelola risiko
dan potensinya.
- Kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien, menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan,
pasien dan pengunjung.
B. PROSES
1. Identifikasi risiko
- Identifikasi risiko terhadap à sumber risiko, area/unit, dampak, dan penyebab
- Identifikasi risiko à menghasilkan PERNYATAAN RISIKO
- Penyusunan pernyataan risiko à Sebab – Risiko – Akibat
Sebab à Masalah yang sudah terjadi/sedang terjadi (Fakta), diawalali kata Karena
Risiko à Ketidakpastian yang mungkin terjadi dan mungkin juga tidak terjadi (Ketidakpastian yg
negatif), diawali kata Mungkin
Akibat à Hasil yang mungkin terjadi, diawali kata Mungkin
- Contoh :
1) Karena gelang ID masih menggunakan stiker yang mudah mengelupas jika terkena air, Mungkin
saja tulisannya akan terhapus, Sehingga nama pasien tidak dapat diidentifikasi
2) Karena ketersediaan hand rub di ruang perawatan kurang, Mungkin saja petugas kesehatan tidak
melakukan kebersihan tangan, Sehingga angka infeksi HAIs mungkin meningkat
3) Karena tangga menuju Poli tanpa pegangan dan anti slip, Mungkin saja pengunjung/karyawan
dapat terjatuh, Sehingga dapat terjadi cedera pada pengunjung/karyawan
2. Analisis risiko
- Penilaian Skor Dampak dan Probabilitas pada setiap pernyataan risiko. Penilaian risiko kinis dan
non klinis menggunakan skor yang berbeda
- Penentuan peringkat risiko berdasarkan hasil Skor Dampak x Probabilitas
4. Penanganan risiko
- Hindari à Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulia / melanjutkan kegiatan
yang menimbulkan risiko
- Reduksi à Mengubah konsekuensi
- Transfer à Berbagi risiko ke pihak lain
- Terima à Menerima risiko dengan keputusan
KATEGORI RISIKO
Kategori risiko Keterangan
1. RISIKO OPERASIONAL, meliputi :
a. Keselamatan Risiko terkait dengan pemberian asuhan pada pasien. Risiko terhadap
Pasien penerapan sasaran keselamatan pasien
b. Pengendalian Risiko terkait infeksi
infeksi. (PPI)
c. Keamanan RS / Risiko terkait kemanan, missal : Pencurian, pasien hilang, lingkungan yg
Security tidak aman
d. K3 / Safety Risiko cecelakaan kerja
e. Hazard Material / Risiko terhadap pengelolaan, penyimpanan, pembuangan limbah B3 (kimia,
B3 radioaktif, limbah biologis infeksi)
f. Disaster Risiko bencana alam lainnya, gempa bumi, banjir, wabah / pandemi dst
g. Alat medis Risiko terhadap alkes
1. Ada regulasi pengelolaan informasi untuk memenuhi kebutuhan internal maupun eksternal.
2. Terdapat program penelitian/pendidikan kesehatan di Rumah sakit
3. PPA, pimpinan RS, pejabat struktural harus tau tentang prinsip manajemen dan penggunaan informasi
sistem sesuai peran dan tanggung jawab
4. Ada data klinis dan non klinis yang terintegrasi
5. Pengambilan keputusan berdasarkan data RS
6. RS menentukan tingkatan akses data pada staf yang berwenang
7. Ada proses evaluasi terhadap kepatuhan dalam kerahasiaan, keamanan dan integrasi data
1. Semua dokumen yang diterbitkan RS harus dilakukan peninjauan dan persetujuan oleh pihak yang
berwenang
2. Hanya dokumen yang relevan, versi terbaru yang tersedia
3. RS dapat melakukan identifikasi dan pelacakan semua dokumen yang beredar, identifikasi dan
pelacakan ditentukan berdasarkan apa, contoh: berdasar judul/tanggal terbit/jumlah halaman, dll
4. Dokumen RS, terdiri dari;
- Dokumen tingkat korporasi
- Dokumen tingkat RS
- Dokumen tingkat unit kerja, antara lain:
ü Kebijakan
ü Pedoman pengorganisasia
ü Pedoman pelayanan/penyelenggaraan
ü SPO
ü Program unit kerja
1. Staf harus memahami perannya saat terjadi henti system data (down time) baik yang terencana
maupun tidak terencana
2. Ada evaluasi pasca terjadinya henti system data
c. Posisikan respirator dibawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada di atas
e. Letakkan jari-jari kedua tangan diatas hidung yang terbuat dari logam. Tekan sisi
logam, dengan duajari untuk masing-masing tangan, mengikuti bentuk hidung.
8. Penempatan pasien
a. Tempatkan pasien sedemikian rupa, dengan jarak minimal 1 m, untuk memudahkan pergerakan
petugas
b. Tempatkan pasien infeksius, berdasarkan transmisi infeksi, jika tidak memungkinkan lakukan
kohorting
c. Tempatkan pasien tersendiri jika tidak dapat menjaga kebersihan diri sendiri
4. Pengelolaan Risiko
TATA KELOLA RISIKO Susun action plan untuk pencegahan risiko, berdasarkan
ranking risiko
MONITORING, AUDIT DAN Lakukan monitoring, audit dan review
REVIEW
KOMUNIKASI DAN Risiko hasil dan risk assessment agar
KONSULTASI disampaikan/diinformasikan ke staf medis, staf
keperawatan dan manajemen
JENIS
TUJUAN TUJUAN PROGRESS/
NO. KELOMPOK SKOR PRIORITAS STRATEGI EVALUASI
UMUM KHUSUS ANALISIS
RISIKO
MERAH
ESI 1 resusitasi & 2 gawat darurat ,Penderita yang membutuhkan pertolongan darurat dengan segera
karena membawa ancaman jiwa, bila terlambat memberikan pertolongan
Contoh kasus : tersumbatnya jalan napas, henti napas, IMA, perdarahan hebat, syok,dll.
KUNING
ESI 3 darurat & ESI 4 kurang darurat ,Penderita yang membutuhkan pertolongan darurat tetapi
pertolongannya lebihdari 2 sumberdaya.
Contoh kasus : Vulnus appertum, Combustio sedang,patah tulang terbuka,dll.
HIJAU
ESI 5 tidak gawat darurat , Penderita dengan penyakit yang tidak gawat dan membutuhkan 1
sumberdaya
Contoh ISPA , Contusio Muscularis
Adapun untuk pasien DOA ( pasien dating sdh meninggal ) diterima masuk triage tapi tidak masuk ESI
3. REGISTRASI DAN ADMISI
Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial/mendaftar pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yg dibutuhkan, dan mencatat hasil pelayanannya, jangan lupa melihat alur pendaftaran,
a. Pasien dewasa berhak menolak tindakan atas nama dirinya sendiri atau pasien yang tidak bisa
membuat keputusan terhadap dirinya (belum cukup umur, gangguan kesadaran mental dan fisik)
diwakilkan kepada anggota keluarga atau wali yang ditunjuk
b. pasien atau keluarga pasien membuat pernyataan penolakan di rekam medis
c. Apabila pasien atau keluarga menarik kembali keputusan penolakan tindakan dan pengobatan ,
maka dilakukan secara tertulis juga.
13. Informed consent di berikan untuk tindakan
a) Tindakan pembedahan
b) Tindakan beresiko tinggi/ invasif
c) Tindakan tranfusi darah
d) Tindakan anesthesia/ sedasi
1 Pengkajian awal medis dan keperawatan rawat inap diselesaikan dalam waktu 24 jam dari saat
pasien masuk ruangan rawat inap.
2 Pengkajian awal medis dan keperawatan IGD diselesaikan dalam waktu 1 jam setelah pasien
diperiksa oleh dokter triase.
3 Pengkajian awal pasien rawat jalan diselesaikan dalam waktu 1 jam sejak kedatangan pasien di poli
rawat jalan (sesuai jadwal poli yang dituju) dan pengkajian awal diperbaharui setelah 1 bulan untuk
penyakit akut dan 3 bulan untuk penyakit kronis.
4 Semua pasien dilakukan skrining untuk status gizi oleh perawat. Bila nilai skrining dengan
menggunakan metode MST (Malnutrision Scale Tools) hasilnya ≥ 2 (pasien dewasa dan
obstetrik/kehamilan) serta nilai skor ≥ 2 (pasien anak), maka pasien dikonsulkan kepada ahli gizi
untuk pengkajian gizi lebih lanjut dan dokter penanggung jawab pelayanan apabila memerlukan
pengobatan yang dibutuhkan.
5 Staf yang berkompeten memberi asuhan (PPA) yaitu dokter, perawat, apoteker, ahli gizi,
fisioterapist, dan bidan melakukan asesmen dan asesmen ulang sesuai dengan bidangnya
6 Permintaan pemeriksaan laboratorium dan radiologi dilakukan oleh dokter melalui komputerisasi
(SIM RS) yang diisi identitas pasien lengkap dengan diagnosis/keterangan klinis, diberi tanda
centang untuk pemeriksaan yang diminta
8 Nilai kritis dilaporkan kepada perawat ruangan oleh analis pemeriksa maksimal 10 menit setelah
hasil divalidasi dan pelaporan oleh perawat ruangan ke DPJP dalam waktu 20 menit setelah laporan
dari analis laboratorium.
9 Pentingnya memperhatikan dan mempertahankan suhu simpan optimal (2-6°C) setiap kantung
darah / komponen darah dilakukan pemantauan setiap pagi (saat datang) dan sore (saat akan
pulang) dan dicatat di form pemantauan yang ditempel pada Blood Refrigerator.
10 Transportasi komponen darah dari unit pelayanan darah ke instansi rawat dengan membawa box
khusus penyimpanan darah (Cool Box) dengan ice pack didalamnya sehingga tidak ada kerusakan
komponen darah sampai di transfusikan ke pasien.
11 Prosedur Permintaan darah/rujukan ke UTD PMI (Unit Transfusi darah Palang Merah Indonesia)
dilakukan bila ada keputusan pemberian darah pada pasien oleh dokter yang merawat dengan
dilengkapi surat permintaan darah (formulir permintaan darah) untuk transfusi dan melengkapi
persyaratan administrasi, pengadaan darah darurat, keterbatasan sarana dan prasarana di
pelayanan darah Rumah Sakit Islam Surabaya.
12 Unit Radiologi Rumah Sakit Islam Surabaya memberikan pelayanan radiodiagnostik dan imajing
selama 24 jam, 7 hari, baik untuk pelayanan rutin maupun pelayanan untuk kasus emergency
(gawat darurat diluar jam kerja).
13 Pelayanan Unit Radiologi Rumah Sakit Islam Surabaya terintegrasi dengan Unit Rawat Jalan Poli
Spesialis Obgyn yaitu adanya alat USG 4 dimensi untuk pasien Poli Spesialis Obgyn yang dilakukan
oleh dokter spesialis obgyn dan alat USG di Unit Radiologi untuk pemeriksaan echocardiografi yang
dilakukan oleh dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah untuk keperluan klinis.
c. Pengenalan perubahan perburukan kondisi pasien dinilai dengan EWS ( Early Warning Score )
d. Bantuan hidup dasar diberikan segera saat dikenali henti jantung paru dan bantuan hidup lanjut
diberikan kurang dari 5 menit.
3. Makanan dan terapi gizi
a. Makanan dan terapi nutrisi diberikan sesuai dengan kondisi, status gizi dan kebutuhan pasien serta
diberikan tepat waktu
b. Terdapat instruksi pemberian makanan yang tercatat dalam rekam medis pasien
4. Semua pasien dilakukan identifikasi / skrining nyeri dan mendapatkan pengelolaan nyeri yang
efektif
a. Anamnesa nyeri Onset nyeri : Kapan terjadi nyeri
1) P = Provokes ( Pencetus nyeri ) :Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2) Q = Quality ( Kualitas nyeri ) : k arakter/ jenis nyeri ( rasa panas , seperti ditusuk,
seperti diremas- remas )
3) R = Regio / Radiation ( lokasi dan penyebaran nyeri ) : lokasi dan pola penjalaran / penyebaran
nyeri
4) S= Severity ( Skala / keparahan nyeri ) Durasi dan lokasi nyeri
5) T = Time ( Durasi / lama nyeri ) : berapa lama nyeri berlangsung
b. Pengukuran skala nyeri
Alat Ukur Penggunaan
Numeric Rating Scale ≥ 3 tahun
( NRS )
a. Dilakukan pengkajian pasien menjelang akhir kehidupan dan dapat dilakukan pengkajian ulang sampai
pasien yang memasuki fase akhir hayat nya
b. Asuhan menjelang akhir kehidupan ditujukan terhadap kebutuhan psikososial, emosional, kultural
dan spiritual pasien dan keluarganya
c. Pasen dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan
No PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana prosedur
cuci tangan pre operasi
yang benar di RS?
In, time out, dan sign datang dari ruang rawat inap ke Kamar Operasi ( serah terima ) yang
dilakukan sebelum pasien di masukkan ke dalam ruang operasi ( holding
out siapa yang
area ), time out yang dilakukan diruang operasi sesaat sebelum insisi
melakukan prosedur
pasien operasi dimulai dan sign out setelah operasi selesai mau menutup
time out?
area operasi .
b. Proses sign in, time out dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler,
perawat anestesi dan diikuti oleh operator, dokter anasthesi, perawat.
1. HIGH ALERT
a. High Alert Medication (HAM) atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat/-obat yang terlihat
mirip atau kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, Look Alike Sound
Alike/LASA) (Permenkes, 2011).
b. Dibagi menjadi 3 golongan :
1. Obat high alert
2. Obat dengan elektrolit konsentrat pekat dan elektrolit konsentrat tertentu
3. Obat dengan nama mirip dan rupa mirip (LASA)
(Contoh masing-masing golongan tertera pada lampiran tabel)
2. PENYIMPANAN
a) Penyimpanan Obat Pasien Rawat Inap
6. PEMBERIAN
a. Pro ses verifikasi pemberian obat kepada pa sien (saat perawat akan memberikan obat kepada
pasien), harus dilakukan cek 5 Benar antara yang tertulis pada lembar RPO dan obat yang
disiapkan
Dilakukan
Double
Check
oleh 2
perawat
(Inisial
Nama)
a. Informasi penting tentang pasien sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms,
internet.
b. Materi yang akan disampaikan (diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh tim).
c. Informasi yang disampaikan harus dengan bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan
keluarga pasien.
d. Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh
dari tv/radio, telepon.
e. Waktu yang cukup.
f. Media yang digunakan, seperti leaflet, lembar balik, dll.
g. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang
akan dibicarakan, informasi yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima
informasi yang akan diberikan.
RS Islam Surabaya menyediakan tenaga penerjemah (bahasa asing, bahasa daerah dan bahasa
isyarat) untuk membantu edukasi pasien jika terkendala bahasa/fisik.
Keterangan
Parameter Skrining Jawaban Skor
Nilai
apakah pasien datang ke rumah Ya / tidak Salah satu
sakit karena jatuh? jawabanya = 6
Riwayat jatuh jika tidak, apakah pasien Ya/ tidak
mengalami jatuh dalam 2 bulan
terakhir ini?
Keterangan Skor
ya 25
Riwayat jatuh
tidak 0
i Diagnosis sekunder ya 15
(≥ 2 diagnosis medis) tidak 0
Berpegangan pada perabot 30
Total
Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian dapat dijadikan dasar pemberian rekomendasi
kepada dokter untuk tatalaksana lebih lanjut.
Perawat memasang gelang risiko berwarna KUNING di pergelangan tangan pasien dan mengedukasi pasien
dan atau keluarga maksud pemasangan gelang tersebut.
Pengkajian ulang dilakukan oleh perawat secara berkala sesuai hasil penilaian risiko jatuh pasien dan jika
terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan.
1. KET
2. HPP Shock, IGD 24 JAM
Histerektomi
3. Prolap Tali Pusat PONEK
4. Solution Plasenta
5. Fetal Distress KASUS
KAMAR BERSALIN
IGD
PONEK
RUJUK RUANG VK
KASUS :
EKLAMSIA
HIV/AIDS
GRAVIDA DENGAN
RESIKO TINGGI
1. Pasien berobat ke rumah sakit islam surabaya baik melalui UGD/poli rawat jalan maupun
rawat inap.
2. Pasien dengan indikasi atau dicurigai HIV, pasien yang akan dilakukan tindakan operasi sedang
dan besar, sirkumsisi dewasa, pasien ANC serta suspect TB (anak dan dewasa) wajib
diskrining HIV lalu petugas kesehatan wajib mengisi formulir yang telah disediakan (petunjuk
pengisian form manual pencatatan program pengendalian HIV-AIDS dan IMS Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015.)
3. Petugas kesehatan menyerahkan formulir tersebut ke unit laboratorium
4. Setelah hasil tes HIV keluar, petugas laboratorium mengisi kolom Tes Antibodi HIV yang telah
disediakan dan menyerahkan formulir tes HIV yang telah terisi beserta hasil tes HIV ke
ruangan yang terkait.
5. Petugas kesehatan diruangan mengisi kolom konseling pasca tes pada formulir HIV disertai
tanda tangan dan nama terang petugas kesehatan yang pertama kali menawarkan tes HIV.
6. Petugas kesehatan ruangan menyerahkan formulir HIV kepada petugas Rekam medis untuk di
entry ke aplikasi SIHA.
Setelah di entry ke aplikasi SIHA, laporan dikirim dalam bentuk soft copy (untuk dikirmkan
ke Dinas Kesehatan Pusat) dan hardcopy (untuk Dinas Kesehatan Kota) oleh petugas rekam
medis.
Sebagai contoh adalah anak perempuan berusia 18 bulan dengan BB 6 kg dan TB 70 cm maka
plot pada grafik sbb :