Anda di halaman 1dari 14

‫ق تقاته فقد فاز المتقون‬

ّ ‫فيا عباد هللا أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى هللا ح‬


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…
Rasanya tak habis-habisnya kita mesti bersyukur kepada Allah, karena
dari limpahan rahmat dan karuniaNya, hingga kini kita tetap bertahan
menjaga keimanan kita sebagai tingkat nikmat yang paling tinggi.
Yakni Nikmat Iman dan Islam.
Dan masih banyak lagi nikmat fasilitas hidup yang telah allah berikan
kepada kita, yang mesti wajib kita syukuri, sehingga Allah SWT pasti
akan menambah nikmat nya tersebut, namun bagaimana kalua kita tidak
mensyukurinya, sungguh azabku amat lah pedih kata Allah.

Sanjungan shalawat kita sampaikan kepada Baginda Rasul, ujung


tombak pembawa pelita kehidupan.

Selanjutnya… jamaah Jum’at yang berbahagia.


Dari mimbar ini pula saya serukan kepada diri saya pribadi, umumnya
kepada para jamaah sekalian untuk selalu menjaga, mempertahankan
dan terus berupaya meningkatkan nilai-nilai taqwa, hanya dengan
taqwalah kita selamat di hari pengadilanNya.

Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT...


Adapun judul khotib kita kali ini
“MUSUH-MUSUH MANUSIA”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…


Kita memahami, bahwa Allah Subhananhu wa Ta’ala menciptakan
fitrah dalam diri manusia, yaitu dapat mengetahui dan mengenal
kebenaran, serta menjauhi dan menghindari kebathilan.
Namun bukan berarti bahwa mengamalkan al haq atau
menghindari kebathilan adalah sesuatu yang mudah.
Ada beberapa rintangan dan hambatan yang menjadi ujian.
Ada musuh yang selalu menghalangi dari jalan al haq.
Dan sebaliknya ada musuh yang selalu berusaha membimbing ke
arah yang bathil.
Musuh-musuh ini memberikan gambaran tentang kebenaran dan
kebathilan al haq,
ang semestinya indah,
menjanjikan kebaikan dan membawa kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat,
digambarkan oleh musuh manusia sebagai sesuatu yang
menakutkan dan menyusahkan.
Sebaliknya yang bathil, yang mestinya menjijikkan dan berujung
pada penderitaan,
digambarkan oleh musuh manusia sebagai keindahan nan
menyenangkan.
Akhirnya banyak orang yang terpedaya,
meninggalkan jalan yang benar dan mengikuti jalan yang bathil,
iyadzan billah.

Karenanya..wahai saudara-saudaraku,
rahimanillahu wa iyyakum ajma’in
kita perlu mengetahui musuh-musuh itu,
agar dapat bersikap.
Musuh tetaplah musuh, bukan sebagai teman,
apalagi sebagai pembimbing.
Siapakah musuh-musuh yang selalu berusaha mengajak manusia
kepada perbuatan batil dan keliru?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Musuh yang pertama adalah setan.


Berbagai macam cara ditempuh oleh setan untuk menjerumuskan
manusia ke dalam kebathilan dan menghalangi manusia dari al haq
(kebenaran).
Dan setan ini sering berhasil menjadikan manusia sebagai
pengikutnya.
Hanya orang-orang ikhlas dalam ibadahnya yang selamat dari
makar dan tipu daya setan.
Hanya orang-orang yang beriman yang bisa menjadikan kita
termasuk orang-orang beriman yang ikhlas dalam beribadah
kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…


Di awal kitab Madarijus Salikin dan Al Bada-I,
pada akhir pembahasan tafsir surat al Mu’awwidzatain (surat an
Nas dan al Falaq),Ibnul Qayyim Rahimahullahu menyebutkan cara-
cara dan tahapan setan dalam menghembuskan kejahatan dan
tipuan kepada manusia.
Tahapan Pertama
setan mengajak manusia melakukan perbuatan kufur dan syirik,
menentang Allah dan RasulNya.
Inilah yang paling diinginkan oleh setan.
Dengan cara ini,
setan telah berhasil menyesatkan banyak orang.
Dengan cara ini, manusia dijadikan sebagai tentara dan para
abdinya.
Jika setan putus asa dan tidak mampu menyeret manusia ke dalam
perbuatan kufur,
maka setan akan mencoba menggodanya dengan tahapan
berikutnya.

Tahapan Kedua
yaitu setan mengajak manusia untuk mengamalkan perbuatan
bid’ah dalam agama, baik bid’ah dalam masalah aqidah maupun
amal perbuatan.

Bid’ah merupakan perbuatan dosa,


yang pelakunya sulit diharapkan bertaubat.
Setan memberi gambaran yang indah dalam benak manusia,
bahwa apa yang dilakukan itu merupakan kebenaran,
dan ahli bid’ah mempercayai bisikan setan ini.
Karena anggapan yang baik atas perbuatan bid’ah, membuat
pelakunya susah melepaskan diri dan bertaubat dari perbuatan
yang dianggap baik ini, padahal sebenarnya menyesatkan.

Ketika berhasil menyeret seseorang ke dalam tahapan ini,


maka setan akan merasa lega.
Karena perbuatan bid’ah merupakan gerbang menuju kekufuran.
Dan para pembuat bid’ah menjadi salah satu corong di antara
propaganda iblis.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…


Jika setan tidak mampu menyeretnya ke dalam perbuatan bid’ah,
maka dia akan menjebak dan menggiring manusia kepada tahapan
ketiga,
yaitu perbuatan dosa besar dengan berbagai macam variasinya.

Dosa-dosa besar ini juga merupakan gerbang menuju kekufuran.


Setan berhasil menjerumuskan banyak orang ke dalam dosa besar.
Manusia tenggelam dalam perbuatan maksiat,
sehingga hatinya menjadi membatu,
terhalang dari kebenaran.
Kemudian setan menyebarkan berita tentang mereka ini di tengah
masyarakat.
Setan memanfaatkan tentara dan para abdinya untuk menyebarkan
perbuatan dosa ini
terutama jika perbuatan dosa ini dilakukan oleh penguasa atau
orang yang diidolakan.
Tujuannya supaya perbuatan-perbuatan mereka dijadikan
argumen.

Sebagai missalnya
yaitu makan riba
mendengarkan music
menikmati alat-alat musik dan permainan
menyetujui perbuatan bersolek,
membuka wajah dan ikhtilath (campur baur) laki-laki dan
perempuan,
loyal dan suka kepada orang-orang kafir
homoseks
meminum khamr, dan lain sebagainya.

Dalam tahapan ini, setan berhasil menyesatkan banyak orang.


Banyak manusia terkubang dalam kemungkaran-kemungkaran.
Setan menghiasi amal-amal para idola ini, sehingga mereka menjadi
pioner yang mengajak ke perbuatan maksiat secara nyata, atau
mungkin dengan ucapan.

Sedangkan orang yang tidak mampu digoda setan dan dijaga oleh
Allah dari perbuatan dosa-dosa besar
maka setan berusaha menyeretnya ke tahap keempat
yaitu melakukan dosa-dosa kecil,
sebagai gerbang memasuki dosa-dosa besar.
Dosa-dosa kecil ini terkadang dianggap remeh oleh manusia dan
tidak peduli dengan pelakunya.
Padahal dosa-dosa kecil itu menyeret untuk melakukan dosa
berikutnya.

Diceritakan dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’d, dari Nabi
Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika dosa-dosa itu berkumpul pada


diri seseorang akhirnya akan membuatnya binasa (celaka).

Maka tidak diragukan lagi, meremehkan perbuatan dosa kecil,


bisa merubah dosa kecil menjadi besar.
Sebagaimana perkataan ulama salaf, tidak ada dosa kecil jika
dilakukan terus-menerus, dan tidak ada dosa besar jika diiringi
dengan istighfar.

Sebagian yang lain mengatakan, janganlah kalian memandang kecil


sebuah dosa, akan tetapi pandanglah keagungan Dzat yang kalian
durhakai.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…


Jika setan merasa lemah dan tidak mampu menjerumuskan
manusia ke dalam perbuatan-perbuatan dosa ini
maka setan menggoda manusia dengan tahapan kelima.
Yaitu menyibukkan manusia dengan perkara-perkara mubah yang
tidak mendatangkan pahala,
dan juga tidak mengakibatkan dosa
Menyibukkan perkara-perkara mubah,
berarti menyia-nyiakan waktu dan usia,
tidak memanfaatkannya dengan kebaikan dan perbuatan shalih.

Betapa banyak manusia tertipu dengan perkara-perkara mubah,


berlebih-lebihan dalam makanan,
minum, rumah, pakaian.
Demi keperluan ini,
manusia telah menyia-nyiakan sejumlah harta, usia dan waktu, lalai
dengan kebaikan,
tidak berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sehingga, perbuatan mubah ini bisa menjadi penyebab seseorang
lupa kepada akhirat, dan lupa melakukan persiapan untuk
menyongsongnya.

Sedangkan manusia yang tidak bisa dijerumuskan dengan tahapan


ini,
maka setan akan mengganggunya dengan tahapan keenam,
yaitu mengalihkan perhatian perhatian manusia dari amalan-
amalan yang lebih baik kepada amalan yang dibawahnya.
Sebagai misal, seseorang akan menggunakan harta untuk hal-hal
yang bernilai baik tetapi kurang.
Disibukkan dengan amalan-amalan marjuh (bernilai baik tetapi
kurang), sehingga (salah satu wujudnya) mempelajari ilmu-ilmu
yang tidak memiliki urgensitas dan kehilangan ilmu yang banyak.

Inilah tipu daya setan.


Saat setan merasa lemah dan tidak mampu menjerat sebagian
manusia dalam perangkap-perangkap ini,
maka setan memberikan kuasa kepada wali-walinya dan para
abdinya dari kalangan jin dan manusia,
serta orang yang tertipu dengan bisikannya.
Lalu mereka menghina orang-orang baik ini dengan tujuan
menyakiti wali dan para kekasih Allah subhanahu wa ta’ala.
Mereka menyiksanya dengan siksa yang buruk, seperti
pembunuhan,
pengusiran,
penahanan,
penyiksaan,
penghinaan,
pelecehan terhadap amalan-amalan orang-orang baik ini,
sebagaimana kejadian yang dialami oleh para nabi Allah dan
pengikutnya pada setiap waktu dan di semua tempat.

Semoga Allah melindungi kita dari semua makar dan tipu daya
setan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…


Musuh manusia yang kedua
adalah nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan.

Hawa nafsu ini cenderung kepada kebathilan,


menghalangi manusia agar tidak menerima kebenaran dan tidak
mengamalkannya.
Jika jiwa ini muthmainnah (tenang dalam kebenaran), lebih
mengutamakan yang hak, maka dia akan membimbing manusia ke
arah yang benar dan berjalan di atas jalan keselamatan.

Musuh manusia yang ketiga,


adalah menjadikan hawa nafsu ini sebagai ilah,
yaitu menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahan selain Allah.
Disebutkan dalam firman Allah:

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa


nafsunya sebagai ilahnya (sesembahannya). Maka apakah kamu
dapat menjadi pemelihara atasnya? (Qs. Al Furqan : 43).

Seseorang yang selalu memperturutkan segala keinginannya, ia


tidak akan peduli dengan akibat buruknya.
Dalam sebuah atsar diriwayatkan, di bawah kolong langit ini, tidak
ada yang lebih jelek dibandingkan hawa nafsu yang diperturutkan.

Adapun musuh manusia yang keempat adalah gemerlap dunia,


kenikmatan dan hiasannya.
Keindahan dunia dan berbagai kenikmatan semunya,
telah menipu banyak orang,
membuat manusia lupa kepada tujuan hidupnya yang hakiki.
Padahal kehidupan akhirat dan segala isinya jauh lebih baik
dibandingkan dengan kehidupan dunia yang fana.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah
kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang
disisi Allah, adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu
tidak memahaminya? (QS al Qashash : 60)

Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in

Demikian beberapa musuh yang sering menghalangi manusia dari


berbuat amal shalih.
Semoga Allah melindungi kita semua dari semua makar dan tipu
daya yang menyesatkan.

ِ ‫بَا َر َك هللاُ لِي َولَ ُك ْم‬


ِ ‫في القُ ْر‬
‫آن ال َع ِظ ْي ِم‬
ِّ ‫ت َو‬
َ ‫الذ ْك ِر‬
‫الح ِك ْي ِم‬ ِ ‫َونَفَ َع‬
ِ َ ‫ني وَِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن ْاآليا‬
َّ ‫ َوتَقَبَّ ْل ِمن ِّي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َِإنَّهُ ُه َو ال‬.
‫م‬qُ ‫س ِم ْي ُع ال َعلِ ْي‬

ْ ‫لي ه َذا َأ‬


ِ َ‫ستَ ْغفِ ُر هللا‬
‫م‬qْ ‫لي َولَ ُك‬ ِ ‫َأقُ ْو ُل قَ ْو‬
ِ ‫ت َوال ُمْؤ ِمنِ ْي َن َوال ُمْؤ ِمنَا‬
‫ت‬ ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫ساِئ ِر ا ْل ُم‬
ْ ‫سلِ ِم ْي َن َوال ُم‬ َ ِ‫َول‬
ْ ‫فَا‬
‫ستَ ْغفِ ُر ْوهُ ِإنَّهُ ُه َو ال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬
KHUTBAH KEDUA
Jika musuh-musuh bisa menguasai diri seorang manusia,
maka dampak yang terlihat adalah tidak semangat dalam
melakukan ketaatan.
Dan sebaliknya, ia justru semangat dan tidak takut
melakukan perbuatan maksiat.

Meski begitu, Allah subhanahu wa ta’ala yang maha Rahim


tidak membiarkan para hambaNya untuk menghadapi
musuhnya seorang diri.
Allah subhanahu wa ta’ala berjanji akan menolong manusia
dalam menghadapi musuh-musuhnya ini.
Allah memerintahkan kepada kita agar memohon
perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk,
serta memerintahkan manusia agar memohon pertolongan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam melakukan
amalan yang susah atau berat baginya.

Allah subhanahu wa ta’ala juga memerintahkan kepada


para hambaNya agar ikhlas dalam melakukan ketaatan.
Dengan demikian, dia akan termasuk hamba-hamba
pilihan. Hamba-hamba yang ikhlas akan dibentengi Allah
subhanahu wa ta’ala dari kekuasaan musuh. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya hamba-hambaku, kamu tidak dapat berkuasa atas
mereka. Dan cukuplah Rabb-mu sebagai Penjaga”. (QS. Al Isra’ :
65).
Semoga Allah senantiasa menolong kita dalam menghadapi godaan
musuh-musuh,

yang senantiasa menghalangi manusia dari jalan ketaatan.

Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya


yang ikhlas,

dan senantiasa mengikuti petunjuk Rasulullah shollallahu ‘alaihi


wa sallam

‫صلُّوا‬
َ ‫الذين ءا َمنوا‬
َ َ ُّ‫إنَّ هللاَ ومالئكتَهُ يصل‬
‫ون على النبِ ِّي يَا أيُّ َها‬
ْ َ‫سلّموا ت‬
‫سلي ًما‬ َ ‫علي ِه و‬
‫ءال سيّ ِدنا مح َّم ٍد‬ ِ ‫ص ّل على سيّ ِدنا مح َّم ٍد وعلى‬ َ ‫اللّـ ُه َّم‬
‫ءال سيّ ِدنا إبراهيم‬ َ ّ‫ك َما صل‬
ِ ‫يت على سيّ ِدنا إبراهي َم وعلى‬
ِ ‫وبا ِركْ على سيّ ِدنا مح َّم ٍد وعلى‬
‫ءال سيّ ِدنا مح َّم ٍد‬
‫ءال سيّ ِدنا إبراهي َم إنّ َك‬
ِ ‫ت على سيّ ِدنا إبراهي َم وعلى‬ َ ‫ك َما با َر ْك‬
‫حمي ٌد مجي ٌد‬.
‫ت‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬،
ْ ‫سلِ ِم ْي َن َوا ْل ُم‬
‫ت ْاَأل ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاَأل ْم َوا ِ‬
‫ت‬ ‫‪َ ،‬وا ْل ُمْؤ ِمنِ ْي َن َوا ْل ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت‬
‫ب ال ّد َع َوا ِ‬ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي ٌ‬
‫ب ُم ِج ْي ُ‬ ‫ِإنَّ َك َ‬

‫سبَقُونَا بِاِإْل ي َم ِ‬
‫ان‬ ‫َربَّنَا ا ْغفِ ْر لَنَا َوِإِل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ َ‬
‫ين َ‬
‫َواَل تَ ْج َع ْل فِي قُلُوبِنَا ِغاّل ً لِّلَّ ِذ َ‬
‫ين آ َمنُوا‬
‫َربَّنَا ِإنَّ َك َرُؤ وفٌ َّر ِحي ٌم‬
‫سنَا وَِإن لَّ ْم تَ ْغفِ ْر لَنَا َوتَ ْر َح ْمنَا لَنَ ُكونَنَّ ِم َن‬ ‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَا َأنفُ َ‬
‫ين‬
‫اس ِر َ‬ ‫ا ْل َخ ِ‬
‫اب النّا ِر‬ ‫سنَةً َوفِي ْاَأل ِخ َر ِة َح َ‬
‫سنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫َربَنَا َءاتِنَا فِي ال ّد ْنيَا َح َ‬

‫ان‬
‫س ِ‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪ ،‬إنَّ هللاَ يَْأ ُم ُر بِا ْل َعد ِْل َواإْل ْح َ‬
‫شا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪،‬‬‫وَِإ ْيتَا ِء ِذي ا ْلقُ ْربَى ويَ ْن َهى َع ِن الفَ ْح َ‬
‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‪.‬‬
‫فَاذ ُك ُروا هللاَ ا ْل َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم‬
‫َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai