Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN PERBANKAN

DOSEN PENGAMPU :
Ibnu Haris Nasution, SE.,MM.

DISUSUN OLEH :

TEMA :

STRATEGI PERBANKAN DIMASA PANDEMI COVID-19 DALAM MENJAGA


KUALITAS KREDIT

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERBANKAN


JURUSAN EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah Manajemen Perbankan
untuk tema STRATEGI PERBANKAN DIMASA PANDEMI COVID-19 DALAM
MENJAGA KUALITAS KREDIT.

Makalah Manajemen Perbankan untuk tema STRATEGI PERBANKAN DIMASA


PANDEMI COVID-19 DALAM MENJAGA KUALITAS KREDIT ini sudah selesai Saya susun
secara maksimal dengan bantuan pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang sudah ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, Saya terbuka
untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah Manajemen Perbankan untuk tema STRATEGI
PERBANKAN DIMASA PANDEMI COVID-19 DALAM MENJAGA KUALITAS KREDIT
ini bisa memberi manfafaat ataupun inspirasi pada pembaca.
 
                         

      Jakarta, 29 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………..……………. i

DAFTAR ISI ...……….…………………………………………….……...…....…. ii

BAB I PENDAHULUAN…..….…………………….……..…………….…….…….1
A. Latar Belakang Masalah…………………………….………….…..………… 1
B. Rumusan Masalah……….....……………..………………..….……………... 1
C. Tujuan …………….…..…………………....………...…………….…..……... 1

BAB II PEMBAHASAN..……………………………..…………………...……… 2
A. Strategi Perbankan dalam menjaga kualitas kredit …………………………... 2
A. 1. Mitigasi Risiko ……………………….……………………………….... 2
A. 2. Restrukturisasi Kredit Bermasalah………............…………………....... 6
B. Metode Pengelolaan / Teknik Strategi MR dan RKB …………………….… 11
B. 1. Mitigasi Risiko Kredit……………….……………………………….... 11
B. 2. Restrukturisasi Kredit Bermasalah………............…………………...... 15

BAB III PENUTUP ..……………………………………….…………….………. 18


A. Kesimpulan ……………………………………………………….…..…….. 18
B. Saran ……………………………………………………………….…..…… 18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..…..……. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi Covid-19 termasuk di dalamnya
adalah sektor perbankan. Oleh karena itu, agar sektor perbankan dapat tetap eksis di tengah
pandemi virus korona, maka perbankan harus melakukan mitigasi risiko secara cermat, serta
menggunakan strategi kreatif menghadapi kondisi yang serba tidak menentu saat ini. Transmisi
pandemi Covid-19 disektor perbankan, ada potensi risiko yang mungkin terjadi apabila tidak
segera melakukan mitigasi. Resiko pasar terjadi karena pelemahan yield keuangan dan
pelemahan nilai tukar. Wabah pandemi Covid-19 memaksa individu/kelompok/institusi/negara,
untuk mengubah pola hidup dan perilakunya selama ini. Jika individu/kelompok/institusi/negara,
tidak melakukan perubahan, maka dengan sendirinya perubahan tersebut yang akan melindasnya,
tanpa terkecuali di dalamnya sektor usaha perbankan.

B. Rumusan Masalah                       

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi yang akan dilakukan oleh Perbankan dalam menjaga kualitas kredit ?
2. Bagaimanakah metode pengelolaan / teknik METODE PENGELOLAAN / TEKNIK strategi
Mitigasi Risiko dan Resstrukturisasi Kredit Bermasalah ?

C. Tujuan

Tujuan dalam masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan bagaimana strategi yang akan dilakukan oleh Perbankan dalam menjaga
kualitas kredit.
2. Untuk menjelaskan bagaimana metode pengelolaan / teknik METODE PENGELOLAAN /
TEKNIK strategi Mitigasi Risiko dan Resstrukturisasi Kredit Bermasalah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. STRATEGI PERBANKAN DALAM MENJAGA KUALITAS KREDIT.


A. 1. MITIGASI RISIKO
a. Mitigasi risiko adalah mengurangi kemungkinan terjadinya risiko melalui pembuatan
prosedur dan pengawasan internal, pelatihan, sosialisasi internal. Mengurangi dampak
atas terjadinya risiko melalui contingency plan, penyediaan cadangan dana,
meningkatkan public relation. (Hery, 2015:78).

b. Pengertian Mitigasi

Menurut Imam Wahyudi, dkk. (2013: G-6), Mitigasi adalah serangkaian usaha untuk
meminimalisasi potensi terjadinya risiko dan/atau dampak keterjadian risiko.
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 pasal 47, mengatakan bahwa pengertian mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
Sehingga mitigasi merupakan tindakan-tindakan atau serangkaian usaha/upaya untuk
mengurangi atau meminimalkan/meminimalisasi potensi dampak negatif dari suatu bencana
atau potensi terjadinya risiko dan/atau dampak keterjadian risiko (resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana).

c. Pengertian Mitigasi Risiko


Mitigasi Risiko (Risk Mitigation) adalah jenis penanganan risiko dengan cara mengurangi
probabilitas terjadinya risiko, dan atau mengurangi dampak negatif yang timbul bila risiko
terjadi (Hery, 2015: 99).

2
d. Strategi Mitigasi Risiko (Jenis-Jenis Perlakuan Risiko)
Empat ( 4 ) strategi mitigasi risiko atau jenis-jenis perlakuan risiko menurut Hery (2015:79)
yaitu:
1) Opsi Menghindari Risiko (Risk Avoidance).
 Hanya dapat dilakukan bila risiko tersebut belum terjadi atau timbul dari suatu
operasi tertentu yang dapat dihindari oleh organisasi.
 Bila risiko tersebut sudah lama ada, umumnya tidak dapat dihindari karena
sudah merupakan bagian dari bisnis.
 Perlu dianalisa berapa manfaat yang hilang dengan menghindari risiko tersebut.
 Menghindari satu risiko dapat mendatangkan risiko lain, no action is an action.
2) Opsi Risk Sharing/Transfer (Berbagi/Transfer)
Efektifitasnya tergantung dari:
 Jenis risiko yang ditransfer/share: misalnya risiko kebakaran dapat ditransfer
dengan mudah, tetapi risiko fraud sangat sulit.
 Tergantung dari perjanjian: kekurang hati-hatian dalam menyusun perjanjian
dapat mengakibatkan suatu risiko tidak tertransfer sesuai rencana.
 Segala jenis risiko saat ditransfer akan berubah menjadi risiko counter party.
 Biaya adalah pertimbangan. Besaran Biaya tergantung dari besarnya risiko yang
di transfer/share dan berapa besar kemungkinan risiko tersebut terjadi.
3) Opsi Mitigasi (Mengurangi Risiko)
 Adalah opsi yang paling banyak digunakan untuk mengelola beragam jenis
risiko.
 Opsi ini perlu diperhitungkan dengan matang cost benefit serta kebutuhan
sumber daya dan waktunya.
 Biaya dan upaya harus dibandingkan dengan hasil yang terbentuk besaran
penurunan tingkat kegawatan risiko.

3
 Risiko harus diprioritaskan terutama yang berada di zona merah. Seringkali
keterbatasan sumberdaya serta anggaran memungkinkan pengelolaan atas
beberapa risiko tertentu saja.
 Diupayakan metode kombo di mana satu treatment dapat mengelola beberapa
risiko sekaligus.

4) Opsi Menerima Risiko (Risk Acceptance)


 Risiko yang tidak dapat dimitigasi sama sekali karena memang sudah
merupakan bagian bisnis dari organisasi.
 Upaya untuk mitigasi akan sangat mahal atau sukar dilaksanakan.
 Opsi diterima hanya dapat diambil bila benar-benar risiko ini dipikirkan untuk
treatment dengan berbagai cara namun tidak memungkinkan.
 Harus ada alasan kuat sebelum memutuskan sebuah risiko harus diterima.
 Risiko ini seringkali signifikan namun tidak bisa di treat.

e. Teknik Mitigasi Risiko Analisis


1) Pembiayaan dengan Analisis 5C
Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan
pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara lain dikenal dengan prinsip
5C. (Ismail, 2011:119).
Analisis 5C, artinya terdapat lima ( 5 ) aspek yang perlu dilakukan analisis terhadap
permohonan pembiayaan, yang terdiri dari (Ismail, 2011:120):
a) Character (watak dan kepribadian calon nasabah):
 BI Checking
 Informasi dari Pihak Lain
b) Capacity (kemampuan keuangan calon nasabah)
c) Capital (modal disertakan dalam objek pembiayaan atau uang muka)

4
d) Collateral (agunan calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan)
e) Condition of Economy (sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi
ekonomi)
2) Pembiayaan dengan Analisis 7A
Ada 7 aspek penting menurut Susilo (2017:143) yaitu:
a) Aspek manajemen/pengelolaan usaha
b) Aspek keuangan
c) Aspek pasar/penjualan nasabah
d) Aspek teknis/produksi
e) Aspek hukum/legalitas
 Calon nasabah (direksi/pengurus perusahaan)
 Badan usaha perusahaan
 Barang agunan/jaminan
f) Aspek jaminan/agunan
Jaminan/agunan yang diberikan haruslah memiliki kriteria sebagai berikut:
 Collateral valuation
 Liquidity
 Depreciability
 Marketability
 Controlability
g) Aspek ekonomi, sosial dan lingkungan

f. Mitigasi risiko yang dilakukan pada bank yang menyediakan kredit ialah :
1) Lindung nilai
Dalam bank biasanya menerapkan ini berfungsi sebagai jaminan apabila nantinya
nasabah tidak mampu mengembalikan pinjaman yang diterima, maka bank dapat

5
mengambil alih jaminan tersebut sebagai sarana untuk menutup kredit yang belum
terbayarkan.
2) Asuransi Kredit
Asuransi Kredit adalah jenis asuransi yang dilekatkan kepada jenis pembiayaan
kredit tertentu dan tunggakan kredit pada waktu tertentu. Nilai Asuransi Kredit
beragam sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak antara pihak Kreditur dan
Asuransi, disesuaikan pula dengan profil calon Debitur.
3) Pembuatan kebijakan atau policy dan pinalti
Sebelum menyediakan layanan kredit, bank harus membuat policy dan penalti yang
nantinya akan ditanda tangani oleh nasabah
4) Pencarian informasi secara mendalam
Bank memiliki kriteria - kriteria nasabah yang pantas menerima kredit dan nasabah
yang tidak terpercaya, dengan sistem ini risiko dalam uang macet saat pengkreditan
bisa dikurangi

A. 2. RESTRUKTURISASI KREDIT BERMASALAH.


a. Restrukturisasi kredit
Adalah upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur
yang berpotensi mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Restrukturisasi
kredit sangat memungkinkan usaha debitur terus berjalan. Solusi ini dianggap terbaik
saat ini sebab disamping menyelamatkan dana perbankan dan menyelamatkan usaha
debitur juga memberikan manfaat bagi masyarakat pada umunya. Karena penyelamatan
kredit dapat ikut mendukung recovery ekonomi nasional.
Dengan melakukan restrukturisasi kredit, akan memberikan manfaat sebagai berikut :
 Terhindar dari kebangkrutan. Penghindaran ini penting sebab publisitas yang
berkaitan dengan kebangkrutan sangat merugikan bagi usaha yang ada.

6
 Dengan demikian akan mengurangai ketidakpastian bagi debitur.
 Pilihan restrukturisasi kredit adalah fleksibel dan dapat dimodifikasi setelah
pembicaraan dilakukan antara pihak manajemen debitur dengan kreditur.
 Pembayaran bunga segera dapat diterima oleh debitur dan kemungkinan juga pokok
pinjaman.
 Kreditur memiliki fleksibelitas, mereka tetap mempunyai hak untuk melikuidasi
perusahaan bila pyoksi-proyeksi tidak terpenuhi.

Kebijakan restrukturisasi kredit yang dilakukan pihak bank antara lain melalui:
 Penurunan suku bunga kredit;
 Perpanjangan jangka waktu kredit;
 Pengurangan tunggakan bunga kredit;
 Pengurangan tunggakan pokok kredit;
 Penambahan fasilitas kredit; dan/atau
 Konversi kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara. 

b. Persyaratan mengajukan restrukturisasi kredit kepada bank yaitu:


 Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/ atau bunga kredit; dan 
 Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu memenuhi kewajiban
setelah kredit direstrukturisasi. 
Contoh arti restrukturisasi kredit sederhana yang dilakukan perusahaan leasing kepada
masyarakat yang memiliki cicilan kredit : Adi, seorang pengemudi ojek online yang
sebelumnya ramai penumpang, kini sejak adanya virus corona sulit mendapatkan
penumpang dan tidak sanggup membayar cicilan motor di leasing. Adi bisa
mendapatkan keringanan untuk penundaan pembayaran pokok dan bunga. Misalnya 3,
6, 9, atau 12 bulan, sesuai kesepakatan bersama dengan leasing.

7
c. Jenis- Jenis Restrkturisasi
1. Restrukturisasi bisnis
Merupakan penataan kembali rantai bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan daya
saing. Beberapa bentuk restrukturisasi bisnis dapat dijalankan dengan cara seperti:
a. Melakukan joint operation, yaitu melibatkan rekanan baik dalam atau luar negri
untuk bekerjasama dalam mengerjakan proyek yang sama;
b. Mengimplementasikan strategic alliances yang menjadi upaya kerjasama untuk
meningkatkan efisiensi dalam hal jaringan pemasaran, seperti yang dilakukan
beberapa operator penerbangan, yaitu melakukan kerjasama dalam pelayanan jasa
di industri aviasi;
c. Menerapkan sistem strategic business unit yang bertujuan melakukan
pemecahan bisnis ke dalam unit-unit bisnis kecil;
d. Melaksanakan tindakan regrouping, yaitu upaya penyehatan dengan
mengelompokan bisnis yang terkait menjadi satu;
e. Melakukan divestasi pada salah satu SBU yang ada dibawahnya, dimana
divestasi dalam konteks ini adalah melepas atau menghentikan operasi unit bisnis
yang tidak menjanjikan;
f. Melakukan likuidasi, yaitu tindakan menutup unit bisnis atau perusahaan
bersangkutan.
2. Restrukturisasi keuangan
Merupakan penataan kembali struktur keuangan untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Rescheduling atau penjadwalan kembali pembayaran bunga dan pokok pinjaman;
b. Mengubah status utang menjadi modal sendiri (a debt composition change);

8
c. Melakukan management buyout (MBO) untuk memberi hak kepada karyawan dan
manajemen, agar dapat membeli dan menjual saham perusahaan ke publik.
3. Restrukturisasi manajemen dan organisasi
Merupakan penataan kembali manajemen dan struktur organisasi perusahaan, seperti
penataan struktur organisasi agar menjadi lebih ramping. Hal ini dilakukan dengan
mengurangi jumlah unit-unit bisnis yang tidak penting tetapi tetap mempertahankan
bisnis inti (downscoping), atau juga dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah
karyawan secara langsung (downsizing). Restruturisasi organisasi juga dapat
diterapkan dengan mengubah struktur manajemen (reorganisasi), termasuk merombak
jumlah dan susunan dewan komisaris, atau melakukan perubahan pada status
perusahaan itu sendiri.

Di dalam dunia perbankan sendiri terdapat empat ( 4 ) jenis atau model


restrukturisasi terhadap kredit bermasalah, yaitu :
 Reschedulling
Adalah upaya untuk memperpanjang jangka waktu dalam pengembalian hutang
atau penjadwalan kembali terhadap hutang debitur pada pihak kreditur. Dan ini
biasanya dengan cara memberikan tambahan waktu lagi kepada debitur di dalam
melakukan pelunasan hutangnya.
 Debt To Asset Swap Debt To Asset Swap
Merupakan pengalihan harta yang dimiliki oleh pihak debitur dimana pihak
debitur sudah tidak sanggup lagi untuk melunasi kewajibannya lagi kepada
pihak-pihak yang memberi pinjaman kepadanya. Dan pengalihan harta atau aset
yang dimiliki oleh debitur ini ditujukan untuk dikuasai oleh kreditur, pihak bank,
atau BPPN. Penguasaan atas aset ini bersifat sementara waktu saja, yaitu sampai
nanti betul-betul terjual dan dapat dipakai untuk melunasi hutang debitur.
 Debt To Equity Swap Debt To Equity Swap

9
Merupakan suatu langkah yang diambil oleh pihak kreditur karena kreditur
tersebut melihat dan mengamati bahwa perusahaan dari debitur yang mengalami
masalah keuangan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang sangat bagus di masa
yang akan datang, dan ini merupakan cara yang bagus bagi kreditur untuk
menambah laba, yaitu dengan cara reklasifikasi tagihan debitur menjadi
penyertaan.
 Hair Cut Hair Cut
Merupakan potongan atau pengurangan atas pembayaran bunga dan hutang yang
dilakukan oleh pihak debitur. Pihak kreditur menyetujui restrukturisasi hutang
debitur dengan metode hair cut karena untuk mengantisipasi kerugian yang lebih
besar jika pihak debitur tidak dapat membayar hutangnya yang terlampau besar
tersebut, misalnya hutang debitur tersebut tidak dapat lagi terbayar semuanya,
jika hal ini sampai terjadi maka pihak kreditur akan mengalami kerugian yang
cukup membawa pengaruh dalam dunia usahanya.
Sedangkan jika dilihat dari pihak debitur, debitur sangat senang karena
kewajibannya dapat berkurang sehingga beban yang harus dikeluarkan
perusahaan pun dapat ditekan.

d. Alasan Dilakukan Restrukturisasi Pada Kredit Bermasalah


Restrukturisasi hanya dapat dilakukan terhadap apabila terhadap debitur terdapat alasan-
alasan sebagai berikut:
1. Debitur merupakan aset nasional atau terlalu banyak kepentingan publik di
dalamnya sehingga harus dipertahankan.
2. Kelangsungan usaha debitur masih bisa menjanjikan pengembalian utang di masa
yang mendatang.
3. Tingkat pengembalian dengan usaha restrukturisasi masih lebih baik dibandingkan
dengan eksekusi jaminan atau proses kepailitan.

10
4. Dalam hal terdapat banyak kreditur dengan berbagai macam fasilitas pinjaman,
terdapat kesepakatan mayoritas kreditur untuk menyamakan persepsi dalam
merestrukturisasi utang debitur.
5. Kreditur ikut berkontribusi dalam masalah- masalah yang dihadapi oleh debitur atau
turut serta menjadikannya tidak mampu untuk mengembalikan utang.
6. Dokumentasi transaksi pembiayaan mengandung banyak kelemahan sehingga sulit
untuk menjamin tingkat pengembalian yang wajar.
7. Dukungan pemerintah Indonesia
8. Litigasi atau penyelesaian sengketa tidak menjamin tingkat pengembalian yang
tinggi dan waktu yang cepat.

B. METODE PENGELOLAAN / TEKNIK strategi MR dan RKB.


B. 1. MITIGASI RISIKO KREDIT
Metode pengelolaan mitigasi risiko kredit.
Bank menggunakan sejumlah teknik dan kebijakan dalam mengelola Mitigasi risiko kredit
untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak dari kerugian kredit (dikenal
dengan mitigasi risiko kredit).
Teknik dan kebijakan tersebut adalah :
a) Model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan
b) Manajemen portofolio kredit
c) Sekuritisasi
d) Peran agunan
e) Monitoring arus kas
f) Manajemen pemulihan (recovery management).

11
B. 1. a. Model pemeringkatan (grading model)
Kredit yang diberikan bank setiap saat dapat menjadi bermasalah, namun
kemungkinannya menjadi kecil jika bank menerapkan kebijakan pemberian kredit yang
sehat. Langkah pertama adalah menciptakan model pemeringkatan kredit sebagai sarana
untuk menetapkan kemungkinan terjadinya gagal bayar (default). Dalam hal ini bank
melakukan kalibrasi risiko yang pada gilirannya akan memungkinkan bank untuk
menetapkan suatu probabilitas tertentu untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan
(yang dikenal dengan probability of default/PD). Cara ini memungkinkan bank untuk
memastikan bahwa portofolio kredit bank tidak terkonsentrasi pada kredit berkualitas
buruk yang memiliki kemungkinan gagal bayar yang tinggi.
Contoh :
Model pemeringkatan faktor tunggal Bank A memberikan kredit perumahan kepada
debiturnya. Untuk minimalkan risiko kredit, bank membuat sebuah model
pemeringkatan yang sederhana. Dalam kasus ini Bank A mengelompokkan kredit
tersebut berdasarkan prosentase kredit yang diberikan kepada debitur terhadap nilai
properti saat ini. Bank kemudian menghitung probabilitas potensi kerugian dari setiap
kelompok kredit dan menyesuaikan kebijakan pricing-nya agar terdapat keseimbangan
dalam portofolio kredit bank.
Ekspektasi bank dalam hal ini adalah bahwa potensi kerugian atas pemberian kredit
sebesar 50% dari nilai properti saat ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi
kerugian dari pemberian kredit sebesar 100% dari nilai properti. Selanjutnya bank akan
berupaya menyesuaikan pricing kredit yang diberikan dalam rangka mengoptimalkan
pengembalian (return) atas risiko yang dihadapi.
Dalam penerapannya, model pemeringkatan mempertimbangkan pula beberapa faktor
tambahan. Misalnya, persentase pendapatan debitur yang digunakan untuk membayar
bunga kredit, riwayat pekerjaan debitur, dan jumlah tahun pembayaran kembali kredit
dibandingkan dengan usia debitur.

12
B. 1. b. Manajemen portofolio kredit
Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio kreditnya untuk memberikan
keyakinan bahwa kredit yang diberikan tidak terlalu terkonsentrasi pada satu industri
atau wilayah geografis tertentu. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan
diversifikasi pada portofolio kredit-nya sehingga risiko terjadinya default yang bersifat
sistemik dapat ditekan. Analisis seperti ini dikenal sebagai cohort analysis dan dapat
digunakan baik pada kredit korporasi maupun perorangan.

B. 1. c. Sekuritisasi
Basel II mempersyaratkan bank untuk memperkirakan dampak gejolak ekonomi dan
memastikan bahwa kegiatan usahanya telah didukung dengan permodalan yang
memadai untuk mengantisipasi dampak gejolak ekonomi tersebut. Selain
mengalokasikan modal pada tingkat yang mencukupi, bank juga melakukan tindakan-
tindakan lain untuk melindungi kegiatan usahanya. Salah satu teknik yang digunakan
bank untuk melindungi dirinya dari gejolak ekonomi adalah dengan mengemas dan
menjual sebagian portofolio kreditnya kepada investor dalam bentuk surat berharga.
Teknik ini dikenal sebagai sekuritisasi.
Sekuritisasi memungkinkan bank untuk mengurangi potensi eksposur yang tinggi pada
suatu jenis kredit tertentu yang menurut skenario bank menunjukkan tingkat risiko atau
konsentrasi risiko yang paling tinggi. Sekuritisasi memungkinkan bank menggunakan
dana yang dihasilkan dari penjualan aktiva dan menginvestasikannya pada aktiva lain
yang dianggap memiliki risiko lebih rendah.

B. 1. d. Peran agunan
Agunan (collateral) didefinisikan sebagai aktiva yang diperjanjikan oleh debitur untuk
mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal terjadi default. Agunan memiliki
peranan penting dalam kebijakan pemberian kredit yang diterapkan bank. Agunan dapat

13
memiliki bentuk yang beragam. Bantuk agunan yang paling mudah dikenali dan paling
aman adalah uang tunai, sementara bentuk yang paling umum adalah properti hunian
(residential property).
Contoh :
Bank A memberikan kredit kepada seorang debitur untuk membeli sebuah rumah dan,
sebagai jaminan, bank diberikan hak untuk mengambil alih kepemilikan rumah tersebut
jika pembayaran kembali kredit tidak dilakukan sesuai jadwal. Dalam contoh ini, rumah
di atas menjadi agunan atas kredit perumahan yang diberikan bank.
Bank perlu memastikan bahwa agunan yang diterima benar-benar dapat digunakan
untuk memitigasi risiko saat debitur mengalami default. Bentuk agunan yang
diserahkan seringkali bersifat spesifik sesuai dengan kegiatan usaha yang dibiayai. Jika
kegiatan usaha tersebut secara umum tidak menguntungkan, maka aktiva debitur yang
bersangkutan akan dinilai rendah. Dalam hal ini bank harus memastikan bahwa agunan
tetap memiliki nilai yang cukup dalam hal terjadi default.
Contoh :
Bank A memberikan kredit kepada sebuah pabrik mobil dan menerima hak untuk
mengambil alih kepemilikkan pabrik dan peralatannya dalam hal terjadi default. Karena
kurangnya penjualan, pabrik mobil tersebut gulung tikar dan tidak dapat membayar
kembali kreditnya. Bank A mengambil alih kepemilikan pabrik dan peralatannya.
Namun demikian karena kondisi umum industri mobil sedang mengalami penurunan,
peralatan tersebut memiliki nilai jual kembali yang rendah. Dalam hal ini, nilai agunan
jauh lebih kecil dari kredit yang masih harus dibayar sehingga Bank A menderita
kerugian yang cukup besar.

B. 1. e. Monitoring arus kas


Sebagian bank yang mengalami tingkat default yang tinggi menemukan bahwa tindakan
segera terhadap situasi kredit yang memburuk dapat mengurangi permasalahan secara

14
signifikan. Bank-bank tersebut menurunkan risiko kreditnya dengan cara;membatasi
tingkat eksposur (dikenal sebagai EAD/Exposure at Default), danmemastikan bahwa
nasabah bereaksi cepat terhadap keadaan yang berubah.
Beberapa model kredit memberikan perhatian khusus terhadap arus kas perusahaan dan
perorangan yang tercermin dalam rekening bank mereka.

B. 1. f. Manajemen pemulihan
Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami default dapat
menghasilkan pemulihan (recovery) yang cukup besar dibandingkan tingkat kerugian
semula. Oleh karena itu, sebagian bank menciptakan unit kerja yang secara khusus
ditugasi untuk menangani pemulihan kredit macet sebagai bagian dari proses
manajemen risiko kredit yang berkualitas tinggi.
Loss given default (LGD) adalah perkiraan kerugian yang akan diderita oleh bank
sebagai akibat terjadinya default. Penetapan LGD dan pengelolaannya secara bersama-
sama berperan dalam pendekatan Internal Rating-Based untuk menghitung modal
berdasarkan risiko kredit. Nilai LGD dalam pendekatan Advanced IRB secara langsung
dipengaruhi oleh estimasi bank mengenai jumlah yang dapat dipulihkan dari suatu kredit
yang mengalami gagal bayar.

B. 2. RESTRUKTURISASI KREDIT BERMASALAH


Metode pengelolaan restrukturisasi kredit bermasalah.
Teknik pengelolaan restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
B. 2. 1. Modifikasi syarat-syarat kredit, antara lain sebagai berikut:
a. Penurunan suku bunga kredit
Merupakan salah satu bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memberikan
keringanan kepada debitur sehingga sengan penurunan bunga besarnya bunga yang

15
harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi kecil dibandingkan suku
bunga yang ditetapkan sebelumnya.
b. Perpanjangan jangka waktu kredit
Merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan meringankan debitur untuk
mengembalikan hutangnya.
c. Pengurangan tunggakan bunga kredit
Pengurangan tunggakan bunga kredit baik secara absolute (tidak terdapat persyaratan
tertentu) atau secara kontijensi (terdapat persyaratan tertentu dan telah diperjanjikan
sebelumya). Untuk menyelamatkan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan
meringankan beban debitur dengan cara mengurangi tunggaka bunga kredit atau
menghapus seluruhnya tunggakan bunga kredit. Debitur dibebasan dari kewajiban
membayar tunggakan bunga kredit sebagian atau seluruhnya.
d. Pengurangan tunggakan pokok kredit
Merupakan restrukturisasi kredit yang paling maksimal yang diberikan oleh bank
karena pengurangan tunggakan pokok ini merupakan pengorbanan bank yang sangat
besar karena asset bank yang berupa hutang pokok ini tidak kembali dan merupakan
kerugian yang menjadi beban bank. Sehingga dengan adanya pokok kredit yang harus
dibayar, perlu dibuat akta perubahan perjanjian kredit yang menegaskan bahwa
besarnya pengurangan pokok dan besarnya pokok kredit yang harus dibayar setelah
dikurangi atau menggunakan surat dari kreditur yang ditujukan kepada hutang pokok
yang harus dibayar debitur yang menegaskan hutang pokok yang harus dibayar
dikurangi sehingga lebih kecil dari hutang pokok yang tercantum dalam perjanjian

B. 2. 2. Penambahan fasilitas kredit


Untuk memberikan tambahan fasilitas kredit harus dilakukan analisa yang cermat,
akurat, dan dengan perhitungan yang tepat mengenai prospek usaha debitur karena
debitur menanggung hutang lama dan baru. Usaha debitur harus mampu menghasilkan

16
pendapatan yang dapat digunakan untuk melunasi hutang lama dan tambahan kredit baru
dan mampu mengembangkan usaha kedepan.

B. 2. 3. Pengambilalihan asset/agunan debitur (debt to asset wap)


Berupa tanah, bangunan atau asset lainnya untuk memenuhi sebagian kewajiban debitur
kepada bank. Pengambilalihan asset ini dapat juga disebut dengan kompensasi. Jadi
pihak bank /kreditur dapat mengambil alih agunan kredit yang kemudian nilai jaminan
dari agunan tersebut dikompensasikan dengan jumlah kredit sebesar nilai agunan yang di
ambil. Dengan demikian agunan kredit menjadi milik /asset bank dan hutang debitur
dinyatakan lunas.

B. 2. 4. Konversi kredit
Menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur (debt to equity swap)
baik untuk sebagian atau seluruh kredit

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
Strategi kebijakan perbankan dalam menjaga kualitas kredit yaitu dengan cara melakukan
Mitigasi Risiko dan Restrukturisasi Kredit Bermasalah adalah sangat tepat dilakukan
ditengah kondisi pandemi saat ini. Masing masing pihak yaitu Kreditur dan Debitur saling
diuntungkan terkait kebijakan tersebut. Dan kebijakan tersebut sudah mendaparkan persetujuan
dari OJK. Harapannya ttidak ada kendala dalam penerapannya.

B. Saran
Penulis memberikan saran terkait kebijakan perbankan dalam menjaga kualitas kredit di
tengah pandemi covid 19 saat ini yaitu dengan ditambahnya opsi opsi lain selain opsi diatas
sehingga Debitur dapat mempunyai pilihan opsi mana yang akan digunakan terkait dengan
kemampuan setiap Debitur.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. http://apprasetyo.id/tag/mitigasi-risiko/
2. https://download.garuda.ristekdikti.go.id
3. https://e-journal.unair.ac.id
4. https://finansial.bisnis.com/read/20190410/90/910102/ini-strategi-bni-jaga-kualitas-kredit
5. http://repository.ekuitas.ac.id/bitstream/handle/123456789/74/BAB%202.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
6. https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/321
7. https://www.dictio.id/t/bagaimana-mitigasi-resiko-pada-bank-dalam-pembayaran-kredit/
15954/10

19

Anda mungkin juga menyukai