Anda di halaman 1dari 171

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360895145

Penggunaan Media dan Aplikasi Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi


Covid-19

Book · May 2022

CITATIONS READS

0 1,274

1 author:

Ridwan Sani
State University of Medan
52 PUBLICATIONS   778 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Teaching and Learning View project

The Effect of Problem Based Learning (PBL) Model and Self Regulated Learning (SRL) toward Physics Problem Solving Ability (PSA) of Students at Senior High School
View project

All content following this page was uploaded by Ridwan Sani on 27 May 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


COVER
PENGGUNAAN MEDIA DAN APLIKASI
PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMI
COVID-19
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak
ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan
Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan
hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya
untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya
untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan
Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu
Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa
izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran
hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENGGUNAAN MEDIA DAN APLIKASI
PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMI
COVID-19
Ridwan Abdullah Sani
Nurhikmah Weisdiyanti
Aulia Syafriyanti
Desi Esterina Tarigan
Andil Hotasi Siregar
Ita Wira Zebua
Mia Marhamah Nasution

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
PENGGUNAAN MEDIA DAN APLIKASI PEMBELAJARAN DARING
PADA MASA PANDEMI COVID-19
Ridwan Abdullah Sani
Nurhikmah Weisdiyanti
Aulia Syafriyanti
Desi Esterina Tarigan
Andil Hotasi Siregar
Ita Wira Zebua
Mia Marhamah Nasution
Editor :
Ridwan Abdullah Sani
Tata Letak :
Ridwan Abdullah Sani, dkk
Desain Cover :
Syahrul Nugraha
Ukuran :
B5: 18,2 x 25,7 cm
Halaman :
iii, 161
ISBN :
978-623-362-511-1
Terbit Pada :
Mei, 2022

Hak Cipta 2022 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi,


atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
PRAKATA

Buku ini memuat kumpulan hasil penelitian tentang penggunaan


media/aplikasi pembelajaran pada masa pandemi covid-19. Instrumen
penelitian yang digunakan oleh para peneliti dibuat seragam, kecuali
panduan wawancara. Namun analisis dan pemaparan data dilakukan
sesuai dengan minat masing-masing peneliti. Hasil penelitian ditulis dalam
bentuk bab (Book Chapter) oleh masing-masing peneliti dan diedit oleh
editor agar mudah dipahami oleh pembaca.

Para peneliti merupakan civitas academica Universitas Negeri Medan,


yakni dosen fisika dan mahasiswa pendidikan fisika program pascasarjana.
Penelitian merupakan tugas mini riset mata kuliah Desain dan Media
Pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Si
dan Dr. Jubaidah, M.Si. Mini riset merupakan tugas proyek perkuliahan
sebagai implementasi program Merdeka Belajar. Sasaran yang ingin dicapai
dengan pelaksanaan mini riset adalah meningkatkan kemampuan
mahasiswa berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan abad 21.

Pada masa pandemi covid-19, hampir semua guru menggunakan


WhatsApp (WA) sebagai aplikasi/media utama karena mereka telah
terbiasa menggunakan media sosial tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Terbukti bahwa beberapa guru cepat belajar, terutama guru muda, sehingga
mampu menggunakan berbagai aplikasi (Zoom, Google Meet, Google
Classroom, Quizziz, Edmodo, WordWall, Mentimeter, dll) dalam
melaksanakan pembelajaran daring. Pada masa depan jika telah
dikembangkan aplikasi/media yang dapat digunakan untuk melaksanakan
pembelajaran secara efektif, dipercaya bahwa sebagian besar guru akan
mampu menguasai aplikasi/media tersebut. Persiapan untuk implementasi
pembelajaran bauran (blended learning) perlu diantisipasi agar kualitas
pendidikan di Indonesia tidak jauh tertinggal dari negara lain.

Penelitian yang dilaporkan dalam book chapter ini diharapkan dapat


membantu para pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi
peneliti lainnya untuk mengungkap permasalahan dan solusi bagi
implementasi pembelajaran daring. Beberapa kendala yang ditemukan
dalam pembelajaran daring adalah minimnya aktivitas belajar yang dapat

i
membuat siswa aktif belajar mandiri, siswa tidak fokus dan jenuh belajar
secara daring, serta masalah jaringan internet di beberapa lokasi. Guru telah
berupaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
Namun, perumusan sistem dan kebijakan, serta peningkatan kualitas
berbagai komponen pendidikan sangat perlu dilakukan oleh pemerintah
dan para pihak yang berkepentingan.

Medan, April 2022

Editor,

Ridwan Abdullah Sani

ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................. 1
BAB 1. ............................................................................................. 4
PENGGUNAAN APLIKASI DAN MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE DI
SUMATERA UTARA PADA MASA PANDEMI COVID-19 .................... 4
BAB 2. ........................................................................................... 42
DISPARITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING
GURU FISIKA PADA MASA COVID-19 DI DESA DAN DI KOTA
PROVINSI SUMATERA UTARA ....................................................... 42
BAB 3. ........................................................................................... 68
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING PADA MASA
COVID-19 DI KAB. LANGKAT SUMATERA UTARA ......................... 68
BAB 4. ........................................................................................... 89
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID
19 PADA SEKOLAH SWASTA DI INDONESIA ................................. 89
BAB 5. ........................................................................................... 99
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING GURU FISIKA
PADA MASA COVID-19 DI KOTA MEDAN ...................................... 99
BAB 6. ......................................................................................... 119
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ..................................... 119
DARING DI PULAU NIAS .............................................................. 119
BAB 7. ......................................................................................... 133
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING PADA MASA
COVID DI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU...................................... 133
TIM PENULIS ............................................................................... 158

iii
RINGKASAN EKSEKUTIF

Ridwan Abdullah Sani meneliti pemanfaatan media pembelajaran


oleh guru di Sumatera Utara pada masa pandemi covid-19. Guru dan siswa
yang menjadi sampel penelitian diminta mengisi kuesioner yang dibuat
menggunakan Google Form. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
sekolah melakukan pembelajaran secara daring penuh dengan
memanfaatkan WhatsApp (WA). Sebagian guru juga menggunakan aplikasi
rapat online seperti Zoom dan Google Meet yang dipelajari secara mandiri,
melalui pelatihan oleh Dinas Pendidikan, dan pelatihan oleh sekolah. Tidak
semua siswa mampu belajar efektif secara daring karena beberapa kendala
yang dihadapi. Kendala utama yang dihadapi siswa di daerah kabupaten
adalah koneksi internet, kesulitan memahami materi pelajaran, tidak bisa
fokus belajar daring, kesulitan berinteraksi dengan guru dan teman, serta
muncul rasa bosan. Sedangkan kendala dari sisi guru adalah tidak
menguasai aplikasi untuk digunakan dalam pembelajaran daring.
Permasalahan tersebut harus disikapi oleh para pemangku kepentingan
agar guru di Sumatera Utara dapat memanfaatkan teknologi informasi
dalam pembelajaran, terutama dalam menghadapi perkembangan ilmu dan
teknologi pada era revolusi industri 4.0.

Nurhikmah Weisdiyanti melakukan penelitian untuk menganalisis


disparitas penggunaan media pembelajaran daring guru fisika yang
bertugas di desa dan Kota pada masa Covid-19 di Sumatera Utara. Sampel
diambil dari 15 Kota/Kabupaten, termasuk kota Medan, Deli Serdang,
Mandailing Natal, Labuhan Batu, Langkat, Serdang Bedagai, Tapanuli
Selatan dan Tapanuli Tengah. Berdasar data penelitian diketahui bahwa
penggunaan media pembelajaran daring oleh guru-guru Fisika di daerah
kota telah merata, memadai namun kurang variatif, sedangkan di daerah
desa sudah variatif namun belum merata. Selain itu, guru dan peserta didik
belum siap melaksanakan pembelajaran daring dan terdapat sedikit
perbedaan mengenai penggunaan media pembelajaran daring pada masa
Covid-19 di Kota dan di Desa Provinsi Sumatera Utara, namun tidak terlalu
terdisparasi (timpang), hanya saja belum merata.

Penelitian yang dilakukan oleh Aulia Syafriyanti bertujuan untuk


mengetahui gambaran pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru
fisika di Kabupaten Langkat selama pandemi Covid-19 pada mata pelajaran
1
matematika. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang
fokus pada proses pembelajaran menggunakan media online. Populasi
penelitian adalah seluruh guru Fisika yang mengajar menggunakan metode
daring. Sampel penelitian yakni guru Fisika di Kab. Langkat yang mengajar
menggunakan metode daring dipilih menggunakan teknik simple random
sampling. Hasil penelitian menggambarkan guru fisika di Langkat
menggunakan media online sebagai alat yang dugunakan untuk
pembelajaran daring. aplikasi yang paling digunakan hampir di semua
kawasan di Langkat adalah WhatsApp (100%). Untuk media lain seperti
Google Meet (86%) yang yang tersebar secara merata. Sedangkan aplikasi
Zoom (29 %) yang dominan digunakan di perkotaan. Kendala yang terjadi
dalam proses pembelajaran daring ini dikarenakan sulit memantau
kemajuan belajar siswa (86 %) dan siswa kurang memahami apa yang
disampaikan oleh guru (100%). Berdasarkan hasil penelitian ini
menandakan guru belum siap untuk mengajar daring, baik dari kesiapan
diri sendiri maupun fasilitas pembelajaran yang digunakan. Pada masa
pandemi Covid-19 ini, baik guru dan siswa harus menerima kenyataan
pembelajaran daring sebagai konsekuensi pemberlakuan work from home
dari pemerintah.

Desi E. Tarigan melakukan penelitian terkiat pembelajaran daring di


beberapa sekolah swasta. Beberapa sekolah swasta di kota yang diteliti
banyak menggunakan media atau aplikasi terbaru untuk membuat siswa
semakin senang belajar. Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama
di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp
(WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai
media pembelajaran. Dengan demikian, pendidik dapat memastikan
peserta didik mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun
di tempat yang berbeda. Namun kendala yang sering dialami siswa saat
pembelajaran daring pada masa pandemi yaitu sulit memahami materi
pelajaran, belum lagi tugas yang diberikan guru relatif banyak, kuota yang
tidak mencukupi bahkan siswa yang tidak memiliki gadget. Oleh karena itu
pembelajaran daring ini membuat siswa tidak senang menjalaninya.

Andil H. Siregar melakukan penelitianuntuk menganalisis dan


mendeskripsikan media pembelajaran daring yang paling sering
digunakan, kegiatan yang dilakukan, kendala yang dihadapi dan usaha
yang dilakukan oleh guru-guru fisika di kota Medan dalam memperbaiki

2
kualitas pembelajaran selama masa covid. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara menelusuri berbagai sumber baik berupa dokumen dan hasil
penelitian yang relevan sebelumnya dianalisis dengan menggunakan policy
research dan didukung oleh hasil angket yang disebarkan kepada guru-
guru fisika di Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan media
pembelajaran daring yang paling sering digunakan oleh guru fisika selama
pembelajaran daring di masa covid 19 adalah WA dengan alasan lebih
mudah digunakan. Guru sudah menggunakan google meet/zoom dalam
pembelajaran, sudah banyak menggunakan media quizziz, mentimeter,
edmodo dan word wall. Tidak ada perbedaan signifikan antara sekolah
negeri dengan sekolah swasta terkait pembelajaran daring dan masih
ditemukan siswa yang tidak memiliki hp baik itu di sekolah swasta
maupun di sekolah negeri kota Medan.
Ita W. Zebua melakukan penelitian pembelajaran daring pada masa
Covid-19 di Nias. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran yang sering
digunakan guru dan disukai oleh siswa yaitu WhatsApp dikarenakan
mudah untuk diakses dan tidak membutuhkan banyak kuota untuk
mengaksesnya. Namun kendala yang sering dialami siswa saat
pembelajaran daring pada masa pandemi yaitu sulit memahami materi
pelajaran, tidak memiliki paket internet dan lainnya. Oleh karena itu
pembelajaran daring ini membuat siswa tidak senang menjalaninya.

Mia Marhamah Nasution melakukan penelitian tentang penggunaan


media pembelajaran daring pada masa covid di Riau dan Kepulauan Riau.
Manfaat penelitian adalah dengan mengetahui hasil penelitiandapat
memberikan solusi untuk mengatasi dampak pembelajaran daring pada
masa covid-19. Penelitian dilakasanakan pada bulan Maret 2022 dengan
menyebarkan instrument berupa angket melalui google form kepada guru
di Riau dan Kepulauan Riau dengan menggunakan penelitian kualitatif dan
dianalisis dengan analisis deskriptif. Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan bahwa aplikasi Whatsapp merupakan aplikasi utama yang
digunakan dalam proses pembelajaran dan masih terdapat guru yang
belum menerapkan media dalam proses pembelajaran.

3
BAB 1.
PENGGUNAAN APLIKASI DAN MEDIA
PEMBELAJARAN ONLINE DI SUMATERA UTARA
PADA MASA PANDEMI COVID-19
Ridwan Abdullah Sani
Jurusan Fisika, FMIPA - Universitas Negeri Medan
Email: ridwanunimed@gmail.com

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak bulan Maret 2020,
tidak hanya berdampak pada kesehatan dan ekonomi, tetapi juga pada
bidang pendidikan. Upaya Social Distancing secara besar-besaran
berdampak pada berbagai aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat
Indonesia, termasuk aktivitas pembelajaran di SMP dan SMA (Atmojo &
Nugroho, 2020; Gandasari & Dwidienawati, 2020). Sejak Maret, sebagian
besar pembelajaran klasikal di SMA digantikan oleh kelas daring (online)
untuk pembelajaran jarak jauh, terutama di daerah yang terdampak
COVID-19 (Churiyah & Sakdiyyah, 2020; Yulia, 2020).
Penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau distance learning
bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Pembelajaran jarak jauh telah
diterapkan oleh Universitas Terbuka (UT) dengan penggunaan berbagai
media dan teknologi pembelajaran dalam upaya mencerdaskan rakyat
Indonesia. Tindakan tersebut dilakukan karena letak geografis, kondisi
kepulauan, serta luasnya negara Indonesia. Pada perkembangannya, PJJ
dilakukan menggunakan jaringan internet dan komputer sebagai fasilitas
belajar. Namun PJJ tersebut hanya terbatas dilakukan untuk perkuliahan
mahasiswa dan belum lumrah dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kendala dalam penerapan PJJ di Indonesia mundul akibat permasalahan
ketersediaan fasilitas, kesiapan guru, kesiapan siswa, dukungan orang tua,
dan sebagainya. Analisis Aristovnik et al. (2020) menunjukkan bahwa PJJ di
berbagai negara mengalami kendala untuk siswa dari daerah tertinggal,
terpencil, dan pedesaan memiliki masalah dengan konektivitas Internet
yang buruk atau bahkan kekurangan listrik. Kemiskinan juga berdampak

4
pada sikap negatif siswa terhadap pembelajaran online (Owusu-Fordjour et
al., 2020; Kapasia et al., 2020; Anifowoshe et al., 2020; Ali, 2020).
Implementasi pembelajaran online di Indonesia terkait dengan proses
pembelajaran dan pengajaran yang berlangsung sepenuhnya online dan
dimediasi oleh internet di seluruh wilayah geografis Indonesia yang tidak
semuanya terjangkau jaringan internet. Implementasi PJJ secara online
untuk sebagian besar wilayah Indonesia akan sangat menantang. Pertama,
sebagian besar tenaga pendidik hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki pengalaman dengan pembelajaran online (Kusnayat et al., 2020;
Siahaan, 2020). Karena krisis, mereka terpaksa beralih dari pendidikan tatap
muka ke online dengan cara yang cepat dan tidak terduga. Sebagai hasil
dari mandat penggunaan pengajaran dan pembelajaran online jarak jauh
sepenuhnya untuk pendidikan berkelanjutan, berbagai masalah dengan
materi pelajaran, kursus konten, dan metode pengajaran menggunakan
platform e-learning dan internet telah muncul (Kusnayat et al., 2020;
Siahaan, 2020). Kedua, keterjangkauan dan aksesibilitas internet sangat
penting dalam memberikan pengalaman belajar online jarak jauh yang
sebanding dengan kursus tatap muka. Aplikasi konferensi video, seperti
rapat video Zoom, Google Meet, dan Microsoft Teams memerlukan koneksi
internet yang cepat untuk memungkinkan pembelajaran online dari jarak
jauh. Beberapa tempat di Indonesia tidak memiliki fasilitas jaringan internet
yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi rapat online (seperti Zoom,
Google Meet, dan Microsoft Teams).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kendala terbesar yang
mengakibatkan tidak terlaksananya pembelajaran daring di beberapa
sekolah Indonesia adalah terbatasnya akses internet (Gunawan et.al.,
2020), karena peserta didik tidak memiliki paket internet, serta daerah
tempat tinggal yang tidak terdapat jangkauan jaringan internet (Sadikin
et.al., 2020). Upaya yang telah dilakukan untuk menimalisir tidak adanya
paket internet adalah memberikan subsidi kuota internet untuk peserta
didik dan dosen (Windhiyana, 2020). Pembelajaran daring di rumah
merupakan hal baru yang dialami oleh siswa di Indonesia. Kondisi
tersebut mengharuskan guru dan sekolah mengembangkan perangkat dan
media pembelajaran agar kurikulum esensial masih dapat dipenuhi.
Sebagai akibatnya pemerintah melakukan penyesuaian kurikulum dan
menyediakan berbagai dukungan agar pembelajaran daring dapat
5
terlaksana secara optimal. Namun pada pelaksanaan pembelajaran daring
tersebut, banyak faktor penghambat dan kendala yang dihadapi oleh guru
dan siswa.

Pada masa pandemi COVID-19, PJJ secara daring tidak lagi menjadi
pilihan alternatif bagi institusi pendidikan, namun menjadi satu-satunya
pilihan (Faize & Nawaz, 2020). Pada masa pandemi Covid-19, sebagian
besar sekolah dan universitas telah mengubah mode pembelajaran dari
pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh atau online
untuk mematuhi seruan pemerintah untuk menjaga jarak sosial untuk
memperlambat penyebaran virus. Kondisi tersebut membuat dosen dan
mahasiswa menyesuaikan gaya dan proses belajarnya (Dhawan, 2020;
Murphy, 2020).
Bozkurt dan Sharma (2020) berpendapat bahwa skenario
pembelajaran online saat ini mungkin lebih tepat disebut sebagai
pengajaran jarak jauh darurat. Pendapat tersebut diperkuat oleh Kallo et al
(2020). Hal itu disebabkan karena sudah ada stigma bahwa pembelajaran
online dianggap kurang berkualitas dibandingkan pembelajaran tatap
muka. Salah satu artikel yang mendukung pendapat tersebut adalah
penelitian Bets (2009) yang melaporkan bahwa lebih dari separuh siswa
yang terdaftar dalam program online berhenti karena ketidakpuasan dengan
kualitas pendidikan (Betts, 2009).
Penggunaan berbagai media dan aplikasi ternyata belum tentu
menghasilkan output belajar yang optimal. Banyak aspek yang harus
disiapkan dalam proses pembelajaran menggunakan media daring agar
hasil belajar bisa maksimal. Selain aspek kesiapan tenaga pendidik,
pemilihan aplikasi dalam pembelajaran daring menjadi faktor penting
dalam pelaksanaan proses pembelajaran (Gunawan et.al., 2021). Seorang
guru yang profesional seharusnya mampu melakukan pembelajaran jarak
jauh dengan mengoptimalkan kompetensi yang dimiliki, terutama
kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial. Seharusnya guru dapat
meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuannya dalam memilih
strategi, metode, dan isi kurikulum yang sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran jarak jauh. Guru juga harus mampu memilih media
pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berinteraksi dengan siswa, sesama guru, dan orang tua siswa.

6
Namun upaya yang dilakukan oleh guru tidak akan optimal jika terdapat
kendala dalam segi perangkat PJJ dan kurangnya motivasi siswa dalam
belajar.
Beberapa penelitian telah melaporkan kelebihan dan kekurangan
pembelajaran online. Misalnya, Lahti et al (2014) dan Sezer (2016) meneliti
bahwa pembelajaran online dapat meningkatkan manajemen waktu dan
komunikasi, serta aplikasi pengetahuan dapat lebih mudah dilakukan.
Sedangkan kekurangan dari pendidikan online adalah keterbatasan
interaksi dan kesulitan teknis (Fadlelola et al., 2019; Knipfer et al., 2019).
Terlepas dari kekurangannya, pembelajaran online telah menjadi strategi
yang diterima dengan baik untuk pendidikan dalam menghadapi tantangan
berat pandemi COVID-19.
Penelitian telah mengungkapkan bahwa Pendidikan di negara yang
kurang berkembang seperti Afrika dan Asia lebih terdampak oleh pandemi
Covid-19 dibandingkan dengan daerah maju (Aristovnik, Keržič, Ravšelj,
Tomaževič, & Umek, 2020). Hasilnya juga menunjukkan ada perbedaan
besar dalam ketersediaan peralatan digital dan pengembangan
keterampilan komputer antara siswa dari negara berkembang dan negara
maju (Owusu-Fordjour et al., 2020; Anifowoshe et al., 2020; Demuyakor,
2020; Goel et al., 2020). Efektivitas pembelajaran online tergantung pada
materi pembelajaran yang dirancang dan disiapkan, keterlibatan dosen
dalam lingkungan online, dan interaksi dosen-mahasiswa atau mahasiswa-
mahasiswa (Sun, 2016; Wu & Liu, 2013, dan Bao, 2020). Oleh sebab itu,
keterbatasan fasilitas pendukung pembelajaran online, kompetensi, dan
komitmen tenaga pengajar akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas
pembelajaran. Adnan dan Anwar (2020) melaporkan bahwa pembelajaran
online tidak seefektif pembelajaran konvensional di negara berkembang
seperti Pakistan karena adanya masalah teknis dan moneter. Selain itu,
Sarwar (2020) meneliti bahwa siswa di Pakistan menilai sistem manajemen
pembelajaran institusional rendah karena tidak menawarkan interaksi yang
tepat dengan instruktur.
Selama pembelajaran daring pada masa pandemi banyak orang tua
yang mengeluhkan beberapa masalah yang dihadapi selama peserta didik
belajar di rumah, antara lain terlalu banyak tugas yang diberikan pada
siswa dan guru belum mengoptimalkan teknologi pembelajaran. Kondisi ini
diperparah dengan perubahan kegiatan belajar dan penyelesaian tugas
7
pembelajaran yang beralih seluruhnya menjadi Pekerjaan Rumah (PR).
Penyelesaian PR tersebut kadang melibatkan orang tua dan tak jarang
terjadi keributan karena orang tua tidak sabar memfasilitasi anak dalam
belajar. Kondisi rumah sangat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa.
Ada siswa yang berada dalam satu ruangan dengan saudaranya yang juga
sedang belajar dari rumah (BDR), bahkan dengan orang tuanya yang
sedang bekerja dari rumah (work from home). Belajar secara daring juga
membosankan dan melelahkan bagi siswa, karena harus menggunakan
komputer apalagi smartphone dengan ukuran layar yang lebih kecil. Putria
et.al. (2020) melaporkan terjadinya kekurangan pada pembelajaran daring,
yaitu anak sulit untuk fokus pada pembelajaran karena suasana belajar di
rumah yang kurang kondusif. Tidak sedikit siswa yang mengeluh akan
banyaknya tugas-tugas berupa penyelesaian soal yang diberikan guru.
Tugas belajar tersebut lebih banyak dibanding belajar secara tatap muka di
sekolah, sementara penjelasan dalam bentuk audio dan video yang
diberikan guru jauh lebih sedikit daripada penjelasan secara tatap muka di
kelas.
Pembelajaran daring di Indonesia membuat siswa terkendala dalam
be;ajar. Hal tersebut terutama disebabkan karena guru dan siswa belum
siap untuk melakukan proses pembelajaran secara daring. Siswa juga
mengalami kesulitan mengikuti pelajaran yang diberikan guru berupa
bahan cetak, video, dan audio. Bahkan tidak sedikit siswa yang merasa
lebih sulit memahami penjelasan guru yang sama, ketika disampaikan
melalui aplikasi daring. Mereka mengakui tetap lebih mudah mengerti
ketika pembelajaran dilakukan dengan tatap muka dengan guru yang sama.
Agung et.al. (2020) melaporkan hasil penelitian tentang kendala
pembelajaran daring (online), yakni: 1) persepsi negatif tentang
pembelajaran online (66,7%), 2) paket data mahal, 3) sinyal tidak stabil
(66,7%), 4) sinyal buruk atau tidak ada sama sekali (9,1%), 5) perangkat
seluler yang tidak kompatibel mengunduh aplikasi pembelajaran (75,8%), 6)
terlalu banyak tugas (57,5%), 6) ruang memori ponsel terbatas untuk
menginstal aplikasi. Sedangkan Susilana et. al. (2020) melaporkan bahwa, 1)
kualitas belajar online lebih buruk (75,93%), 2) pembelajaran online lebih
sulit daripada tatap muka (71,6%), 3) siswa sulit menguasai mata pelajaran
yang melibatkan praktik, 4) terlalu banyak tugas dengan arah yang tidak
memadai dan tidak jelas. Kendala dalam pembelajaran daring di Indonesia
8
tersebut mirip dengan kendala pembelajaran di Pakistan yang dilaporkan
oleh Abbas et.al. (2020), bahwa: 1) siswa memiliki persepsi negatif terhadap
pembelajaran online (77%), 2) kualitas pembelajaran online tidak memadai
(69%), 3) pembelajaran online kurang menarik untuk mata pelajaran
praktik, 4) kurangnya interaksi siswa-guru.
Reimers et al. (2020) merilis kumpulan sumber daya beranotasi OECD
yang terdiri dari sumber daya pendidikan online seperti sumber daya
kurikulum, sumber daya pengembangan profesional, dan alat yang
digunakan (Zoom, Kahoot, Google Classroom, Seesaw, Moodle, Microsoft
Team, dan sebagainya) dalam mendukung kelanjutan proses belajar
mengajar di tengah era COVID-19. Khaleyla et.al (2021) melakukan
penelitian dengan melibatkan 189 guru Sains dan Biologi sebagai
responden, melaporkan bahwa jenis software yang digunakan dalam
pembelajaran adalah jejaring sosial (64%) khususnya WhatsApp (WA),
learning management system (LMS) (51%) khususnya Google Classroom,
aplikasi teleconference (12%), dan software penilaian di luar LMS (15%).
Software yang dipilih sebagian besar tidak berbayar, mudah diakses oleh
semua kalangan, sudah familiar di kalangan masyarakat Indonesia, dan
interface-nya mudah dikuasai. Sedangkan untuk perkuliahan, dosen Biologi
menggunakan aplikasi WA (34,11%), Zoom (18,6%), Google Classroom
(15,5%), Google Meet (8,53%), Moodle (5,43%), Quzziz (4,65%), You Tube
(2,33%), Schoology (1,55%), Edmodo (0,78), dan aplikasi lainnya (Tauhidah
et al., 2020). Penggunaan ponsel dalam pembelajaran mencapai lebih dari
80% di India (Pangam, 2020), dan penggunaan aplikasi Whatsapp mencapai
65%. Kondisi tersebut sama dengan hasil penelitian Agung et.al. (2020) yang
menemukan bahwa 84,8% mahasiswa menggunakan ponsel dalam
pembelajaran daring. Kamil (2020) melakukan survei dengan 1000 sampel
dari 34 provinsi di Indonesia memperoleh gambaran variasi media
pembelajaran online yang digunakan dalam kegiatan pendidikan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa penggunaan
Google Classroom menempati urutan pertama dalam daftar platform yang
paling banyak digunakan, yakni sebesar 26,1%, diikuti oleh penggunaan
Ruang guru (17,1%) dan Rumah Belajar (15,2%) (Kamil, 2020). Penggunaan
media pembelajaran online berupa video call meningkat signifikan dengan
mayoritas pengguna aplikasi Zoom (57,2%), disusul GMeet (18,5%),
CisWebex (8,3%), U-Meet-Me (5,0%). ), MS-Teams (2,0%). Pada penelitian
9
ini masih diselidiki bagaimana persentase penggunaan Zoom dan GMeet
(Google Meet) oleh guru di wilayah Sumatera Utara.
Banyak guru dan dosen yang menggunakan aplikasi Whatsapp dalam
pembelajaran daring, terutama untuk mendukung penggunaan aplikasi
lainnya. Penggunaan aplikasi Whatsapp saja tidak disarankan karena tidak
efektif dalam proses belajar mengajar. Burhoumi (2015:235) telah meneliti
bahwa penggunaan aplikasi seluler WhatsApp saja hanya efektif untuk
mengejar kegiatan pembelajaran jika guru melakukannya dalam kursus
campuran yang mengintegrasikan keduanya pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran seluler (blended learning). Khusus untuk pembelajaran bagi
mahasiswa, penggunaan aplikasi WhatsApp di kelas Jurusan Bahasa
Inggris selama masa pandemi covid-19 dapat dikatakan efektif (Munir et.al.,
2021). Munir et.al. (2021) berpendapat bahwa WhatsApp dapat digunakan
untuk melakukan proses pembelajaran online dalam pembelajaran Bahasa
Inggris di perguruan tinggi karena secara empiris membantu siswa untuk
terlibat secara antusias dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu kelemahan penting dari pembelajaran online adalah
kemungkinan terjadinya gangguan yang diikuti oleh frustrasi, kecemasan,
dan kebingungan karena kemungkinan kurangnya perhatian (Dhawan,
2020). Oleh karena itu, dalam lingkungan pembelajaran online, sangat
penting untuk mengevaluasi dan meneliti keterlibatan siswa, membantu
guru memahami keterlibatan siswa dan mengintervensi waktu, membantu
siswa merefleksikan tindakan pembelajaran mereka, dan memfasilitasi
keterlibatan mendalam mereka dalam proses pembelajaran (Hu & Li, 2017;
Lisha & Zhang, 2003).
Salah satu temuan signifikan dari penelitian Baloran et al. (2021)
adalah bahwa kepuasan kursus online berkorelasi dengan keterlibatan
siswa belajar online. Siswa yang puas dengan kesempatan belajar yang
diberikan oleh guru secara online cenderung lebih terlibat secara online
dalam hal keterampilan kursus, partisipasi, kinerja, dan emosi. Penelitian
Ngo et al. (2021) mengungkapkan bahwa kemampuan diri dalam
pembelajaran digital, aksesibilitas dan konektivitas internet yang baik,
kehadiran dan umpan balik dari guru, konten situs web, dan kemampuan
untuk belajar dari umpan balik rekan dan diskusi kelompok semuanya
memainkan peran penting dalam mempengaruhi kepuasan siswa. Siswa
melaporkan bahwa mereka umumnya lebih puas dengan peningkatan
10
keterampilan komunikasi lisan mereka, yang membantu mereka mencapai
tujuan pembelajaran mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa
mengintegrasikan pembelajaran sinkron dan asinkron secara efektif
mendorong pembelajaran siswa dan meningkatkan kepuasan siswa di
lingkungan pembelajaran online jarak jauh di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap penggunaan
media/aplikasi pembelajaran daring di wilayah Sumatera Utara dengan
analisis perbandingan daerah kota dan desa, sekolah negeri dan suasta, dan
gender. Peneliti berupaya untuk mengungkap kendala dan solusi yang
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran daring, persepsi
siswa, dan kegiatan belajar yang dilakukan. Penggunaan aplikasi Zoom dan
Google Meet diselidiki secara khusus karena kedua aplikasi tersebut
memungkinkan guru untuk “bertatap maya” dengan siswanya. Informasi
tersebut diperlukan untuk menguji temuan penelitian Paechter et al. (2010)
yang menyimpulkan bahwa interaksi antara instruktur dan siswa sangat
berkontribusi terhadap prestasi belajar dan kepuasan kursus. Pada
penelitian ini penggunaan aplikasi WhatsApp yang populer digunakan oleh
guru juga dianalisis dan dikaitkan dengan ketertarikan siswa dalam belajar.
Pembelajaran online membutuhkan perangkat pendukung yang dapat
digunakan untuk mengakses informasi atau menjalankan aplikasi yang
digunakan oleh guru dan siswa. Jika guru menggunakan smartphone
dengan aplikasi WhatsApp, maka siswa juga harus memiliki perangkat
teknologi yang dapat menjalankan aplikasi WhatsApp. Mulenga & Marbán
(2020) menyatakan bahwa siswa harus memiliki perangkat digital yang
diperlukan seperti laptop, komputer, tablet, handphone, akses internet,
biaya internet yang terjangkau, dan pasokan listrik yang memadai sehingga
dapat dengan mudah mengikuti kelas matematika online. Adanya kesulitan
teknis dan permasalahan infrastruktur akan menjadi kendala dalam
penyelenggaraan pembelajaran daring. Hal itu sesuai dengan pendapat
Dhawan (2020) yang menyatakan bahwa kesulitan teknis dan manajemen
waktu merupakan kelemahan pembelajaran online, ditambah adanya
tantangan distribusi infrastruktur TIK dan biaya teknologi yang tidak
merata. Berkaitan dengan keterbatasan siswa dalam kepemilikan perangkat
teknologi yang dapat digunakan untuk mengikuti pembelajaran daring,
diperlukan informasi tentang hal tersebut agar para pihak dapat mengambil
kebijakan yang tepat dalam pengembangan pembelajaran online pada masa
11
depan. Informasi tersebut dicoba untuk diungkap dalam penelitian ini
sehingga dapat dimanfaatkan dalam persiapan pengembangan blended
learning dalam era revolusi industri 4.0 di wilayah Sumatera Utara.

b. Rumusan Masalah
Penelitian ini fokus pada penggunaan media pembelajaran daring dan
kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa di Sumatera Utara pada masa
pandemi covid-19. Rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru Sumatera Utara dalam
memanfaatkan media/aplikasi pembelajaran untuk melaksanakan
pembelajaran pada masa pandemi covid-19?
2) Kendala apa yang dominan dihadapi oleh siswa Sumatera Utara
dalam pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19?
3) Apakah pembelajaran di Sumatera Utara pada masa pandemi covid-
19 dapat dilaksanakan secara efektif?

c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh guru
Sumatera Utara dalam memanfaatkan media/aplikasi pembelajaran
untuk melaksanakan pembelajaran pada masa pandemi covid-19,
2) Untuk mengetahui kendala apa saja yang dominan dihadapi oleh
siswa Sumatera Utara dalam pembelajaran daring pada masa
pandemi covid-19,
3) Untuk mengetahui apakah pembelajaran di Sumatera Utara pada
masa pandemi covid-19 dapat dilaksanakan secara efektif.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
populasi seluruh guru dan siswa di propinsi Sumatera Utara dari sekolah
menengah atas (SMA) negeri dan suasta. Jumlah sampel adalah 160 guru
dan 160 siswa dari beberapa kabupaten. Guru yang disurvey terdiri dari 40
guru SMA negeri di kota Medan, 40 guru SMA suasta di kota Medan, 40
guru SMA negeri di luar kota Medan, dan 40 guru SMA suasta di luar kota
Medan. Jumlah data yang dapat diolah dari kuesioner siswa adalah dari 159

12
siswa. Karakteristik responden yang menjadi sampel penelitian disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik sampel berupa guru

Jenis Guru SMA Guru SMA Guru SMA Guru SMA


Kelamin negeri kota suasta kota negeri luar suasta luar
Medan Medan kota Medan kota Medan

Laki-laki 19 13 13 14

Perempuan 21 27 27 26

Data penelitian dikumpulkan menggunakan Google Form dan


pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
Beberapa pertanyaan bersifat tertutup dan ada pertanyaan yang bersifat
terbuka berupa isian. Peneliti juga melakukan wawancara pada beberapa
guru untuk memperoleh data kualitatif pendukung penelitian, terutama
terkait suasana pembelajaran daring dan feedback dari siswa.

3. Hasil dan Pembahasan


Guru-guru di Sumatera Utara menjalankan pembelajaran daring
dengan memanfaatkan ponsel dan menggunakan media social dan aplikasi
rapat online. Media sosial yang dominan digunakan adalah WhatsApp
(WA) dan ada yang menggunakan Telegram. Perbandingan penggunaan
aplikasi pembelajaran oleh guru di Medan dan luar kota Medan, SMA
negeri dan Suasta ditunjukkan dalam gambar 1.

13
Penggunaan Aplikasi
dalam Pembelajaran Daring
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Whatsapp Telegram Zoom Google Google Meet
Classroom
Aplikasi yang digunakan

SMA Negeri di Medan SMA Suasta di Medan


SMA Negeri di Luar Medan SMA Suasta di Luar Medan

Gambar 1. Penggunaan aplikasi pembelajaran oleh guru di Sumatera


Utara
Mirip dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Khaleyla
et.al (2021), guru-guru di Sumatera Utara juga dominan menggunakan WA
dan Google Classroom. Penggunaan aplikasi Zoom dan Google Meet
sebagai pendamping WA lebih banyak digunakan oleh guru-guru sekolah
suasta di Medan dan luar kota Medan. Data menunjukkan bahwa guru
sekolah negeri di luar kota Medan tidak terlalu banyak menggunakan
aplikasi rapat online (Zoom dan Google Meet).

14
Alasan guru menggunakan Whatsapp
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Mudah Kurang Siswa tidak Siswa tidak Tidak ada
menggunakannya menguasai memiliki memiliki paket jaringan internet
penggunaan perangkat untuk data internet di rumah siswa
aplikasi lainnya belajar online
Alasan menggunakan WA

SMA Negeri di Medan SMA Suasta di Medan


SMA Negeri di Luar Medan SMA Suasta di Luar Medan

Gambar 2. Alasan guru menggunakan WA dalam pembelajaran daring

Alasan guru menggunakan aplikasi WA dalam pembelajaran


bergantung daerah pada kondisi dan kemampuan mereka. Sebagian guru
menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan aplikasi selain WA karena
kurang menguasai penggunaan aplikasi lainnya (gambar 2). Khusus untuk
guru suasta di luar kota Medan, alasan yang dikemukakan adalah kendala
siswa yang tidak memiliki paket data dan tidak ada jaringan internet di
daerah pemukiman siswa. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilaporkan oleh Gunawan et al. (2021), yakni: beberapa jenis kendala yang
paling dominan dalam penggunaan aplikasi zoom meeting pada
perkuliahan daring, antara lain: permasalahan jaringan/sinyal, pengunaan
kuota internet yang besar, dan kesulitan dalam pemantauan pemahaman
mahasiswa terkait dengan materi yang telah disampaikan.
Guru-guru sekolah negeri di luar kota Medan ternyata banyak yang
tidak menggunakan aplikasi Zoom atau Google Meet dalam pembelajaran
daring (gambar 3). Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan karena
guru kurang memahami penggunaan aplikasi tersebut. Jika dianalisis

15
dengan melihat informasi tentang cara guru mempelajari aplikasi rapat
online (gambar 4), terlihat bahwa guru-guru sekolah negeri di luar kota
Medan hanya sedikit yang memperoleh pelatihan dari Dinas Pendidikan
dan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Proporsi guru yang menggunakan


aplikasi rapat online
40
35
30
25
20
15
10
5
0
SMA Negeri di SMA Suasta di SMA Negeri di SMA Suasta di
Medan Medan Luar Medan Luar Medan

Guru menggunakan Zoom/GoogleMeet Ya


Guru menggunakan Zoom/GoogleMeet Tidak

Gambar 3. Penggunaan aplikasi rapat online (Zoom dan Google


Meet) oleh guru di Sumatera Utara

16
Cara guru mempelajari aplikasi rapat online
30
25
20
15
10
5
0
Mengikuti Mengikuti Mengikuti Belajar secara Belajar dari
kegiatan yang kegiatan yang kegiatan yang mandiri dari teman
dilakukan oleh dilakukan oleh dilakukan di berbagai
Dinas sekolah MGMP sumber
Pendidikan
Cara mengetahui Zoom/GM

SMA Negeri di Medan SMA Suasta di Medan


SMA Negeri di Luar Medan SMA Suasta di Luar Medan

Gambar 4. Cara guru mempelajari aplikasi rapat online


Berkaitan dengan kurangnya kompetensi guru dalam penguasaan
teknologi pembelajaran, guru perlu mengembangkan kompetensi
digitalnya agar dapat menggunakan platform pembelajaran yang berbeda
dan menyadari kemungkinan mereka untuk pengiriman konten,
keterlibatan pelajar, dan interaksi dengan siswa. Agar dapat memotivasi
siswa untuk terlibat dan belajar, mereka juga perlu merasa nyaman di
lingkungan ini. Penting bagi mereka untuk tidak merasa frustrasi dan
terisolasi, memiliki sikap positif terhadap e-learning, dan tidak takut
dengan peran mereka dalam proses pengajaran baru ini. Penting bagi
mereka untuk menyadari upaya tambahan yang perlu dilakukan untuk
menyesuaikan dengan cara tradisional desain konten dan pengiriman ke
lingkungan online baru. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang situasi
ini, penelitian lebih lanjut dapat berfokus pada hasil (nilai) siswa sebelum
dan sesudah krisis, sambil menganalisis penyebab potensi perbedaan.
Kedua, fokus harus pada guru dan cara untuk memberi mereka
kemungkinan peningkatan keterampilan untuk menggunakan alat e-
learning modern, desain, dan penyampaian kursus yang berbeda untuk
mendorong kepuasan belajar online siswa (Kovacevic et al., 2021)

17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa guru di
Sumatera Utara dominan memberikan penjelasan dan tugas (gambar 5).
Jika interaksi hanya terjadi satu arah, maka siswa akan bosan dan sulit
konsentrasi. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang diperoleh dari siswa
tentang hambatan belajar daring (tabel 2). Namun, guru di sekolah suasta
cukup banyak yang melakukan diskusi dan membahas tugas yang
diberikan pada siswa. Menurut Hadisi & Muna (2015) pembelajaran daring
mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-
siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini akan menghambat atau
memperlambat terbentuknya nilai-nilai (values) dalam proses belajar-
mengajar.

Kegiatan belajar yang dilakukan secara daring


40

35

30

25

20

15

10

0
Memberikan Memberikan Membahas tugas Berdiskusi Memperhatikan
penjelasan tugas belajar bagi yang dikerjakan dengan siswa presentasi siswa
tentang materi siswa oleh siswa
pelajaran
Kegiatan belajar online

SMA Negeri di Medan SMA Suasta di Medan


SMA Negeri di Luar Medan SMA Suasta di Luar Medan

Gambar 5. Bentuk kegiatan belajar daring di Sumatera Utara

Girardi (2016) memberikan tiga prinsip dasar untuk meningkatkan


keterlibatan siswa saat mengajar online. Ini membutuhkan guru untuk

18
menciptakan komunitas pelajar online, memberikan upaya tambahan untuk
melibatkan mereka dan menganalisis dengan cermat alat-alat yang, bila
digunakan, memberikan lingkungan online yang sangat menarik. Hal ini
penting untuk pembelajaran online untuk mengatasi perasaan terisolasi
yang dialami oleh pembelajar online tanpa kehadiran sosial.
Penelitian ini mengungkap bahwa hambatan belajar daring yang
umumnya dirasakan oleh siswa Sumatera Utara adalah sulit konsentrasi,
sulit memahami pelajaran, terlalu banyak tugas, tidak dapat bertanya
langsung pada guru, mengalami kebosanan, dan kendala jaringan internet
(tabel 2). Kesulitan bertanya pada guru dan timbulnya kebosanan
menunjukkan kurangnya kehadiran sosial guru Bersama siswa saat
pembelajaran daring. Kehadiran sosial merupakan komponen penting dari
kepuasan siswa dengan pembelajaran online (Shea et al., 2001). Aspek ini
dianggap sebagai indikator motivasi siswa yang menonjol karena ketika
mereka terlibat dengan instruktur dan teman sebaya, tanggapan mereka
dihargai, pertanyaan mereka ditangani, dan mereka merasa lebih terlibat
dan termotivasi (Woods & Baker, 2004).

Tabel 2. Hambatan belajar daring menurut siswa Sumatera Utara


Hambatan belajar daring f %
Sulit konsentrasi/fokus 123 77%
Kesulitan memahami pelajaran 122 77%
Tugas menumpuk karena semua guru
112
memberikan tugas 70%
Waktu pengerjaan tugas yang terlalu singkat 76 48%
Tidak memiliki peralatan yang memadai
22
(handphone, komputer, laptop, tablet) 14%
Tidak ada yang mendampingi belajar 40 25%
Tidak dapat bertanya langsung kepada guru 82 52%
Tidak ada bahan/media pembelajaran 22 14%
Bosan 89 56%
Tidak memiliki perangkat digital 13 8%
Jaringan internet kurang memadai 84 53%
Tidak ada hambatan 8 5%

19
Kendala pembelajaran daring di Sumatera Utara akibat keterbatasan
jaringan internet dikeluhkan oleh 53% siswa yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Kondisi yang sama juga diteliti oleh Suryani dan
Sugianingrat (2021), yang melakukan penelitian tentang kepuasan e-
learning siswa selama pandemi COVID-19 di Bali. Kedua peneliti tersebut
mengkonfirmasi bahwa kualitas internet adalah salah satu faktor utama
yang menentukan kepuasan siswa. Siswa dapat dengan mudah
berkomunikasi dengan materi pelajaran, fasilitator, dan siswa lain karena
keterampilan dan kompetensi mereka dalam pembelajaran digital, serta
bandwidth internet yang cukup cepat (Hillman et al., 1994; Ahn, 2012;
Fatani, 2020 , Kusnayat et al., 2020). Kondisi serupa juga terjadi di beberapa
negara berkembang, misalnya di Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Paudyal
& Rana (2021) melaporkan hasil penelitiannya bahwa akses ke internet
merupakan isu penting dalam pembelajaran daring di Nepal. Sejumlah
besar mahasiswa yang tinggal di daerah pedesaan terpencil tidak dapat
mengakses kelas online yang dikelola oleh dosen mereka. Meskipun
subsidi harga data seluler diumumkan untuk memungkinkan siswa
mengakses pembelajaran online, hal tersebut tidak berhasil karena banyak
siswa tinggal di desa-desa terpencil yang tidak memiliki akses internet.
Munculnya kebosanan dalam belajar secara daring juga dilaporkan
oleh Putria et al. (2020) dalam penelitian pembelajaran daring di sekolah
dasar. Putria et al. (2020) menemukan bahwa peserta didik merasa jenuh
akan pembelajaran daring selama pandemi Covid-19, dan siswa merasa
bosan dengan pemberian tugas setiap harinya. Akibatnya siswa menjadi
malas dalam mengerjakan tugas, hal tersebut menjadikan pengumpulan
tugas menjadi sangat terlambat sehingga membuat guru sulit melakukan
penilaian (Putria, 2020). Penelitian menunjukkan bahwa kepuasan siswa
dengan pembelajaran online dapat dikorelasikan dengan kesiapan mereka
untuk belajar online (Joosten & Cusatis, 2020; Yeh et al., 2019; Yu, 2018;
Yilmaz, 2017; Pillay et al., 2007; Brauer et al., 2004; Smith et al., 2003).
Upaya untuk menghadirkan pendidikan berkualitas pada masa
pandemic Covid-19 telah menciptakan perdebatan di kalangan akademisi
karena pendidikan harus tetap berjalan walaupun peserta didik tidak hadir
di kelas. Diskusi yang mengemuka adalah tentang bagaimana
meningkatkan kualitas pembelajaran online untuk meningkatkan efisiensi
belajar siswa, bagaimana meningkatkan motivasi dan kepuasan dalam
20
belajar secara daring dalam kondisi pandemi COVID-19. Para peneliti
menganggap bahwa kehadiran sosial sebagai aspek emosional dari motivasi
siswa (Stodel et al., 2006) dan kepuasan (Shapiro et al., 2017), umumnya
diungkapkan dalam diskusi kelas.
Pada masa pandemic Covid-19, guru di Sumatera Utara umumnya
memberikan soal-soal untuk dikerjakan oleh siswa di rumah. Untungnya
masih cukup banyak guru yang menggunakan berbagai aplikasi belajar
daring (68%), belajar interaktif (36%), simulasi (26%), dan memberi tugas
membuat proyek (24%). Sedangkan siswa juga belajar dari YouTube. Siswa
belajar dari YouTube dan ruang guru berdasarkan arahan dari guru.

Tabel 3. Variasi kegiatan belajar yang dilakukan selama pandemic Covid-19


Bentuk Kegiatan Belajar f %
Mengerjakan soal-soal dari guru 152 96%
Belajar dari buku teks pelajaran 91 57%
Belajar interaktif bersama guru secara daring 58 36%
Belajar dari aplikasi belajar, ruang guru,
108
google meet, google classroom 68%
Membuat proyek/kegiatan praktis 38 24%
Belajar menggunakan berbagai aplikasi
42
simulasi yang ada di internet 26%
Belajar dari buku-buku non-teks pelajaran 26 16%
Belajar dari radio/televisi 11 7%
Belajar dari YouTube 107 67%

Selain menggunakan WhatsApp dan aplikasi rapat online, guru di


Sumatera Utara juga menggunakan Quzziz, Edmodo, dan WordWall.
Aplikasi Quizziz lebih popuper dibanding aplikasi lainnya (Gambar 6).
Selain aplikasi tersebut, guru juga menggunakan Quipper dan Ruang Guru.
Temuan ini sejalan dengan penelitian Arizona et al. (2020) yang melaporkan
bahwa guru menggunakan sumber belajar seperti Rumah Belajar, Meja Kita,
Icando, Indonesia X, Google for Education, Kelas Pintar, Microsoft Office 365,
Quipper School, Ruang Guru, Sekolahmu, dan Zenius untuk mendukung
pelaksanaan pembelajaran daring. Salehudin (2020) juga melaporkan bahwa
upaya yang dilakukan pendidik untuk keberhasilan proses pembelajaran

21
daring adalah menggunakan media sosial berupa whatsapp, facebook,
instagram dan youtube sebagai media e- learning.

Aplikasi/Media daring yang digunakan


25

20

15

10

0
Quizizz Plickers Mentimeter Word Wall Edmodo
Media online yg digunakan

SMA Negeri di Medan SMA Suasta di Medan


SMA Negeri di Luar Medan SMA Suasta di Luar Medan

Gambar 6. Jenis aplikasi yang digunakan oleh guru Sumatera Utara


selain WA dan rapat online

22
Persentase siswa antusias belajar daring
16

14

12

10

0
<10% 10-20% 21-40% 41-60% 61-80% >80%
Persentase siswa tertarik

SMA Negeri di Medan SMA Suasta di Medan


SMA Negeri di Luar Medan SMA Suasta di Luar Medan

Gambar 7. Persentase siswa Sumatera Utara yang tertarik belajar secara


daring

Penelitian ini mengungkap bahwa persentase siswa yang tertarik


belajar daring di Sumatera Utara cukup tinggi (gambar 7). Cukup menarik
untuk diselidiki lebih lanjut bahwa persentase siswa di kota Medan yang
tidak tertarik belajar secara daring ternyata lebih tinggi daripada siswa di
luar kota Medan. Menurut Suryani dan Sugianingrat (2021), faktor
terpenting yang mempengaruhi kepuasan siswa adalah kualitas pengajar
(misalnya efisiensi, semangat selama sesi online). Foerderer et al. (2001)
menemukan bahwa bantuan dan bimbingan guru serta memberikan
ketersediaan waktu mereka akan berkontribusi terhadap kepuasan siswa.
Ngo et al. (2021) menemukan fenomena yang serupa dengan penelitian
Gray & DiLoreto (2016), bahwa membangun kehadiran instruktur dalam
kursus online dapat dicapai dengan memfasilitasi kursus untuk
mempromosikan interaksi positif antara instruktur dan siswa akan
menghasilkan kepuasan siswa. Sedangkan Gopal, Singh, dan Anggarwal
(2021) menemukan bahwa umpan balik yang cepat dari seorang instruktur
berpengaruh pada kepuasan siswa. Temuan tersebut konsisten dengan

23
penelitian Ngo dan Ngadiman (2019) yang menemukan bahwa memberikan
umpan balik guru langsung kepada siswa memungkinkan mereka untuk
menilai pemahaman mereka tentang konten kursus dan meningkatkan
kinerja mereka.

Penggunaan aplikasi rapat daring berdasar


gender di wilayah Medan
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Laki-Laki Perempuan

Menggunakan Zoom/Google Meet Ya


Menggunakan Zoom/Google Meet Tidak

Gambar 8. Perbandingan guru berdasar gender yang menggunakan


aplikasi dapat online

Gambar 9 menunjukkan siswa lebih tertarik diajarkan oleh guru


perempuan. Jika dikaitkan dengan grafik pada gambar 8, dapat dilihat
bahwa persentase guru perempuan yang mengajar menggunakan Zoom
atau Google Meet lebih tinggi daripada guru-guru laki-laki. Kemungkinan
besar kedua hal tersebut berkorelasi. Penelitian menunjukkan bahwa siswa
lebih belajar daring jika guru menggunakan video real-time. Berdasarkan
penelitian Gunawan et.al. (2021) ditemukan bahwa penggunaan aplikasi
zoom meeting cukup tepat digunakan dalam pembelajaran daring, karena
dosen dan mahasiswa dapat melakukan aktivitas pembelajaran secara
sinkron dalam pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19. Para
siswa paling puas dengan konferensi video real-time, rekaman video, dan
24
komunikasi tertulis, dengan Oseania dan Eropa muncul sebagai pelopor
global sementara negara-negara berkembang (dari Asia dan Afrika) secara
signifikan tertinggal di belakang (Aristovnik et al., 2020).

Persentase Siswa Tertarik Belajar


Daring
berdasar gender guru
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
<10% 10-20% 21-40% 41-60% >61%
Persentase siswa tertarik

laki-Laki Perempuan

Gambar 9. Persentase siswa yang tertarik belajar dikaitkan dengan gender


guru yang mengajar daring

Pada penelitian ini analisis lebih lanjut dilakukan untuk melihat


keterkaitan antara ketertarikan belajar dengan variasi penggunaan aplikasi
belajar daring. Gambar 10 menunjukkan bahwa persentase siswa yang tidak
tertarik belajar cukup besar jika guru hanya menggunakan aplikasi Zoom
dan WA saja. Jika guru menggunakan aplikasi tambahan seperti Google
Classroom, Quizziz dan Edmodo, persentase siswa yang tertarik belajar
cukup besar. Seperti telah diuraikan sebelumnya, persentase guru yang
menggunakan Quizziz cukup besar, juga yang menggunakan Google
Classroom. Kelemahan dari google classroom adalah jika google drive
penuh, mahasiswa tidak dapat mengirim file (Nurhusna, 2020). Kekurangan
lainnya adalah google classroom hanya bisa diakses melalui akun google
dan tidak memiliki menu share link untuk merekomendasikan atau
menambahkan orang lain agar dapat bergabung dengan kelas google

25
classroom (Santosa et al., 2020). Google Classroom juga hanya bisa
digunakan untuk teori saja, tidak bisa untuk praktik langsung (Aditya,
2020).

Persentase ketertarikan siswa belajar


berdasar penggunaan aplikasi
8

0
WA dan Zoom WA, Zoom, dan WA, Zoom, WA, Zoom, dan WA, Zoom,
Quizziz Edmodo GClassroom Quzziz, Edmodo

<10% 10-20% 21-40% 41-60%

Gambar 10. Ketertarikan siswa belajar daring dan hubungannya dengan


penggunaan variasi aplikasi belajar oleh guru

Berdasarkan wawancara diketahui bahwa guru di Sumatera Utara


berupaya untuk membuat pembelajaran daring menyenangkan bagi siswa,
namun keterbatasan fasilitas dan penguasaan aplikasi membuat tidak
semua guru mampu menerapkan pembelajaran yang menarik. Guru
menyatakan bahwa penggunaan media interaktif membuat siswa lebih
senang belajar walaupun secara daring. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Cole & Todd (2003) yang menyatakan bahwa media interaktif
dapat memberikan respon positif serta meningkatkan minat belajar peserta
didik yang ditunjukkan pada hasil evaluasi belajar yang sangat tinggi dan
aktivitas pembelajaran yang sangat baik. Hal tersebut juga didukung oleh
penelitian dari Kamlaskar (2007) yang menyatakan bahwa responden
dengan persentase 80% menyatakan multimedia interaktif menarik dan
26
menyenangkan.
Data yang diolah dari angket yang diisi oleh guru tidak jauh berbeda
dengan data yang diolah dari angket yang diisi oleh siswa. Pada penelitian
dicoba untuk mengungkap persentase materi yang dipahami oleh siswa
yang ditampilkan pada gambar 11. Sebagian besar siswa menyatakan
bahwa persentase materi yang dipahami sekitar 25% sampai 50%. Ada juga
yang menyatakan bahwa materi yang dipahami lebih dari 75% (gambar 11).

Persentase materi yang dipahami


menurut siswa
100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Kurang dari Antara 25% Antara 50% Lebih dari 75%
25% sampai 50% sampai 75%
Persentase materi pembelajaran yang dipahami selama
belajar daring

Gambar 11. Persentase materi pelajaran yang dipahami oleh siswa Sumatera
Utara dalam belajar daring

Informasi tentang kepemilikan perangkat belajar (computer,


smartphone) pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 12. Ternyata
Sebagian besar siswa di Sumatera Utara memiliki smartphone yang dapat
digunakan untuk belajar daring. Walaupun demikian, fitur yang
membutuhkan internet yang cepat tidak dapat dilakukan di beberapa
daerah. Informasi tentang kendala jaringan diungkap pada Tabel 2. Hal
27
tersebut yang menyebabkan guru di Sumatera Utara dominan
menggunakan WA agar pembelajaran daring dapat dilaksanakan,
sebagaimana diungkap pada data sebelumnya. Terlepas dari kondisi
tersebut, seharusnya guru di kota Medan dan kota-kota besar di Sumatera
Utara tidak hanya menggunakan WA saja.

Kepemilikan perangkat belajar


daring
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Milik sendiri Milik Milik orang lain
orangtua/keluarga
Kepemilikan perangkat yang digunakan untuk
pembelajaran daring

Gambar 12. Kepemilikan perangkat belajar daring

4. Simpulan dan Implikasi


a. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat dibuat simpulan
sebagai berikut:
1) Guru di Sumatera Utara telah berupaya memanfaatkan
media/aplikasi pembelajaran untuk melaksanakan pembelajaran
pada masa pandemi covid-19. Aplikasi yang dominan digunakan
adalah media sosial WhatsApp. Alasan guru menggunakan
WhatsApp adalah karena mudah digunakan, tidak menghabiskan
banyak kuota data internet, dan bisa tetap digunakan walaupun ada
kendala jaringan internet. Selain menggunakan WhatsApp,
beberapa guru juga menggunakan aplikasi rapat daring, yakni
Zoom dan Google Meet. Beberapa guru telah berupaya
28
menggunakan aplikasi untuk menarik minta siswa dalam belajar,
misalnya menggunakan Quizziz, Google Classroom, Edmodo,
WordWall, dan Mentimeter. Namun tidak semua guru dapat
menggunakan aplikasi dan media pembelajaran yang tersedia di
internet. Hal itu disebabkan karena keterbatasan pemahaman dan
kendala jaringan internet. Beberapa Dinas Pendidikan dan Sekolah
telah berupaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
menguasai aplikasi pembelajaran daring. Sebagian guru belajar
mandiri untuk menguasai aplikasi yang diperlukan guna
melaksanakan pembelajaran daring.
2) Kendala yang dominan dihadapi oleh siswa Sumatera
Utara dalam pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19
adalah sulit fokus dalam belajar, kurang dapat memahami materi
pelajaran, bosan belajar secara daring, dan kendala jaringan internet.
Kegiatan belajar mengajar didominasi oleh pemberian tugas belajar
oleh guru, terutama penyelesaian soal, mempelajari konten yang ada
di buku dan internet (YouTube, Ruang Guru, dll.), dan membuat
proyek. Menumpuknya tugas berupa penyelesaian soal membuat
siswa jenuh/bosan dan kurang tertarik belajar secara daring. Tidak
fokusnya siswa dalam belajar dan kesulitan memahami materi
pelajaran juga disebabkan karena guru hanya menggunakan
WhatsApp saja dalam pembelajaran. Siswa SMA di Sumatera Utara
lebih sulit memahami materi pelajaran secara daring dibanding
belajar secara tatap muka di kelas. Siswa adalah pihak yang paling
banyak mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh,
karena mau tidak mau mereka harus membiasakan diri belajar dari
rumah melalui jaringan internet dan alat komunikasi lainnya.
Walaupun sebagian besar siswa di Sumatera Utara memiliki HP,
namun ada kendala jaringan internet dan kurang kuota data internet
untuk mengikuti pembelajaran menggunakan Zoom atau Google
Meet. Penyediaan kuota data internet oleh Kemendikbud tidak
banyak bermanfaat bagi siswa di daerah-daerah yang kesulitan
menjangkau akses internet.
3) Pembelajaran di Sumatera Utara pada masa pandemi covid-19
sebagian besar dapat dilaksanakan secara efektif, terutama oleh guru
yang menggunakan berbagai aplikasi berbasis teknologi informasi.
29
Meskipun demikian, masih ada kendala pembelajaran daring akibat
guru hanya menggunakan WhatsApp dalam mengirimkan bahan
ajar dan soal. Kalau selama ini sistem pembelajaran jarak jauh
sudah berhasil dilaksanakan untuk orang dewasa sebagai
mahasiswa Universitas Terbuka, sistem ini ternyata tidak mudah
diikuti oleh siswa.

b. Implikasi Hasil Penelitian


Siswa perlu dibiasakan belajar secara mandiri menggunakan berbagai
sumber yang tersedia di internet. Kemandirian dan disiplin yang tinggi
dibutuhkan agar siswa mampu mengikuti pembelajaran jarak jauh secara
daring, dengan memanfaatkan berbagai teknologi komunikasi dan
informasi yang digunakan oleh guru/sekolah. Teknologi komunikasi dan
informasi yang ada dimanfaatkan dengan optimal, bukan hanya untuk
berinteraksi dengan guru dan sekolah, tetapi juga dengan para siswa yang
juga belajar dari rumah. Selain itu, yang terpenting adalah kesiapan
pendidik dan peserta didik untuk berinteraksi secara online. Guru perlu
memberikan solusi ketika siswa mengalami kesulitan untuk berdiskusi
dengan teman kelasnya. Siswa harus meningkatkan kesiapannya untuk
belajar mandiri (self-directed learning) karena pembelajaran online lebih
banyak menggunakan self-directed learning (Wilson, 2020).
Penelitian ini mengungkap bahwa guru di kabupaten dan kota
wilayah Sumatera Utara telah melaksanakan pembelajaran secara daring
menggunakan berbagai aplikasi dan media berbasis teknologi informasi.
Pandemi telah menguntungkan guru yang menjadi lebih paham teknologi.
Akibatnya, guru telah dipaksa untuk meningkatkan desain instruksional
dan kemampuan penyampaian melalui penggunaan teknologi. Untuk
mematuhi kebijakan Merdeka Belajar, guru, bekerja sama dengan pakar
konten online, harus mempelajari, membuat, dan mengembangkan desain
kursus web untuk meningkatkan proses pembelajaran online untuk setiap
kursus. Selain itu, guru harus menyesuaikan metode pengajaran mereka
untuk memasukkan lebih banyak komunikasi visual dan interpersonal
melalui webinar atau media interaktif lainnya (YouTube) dan lebih banyak
interaksi siswa. Terkait dengan persiapan blended learning, pemerintah harus
meningkatkan dan menstabilkan infrastruktur teknologi informasi di
Indonesia.
30
Beberapa guru di Sumatera Utara kesulitan menggunakan aplikasi
pembelajaran daring karena tidak menguasai teknologi informasi yang
tersedia di smartphone atau komputer. Oleh sebab itu, pemerintah atau
sekolah perlu memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam menerapkan pembelajaran online yang efektif. Ketika saatnya
tiba, pendidik harus dapat memilih platform online yang tepat dan siap
juga memberikan dukungan untuk memotivasi siswa. Untuk dapat
merancang kursus pembelajaran online, guru harus menyadari kekhususan
desain pembelajaran online sehingga pelatihan tambahan harus diberikan
kepada mereka (Dhawan, 2020). Hal itu perlu dilakukan karena cukup
banyak siswa tidak puas dengan tingkat guru, pelatihan untuk kuliah
online dan keahlian mereka (Hossain et al., 2019), dan perlunya
kemampuan untuk menyampaikan kuliah online dengan mudah selama
situasi khusus ini (Sarwar et al., 2020).
Para ahli Pendidikan juga perlu perlu memikirkan bagaimana caranya
agar tenaga pendidik di Indonesia siap untuk melakukan pembelajaran
online, misalnya untuk menerapkan blended learning atau menghadapi
situasi serupa pandemi Covid-19. Berakar pada paradigma
rekonstruksionisme dan humanisme (Korkmaz, 2019), pembelajaran online
terutama didasarkan pada konektivitas (Barnett, McPherson & Sandieson,
2013; Goldie, 2016; Jung, 2019) dan berupaya menghilangkan hambatan
untuk memastikan peluang yang sama bagi pembelajar sepanjang hayat
(Gaskell, 2015). Connectivism yang dikembangkan oleh Siemens dan
Downes digambarkan sebagai teori pembelajaran untuk era digital dengan
dampak dari konsep-konsep seperti globalisasi, teknologi, pembelajaran
seumur hidup, dan informasi digital.

Daftar Pustaka
Abbasi, S., Ayoob, T., Malik, A., and Memon, S. I. (2020). Perceptions of
students regarding E-learning during COVID-19 at a private medical
college. Pakistan Journal of Medical Sciences, 36(COVID19-S4).
Aditya, O. (2020). Penerapan Media Google Classroom di Era Pandemi
Covid 19 Pada Pembelajaran PAI [Application of Google Classroom
Media in the Covid 19 Pandemic Era in Islamic Education Learning].
Equivalent: Jurnal Ilmiah Sosial Teknologi, 2(1), 10–24.

31
Adnan, M., & Anwar, K. (2020). Online learning amid the COVID-19
pandemic: Students' perspectives. Journal of Pedagogical Sociology and
Psychology, 2(1), 45-51. https://doi.org/10.33902/JPSP.2020261309
Agung, A. S. N., Surtikanti, M. W., and Quinones, C. A. (2020). Students’
perception of online learning during COVID-19 pandemic: A case study
on the English students of STKIP Pamane Talino. Soshum: Jurnal Sosial
dan Humaniora, 10(2): 225-235.
Agus Ramadani, Jufri, A.,Wahab, & Jamaluddin. (2020). Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis Android pada Masa Pandemi Covid-19
untuk Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik. Universitas Mataram.
Jurnal Kependidikan, vol 6.(3), hal 433-440. e-ISSN: 2442-7667.
Ahn, B. (2012). General Satisfaction of Students in 100% Online Courses in the
Department of Learning Technologies at the University of North Texas.
Unpublished Doctoral Dissertation, University of North Texas. Available
at
https://digital.library.unt.edu/ark:/67531/metadc115042/m2/1/high_r
es_d/dissertation.pdf [Accessed 18 May 2021].
Ali, W. (2020). Online and Remote Learning in Higher Education Institutes:
A Necessity in light of COVID-19 Pandemic. High. Educ. Stud., 10, 16–25.
[CrossRef]
Anifowoshe, O.; Aborode, A.T.; Ayodele, T.I.; Iretiayo, A.R.; David, O.O.
(2020). Impact of COVID-19 on Education in Sub-Saharan Africa.
Preprints, 2020070027. [CrossRef]
Aristovnik A, Keržič D, Ravšelj D, Tomaževič N, Umek L. Impacts of the
COVID-19 Pandemic on Life of Higher Education Students: A Global
Perspective. Sustainability. 2020; 12(20):8438.
https://doi.org/10.3390/su12208438
Arizona, K., Abidin, Z., & Rumansyah, R. (2020). Pembelajaran Online
Berbasis Proyek Salah Satu Solusi Kegiatan Belajar Mengajar di
Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Profesi pendidikan, 5(1), 64-70.
Atmojo, A. E. P., & Nugroho, A. (2020). EFL classes must go online!
Teaching activities and challenges during COVID-19 pandemic in
Indonesia. Register Journal, 13(1), 49–76.
https://doi.org/10.18326/rgt.v13i1.49-76
Baloran, E.T., Hernan, J.T., Taoy, J.S. (2021). Course Satisfaction and Student
Engagement In Online Learning Amid Covid-19 Pandemic: A
32
Structural Equation Model, Turkish Online Journal of Distance
Education-TOJDE October 2021, Volume: 22 Number: 4 Article 1

Bao, W. (2020). COVID-19 and online teaching in higher education: A case


study of Peking University. Hum. Behav. Emerg. Tech., 1–3. [CrossRef]
Barnett, J., McPherson, V., & Sandieson, R. M. (2013). Connected teaching
and learning: The uses and implications of connectivism in an online
class. Australasian Journal of Educational Technology, 29(5). Diunduh dari
https://ajet.org.au/index.php/AJET/article/view/243

Basilaia, G., & Kvavadze, D. (2020). Transition to online education in schools


during a SARS-CoV-2 coronavirus (COVID-19) pandemic in Georgia.
Pedagogical Research, 5(4), em0060. https://doi.org/10.29333/pr/7937
Betts, K. (2009). Online human touch (OHT) training & support: A
conceptual framework to increase faculty engagement, connectivity, and
retention in online education, part 2. MERLOT Journal of Online Learning
and Teaching, 5(1), 29–48.
Bozkurt, A., & Sharma, R. (2020). Emergency remote teaching in a time of
global crisis due to Corona Virus pandemic. Asian Journal of Distance
Education, 15(1). https://doi.org/10.5281/zenodo.3778083
Brauer, A.; Abrami, P.C.; Surkes, M. (2004). The development of a
questionnaire for predicting online learning achievement. Distance
Educ., 25, 31–47. [CrossRef]
Burhoumi, C. (2015). The Effectiveness of WhatsApp Mobile Learning
Activities Guided by Activity Theory on Students’ Knowledge
Management. Contemporary Educational Technology, 6(3), 221–238.
Churiyah, M., & Sakdiyyah, D. A. (2020). Indonesia education readiness
conducting distance learning in COVID-19 pandemic situation.
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 7(6),
491–507. https://doi.org/10.18415/ijmmu.v7i6.1833
Coburn, C. E., & Penuel, W. R. (2016). Research–practice partnerships in
education: Outcomes, dynamics, and open questions. Educational
Researcher, 45(1), 48-54.
Cole, R.S. & Todd, J.B. (2003). Effects of Web-Based Multimedia
Homework with Immediate Rich Feedback on Student Learning W in
General Chemistry, Journal of Chemical Education, Vol. 80 No. 11.

33
Demuyakor, J. (2020). Coronavirus (COVID-19) and Online Learning in
Higher Institutions of Education: A Survey of the Perceptions of
Ghanaian International Students in China. Online J. Commun. Media
Technol., 10, e202018. [CrossRef]
Dhawan, S. (2020). Online learning: A panacea in the time of COVID-19
crisis. Journal of Educational Technology Systems, 49(1), 5–22.
https://doi.org/10.1177/0047239520934018
Fadlelola, F., Panji, S., & Ahmad, A. . (2019). Ten simple rules for organizing
a webinar series. PLoS Computer Biology, 15(4), e1006671.
https://doi.org/10.1371/journal.pcbi.1006671
Fatani, T.H. (2020). Student Satisfaction with Videoconferencing teaching
Quality during the COVID-19 Pandemic. Medical Education, 20, 396, pp. 1-
8. DOI:10.1186/s12909-020-02310-2
Foerderer, M., Hoffman, S., Schneider, N. & Prichard, J. R. (2021). Predicting
Levels of Student Satisfaction during COVID-19. Available at
https://er.educause.edu/articles/2021/4/predictinglevels-of-student-
satisfaction-during-covid-19 [Accessed 10 July 2021].
Gandasari, D., & Dwidienawati, D. (2020). Content analysis of social and
economic issues in Indonesia during the COVID-19 pandemic. Heliyon,
6(11), e05599. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05599
Girardi, T. (2016). Lost in Cyberspace: Addressing Issues of Student
Engagement in the Online Classroom Community. In Ruefman D. &
Scheg A. (Eds.), Applied Pedagogies: Strategies for Online Writing
Instruction (pp. 59-74). Boulder, Colorado: University Press of Colorado.

Goel, N.; Haque, I.; Bhyan, S.J.; Jain, A.; Kumari, A.; Hamid, K.;
Sreelakshmi, M.; Thomas, B.; Chauhan, R. (2020) Impact of Covid-19 on
Pharmacy Students in India. Preprints, 2020070702. [CrossRef]
Goldie, J. G. S. (2016). Connectivism: A knowledge learning theory for the
digital age?. Medical teacher, 38(10), 1064-1069.

Gopal, R., Singh, V. & Aggarwal, A. (2021). Impact of Online Classes on the
Satisfaction and Performance of Students during the Pandemic Period of
COVID-19. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8059127/
[diakses 14 July 2021].

34
Gray, J. A. & DiLoreto, M. (2016). The Effects of Student Engagement, Student
Satisfaction, and Perceived Learning in Online Learning Environment.
https://eric.ed.gov/?id=EJ1103654 [diakses 16 August 2021].
Gunawan, G., Kristiawan, M., Risdianto, E., and Monicha, R.E. (2021),
Application of the Zoom Meeting Application in Online Learning During
the Pandemic. In: Education Quarterly Reviews, Vol.4, No.2, 26-32.
Gunawan, G., Suranti, N. M. Y., & Fathoroni, F. (2020). Variations of
Models and Learning Platforms for Prospective Teachers During the
COVID-19 Pandemic Period. Indonesian Journal of Teacher Education, 1(2),
61-70.
Hadisi, L., & Muna, W. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi dalam
Menciptakan Model Inovasi Pembelajaran (E-Learning). Jurnal Al-Ta’dib,
8(1), 117–140. https://doi.org/10.31332/ATDB.V8I1.396
Hillman, D. C., Willis, D. J. & Gunawardena, C. N. (1994). Learner-interface
in remote education: An extension of contemporary models and
strategies for practitioners. The American Journal of Remote Education, 8(2),
pp. 30-42. DOI: 10.1080/08923649409526853
Hossain, M.E.; Hoq, M.N.; Sultana, I.; Islam, R.; Hassan, M. (2019).
Determinants of Students Satisfaction at Higher Educational Institution
in Bangladesh: Evidence from Private and Public Universities. Malays.
Online J. Educ., 3, 49–58.

Hu, M., & Li, H. (2017). Student engagement in online learning: A review.
International Symposium on Educational Technology (ISET), Hong Kong,
2017, pp. 39-43, doi: 10.1109/ISET.2017.17.
Joosten, T.; Cusatis, R. (2020). Online Learning Readiness. Am. J. Distance
Educ., 1–14. [CrossRef]
Jung, I. (2019). Introduction to theories of open and distance education. In
Open and Distance Education Theory Revisited (pp. 1-9). Springer,
Singapore. Diunduh dari
https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-981-13-7740-2_1

Kalloo, R. C., Mitchell, B., & Kamalodeen, V. J. (2020). Responding to the


COVID-19 pandemic in Trinidad and Tobago: challenges and
opportunities for teacher education. Journal of Education for Teaching,
46(4), 452–462. https://doi.org/10.1080/02607476.2020.1800407
Kamil, I. (2020, October). Google Classroom Jadi Platform Belajar Paling
35
Sering Digunakan Saat PJJ. Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/16/18264341/survei-
google-classroom-jadi-platform-belajar-paling-sering-digunakan-
saat?page=all
Kamlaskar, C.H. (2007). Development and Evaluation of an Interactive
Multimedia Simulation on Electronics Lab Activity: Wien Bridge
Oscillator. http://www.itdl.org/journal/mar_07/article02. htm.
Kapasia, N.; Paul, P.; Roy, A.; Saha, J.; Zaveri, A.; Mallick, R.; Barman, B.;
Das, P.; Chouhan, P. (2020) Impact of lockdown on learning status of
undergraduate and postgraduate students during COVID-19 pandemic
in West Bengal, India. Child. Youth Serv. Rev., 105194. [CrossRef]
[PubMed]
Khaleyla, F., Wisanti, Ambarwati, R., Rahayu, D. A, & Putri, E. K. (2021).
Software preference for online learning of science and biology teachers
under COVID-19 pandemic. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia),
7(1), 35-42. doi: https://doi.org/10.22219/jpbi.v7i1.14253
Knipfer, C., Wagner F, Knipfer, K. et al. (2019). Learners; acceptance a
webinar for continuing medical education. International Journal of Oral
Maxillofac Surgery, 48(6), 841–846. https://doi.org/10.1016/
j.ijom.2018.11.010
Korkmaz, G. (2019). The Analysis of Project Based Learning Curricula in Higher
Education: A Conceptual Model Proposal for Turkish Universities. Doctoral
Dissertation, Gazi University, Ankara. Diunduh dari
https://tez.yok.gov.tr/UlusalTezMerkezi/TezGoster?key=FgmkGchP
Ko23qQqBeqzVZmrrvjP4v095VQ39NcGHedgIpFwg4upBIIHUSawBiJI
X

Kovacevic, I.; Labrovic, J.A.; Petrovic, N.; Kužet, I. (2021). Recognizing


Predictors of Students’ Emergency Remote Online Learning Satisfaction
during COVID-19. Educ.Sci., 11, 693.
https://doi.org/10.3390/educsci11110693

Kusnayat, A., Muiz, M. H., Sumarni, N., Masyur, A. S. & Zaqiah, Q. Y.


(2020). Pengaruh teknologi pembelajaran kuliah online di era covid-19
dan dampaknya terhadap mental mahasiswa [The influence of online
learning technology in the covid-19 era and its impact on student mental

36
health]. EduTeach: Jurnal Edukasi dan Teknologi Pembelajaran, 1(2), pp. 153-
165. DOI:10.37859/eduteach.v1i2.1987
Lahti, M., Kontio, R., Pitkänen, A., & Välimäki, M. (2014). Knowledge
transfer from an e-learning course to clinical practice. Nurse Education
Today, 34(5), 842–847. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2013.09.003
Lisha, L., & Zhang, Q. (2003). The types and characteristics of online
learning. Education Science, 1, 49-52.
Mulenga, E. M., & Marbàn, J. M. (2020). Social media usage among pre-
service secondary mathematics teachers in Zambia. JRAMathEdu (Journal
of Research and Advances in Mathematics Education), 5(2), 130–147.
https://doi.org/10.23917/jramathedu.v5i2.9920
Munir, S., Erlinda, R., Hanif Afrinursalim, H. (2021). Students’ Views on the
Use of WhatsApp during Covid-19 Pandemic: A Study at IAIN
Batusangkar, Indonesian Journal of English Language Teaching and Applied
Linguistics, 5(2), DOI: http://dx.doi.org/10.21093/ijeltal.v5i2.740
Murphy, M. P. A. (2020). COVID-19 and emergency eLearning:
consequences of the securitization of higher education for post-pandemic
pedagogy. Contemporary Security Policy, 41(3), 492-505.
https://doi.org/10.1080/13523260.2020.1761749
Ngo, J. & Ngadiman, A. (2019). The impacts of Edmodo on students’
performance in ESP classrooms in international seminar on language,
education, and vulture. KnE Social Sciences, 3(10), pp.369-378. DOI:
10.18502/kss.v3i10.3918
Ngo, J., Budiyono, Ngadiman, A. (2021). Investigating Student Satisfaction
In Remote Online Learning Settings During Covid-19 In Indonesia,
Journal of International and Comparative Education, Volume 10(2)

Nurhusna, N. (2020). Google Classroom sebagai Media Pembelajaran pada


Mata Kuliah Teks Bahasa Indonesia [Google Classroom as a Learning
Media in Indonesian Text Courses]. Seminar Nasional Pendidikan Bahasa
Dan Sastra, 1(1), 52–57.
Owusu-Fordjour, C.; Koomson, C.K.; Hanson, D. (2020) The impact of
COVID-19 on learning—The perspective of the Ghanaian student. Eur. J.
Educ. Stud., 7, 1–14. [CrossRef]

37
Paechter, M.; Maier, B.; Macher, D. (2010). Students’ expectations of, and
experiences in e-learning: Their relation to learning achievements and
course satisfaction. Comput. Educ., 54, 222–229. [CrossRef]
Pakpahan, R., & Fitriani, Y. (2020). Analisa Pemanfaatan Teknologi
Informasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Virus
Corona Covid-19. Journal of Information System, Applied, Management,
Accounting and Research, 4(2), 30-36.
Pangam, M. S. (2020). A study of students’ perception for online teaching in
Goa during COVID-19 pandemic. International Journal of Advance and
Innovative Research, 7(3): 1-4.
Paudyal, G. R. & Rana, K. (2021). How university lecturers and students
interpret opportunities and challenges of online mode of learning.
International Journal of Research in Education and Science (IJRES), 7(4),
1006-1022. https://doi.org/10.46328/ijres.2383

Pillay, H.; Irving, K.; Tones, M. (2007). Validation of the diagnostic tool for
assessing Tertiary students’ readiness for online learning. High. Educ.
Res. Dev., 26, 217–234. [CrossRef]
Putria, H, Maula, L.H., Uswatun, D.A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran
Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru
Sekolah Dasar, Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 4, hlm. 861 - 872
Rahman, G., Nurfajriani, Jahro, I. S. (2020) . Tren Penelitian pendidikan
Proses Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid 19. Prosiding
Seminar nasional Kimia Berwawasan Lingkungan 2020, 31-37
Reimers, F., Schleicher, A., Saavedra, J., & Tuominen, S. (2020). Supporting
the continuation of teaching and learning during the COVID-19
pandemic. In OECD. https://www.oecd.org/education/Supporting.pdf
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah
Covid-19:(Online Learning in the Middle of the Covid-19 Pandemic).
Biodik, 6(2), 214- 224.
Salehudin, M. (2020). Dampak Covid- 19: Guru Mengadopsi Media Sosial
Sebagai E-Learning pada Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal
MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 10(1), 1-16.
Santosa, F. H., Negara, H. R. P., & Bahri, S. (2020). Efektivitas Pembelajaran
Google Classroom Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
[The Effectiveness of Google Classroom Learning on Students'

38
Mathematical Reasoning Abilities]. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian
Pendidikan Matematika (JP3M), 3(1), 62–70.
Sarwar, H.; Akhtar, H.; Naeem, M.M.; Khan, J.A.; Waraich, K.; Shabbir, S.;
Hasan, A.; Khurshid, Z. (2020). Self-Reported Effectiveness of e-
Learning Classes during COVID-19 Pandemic: A Nation-Wide Survey
of Pakistani Undergraduate Dentistry Students. Eur. J.Dent., 14, S34–
S43. [CrossRef] [PubMed]

Sezer, B. (2016). Faculty of medicine students’ attitudes towards electronic


learning and their opinion for an example of distance learning
application. Computers in Human Behavior, 55(Part B), 932–939.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.10.018
Shapiro, H. B., Lee, C. H., Wyman Roth, N. E., Li, K., Çetinkaya-Rundel, M.,
& Canelas, D. A. (2017). Understanding the massive open online course
(MOOC) student experience: An examination of attitudes, motivations,
and barriers. Computers & Education, 110, 35–50.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2017.03.003

Sharma, S. (2013). Qualitative approaches in mathematics education


research: Challenges and possible solutions. Education Journal, 2(2), 50-
57.
Shea, P., Fredericksen, E., Pickett, A., Pelz, W., & Swan, K. (2001). Measures
of learning effectiveness in the SUNY learning network. In Online
Education (pp. 1–24). http://hdl.handle.net/1802/2764

Siahaan, M. (2020). Dampak pandemi covid-19 terhadap dunia pendidikan. [The


impact of the covid-19 pandemic on the world of education]. Jurnal Kajian
Ilmiah, 1(1), pp. 73 - 80. DOI:10.31599/jki.v1i1.265
Siemens, G. (2004). Connectivism. A learning theory for the digital age.
Diunduh dari
http://devrijeruimte.org/content/artikelen/Connectivism.pdf

Siemens, G., Gašević, D. & Dawson, S. (2015). Preparing for the Digital
University: A review of the history and current state of distance,
blended, and online learning. Arlington: Link Research Lab. Diunduh
dari http://linkresearchlab.org/PreparingDigitalUniversity.pdf.

39
Smith, P.J.; Murphy, K.L.; Mahoney, S.E. (2003). Towards Identifying
Factors Underlying Readiness for Online Learning: An Exploratory
Study. Distance Educ., 24, 57–67. [CrossRef]
Song, Huan; Wu, Jianjian; Zhi, Tianyi, Online Teaching for Elementary and
Secondary Schools during COVID-19, ECNU Review of Education, v3 n4
p745-754 Dec 2020.
Stodel, E. J., Thompson, T. L., & MacDonald, C. J. (2006). Learners’
perspectives on what is missing from online learning: Interpretations
through the community of inquiry framework. The International Review
of Research in Open and Distributed Learning, 7(3).

Sun, J. (2016). Multi-dimensional alignment between online instruction and


course technology: A learner-centered perspective. Comput. Educ., 101,
102–114. [CrossRef]
Suryani, N. & Sugianingrat, I. (2021). Student e-learning satisfaction during
the Covid-19 pandemic in Bali, Indonesia. Jurnal Economia, 17(1), pp. 141-
151. DOI: 10.21831/economia.v17i1.33196
Susilana, R., Hutagalung, F., and Sutisna, M. R. (2020). Students’
perceptions toward online learning in higher education in Indonesia
during COVID-19 pandemic. Elementary Education Online, 19(4): 9-19.
Tauhidah, D., Jayanti, U. N. A. D., Rahmasiwi, A., Pamungkas, R., &
Saifulloh, A. (2021). Utilization of e-learning platforms by lecturers
during the COVID-19 pandemic in Indonesia. JPBI (Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia), 7(3), 198-207 doi:
https://doi.org/10.22219/jpbi.v7i3.16816
Wilson, A. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Daring (Online) Melalui
Aplikasi Berbasis Android Saat Pandemi Global. : SAP (Susunan Artikel
Pendidikan) Vol. 5 No. 1.

Windhiyana, E. (2020). Dampak Covid-19 terhadap kegiatan pembelajaran


online di sebuah perguruan tinggi kristen di Indonesia. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 34(1), 1-8.
Woods, R. H., & Baker, J. D. (2004). Interaction and immediacy in online
learning. The International Review of Research in Open and Distributed
Learning, 5(2). https://doi.org/10.19173/irrodl.v5i2.186

40
Wu, J.; Liu, W. (2013). An Empirical Investigation of the Critical Factors
A_ecting Students’ Satisfaction in EFL Blended Learning. J. Lang. Teach.
Res., 4, 176–185. [CrossRef]
Yeh, Y.-C.; Kwok, O.-M.; Chien, H.-Y.; Sweany, N.W.; Baek, E.; McIntosh,
W. (2019). How College Students’ Achievement Goal Orientations
Predict Their Expected Online Learning Outcome: The Mediation Roles
of Self-Regulated Learning Strategies and Supportive Online Learning
Behaviors. Online Learn., 23, 23–41. [CrossRef]
Yılmaz, R. (2017). Exploring the role of e-learning readiness on student
satisfaction and motivation in flipped classroom. Comput. Hum. Behav.,
70, 251–260. [CrossRef]
Yu, T. (2018). Examining Construct Validity of the Student Online Learning
Readiness (SOLR) Instrument Using Confirmatory Factor Analysis.
Online Learn., 22, 277–288. [CrossRef]
Yulia, H. (2020). Online learning to prevent the spread of pandemic corona
virus in Indonesia. ETERNAL (English Teaching Journal), 11(1), 48–56.
https://doi.org/10.26877/eternal.v11i1.6068

41
BAB 2.
DISPARITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
DARING GURU FISIKA PADA MASA COVID-19 DI
DESA DAN DI KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA

Nurhikmah Weisdiyanti1, Ridwan Abdullah Sani2


1,2Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Email: nurhikmahweisdiyanti@gmail.com

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah

Salah satu dampak paling mencolok merebaknya Covid-19 terhadap


pendidikan di Indonesia adalah metode pembelajaran yang secara
mendadak harus dilakukan secara jarak jauh atau melalui moda
pembelajaran dalam jaringan (daring). Bisa dipastikan hanya sedikit dari
lembaga pendidikan di Indonesia yang sempat menyiapkan moda daring
sebagai bagian normal pembelajaran sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Mayoritas lembaga pendidikan di Indonesia mengkonversi pembelajaran
tatap muka menjadi pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ)
dengan keterpaksaan dan ketidaknyamanan pada saat Covid-19 mewabah
(Mulyana, dkk., 2020)
Kebijakan “belajar dari rumah” sebagai respons dari pandemi
COVID-19 memiliki dampak serius kepada 68 juta siswa dan 3,2 juta guru
Novelino (2020) dalam Santosa (2020). Pembelajaran jarak jauh (PJJ) berisiko
menghambat bahkan menghentikan proses pembelajaran bagi sekolah-
sekolah di wilayah terpencil karena keterbatasan akses internet dan biaya
yang harus dikeluarkan setiap murid. Sekolah dan murid-murid yang tidak
memiliki fasilitas memadai mengalami kesulitan melanjutkan proses
belajar-mengajar. Hal tersebut berpotensi meningkatkan ketimpangan
(disparitas) pendidikan di Indonesia.
Kebijakan PJJ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(KEMENDIKBUD) Indonesia mendapat berbagai macam respons dari

42
publik. Meskipun tidak ideal, PJJ dianggap sebagai satu-satunya kebijakan
yang memungkinkan proses pembelajaran tetap bisa dilakukan di tengah
pandemi COVID-19. Meskipun begitu, terdapat dua masalah utama yang
menghambat efektivitas proses PJJ yaitu keterbatasan akses terhadap
internet dan keterbatasan kapabilitas tenaga pengajar.
Salah satu building block dari sebuah pembelajaran jarak jauh yang
efektif adalah kecepatan internet yang memadai dan stabil. Tanpa koneksi
yang stabil, murid tidak mungkin mendapatkan materi pembelajaran secara
utuh dan proses pemahaman pun terbatas dan dibatasi oleh internet.
Ketimpangan akses terhadap internet tersebut dapat terlihat jelas ketika kita
membandingkan data antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Berdasarkan data dari BPS (2018), persentase rumah tangga dengan
akses internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dan mencapai
78% pada tahun 2018. Meskipun begitu, terlihat adanya disparitas yang
cukup tinggi antara akses internet di pedesaan dan perkotaan yaitu 27% di
tahun 2018. Disparitas akses tersebut dapat dilihat ketika membandingkan
beberapa provinsi di Indonesia. Yogyakarta dan Jakarta memiliki penetrasi
internet yang mencapai 50%. Sementara itu, penetrasi internet di provinsi-
provinsi bagian timur masih di bawah 30 persen (BPS, 2018). Hal tersebut
memperkuat asumsi disparitas pendidikan bagi beberapa wilayah ketika
melaksanakan secara daring.
Sisi lain, secara umum PJJ menambahkan beban kepada kebanyakan
guru terutama dari mereka yang baru pertama kali melakukan
pembelajaran dari jarak jauh. Dengan adanya pandemi COVID-19, sekolah
mengerti bahwa proses belajar tidak bisa dilakukan dalam waktu yang lama
seperti pada situasi normal. Akibatnya, guru terpaksa memadatkan materi
pembelajaran yang banyak dalam beberapa jam saja (Adha, 2020) dalam
Santosa, 2020).
Hasil penelitian Santosa (2020) bahwa bagi murid-murid di wilayah
perkotaan, masalah utamanya biasanya berasal dari pola pemberian tugas
tanpa ada timbal balik dari guru. Hal tersebut terjadi karena umumnya
sekolah dasar dan menengah di Indonesia tidak memiliki sistem
pembelajaran daring sehingga guru hanya membagikan tugas melalui
Whatsapp. Selain itu, banyak murid yang mengeluh tidak ada penjelasan

43
dari guru tentang materi-materi yang mereka kerjakan. Padahal, guru bisa
saja merekam video penjelasan sebuah materi sebelum memberikan tugas
kepada murid. Masalahnya, mereka kurang dibekali dengan pendidikan
literasi digital dan kecakapan teknologi untuk memanfaatkan sarana dasar
yang ada.
Bagi sekolah dan guru yang berada di wilayah terpencil,
permasalahan umum yang dihadapi adalah tentang cara mengatasi
keterbatasan-keterbatasan fundamental seperti akses internet yang tidak
ada atau tidak stabil, keterbatasan finansial keluarga murid, dan fasilitas
digital sekolah yang terbatas. Bagi wilayah pedesaan yang masih bisa
mengakses internet, biaya menjadi kendala karena keluarga murid yang
tidak bisa membayar pulsa dan paket data internet bagi anaknya. Pada
akhirnya guru kerap terpaksa mendatangi murid ke rumah masing-masing
meskipun berisiko menyebarkan penyakit COVID-19 (Santosa, 2020).
Permasalahan yang sama juga terjadi di daerah Provinsi Sumatera
Utara. Hasil wawancara bersama guru di MAN 2 Model Medan bahwa
pembelajaran jarak jauh secara daring telah dilakukan sejak keluarnya
peraturan dari Kemendikbud tentang Himbauan PJJ. Meskipun MAN 2
Model sudah memiliki banyak fasilitas yang memadai dan koneksi internet
yang lumayan stabil, namun banyak penyampaian materi yang tidak
tercapai secara rinci, sehingga materi perlu dipadatkan. Ditambah lagi tidak
semua siswa memiliki perangkat yang memadai untuk pembelajaran daring
dan sulit berkomunikasi dengan siswa sehingga guru kesulitan memantau
kemajuan siswa. Permasalahan yang hampir sama juga terjadi di salah satu
SMA di Tapanuli Selatan. Hanya saja permasalahan lain yang dihadapi
diantaranya yaitu masalah koneksi internet dan minimnya pengetahuan
guru terhadap media pembelajaran yang menyenangkan sehingga minat
belajar siswa kurang.
Berdasarkan permasalahan inilah penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang disparitas penggunaan media pembelajaran daring guru
Fisika di Provinsi Sumatera Utara pada Masa Covid-19. Penelitian bertujuan
untuk meninjau dan menganalisis penggunaan media pembelajaran daring
guru Fisika didaerah Provinsi Sumatera Utara, baik di perkotaan maupun
di pedesaan.

44
b. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraikan latar belakang di atas, dibuat rumusan masalah,


antara lain:
1. Bagaimana penggunaan media pembelajaran daring guru fisika di
Provinsi Sumatera Utara di daerah perkotaan pada masa Covid-19?
2. Bagaimana penggunaan media pembelajaran daring guru fisika di
Provinsi Sumatera Utara di daerah pedesaan pada masa Covid-19?
3. Apa ada ketimpangan (disparitas) kualitas penggunaan media
pembelajaran daring guru fisika di daerah pedesaan dan perkotaan
Provinsi Sumatera Utara pada masa Covid-19?
c. Tujuan Riset
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui penggunaan media pembelajaran daring guru fisika di
Provinsi Sumatera Utara di daerah perkotaan pada masa Covid-19.
2. Mengetahui penggunaan media pembelajaran daring guru fisika di
Provinsi Sumatera Utara di daerah pedesaan pada masa Covid-19.
3. Menganalisis ketimpangan (disparitas) kualitas penggunaan media
pembelajaran daring guru fisika di daerah pedesaan dan perkotaan
Provinsi Sumatera Utara pada masa Covid-19.

2. Metodologi Riset
Penelitian dilaksanakan secara Online (Daring) melalui google form
dari Kota, Medan Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 02
-08 Maret 2022 semester genap tahun ajaran 2021/2022. Populasi pada
penelitiandiambil pada SMA/MA/Sederajat di Sumatera Utara. Populasi
dalam penelitianadalah guru Fisika yang ada di SMA/MA/SMK di
Kota/Kab. Medan, Deli Serdang, Mandailing Natal, Labuhan Batu, Langkat,
Serdang Bedagai, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah pada T.P.
2021/2022.
Sampel dalam penelitian, yaitu Guru Fisika SMA/MA/Sederajat di
MAN 2 MADINA, MAN 2 Model Medan, MAS Alwashliyah Stabat, MAS
Bintang,SMA N 8 Medan, SMAS Dharmawangsa, Sman 1 dolok masihul,
SMA IT Khairul Imam, SMA N 1 Andam Dewi, SMAN 1 Bantan, SMK PAB
12 Saentis, SMA N 1 Percut Sei Tuan, dan SMA N 1 Batangtoru pada T.P.
2021/2022. Sampel di ambil secara acak (cluster random sampling).

45
Data penelitian yang dilakukan memiliki dua variabel yang diteliti,
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitianadalah Guru-guru Fisika yang didaerah desa dan kota di Provinsi
Sumatera Utara. Variabel terikat dalam penelitianadalah kemampuan guru
dalam penggunaan media pembelajaran daring selama Covid-19 .
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitan deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif deskriptif artinya data yang diperoleh akan
dikumpulkan dan diwujudkan secara langsung dalam bentuk deskripsi
atau gambaran tentang suasana atau keadaan objek secara menyeluruh dan
apa adanya berupa kata-kata lisan atau tertulis dari orang atau perilaku
yang diamati (Moleong, 2010). Permasalahan yang perlu dideskripsikan
yaitu mengenai kemampuan guru dalam menggunakan media
pembelajaran daring di daerah desa dan kota Provinsi Sumatera Utara.

Teknik pengumpulan data penelitian yaitu wawancara, studi pustaka,


dan kuesioner.

1) Peneliti mengumpulkan informasi awal melalui wawancara untuk


mengetahui permasalahan terkait pembelajaran daring.
Wawancara dilakukan secara daring.
2) Peneliti mengumpulkan informasi melalui kajian pustaka buku
dan jurnal untuk memvalidasi permasalahan dengan meninjau
permasalahan serupa. Selain itu, kajian pustaka dilakukan untuk
memvalidasi hasil analisis yang telah dilakukan peneliti sebagai
bukti pendukung.
3) Peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data
penelitian yang actual. Dari kuesioner inilah informasi yang
diingin dapat diketahui.

Analisis data kualitatif merupakan proses mencari, dan menyusun


secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan
orang lain (Sugiyono, 2017). Langkah-langkah yang dilakukan (Sugiyono,
2017) adalah sebagai berikut:

46
a. Pengumpulan Data
Data dan informasi diperoleh yang telah didapatkan dari para
informan dengan cara wawancara dan kuesioner disatukan dalam
sebuah catatan penelitian yang didalamnya terdapat dua aspek
yaitu catatan deskripsi yang merupakan catatan alami yang berisi
tentang apa yang didengar, dialami, dicatat, dilihat, dirasakan tanpa
ada tanggapan dari peneliti terhadap fenomena yang terjadi. Kedua
adalah catatan refleksi yaitu catatan yang memuat kesan pesan,
komentar dan tafsiran peneliti tentang fenomena yang dihadapinya,
catatan ini didapatkan dari hasil wawancara dengan berbagai
informan. Namun, pada penelitian ini anya diambil catatan refleksi.
b. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada langkah-langkah penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan
melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat,
menggolong-golongkan untuk lebih mempertajam, mempertegas,
menyingkat, membuang bagian yang tidak diperlukan, dan
mengatur data agar dapat di tarik kesimpulan secara tepat.
c. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam
melihat hasil penelitian. Banyaknya data yag diperoleh menyulitkan
peneliti dalam melihat gambaran hasil penelitian maupun proses
pengambilan kesimpulan, sebab hasil penelitian masih berupa data-
data yang berdiri sendiri.
d. Pengambilan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari
atau memahami makna keteraturan pola-pola, kejelasan, alur sebab
akibat atau proposisi

3. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil Penelitian

47
Penelitian ini diikuti oleh 15 responden (Gambar 3.1) dengan 6
resonden untuk guru di Kota dan 9 responden untuk guru di desa. Hasil
yang didapat pada penelitian ini berupa informasi tentag penggunaan
media pembelajaran daring di Provinsi Sumatera Utara.

Laki-laki
(40%)

Perempuan
(60%)

Gambar 3.1 Jumlah Responden berdasarkan Jenis kelamin.

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa Responden berjenis kelamin Perempuan


lebih banyak dibandingkan laki-laki. Responden Perempuan merupakan
guru Fisika tingkat SMA/MA/sederajat berumur pada rentang 24-51 tahun.
Mayoritas guru fisika perempuan berumur 24-25 tahun, meskinpun ada
juga yang berumur 45 dan 51 tahun. Responden laki-laki merupakan guru
Fisika tingkat SMA/MA/sederajat berumur 21-34 tahun. Mayoritas guru
fisika laki-laki berumur 23 tahun. Ini menunjukkan bahwa rata-rata guru
Fisika Perempuan berumur lebih tua dibandingkan guru Laki-laki. Data
lebih rinci, dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan asal
sekolah
Usia Sekolah di Kota Sekolah di Desa Jumlah
(thn) (Orang)
Swasta Negeri Swasta Negeri
21 1 (Lk) - - - 1 (Lk)
22 1 (Lk) - - - 1 (Lk)
23 1 (Lk) - 1 (Lk) 1 (Lk) 4 (Lk)
24 1 (Pr) - 1 (Lk) 2 (Pr) 2 (Lk), 2 (Pr)
25 - - 1 (Lk) 2 (Pr) 1 (Lk), 2 (Pr)
34 - 1 (Lk) - - 1 Lk
45 - 1 (Pr) - - 1 (Pr)
51 - - - 1 (Pr) 1 (Pr)

48
1) Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Daring

Hasil rekapitulasi data kuesioner bahwa aplikasi pembelajaran daring


yang digunakan oleh guru-guru Fisika tingkat SMA/MA/Sederajat di
Provinsi Sumatera Utara secara ringkas tertera pada gambar 3.1.

Gambar 3.2 Aplikasi Pembelajaran Daring yang digunakan

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa aplikasi yang paling banyak


digunakan oleh guru-guru Fisika tingkat SMA/MA/Sederajat di Provinsi
Sumatera Utara adalah Whatsapp. Sebanyak 686,7% dari 15 responden
memilih aplikasi whatsappa sebagai aplikasi pembelajaran yang digunakan
pada pembelajaran fisika.Aplikasi terbanyak kedua setelah whatsapp
adalah Zoom, yakni sebanyak 73,3%. Sedangkan aplikasi yang paling
sedikit digunakan adalah telegram dengan 20% responden.

2) Perbandingan Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Daring di Kota


dan di Desa

Perbedaan Penggunaan aplikasi pembelajaran daring di Kota dan


dipemukinan tidak terlalu besar. Hal ini dapat terlihat jelas pada gambar 3.2

49
Pemukiman Kota

Google Classroom 55,50%


50%

Google Meet 22,22%


50%

Zoom 44,40%
100%

Telegram 11%
17%

Whatsapp 77,78%
100%

Gambar 3.3 Perbandingan Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Daring di


Desa dan Kota di Provinsi Sumatera Utara

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan aplikasi


pembelajaran daring yang digunakan oleh guru-guru Fisika
SMA/MA/Sederajat di Provinsi Sumatera Utara. Gambar menunjukkan
bahwa penggunaan aplikasi pembelajara daring lebih banyak digunakan di
Kota dibandingkan dengan di desa. Hal ini terkecuali pada aplikasi Google
classroom dimana 5% lebih banyak digunakan didaerah desa.

Pemukiman Perkotaan

50%
44,44%
33,30%
33,30% 33,30% 33,30%
33,30%

0%

Mudah Minim Paket Daerah dengan Tidak memiliki


digunakan Data Internet jaringan sulit perangkat
belajar seperti
zoom/meet

Gambar 3.4 Perbedaan Penggguna memillih Aplikasi Whatsapp

50
Gambar 3.4 menunjukkan bahwa alasan pengguna aplikasi
pembelajaran daring di kota yaitu mudah digunakan, minim paket data
internet dan siswa yang tidak memiki perangkat belajar seperti zoom/meet.
Sedangkan Daerah desa lebih memilih aplikasi Whatsaap selain dengan
alasan yang seama diatas, juga karena pada daerah desa sulit mendapatkan
jaringan internet yang memadai. Selain itu, guru daerah perkotaan merasa
lebih mudah menggunakan whatsap dibanding di pemukiman, meski
perbedaannya tidak terlalu besar.

Zoom sebagai aplikasi pembelajaran daring kedua terbanyak yang


digunakan guru-guru fisika setelah whatsapp. Data ini secara ringkas data
dilihat pada gambar 3.4.

Tidak
(20%)

Ya (80%)

Gambar 3.4 Persentase Pengguna aplikasi Zoom sebagai media


pembelajaran Daring di Sumatera Utara

Gambar 3.4 menunjukkan bahwa 80% dari 15 responden memiliki


aplikasi zoom. Aplikasi zoom ini banyak mulai digunakan atau baru
dipelajari guru setelah adanya kebijakan Kemendikbud mengenai PJJ, lalu
hampir seluruh guru sekolah disarankan untuk menggunakan zoom,
meskipun ternyata 20% responden yang tidak memiliki zoom adalah guru
yang berada di daerah desa. Adapun berbagai cara yang digunakan guru-
guru fisika di Provinsi Sumatera Utara dalam mempelajari zoom sangat
bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.5.

51
Gambar 3.5 Sumber Belajar Guru dalam Mempelajari Aplikasi Zoom

Gambar 3.5 menunjukkan bahwa mayoritas guru mempelajari zoom


secara mandiri dari berbagai sumber, yakni sebesar 73,3% dari 15
responden. Sisi lain, guru jadi lebih terbantu dalam menggunakan aplikasis
zoom melalui teman dan kegiatan yang dilakukan sekolah. Data ini tercatat
dengan 33,3% responden. Sebagian kecil guru dapat mempelajari zoom
berkat adanya bantuan dari pihak luar atau lebih tepatnya 13% responden
belajar dari program yang dilakukan dinas pendidikan dan 20% guru
belajar dari kegiatan MGMP.

Untuk memahami lebih spesifik, data dirinci dengan melihat


perbedaan peroleh informasi atau sumber belajar dalam penggunaan
aplikasi pembelajaran daring zoom untuk guru di di daerah kota dan
daerah desa.

Perkotaan Pemukiman

Mengikuti kegiatan MGMP 0%


33,30%
Mengikuti kegiatan yang dilakukan… 0,00% 22,20%
Kegiatan yang dilakukan Sekolah 17%
44,40%
Dari Teman 16,60%
44,40%
Belajar secara mandiri melalui… 83%
66,67%

Gambar 3.5 Sumber Belajar Aplikasi Zoom yang dilakukan Oleh Guru di
daerah perkotaan dan Desa

52
Gambar 3.5 menunjukkan bahwa sumber belajar guru di daerah
perkotaan lebih sedikit disbanding guru di desa. Namun, sebagaian besar
atau lebih tepatnya 83% guru di perkotaan belajar mandiri. Data ini juga
menunjukkan bahwa guru di perkotaan lebih mandiri mempelajari aplikasi
pembelajaran daring. Sisi lain, guru didesa mempelajari zoom dari berbagai
aspek, yaitu mulai dari mengikuti kegiatan MGMP, mengikuti kegiatan
yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Sekolah, belajar dari teman
hingga belajar secara mandiri melalui berbagai sumber belajar. Hal ini
sebenarnya tidak sejalan dengan penerapan aplikasi zoom didaerah desa
yang belum maksimal. Hal ini disebabkan bahwa jumlah guru-guru di desa
yang belajar zoom dengan berbagai sumber masih kecil atau tidak merata.

3) Penggunaan Media Pembelajaran Daring

Penggunaan media pembelajaran daring yang digunakan oleh guru-


guru Fisika tingkat SMA/MA/Sederajat di Provinsi Sumatera Utara secara
ringkas tertera pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Penggunaan Media Pembelajaran Daring di Provinsi Sumatera


Utara

Gambar 3.6 menunjukkan bahwa media pembelajaran daring yang


paling banyak digunakan adalah Quizizz sebanyak 46,7%. Urutan kedua
ditempati oleh media Edmodo, sedangkan media pembelajaran Plickers
tidak digunakan oleh responden. Data pada gambar 3.4 ini lebih minim jika
dibandingkan dengan aplikasi yang telah ada seperti yang ditunjukkan
gambar 3.2. Selain itu, data yang diperoleh juga lebih variatif, karena
responden juga menggunakan aplikasi lain selain yang ada pa pilihan,
seperti media pembelajaran virtual lab, algodoo dan Powtoon hingga

53
Kahoot. Disisi lain, juga terdapat guru yang tidak menggunakan media
pembelajaran daring, yakni sebesar 13,33%.

4) Perbandingan Penggunaan Media Pembelajaran Daring di Kota


dan di Desa

11,10% Pemukiman Kota


Powtoon 0%
Algodoo 11,10%
0%
Virtual Lab 11,10%
0%
Kahoot 0,00%
17%
Edmodo 22,22%
17%
Wordwall 22,20%
0%
plickers 0%
0%
Quizizi 33,30%
67%

Gambar 3.7 Perbandingan Penggunaan Media Pembelajaran Daring di Desa


dan Kota di Provinsi Sumatera Utara

Gambar 3.7 menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran


daring lebih banyak digunakan oleh guru-guru fisika di Kota dengan
penggunaan Quizizz sebanyak 67%. Namun, lebih variatif peggunaannya
oleh guru-guru fisika di desa, karena menggunakan berbagai media selain
yang ada pilihannya sama penelitia. Media tambahan yang dimaksud yaitu
Powton, Algodoo dan Virtual lab, meskipun variasi media ini hanya 11,1%
atau digunakan oleh 1 dari 15 responden. 1 dari 15 responden ini
sebenarnya hanya diisi oleh responden dari sekolah yang sama, yaitu MAS
Al-Wasliyah Stabat (sekolah swasta).

54
Gambar 3.8 Ketertarikan Peserta Didik Terhadap Media yang digunakan

Gambar 3.8 menunjukkan bahwa ketertarikan peserta didik terhadap


media pembelajaran daring yang digunakan guru sangat bervariatif. Hal ini
terlihat pada diagram lingkaran bahwa peserta didik yang mayoritas atau
sebagian besar minat tinggi pada presentase 20%. Sedangkan Peserta didik
yang memiliki minat rendah sebesar 13,3% pada kategori 10-20%, 21-40%,
bahkan yang kurang dari 10%.

Pemukiman Perkotaan

33,30% 33,30% 33,30%


22,20%
16,67% 17%
11,10% 11,10% 11,10% 11,10%
0% 0,00%

Kurang 10-20% 21-40% 41-60% 61-80% Diatas


dari 10% 80%

Gambar 3.9 Ketertarikan Peserta Didik dalam Pembelajaran Daring


menggunakan Media yang digunakan Guru di Desa dan di Kota

Gambar 3.9 menunjukkan bahwa peserta didik di kota umumnya


lebih tertarik dengan media yang disediakan oleh guru dibandingkan
peserta didik di desa. Hal ini tertera pada diagram batang bahwa peserta
didik di Kota umumnya tertarik diatas 80% dan 61-80% bahkan tidak ada
55
yang tertarik dibawah 10%. Sedangkan peserta didik di Desa memiliki
ketertarikan yang bervariatif dalam pembelajaran daring. Ketertarikan ini
ternyata sejalan dengan media pembelajaran yang digunakan guru. Jumlah
peserta didik yang tertarik diatas 80% merupakan siswa yang berasal dari
MAS Al-Wasliyah, dimana guru telah menggunakan berbagai media
pembelajaran fisika yang menarik. Sedangkan peserta didik yang hanya
tertarik di bawah 10%, pada pembelajarannya hanya menggunakan
whatsapp dan quizizz.

5) Kegiatan Pembelajaran Daring di Provinsi Sumatera Utara

Kegiatan pembelajaran jarak jauh atau secara daring dilakukan


dengan berbagai cara agar peserta didik dapat memahami pembelajaran
dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud secara ringkas dapat dilihat
pada gambar 3.6.

Gambar 3.10 Kegiatan Pembelajaran daring yang dilakukan Guru Fisika di


provinsi Sumatera Utara

Gambar 3.10 menunjukkan bahwa seluruh responden memberikan


penjelasan tentang materi pelajaran. mayoritas guru (73%) memberikan
tugas belajar bagi siswa dan 66,7% guru berdiskusi dengan peserta didik.
Sedangkan sebagian kecil guru (40%) membahas tugas yang dikerjakan oleh
peserta didik dan hanya 26,7% guru memperhatikan presentasi siswa.

56
Perkotaan Pemukiman

memperhatikan presentasi siswa 50%


11,10%

Berdiskusi dengan siswa 83,00%


55,50%

Membahasa Tugas 50%


33,30%

Memberikan Tugas 100,00%


66,67%
memberikan penjelasan materi 100%
pelajaran 100,00%

6) Kegiatan Pembelajaran Daring di Kota dan di Desa

Gambar 3.11 Kegiatan pembelajaran Daring yang dilakukan guru-guru


Fisika di kota dan desa

Gambar 3.11 menunjukkan bahwa dengan aplikasi yang tersedia,


guru-guru Fisika di Kota lebih banyak yang membuat pembelajaran yang
interaktif dibadingkan guru didesa. Hal ini dapat dilihat pada grafik bahwa
dari semua kegiatan, minimal 50% dari 15 responden melakukan kegiatan
tersebut. Ini menunjukkan bahwa guru di Kota lebih antusias dalam
menyediakan kegiatan pembelajaran interaktif seperti presenasi, berdiskusi
dan membahas tugas. Sedangkan guru di desa mayoritas melakukan
kegiatan pembelajaran dengan memberikan penjelasan materi (100%),
memberikan tugas (66,7%), dan berdiskusi dengan siswa (55%).

7) Kendala yang dihadapi Selama Pembelajaran Daring di Provinsi


Sumatera Utara

Beberapa kendalan yang dihadapi guru-guru Fisika Selama


Pembelajaran Daring di Provinsi Sumatera Utara secara ringkas dapat
dilihat pada gambar 3.6.

57
Gambar 3.12 Kendalan yang dihadapi guru selama Pembelajaran daring di
provinsi Sumatera Utara

Gambar 3.12 menunjukkan kendala terbesar yang dihadapi guru saat


pembelajaran daring adalah sulit memantau kemajuan belajar peserta didik,
yakni sebesar 80% dari 15 responden. Selain itu, Meskipun sudah ditingkat
SMA, 60% guru mengalami kendala pada siswa yang tidak memiliki paket
data. Sisi lain, 53,3% guru mengaku bahwa peserta didik kurang memahami
pembelajaran yang diberikan. Kendala lain yang dialami guru, 46,7%
menyatakan siswa tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan, siswa
tidak mengumpulkan tugas bahkan siswa tidak memiliki hp, 40% guru
menyatakan paket data tidak cukup dan 6,7% guru mengakui kurangnya
minat belajar karena tidak ada interaksi.

8) Kegiatan Pembelajaran Daring di Kota dan di Desa

58
Perkotaan Pemukiman

Paket data tidak mencukupi 33,30%


33,30%

Sebagian Siswa tidak memiliki hp 33,30%


66,67%

Siswa tidak memiliki paket data 66,67%


66,67%

Siswa tidak mengumpulkan tugas 17%


11,10%

Sulit memantau kemajuan belajar siswa 83,00%


66,67%
Siswa tidak memperhatikan ketika guru 50%
menjelaskan 33,30%
Siswa kurang memahami apa yang 33,30%
disampaikan oleh guru 66,67%
Kurangnya minat belajar karena tidak 0%
ada interaksi 11,10%

Gambar 3.13 Kendala yang dihadapi Ketika Pembelajaran Daring di


Kota dana Desa

Gambar 3.13 menunjukkan bahwa kendala yang palin banyak dialami


oleh guru fisika di Kota yaitu sulit memantau kemajuan belajar siswa.
Selain itu kendala yang cukup diperhitungan lain yaitu 66,67% siswa tidak
memiliki paket data, 50% siswa tidak memperhatikan ketiga guru
menjelaskan, 33,3% paket data tidak mencukupi, siswa tidak memiliki hp
dan siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru.Sedangkan
hanya sebagian kecil, yakni 17% siswa tidak mengumpulkan tugas.

Sedangkan pada daerah desa, mayoritas kendala yang diahadapi


adalah 66,67% siswa tidak memiliki paket data dan hp, siswa juga kurang
memahami apa yang disampaikan guru serta sulit memantau kemajuan
belajar siswa. Kendala lain yang dihadapi yaitu 33% guru mengaku paket
data tidak mencukupi dan 11,1% guru mnyatakan bahwa kurangnya minat
belajar karena tidak ada interaksi dan siswa tidak mengerjakan tugas.

59
9) Solusi yang dilakukan Guru dalam Pembelajaran Daring di
Provinsi Sumatera Utara

Terkait dengan beberapa kendala yang dihadapi, guru-guru Fisika


tingkat SMA/MA/Sederajat di Provinsi Sumatera Utara memberikan
berbagai solusi. Solusi ini umumnya dengan berinteraksi lebih dengan
peserta didik dan mengevaluasi secara langsung hasil pembelajaran
ataupun tugas-tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Solusi-solusi
yang diberikan secara rinci tertera pada gambar 3.14.

Perkotaan Pemukiman

Siswa mengumpulkan catatan bulanan 0%


11,11%

Penerapan aturan tegass dalam 0,00%


mengumpulan tugas 33,33%

Interaksi lebih intens 50%


44,44%

Evaluasi secara langsung 33,33%


22,22%

Pembelajaran Tatap Muka 17%


22,22%

Gambar 3.14 menunjukkan bahwa solusi yang diberikan guru-guru


lebiih bersifat praktis dan tetap ingin memunculkan pembelajaran tatap
muka. Pada sekolah didesa, guru mengumpulkan catatan siswa tiap
sebulan sekali

b. Pembahasan Penelitian
1) Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Daring di Provinsi Sumatera
Utara
Data pada gambar 3.1 menunjukkan bahwa guru-guru Fisika di
Sumatera Utara telah menggunakan dan memanfaatkan aplikasi yang telah
ada pada pembelajaran daring. Aplikasi yang paling banyak digunakan
adalah Whatsapp, karena aplikasi ini mudah digunakan dan tidak
menghabiskan banyak kuota internet. Hasil penelitian sejalan dengan

60
Assidiqi & Sumarmi, (2020) bahwa Platform digital yang yang paling sering
digunakan dalam pembelajaran daring SD meliputi Whatsapp group,
Fasilitas Google (Google Classroom, Google Form, dan Google meet) dan
Zoom Cloud Meeting. Hal ini didukung oleh penelitian Wahyuni (2021)
bahwa guru telah memanfaatkan aplikasi WhatsApp sebagai media
pembelajaran dalam menunjang kegiatan pembelajaran dalam jaringan
(Daring) dengan memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia seperti fitur
foto, video, dokumen dan video call. Wahyuni (2021) menyatakan bahwa
beberapa kelebihan dari media WhatsApp yakni penggunaan yang mudah,
praktis, cepat, hemat data internet, dan dapat diakses hanya dengan
handphone, memiliki berbagai fitur yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi mendukung seperti adanya New Group, New Broardcast,
WhatsApp Web, Siared Messages and Setting dengan bantuan layanan internet.
Namun, dalam pelaksanaan penelitiannya pemanfaatan WhatsApp sebagai
media pembelajaran terdapat bebarapa hambatan yaitu gangguan Sinyal,
memori HP penuh, dan sulit memahami materi yang diberikan. Penelitian
serupa yang telah dilakukan Wahyuni (2021) bahwa Kendala-kendala
dalam penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran dalam jaringan
masa Pandemi Covid -19 di kelas IV A SDN 61 Bengkulu Selatan yaitu
kurang efektifnya proses pembelajaran guru tidak bisa secara langsung
melihat kesungguhan peserta didik.

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa alasan pengguna aplikasi


pembelajaran daring di kota yaitu mudah digunakan, minim paket data
internet dan siswa yang tidak memiki perangkat belajar seperti zoom/meet.
Sedangkan Daerah desa lebih memilih aplikasi Whatsapp selain dengan
alasan yang sama di atas, juga karena pada daerah desa sulit mendapatkan
jaringan internet yang memadai. Selain itu, guru daerah perkotaan merasa
lebih mudah menggunakan Whatsapp dibanding di desa, meski
perbedaannya tidak terlalu besar.

Daerah desa yang lebih sulit mendapatkan jaringan internet yang


stabil memang lebih cocok menggunakan whatsapp dibandingkan aplikasi
lainnya. Hal ini dikarenakan aplikasi whatsapp lebih mudah diakses
dibanding zoom, meet, telegram dan aplikasi lainnya. Namun, tidak
menutup kemungkinan bahwa penggunaaan aplikasi whatsapp tetap
mengalami kendala jaringan. Sehingga perlu solusi lain selain penggunaan
61
aplikasi yang ramah jaringan didaerah sulit terjangkau jaringan internet.
Solusi yang diberikan bisa dengan menggunakan kartu yang tepat dengan
daerah sekitar, atau memiliki fasilitas wifi dirumah. Bisa dengan belajar di
tempat yang mudah akses internet.

Guru merasa lebih mudah menggunakan aplikasi whatsapp karena


sebelum Covid-19 sudah menggunakan aplikasi Whatsapp. Sedangkan
sebagian besar aplikasi lain baru dikenal dan baru dipelajari sehingga
merasa masih asing, padahal sebenarnya penggunaan Zoom maupun meet
juga mudah. Penggunaan Telegram seharusnya lebih mudah karena
hamper sama penggunaannya dengan Whatsapp. Jadi lebih kepada
kebiasaan yang menciptakan rasa mudah digunakan.

Mungkin google classroom yang sedikit berbeda dengan aplikasi lain,


fitur-fitu yang baru dikenal membuatnya lebih sulit dipelajari. Guru juga
memerlukan waktu yang khusus untuk membuat tugas-tugas kepada siswa
di google classroom. Namun, hasil penilaian dan dokumentasi akan lebih
rapi apabila menggunakan google classroom.

Dari beberapa analisis di atas, perlu ditekankan bahwa kesulitan


beradaptasi dengan teknologi/media yang baru dikenal meskipun
sebenarnya simple adalah permasalahan yang sebenarnya dihadapi oleh
guru-guru Fisika di Sumatera Utara. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
selalu belajar dan beradaptasi dengan teknologi terkini dan perkembangan
zaman.

2) Penggunaan Media Pembelajaran Daring di Provinsi Sumatera


Utara

Data pada gambar 3.7 menunjukkan bahwa penggunaan media


pembelajaran daring lebih variatif digunakan oleh guru-guru fisika di desa
disbanding guru-guru di Kota. Hal ini bisa terjadi karena sampel guru-guru
Fisika di Kota hanya di ambil pada Kota Medan, Sedangkan Sampel yang
diambil pada guru di desa berada pada 8 kabupaten. Meskipun jumlah
sampel sama, jika lokasi sampel berbeda-beda akan mempengaruhi
perbedaan budaya, pengetahuan dan adaptasi dengan suatu media
sehingga menyebabkan penggunaan media pembelajaran daring di desa
lebih variatif dibandingkan dengan di Kota.

62
Sisi lain, seluruh sampel di kota sudah menggunakan media
pembelajaran daring, sedangkan 2 dari 9 responden di desa tidak
menggunakan media pembelajaran daring. Ini menunjukkan bahwa
penggunaan media pembelajaran daring di kota sudah merata sedangkan
di desa belum. Pernyataan ini sejalan dengan data pada gambar 3.9 bahwa
lebih banyak siswa di Kota yang tertarik menggunakan media pembelajaran
yang diberikan guru dibandingkan siswa di Desa. Ketertarikan siswa di
Desa juga lebih bervariatif dibandingkan siswa di Kota. Sisi lain
ketertarikan ini juga bisa dipengaruhi oleh usaha guru dalam
mengembangkan media pembelajaran daring yang menarik. Jika dilihat
pada gambar 3.5 bahwa guru di Kota lebih mandiri dalam mempelajari
media pembelajaran daring dibandingkan guru di desa. Pemerintah telah
menyadari bahwa adanya perbedaan karakteristik guru di desa dan di kota,
sehingga biasanya lebih banyak dibuat program-program pelatihan untuk
guru-guru di desa dibangdingkan dengan di Kota. Ini menandakan bahwa
kesiapan guru dalam menyediakan media yang menarik bagi siswa
memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap ketertarikan siswa
terhadap media pembelajaran tersebut.

3) Kendala Pembelajaran Daring di Provinsi Sumatera Utara

Data pada gambar 3.13 menunjukkan bahwa beberapa kendala yang


dihadapi guru saat pembelajaran Daring yaitu:

a. Fasilitas yang memadai seperti tidak memiliki hp dan paket


internet
b. Pembelajaran yang tidak efektif, seperti guru tidak berhasil
membuat siswa memperhatikannya saat menjelaskan, siswa
kurang memahami materi yang diajarkan, siswa tidak
mengumpulkan tugas, guru tidak bisa memantau kemajuan siswa.

Kurangnya fasilitas yang memadai dapat dipengaruhi oleh beberapa


faktor seperti:

(1) kurang pedulinya siswa terhadap pelajaran sehingga malas


mengorbankan uang lebih (paket internet) dalam pembelajaran,
karena banyak siswa saat ini yang melakukan berbagai cara agar
bisa main game online. Motivasi belajar sangat penting dalam

63
proses pembelajaran karena proses belajar membutuhkan interaksi
dan partisipasi aktif dari peserta didik untuk berhasil (Sari, dkk.,
2017)
(2) kurangnya kepedulian orangtua siswa terhadap fasilitas
pendidikan anak. Hal ini biasanya terjadi karena kurangnya
pengetahuan orangtua tentang pengaruh media dan fasilias belajar
anak terhadap minat belajar hasil belajar anak. Sehingga, jika
permasalahan pada poin ini, maka guru perlu berkomunikasi
terlebih dahulu dengan orangtua dan menjelaskan mengenai
kebutuhan anak
(3) Ekonomi, dalam hal ini guru perlu memahami bagaimana ekonomi
keluarga siswa, dan mencari solusi lain yang realistis

Proses pembelajaran daring yang tidak efektif dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor seperti:

(1) Kurangnya persiapan guru dalam menyediakan media pembelajaran


yang efektif, hal ini sejalan dengan penelitian Japar, dkk (2021) yang
menunjukkan bahwa sebesar 80% guru mengalami kesulitan untuk
melibatkan peserta didik aktif dalam kegiatan PJJ. Selain itu, 78%
guru mengalami kesulitan dalam membuat media pembelajaran
untuk kegiatan PJJ.
(2) Metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa
(3) Kemampuan dan kreativitas guru kurang dalam menarik minat
belajar siswa. Oleh karena itu guru perlu memahami dan
menyesuaikan dengan hal-hal yang bisa membuat siswa senang
dengan pembelajaran yang diberikan

Faktor ini sejalan dengan penelitian Winda (2021) bahwa Di dalam


penggunaan media pembelajaran online, guru mengalami kesulitan.
Kesulitan-kesulitan guru dalam penggunaan media pembelajaran online
yaitu Merancang media berbasis IT, Mengoperasikan media berbasis IT,
Sarana dan Prasarana, dan kreatifitas guru.

Hal ini sejalan terbukti pada solusi yang diberikan oleh guru-guru,
yaitu tetap ingin melaksanakan tatap muka, memberi tindakan tegas
kepada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, bukan berusaha
menyediakan media pembelajaran yang menyenangkan, yang berhasil
64
membuat siswa berhasil berinteraksi dengan guru. Sehingga, dapat
diketahui bahwa baik guru di kota maupun di desa, guru Fisika tingkat
SMA/MA/Sederajat belum siap untuk melaksanakan pembelajaran secara
daring di Masa Covid-19.

Solusi mengenai tindak lanjut apabila siswa memang susah diatur


juga merupakan tindakan yang baik, berusaha berkomunikasi dengan siswa
lebih intens juga merupakan solusi yang tepat terhadap masalah-masalah
yang dihadapi guru. Fakta dilapangan memang lebih sulit karena minat
belajar siswa terlanjur pudar sehingga peserta didik juga belum siap untuk
melaksanakan pembelajaran secara daring, namun bukan berarti hilang,
yang perlu dilakukan adalah menerima permalasahan inti secara jujur,
berusaha memahami siswa mengenai apa yang membuatnya lebih nyaman
selama pembelajaran, tetap menanamkan nilai nilai karakter yang baik
seperti bertanggung jawab, jujur, dan lainnya.

Berdasarkan analisis di atas, didapat bahwa terdapat sedikit


perbedaan mengenai penggunaan media pembelajaran di Kota dan di Desa
Provinsi Sumatera Utara, namun tidak terlalu terdisparasi (timpang), hanya
saja belum merata.

4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat
kesimpulan sebagai berikut.
a. Penggunaan media pembelajaran daring oleh guru-guru Fisika
pada masa Covid-19 di daerah kota Provinsi Sumatera Utara
telah merata, memadai namun kurang variatif.
b. Penggunaan media pembelajaran daring oleh guru-guru Fisika
pada masa Covid-19 di daerah desa Provinsi Sumatera Utara
sudah variatif namun belum merata bahkan masih ada yang
belum menggunakannya.
c. Terdapat sedikit perbedaan mengenai penggunaan media
pembelajaran daring pada masa Covid-19 di Kota dan di Desa
Provinsi Sumatera Utara, namun tidak terlalu terdisparasi
(timpang), hanya saja belum merata.

Perlu penelitian lanjutan untuk memvalidasi data yang diapat,


penelitian lanjutan yang dimaksud adalah kuesioner pada sisi siswa serta
65
observasi secara langsung mengenai implementasi penggunaan media
pembelajaran daring selama Covid-19 di sekolah-sekolah yang diteliti
sehingga analisisnya lebih akurat dan terdeskripsi dengan baik.

Daftar Pustaka

Assidiqi, M.H., Sumarmi, W (2020). Pemanfaatan Platform Digital di Masa


Pandemi Covid-19.Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES

Badan Pusat Statistik. 2018. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, Dan


Komunikasi/Ict Development Index 2018.Jakarta: BPS RI/BPS-Statistics
Indonesia

Japar, M., Suryaratri, R.D., Syarifa, S., Fadhillah, D.N., Djunaidi. 2021.
Analisis Kebutuhan Pemanfaatan Video Pembelajaran dalam
Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PPKn Sekolah Menengah
Atas. Jurnal Sains Sosio Humaniora. 5(1):619-627

Moleong, L. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Mulyana, Musfah, J. Siagian, N. Basid, A., Saimroh, Sovitriana, R., Habibah,


N., Saepudin, J., Maimunah, M.A., Muaripin, Oktavian.C.N. 2020.
Pembelajaran Jarak Jauh era Covid-19. Jakarta: LITBANGDIKLAT PRESS

Sari, N., Suryanti, K., Manurung, S., Sintia. 2017. Analisis Penggunaan
Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Motivasi Peserta Didik
Terhadap Pembelajaran Fisika Kelas XI MIPA 1 SMA Titian Teras Muaro
Jambi.Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK).3(2):110-112. http://e-
journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

Santosa,A.B. 2020.Potret Pendidikan di Tahun Pandemi: Dampak COVID-19


Terhadap Disparitas Pendidikan di Indonesia. Jakarta: CSIS Commentaries
DMRU-079-ID

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

66
Wahyuni, S.O. 2021. Pemanfaatan Aplikasi Whatsapp Sebagai Media
Pembelajaran Dalam Jaringan Kepada Peserta Didik Paket B UPTD SPNF
SKB Kota Cimahi.Jurnal Comm-Edu.4(3):131-138

Winda, R., Dafit, R. 2021.Analisis Kesulitan Guru dalam Penggunaan Media


Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogi dan
Pembelajaran.4(2): 211-
221.https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/index

Yulistyanti, D., Farkhatin, N., Mustari, D. 2021.Penggunaan Aplikasi


sebagai Media E-Learning Remaja di Karang Taruna. Journal of
Empowerment. 2(1):89-100. https://jurnal.unsur.ac.id/index.php/JE

67
BAB 3.
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING
PADA MASA COVID-19 DI KAB. LANGKAT
SUMATERA UTARA
Aulia Syafriyanti
E-mail: auliasyafriyanti98@gmail.com

1. Pendahuluan

Saat ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu penyakit yang


disebabkan oleh sebuah virus yang bernama corona atau dikenal dengan
istilah Covid-19. World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 maret
2020 telah telah mendeklarasikan kejadian pandemi Covid - 19 sebagai
pandemi global. Covid-19 pertama kali terdeteksi berasal dari Wuhan, dan
tidak membutuhkan waktu lama telah menyebar dengan cepat ke seluruh
dunia. Penyebaran virus yang melanda di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Akibat adanya pandemi Covid-19 ini, menyebabkan
diterapkannya berbagai kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran
virus Covid- 19 tersebut. Social distancing menjadi pilihan berat bagi setiap
negara dalam menerapkan kebijakan untuk pencegahan penyebaran Covid-
19, karena kebijakan ini berdampak negatif terhadap segala aspek
kehidupan, termasuk aspek pendidikan.

Kebijakan WFH tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB) Nomor 50/2020
tentang Perubahan Kedua atas Surat Edaran Menteri PAN & RB Nomor
19/2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam
Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Instansi
Pemerintah. Keputusan pemerintah untuk mewajibkan siswa belajar
dirumah membuat resah banyak pihak, karena semua kegiatan
pembelajaran tatap muka baik itu kelas pembelajaran, seminar atau apapun
diredusir dan bahkan ditiadakan. Kegiatan semacam itu diganti menjadi
pembelajaran daring yang tidak mengharuskan siswa dan guru untuk
bertemu secara langsung, melainkan secara virtual. Pembelajaran daring
merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online.
68
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan dengan internet
secara sinkron dan asinkron, memberikan kesempatan interaksi siswa
dengan sumber belajar baik pendidik/lingkungan maupun teman
sebayanya.

Pada dasarnya, implementasi dari pembelajaran daring tidak terlepas


dari pesatnya perkembangan teknologi yang ada. Sistem teknologi
informasi di bidang pendidikan saat ini memberikan cakupan penyebaran
informasi yang luas, cepat, efektif, dan efisien ke berbagai belahan dunia.
Teknologi informasi berkembang sejalan dengan perkembangan teori
komunikasi dan teknologi yang mendukung kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran daring ini, membutuhkan kemampuan pendidik dan


siswa, karena kemampuan menggunakan teknologi akan sangat membantu
terciptanya suasana belajar yang lebih kondusif sehingga terbentuk
interaksi sosial yang baik. Selain kemampuan, pembelajaran daring juga
harus memperhatikan kondisi keuangan, siswa serta sarana dan prasarana
yang mendukung pembelajaran daring. Salah satu sarana dan prasarana
yang mendukung pembelajaran online adalah dengan media pembelajaran
yang digunakan. Media pembelajaran adalah sarana dalam kegiatan
pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu guru menyampaikan
materi atau informasi serta sebagai sarana yang memudahkan guru dalam
berinteraksi dengan siswa (Sumiharsono, 2017).

Dalam pembelajaran daring mengharuskan siswa dan guru bertemu


secara virtual atau secara tidak secara langsung. Sehingga dalam
pelaksanaannya dibutuhkan media pembelajaran online, agar dapat
menjembatani hal tersebut. Media pembelajaran online menjadi salah satu
strategi atau langkah yang dipilih para pendidik dalam memudahkan
proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran jarak jauh ini.
Menurut Munir (2009) media pembelajaran online pada umumnya terdiri
dari WhatsApp Grup, Google Meet, Google Classroom, Zoom Meeting, Youtube,
Email, Edmodo, dan lain-lain. Dengan demikian dari beberapa media
pembelajaran daring atau online yang digunakan diharapkan dapat
membantu siswa mencapai dan meningkatkan hasil belajarnya di masa
pandemi ini. Menurut Hamalik dalam Arsyad (2013) menyatakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat

69
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh
psikologis terhadap siswa.

Selain itu penggunaan media online dilakukan oleh guru dengan


tujuan agar mampu memudahkan siswa dalam meningkatkan hasil
belajarnya, namun ketika memilih menggunakan media tersebut, seorang
guru harus mampu menyesuaikan kondisi siswa yang sedang terjadi.
Sehingga apabila media pembelajaran online tersebut mampu memudahkan
siswa, maka minat yang dimiliki oleh siswa dalam menggunakan media
tersebut akan meningkat.

Namun permasalahan pendidikan saat pandemi Covid-19 ini, masih


banyak pembelajaran di sekolah yang belum berjalan secara efektif. Banyak
guru ataupun peserta didik yang belum bisa mengoperasikan teknologi
informasi dan komunikasi. Sehingga ketika menjalankan pembelajaran
daring, terhambat karena keterbatasan kemampuan (skill). Selain kendala
tersebut, masih ada beberapa kendala lain yang terjadi dilapangan seperti
kondisi keuangan siswa untuk memenuhi kebutuhan internet dan jaringan
internet yang kurang memadai, sehingga pembelajaran tidak terjadi secara
efisien. Hal-hal tersebut harus diperhatikan karena penggunaan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh yang cukup
besar untuk memahamkan siswa terhadap materi pelajaran dan hasil
belajarnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat
penggunaan media pembelajaran daring dan kendala-kendala yang terjadi
di masa pandemi Covid-19 ini.

Beberapa penelitian tentang penggunaan media pembelajaran adalah


Mustakim (2020), Azizah (2019), Noviana & Solichin (2021), dan
Aryaningrum (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
positif pada pembelajaran daring menggunakan media online terhadap hasil
belajar siswa. Selain itu penelitian Ulfaida & Pahlevi (2021), Dorthy &
Sinaga (2020), dan Nurmaulidina & Bhakti (2020) menjelaskan bahwa
dengan penggunaan media online dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Ditinjau dari jenis-jenis media pembelajaran yang digunakan ada


beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini antara lain penelitian
oleh Dewi, dkk (2021) dan Suhayati (2021). Dewi, dkk (2021) menemukan
70
bahwa dengan penggunaan Google Classroom, Google Meet, dan Instagram,
dapat mempermudah para guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan
mengajar. Selain itu, kegiatan belajar mengajar yang mengintegrasikan
ketiga media tersebut dapat memberikan pendidikan karakter disiplin.
Sedangkan Suhayati (2021) menyatakan bahwa pembelajaran daring
dengan menggunakan aplikasi google classroom berpengaruh positif dan
signifikan terhadap hasil belajar pada siswa Kelas VI Kadu Bereum I
Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang.

Penelitian tentang penggunaan media pembelajaran ketika proses


pembelajaran daring sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran saat
pandemi Covid-19 ini membutuhkan penelitian terkait penggunaan media
pembelajaran yang digunakan serta kendala-kendala yang terjadi saat
proses belajar-mengajar.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5-7 Maret 2022. Populasi


penelitian yakni seluruh guru SMA di Sumatera Utara yang mengajar mata
pelajaran Fisika menggunakan metode daring. Sampel yang menjadi
responden penelitian ini yakni sebanyak 10 orang guru Fisika.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif untuk


mengetahui gambaran pembelajaran daring menggunakan media
pembelajaran pada mata pelajaran fisika. Peneliti menggunakan angket
untuk memperoleh data yang diperlukan. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini berisi jenis pertanyaan. Penyebaran angket dilakukan secara
online dengan menggunakan Google Formulir yang disebar melalui
WhatsApp. Pada penelitian ini digunakan instrumen berupa angket yang
terdiri dari 12 butir pertanyaan.

3. Hasil dan Pembahasan

Jumlah sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini


sebanyak 7 orang guru fisika 86% jenis kelamin perempuan dan 14% jenis
kelamin laki-laki. Tujuh orang ini berdomisili di Langkat.

a. Penggunaan Media Pembelajaran Daring pada masa Covid-19

71
Hasil penelitian deskriptif menggambarkan bahwa 100% guru fisika
menggunakan media pembelajaran saat proses pembelajaran daring. Media
pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran
daring ditunjang dengan adanya interaksi maksimal antara guru dan siswa,
antara siswa dan berbagai fasilitas pembelajaran, antara siswa dan siswa
lainnya, serta adanya pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut.
Dengan penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengaruh
terhadap respon peserta didik, dengan media pembelajaran proses
pembelajaran akan lebih efektif, aktif, dan kreatif serta dapat
menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh hasil penelitianoleh Affandi,
dkk (2020) memperlihatkan bahwa penggunaan media pembelajaran daring
efektif dalam meningkatkan hasil belajar.

Dalam pelaksanaannya ada banyak jenis media pembelajaran online


yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran daring di masa Covid-19
ini. Secara keseluruhan media pembelajaran online yang paling banyak
digunakan oleh guru fisika adalah WhatsApp. Media selanjutnya yang
sering digunakan adalah Google Meet, Google Classroom, Telegram, Zoom dan
yang paling sedikit adalah Wordwall. Ditinjau dari kabupaten/kota
ditemukan bahwa guru fisika lebih suka menggunakan WhatsApp. Hasil
tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.

PERBANDINGAN PENGGUNA
100%
100% 86%
71%
80%
60% 43%
29%
40% 14%
20%
0%

Gambar 3.1 Perbandingan pengguna media


72
Selanjutnya ditinjau dari daerah perkotaan/ pedesaan (gambar 3.2).
Ditemukan bahwa penggunaan media pembelajaran lebih tinggi
diperkotaan.

PERBANDINGAN PENGGUNA MEDIA DIPERKOTAAN DAN


PEDESAAN
71% 71%
80%
70%
60% 43% 43% 43%
50% 29% 29% 29%
40%
30% 14%
20%
10%
0%

PERKOTAAN PEDESAAN

Gambar 3.2 Perbandingan pengguna media diperkotaan dan pedesaan

Hal ini terjadi karena dibeberapa sekolah pedesaan masih kurangnya


kecepatan jaringan internet serta kondisi keuangan yang rendah. Untuk
meminimalisir akibat dari susahnya jaringan serta keadaan ekonomi di
daerah desa guru-guru banyak melakukan pembelajaran langsung
dirumah-rumah warga (dibuat kelompok kecil).
Setelah ditinjau dari beberapa faktor ditemukan bahwa WhatsApp
menjadi pilihan yang paling banyak digunakan oleh guru. Hal ini
disebabkan karena WhatsApp adalah karena tidak semua siswa memiliki
perangkat untuk belajar online seperti Zoom, Google Meet, Google Classroom,
Telegram, Zoom, atau media lain. Faktor lain adalah dari segi kemudahan.
WhatsApp saat ini banyak digunakan oleh berbagai kalangan terutama
pelajar. WhatsApp merupakan aplikasi yang dirancang untuk
mempermudah komunikasi di tengah perkembangan teknologi saat ini.
WhatsApp merupakan bagian dari media sosial yang memudahkan dan
memungkinkan semua penggunanya dapat berbagi informasi. Penggunaan
WhatsApp telah dimanfaatkan oleh berbagai kalangan masyarakat karena
karena penggunaannya yang mudah. Penggunaan WhatsApp akan

73
mempermudah untuk menyampaikan informasi secara lebih tepat dan
efektif. Jadi WhatsApp dapat memberikan keefektifitasan dalam
berkomunikasi, berinteraksi, dengan mudah dan cepat terutama dalam
penyampaian informasi pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan penelitian Okvireslian (2021) yang menyatakan
guru telah memanfaatkan aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajaran
dalam menunjang kegiatan pembelajaran dalam jaringan (daring) dengan
memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia seperti fitur foto, video,
dokumen dan video call. Begitu juga dalam penelitianMagdalena, dkk (2021)
yang menemukan bahwa media pembelajaran online menjadi pilihan
pertama yaitu seluruh guru adalah menggunakan fasilitas WhatsApp,
dikarenakan lebih praktis, lebih mudah dipahami anak, lebih efektif karena
tidak membutuhkan banyak kuota dalam proses pembelajaran.
Selain menggunakan WhatsApp guru juga banyak menggunakan
Google Meet sebagai media pembelajaran daring. Dari hasil tersebut 9 dari 10
guru menggunakan Google Meet.

PERBANDINGAN PENGGUNA ZOOM DAN


GOOGLE MEET ANTAR KABUPATEN/KOTA

71%
80%
70%
60%
50%
40% 29%
30%
20%
10%
0%
YA TIDAK

Gambar 3.3 Perbandingan Pengguna Zoom Dan Google Meet

Google Meet adalah alat berbasis web gratis yang dikembangkan oleh
Google. Dengan menggunakan Google Meet mendukung terjadinya interaksi
melalui video conference. Google Meet memungkinkan guru dan peserta didik
berinteraksi secara visual dan audio dalam skala kecil maupun besar.

74
Aplikasi Google Meet juga menyediakan fitur yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran secara daring. Google Meet membuat guru lebih mudah dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan membuat suasana kelas yang aktif
berinteraksi dan berdiskusi dengan pelajar.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Nurmala, dkk (2021) dan Hutagaol, dkk (2021) menyatakan bahwa
pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi Google Meet sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran antar pengajar dan siswa, serta
berjalan dengan efektif.
Ditinjau dari daerah perkotaan dan pedesaan ditemukan bahwa
daerah perkotaan lebih benyak menggunakn Zoom dibandingkan dengan
daerah pedesaan yang lebih banyak menggunakan Google Meet (Lihat
Gambar 3.5). Setelah ditinjau hal ini terjadi karena Zoom membutuhkan
lebih banyak kuota dan jaringan yang kuat agar bisa diakses. Sehingga
sekolah yang letaknya diperkotaan cukup mudah mengaksesnya.
Sedangkan untuk daerah pedesaan lumayan susah untuk mengaksesnya
karena jaringan yang tidak stabil. Maka dari itu pilihan utama di sekolah
pedesaan adalah Google Meet.
Selain penggunaan WhatsApp dan Google Meet, guru fisika juga
menggunakan media pembelajaran lain yang digunakan agar proses
pembelajaran lebih efektif, aktif, dan kreatif serta dapat menumbuhkan
minat dan motivasi belajar peserta didik. Ada beberapa media
pembelajaran daring mendukung hal tersebut seperti Quizizz, Plickers,
Mentimeter, Word Wall, Edmodo, Algoodo, Powton, dan media lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan jenis media pembelajaran daring
ditunjukkan oleh gambar berikut.

75
PENGGUNAAN MEDIA ONLINE

16% 14% 14% 14% 14% 14% 14% 14%


14%
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%

Gambar 3.4 Jenis media online

Terlihat bahwa jenis media pembelajaran yang digunakan pada setiap


guru berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya seperti kemampuan guru dan siswa dalam hal
penggunaan media, jaringan internet, materi pelajaran, dan biaya.
Ditinjau dari daerah perkotaan atau pedesaan (gambar 3.5) ditemukan
bahwa media online yang digunaan diperkotaan lebih membutuhkan
jaringan internet yang lancar dan kuota internet yang besar serta lebih
membutuhkan kemamouan dibidang teknologi dalam menggunakannya.
Berbeda dengan media online yang di desa lebih sederhana. Hal ini
dikarena faktor ekonomi, kemampuan IT guru, dan kekuatan jaringan
internet.

76
PENGGUNAAN MEDIA ONLINE ANTARA PERKOTAAN DAN
PEDESAAN
14% 14% 14% 14% 14% 14% 14%
16%
14%
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%

PERKOTAAN PEDESAAN

Gambar 3.5 Jenis media online antara perkotaan dan pedesaan

Ditinjau dari jenis sekolahnya (gambar 3.6) ditemukan bahwa media


online yang digunakan guru fisika disekolah negeri lebih lebih bervariasi.
Hal ini dikarena adanya tuntutan dari sekolah negeri dalam hal
kemampuan IT lebih besar dibandingkan dengan guru diswasta.

Dalam penggunaan media pembelajaran online sudah seharusnya


seorang guru memperhatikan materi yang akan diajarkan, kemampuan dari
pengguna, kondisi keuangan siswa serta sarana dan prasarana yang
mendukung pembelajaran daring. Sehingga akan diperoleh proses
pembelajaran yang berjalan secara maksimal. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tafqihan (2011) yang lebih mengarahkan
pemilihan media sosial ataupun media online yang sesuai dengan teori atau
materi pembelajaran yang akan disampaikan. Dengan begitu efektifitas dari
media pembelajaran online yang digunakan bisa dimaksimalkan. Sebab
media manapun bisa dijadikan wadah untuk pembelajaran, faktor penentu
adalah bagaimana media yang dipilih itu sesuai dan penguasaan materi
dari pengajar bisa dimaksimalkan di media tersebut.

Pembelajaran daring sangat membutuhkan kemampuan pendidik dan


siswa karena kemampuan menggunakan teknologi akan sangat membantu
terciptanya suasana belajar yang lebih kondusif sehingga terbentuk
interaksi sosial yang baik. Dari hasil penelitian disetiap Kabupaten/kota

77
ditemukan bahwa sebagian besar guru mempelajari teknologi atau
penggunaan media online ini secara mandiri.

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MEDIA ONLINE


86%
90%
80%
70%
60% 43%
50%
40%
30% 14% 14% 14%
20%
10%
0%
Belajar secara Mengikuti Belajar dari Mengikuti Mengikuti
mandiri dari kegiatan yang teman kegiatan yang kegiatan yang
berbagai dilakukan di dilakukan dilakukan
sumber MGMP oleh Dinas oleh sekolah
Pendidikan

Gambar 3.6 Perolehan kemampuan menggunakan media online

Ditinjau dari letak sekolah diperkotaan atau dipedesaan. Guru fisika


diperkotaan lebih banyak mempelajari media-media online tersebut secara
mandiri.

78
KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MEDIA ONLINE ANTAR
PERKOTAAN & DESA

71%
80%
70%
60%
50% 29%
40%
30% 14% 14% 14% 14% 14%
20%
10%
0%
Belajar secara Mengikuti Belajar dari Mengikuti Mengikuti
mandiri dari kegiatan yang teman kegiatan yang kegiatan yang
berbagai dilakukan di dilakukan dilakukan
sumber MGMP oleh Dinas oleh sekolah
Pendidikan

PERKOTAAN PEDESAAN

Gambar 3.7 Perolehan kemampuan menggunakan media online antara


perkotaan dan pedesaan

Hal ini terjadi karena guru fisika yang tinggal diperkotaan lebih
mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai hal-hal yang baru
baik dibidang pendidikan maupun dibidang lainnya. Sehingga guru yang
tinggal diperkotaan lebih mudah beradaptasi dengan pembaruan-
pembaruan dibidang teknologi dibandingkan guru di pedesaan. Keadaan
siswa juga dapat mempengaruhi hal tersebut. Pada umumnya siswa
diperkotaan pasti juga mudah beradaptasi dengan pembaruan teknologi
karena didukung dengan keadaan ekonomi dan fasilitas yang lebih lengkap
dibanding didesa.

Karena implementasi dari pembelajaran online tidak terlepas dari


pesatnya perkembangan teknologi yang ada. Memasuki era Teknologi
Informasi dan Komunikasi, kebutuhan akan pentingnya peningkatan
kualitas pembelajaran sangat besar. Oleh karena itu pembelajaran daring ini
membutuhkan kemampuan pendidik dan siswa dalam kemampuan
menggunakan teknologi. Guru harus mampu menguasai media online yang
tersedia dalam memenuhi kebutuhan mengajar secara daring. Jika hal ini
tidak terpenuhi, maka akan menurunkan kualitas pembelajaran dan
keefektifan pembelajaran daring baru guru dan siswa.

79
Hasil analisis menunjukkan bahwa banyaknya jenis media online
yang digunakan atau guru yang menggunakan media online sebanding
dengan kemampuan guru tersebut dalam menggunakan atau mengakses
media tersebut. Kemampuan guru fisika didesa masih lebih rendah di
bandingkan dengan kemampuan guru dikota, sehingga jenis media dan
banyaknya guru sebagai pengguna media online lebih sedikit dibandingkan
dengan di kota.
Dengan menggunakan media pembelajaran online diharapkan proses
pembelajaran akan lebih efektif, aktif, dan kreatif serta dapat
menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik. Berikut persentase
ketertarikan siswa untuk belajar dengan menggunakan media pembelajaran
online yang digunakan di tiap kabupaten/kota.

KETERTARIKAN SISWA TERHADAP MEDIA


PEMBELAJARAN

29%
30%

25%

20%
14% 14% 14% 14%
15%

10%

5%

0%
Kurang dari 21 – 40% 41 – 60 % 61 – 80 % Lebih dari 80
10% %

Gambar 3.8 Persentase ketertarikan siswa terhadap media

Ditinjau dari letak sekolah, di perkotaan atau pedesaan persentase


ketertarikan terhadap media yang digunakan hampir sebanding.

80
KETERTARIKAN SISWA TERHADAP MEDIA
PEMBELAJARAN ANTARA PERKOTAAN &
PEDESAAN
14%14% 14%14% 14%14% 14%14% 14%
15%

10%

5%

0%
Kurang dari 21 – 40% 41 – 60 % 61 – 80 % Lebih dari 80
10% %

PERKOTAAN PEDESAAN

Gambar 3.9 Persentase ketertarikan siswa terhadap media antara perkotaan


dan pedesaan

Tingkat ketertarikan yang rendah di perkotaan, terjadi karena siswa


mereka menganggap media yang digunakan guru tidak menarik, sehingga
mereka tidak memperhatikan pelajaran yang diberikan. Sedangkan tingkat
ketertarikan yang rendah dipedesaan terjadi karena kurangnya
kemampuan siswa dalam mengakses media online, lambatnya jaringan
internet sehingga media tidak bisa diakses. Jika seorang guru memaksakan
suatu penggunaan media yang dalam kenyataannya tidak bisa diakses, hal
ini akan membuat siswa bosan karena diakibatkan loading dari aplikasi
tersebut sangat lama. Hal inilah yang membuat ketertarikan siswa untuk
belajar menjadi rendah. Kondisi ini ditemukan oleh peneliti disalah satu
SMA di pedesaan, dimana guru fisika tersebut memaksakan menggunakan
aplikasi WordWall. Aplikasi WordWall membutuhkan jaringan internet yang
cepat dan besar, sedangkan di daerah tersebut jaringan internet tidak
mendukung. akibatnya siswa menjadi bosan, karena lama menunggu akses
masuk (loading) ke aplikasi tersebut.

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Dorthy &


Sinaga (2020) yang menyatakan terdapat pengaruh minat belajar yang
signifikan, yaitu sebesar 82,3 %. Penelitian Ulfaida dan Pahlevi (2021)
menyatakan siswa di kelas X OTKP di SMK Negeri 1 Lamongan sangat

81
antusias ketika mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media
online, yang terlihat dari feedback yang diberikan siswa ketika guru
menyampaikan informasi (berpengaruh ke minat belajar).

b. Kendala Penggunaan Media Pembelajaran Daring Dimasa Covid-19

Pada pelaksanaan pembelajaran ditemukan kendala-kendala atau


hambatan yang dialami guru ketika proses belajar mengajar daring juga
banyak ditemukan. Kendala yang dihadapi peserta didik selama
pembelajaran daring, yakni paket data tidak mencukupi, sebagian siswa
tidak memiliki HP, siswa tidak mengumpulkan tugas yang diberikan, sulit
memantau kemajuan belajar siswa, siswa tidak memperhatikan ketika guru
menjelaskan, dan siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh
guru.

KENDALA PBM DIMASA COVID-19


100%
100% 86%
71% 71%
80%
60% 43% 43%
40%
20%
0%

Gambar 3.10 Kendala PBM daring

Kendala paling tinggi terjadi di Langkat karena siswa kurang paham


terhadap materi yang diajarkan. Hal ini terjadi karena siswa beralih main
game online, membuat siswa menjadi kurang paham terhadap materi yang
dijelaskan. Dikarenakan mereka tidak fokus belajar. Saat tatap muka
disekolah guru yang memantau siswa, akan tetapi karena pembelajaran
daring ini guru sulit memantau siswa. Maka dari itu sebaiknya ada orang
dewasa yang mendampingi saat pembelajaran daring ini, sehingga siswa
tersebut dapat fokus dan tidak beralih untuk bermain game online atau sosial
media yang lain.

82
KENDALA PBM DIMASA COVID-19 ANTARA
PERKOTAAN & PEDESAAN
71% 71%
80%
70% 57% 57%
60%
50%
40% 29% 29% 29% 29% 29%
30% 14% 14% 14%
20%
10%
0%

PERKOTAAN PEDESAAN

Gambar 3.11 Kendala PBM antara perkotaan dan pedesaan

Kendala terbesar terjadi karena siswa kurang paham materi


pembelajaran. Hal ini terjadi didaerah perkotaan karena kebanyakan siswa
beralih menjadi main game online ataupun membuka aplikasi social media
lain. Sedangkan didaerah pedesaan terjadi karena mereka kesulitan
mengakses aplikasi pembelajaran daring, sehingga banyak yag tertinggal
materi pelajaran. Pembelajaran daring mengharuskan siswa dan guru
bertemu secara virtual atau secara tidak secara langsung. Sehingga guru
tidak bisa langsung mengontrol kegiatan siswa seperti saat pembelajaran
tatap muka. Selain itu dikarenakan perubahan pola yang terjadi, dimana
siswa terbiasa dengan pembelajaran tatap muka secara reguler, sedangkan
pembelajaran daring sangat berbeda pelaksanaannya. Perubahan pola
pembelajaran ini menghadirkan permasalahan tersendiri bagi siswa.
Munculnya tekanan dan stres pada siswa ketika melakukan pembelajaran
daring membuat mereka kesulitan fokus. Akibat dari kesulitan fokus inilah
yang menyebabkan siswa, tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan,
kurang paham dengan materi yang diajarkan, dan tidak mengumpulkan
tugas yang diberikan.

Kendala lain adalah dari faktor fasilitas atau sarana prasarana yang
kurang memadai. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang
83
dilakukan dengan menggunakan koneksi internet sebagai penghubung
komunikasi antara pendidik dan peserta didik tanpa adanya kontak fisik.
Maka dari itu kendala yang ditemukan berkaitan dengan penggunaan
jaringan internet. Ketersediaan akses internet sangat diperlukan dalam
pembelajaran daring, karena karakteristik pembelajaran ini selalu
menggunakan dan memanfaatkan jaringan internet. Pembelajaran daring
ini juga memerlukan perangkat yang memadai agar bisa mengakses media
online yang digunakan. Akan tetapi secara umum, kecepatan akses jaringan
internet di Indonesia relatif lambat, ketersediaan jaringan internet yang
masih terbatas dan harga untuk mengakses internet relatif mahal sehingga
menjadi hambatan bagi pembelajaran daring. Karena keterbatasan inilah
yang menyebabkan proses belajar mengajar daring dimasa Covid-19 ini
kurang efektif.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi setiap guru memiliki


cara-cara tersendiri untuk mengatasinya. Berikut beberapa cara yang
diberikan guru fisika untuk mengatasi kendala yang ditemukan selama
melaksanakan pembelajaran daring:

Tabel 3.1 Solusi untuk mengatasi kendala selama pembelajaran daring

GURU SOLUSI YANG DIBERIKAN

Guru 1 Membagi siswa secara bergelombang untuk melaksanakan


pembelajaran tatap muka secara terbatas

Guru 2 Sekolah melakukan pembelajaran tatap muka 1 minggu 3 x dan di


waktu tersebut saya memanfaatkan nya secara maksimal. Pada saat
pembelajaran berlaku secara daring, guru menginstruksikan kepada
siswa yang tidak memiliki hp/paket data agar bergabung dengan
teman yang memiliki fasilitas lengkap. Selain itu bagi siswa yg
tidak mengerjakan tugas akan dikenakan sanksi ketika pembelajar
dilakukan secara luring.

Guru 3 Mendiskusikan dengan guru dan orangtua siswa

Guru 4 Mengubah cara mengajar, Melakukan pendekatan kepada siswa


yang belum mengerti pembelajaran.

84
Guru 5 Memberikan motivasi belajar kepada siswa agar lebih semangat
belajar walaupun pembelajaran dilakukan secara daring,
mengganti-ganti media pembelajaran, dan membatasi materi
pembelajaran

Guru 6 Cara mengatasinya jika anak tidak memiliki hp dan paket data saat
melakukan google meet atau zoom anak boleh membuat kelompok
kecil isinya terdiri dari 4 orang dengan jarak rumah yang terdekat
agar anak yang tidak memiliki hp dapat mengikuti pembelajaran,
dan anak yang tidak. memiliki paket data juga dapat mengikuti
pembelajaran, selain itu dapat menghemat paket data siswa karena
tidak semua siswa harus menggunakan hpnya. Jika pada google
classroom siswa boleh menitipkan tugas melalui temannya utk di
kirim di google classroom.

Guru 7 Berkomunikasi dengan siswa untuk mengetahui kendala apa yang


dihadapinya lalu memperbaiki metode belajar agar semua siswa bisa
mengikuti pembelajaran
Dari solusi yang paling banyak diberikan guru adalah dengan
melakukan pembelajaran tatap muka dalam skala kecil. Lalu solusi
berikutnya adalah dengan mengubah cara belajar dan mengganti media
pembelajaran. Ini dimaksudkan agar siswa tidak mudah bosan dan
meningkatkan minat belajar siswa. Solusi lain adalah dengan
mendiskusikan orang tua siswa serta mengevaluasi dan melaporkannya
kepada wali kelas. Hal ini sanga efektif dilakukan, karena pembelajaran
daring dilakukan dirumah maka peran orang tua sangat penting. Sebagai
pengganti guru disekolah, maka dirumah orang tua lah yang memantau,
mengawasi, serta mendampingi anak belajar. Karena dengan adanya peran
orang dewasa saat anak belajar akan memotivasinya ketika belajar.
Terlihat bahwa guru lebih menyukai pembelajaran secara tatap muka,
hal ini menandakan guru belum siap untuk mengajar daring, baik dari
kesiapan diri sendiri maupun fasilitas pembelajaran yang digunakan. Akan
tetapi dimasa pandemi Covid-19 ini, baik guru dan siswa harus menerima
kenyataan pembelajaran daring sebagai konsekuensi pemberlakuan work
from home dari pemerintah. Dengan menerapkan cara-cara yang telah
disebutkan diharapkan proses pembelajaran daring dimasa Covid-19 ini

85
dapat berjalan secara efisien dan efektif, sehingga bisa meningkatkan hasil
belajar siswa dan dapat memudahkan siswa dalam mengikuti setiap
pembelajaran yang berlangsung baik secara tatap muka ataupun daring.

4. Simpulan

Berdasar hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian yang


dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

Dalam Pembelajaran daring pelaksanaannya dibutuhkan media


pembelajaran online, agar pembelajaran dapat berlangsung dan
memudahkan proses pembelajaran dimasa Covid-19. Berdasarkan
penellitian yang telah dilakukan media pembelajaran yang paling
banyak digunakan guru fisika adalah WhatsApp dan Google Meet. Selain
itu ada juga beberapa jenis media online lain yang digunakan seperti
Quizizz, Plickers, Mentimeter, Word Wall, Edmodo, Algoodo, Powton,
dan media lainnya. Dalam penggunaan media online ini sangat
membutuhkan kemampuan pendidik dan siswa karena kemampuan
menggunakan teknologi akan sangat membantu terciptanya suasana
belajar yang lebih kondusif sehingga terbentuk interaksi sosial yang
baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa banyaknya jenis media online
yang digunakan atau guru yang menggunakan media online sebanding
dengan kemampuan guru tersebut dalam menggunakan atau
mengakses media tersebut. Kemampuan guru fisika didesa masih lebih
rendah di bandingkan dengan kemampuan guru dikota, sehingga jenis
media dan banyaknya guru sebagai pengguna media online lebih
sedikit dibandingkan dengan dikota. Kendala-kendala yang terjadi
dalam penggunaan media pembelajaran online ini diantaranya adalah
guru lebih menyukai mengajar dengan media konvensional serta media
pembelajaran yang digunakan tidak menarik sehingga, hal inilah yang
membuat ketertarikan siswa yang paling tinggi berkisar 61-80 % untuk
belajar. Kendala lain saat proses pembelajaran dikarenakan oleh
kemampuan teknologi guru dan siswa yang masih rendah dan fasilitas
jaringan internet yang kurang memadai, sehingga proses belajar
mengajar daring dimasa Covid-19 ini kurang efektif.

86
Daftar Pustaka

Affandi, M.R., Widyawati, M., Bhakti, Y. B. (2020). Analisis Efektivitas


Media Pembelajaran E-Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas X Pada Pelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah Metro, 8 (2), 150-157
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada.
Jakarta
Aryaningrum, K. (2016). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Web (ELearning)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI di
SMA Negeri 9 Palembang. Media Penelitian Pendidikan. 10(2), 154–162.
Azizah. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Daring Terhadap Hasil
Belajar Siswa Materi Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Semester
Genap Tahun Ajaran 2019/2020. Serambi Konstruktivis. 2(2), 28–42
Dewi, dkk. (2021). Implementasi pemanfaatan google classroom, google
meet, dan instagram dalam proses pembelajaran online menuju abad 21.
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 1(5), 533-541
Dorthy, H., & Sinaga, E. (2020). The Effect of Using E-Learning To Students’
Interest In Learning Statistic Subject. Proceeding (Online) International
Conference on Social, Sciences and Information Technology
Hutagaol, E. N, dkk. (2021). Pemanfaatan Aplikasi Google Meet Sebagai
Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Secara Daring. Prosiding Seminar
Nasional PBSI-IV Tahun 2021
Magdalena, I., dkk (2021). Efektifitas Penggunaan Media Online Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dimasa Pandemi Covid-19 Di Sdn
Cikokol 3. Jurnal Edukasi dan Sains. 3(3), 377-391
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Alfabeta
Mustakim. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Menggunakan Media
Online Selama Pandemi Covid-19 Pada Mata Pelajaran Matematika.
Journal of Islamic Education. 2(1), 1–12
Noviana, N. E., & Solichin, M. R. (2021). Pengaruh penggunaan media
pembelajaran online (whatsapp dan zoom) terhadap prestasi belajar siswa
pada masa pandemi covid-19. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE). 9(2), 60-
64.
Nurmala, M. D., Wibowo, T. U. S. H., & Fatah, T. F. (2021). Efektivitas
Penggunaan Aplikasi Google Meet Sebagai Media Pembelajaran Online
87
Pada Mahasiswa Saat Pandemi Covid-19. National Conference on Applied
Business, Education, &Amp; Technology (NCABET), 1(1), 388–394
Nurmaulidina, S., & Bhakti, Y. B. (2020). Pengaruh Media Pembelajaran
Online dalam Pemahaman dan Minat Belajar Siswa Pada Konsep
Pelajaran Fisika. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika.
6(2), 248–251.
Okvireslian, S. (2021). Pemanfaatan Aplikasi Whatsapp Sebagai Media
Pembelajaran Dalam Jaringan Kepada Peserta Didik Paket B UPTD SPNF
SKB Kota Cimahi. Comm-Edu (Community Education Journal), 4(3), 131-
138.
Suhayati, Ucu. (2021). Pengaruh Pembelajaran Daring Dengan
Menggunakan Aplikasi Google Class Room Dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Teknologi Pendidikan dan
Pembelajaran. 8, 1-16
Sumiharsono, M. (2017). Media Pembelajaran . Pustaka Abadi.
Tafqihan, Z. (2011). Karakteristik Dan Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam ELearning. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 9(2),
141–154.

88
BAB 4.
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DI MASA
PANDEMI COVID 19 PADA SEKOLAH SWASTA DI
INDONESIA

Desi Esterina Tarigan


Email: desiester10@gmail.com
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu aspek dijadikan sebagai wadah untuk
membentuk karakter anak bangsa(Ulyan,2015). Dengan sebab itu, dalam
proses pendidikan seorang pendidik harus mampu menguasai berbagai
media pembelajaran karena kondisi selalu berubah-rubah. Berkenaan
dengan perkembangan teknologi pembelajaran, peranan media menjadi
sangat penting. Dunia pendidikan selalu menarik untuk dibahas karena
selalu menyajikan hal-hal kompleks untuk yang unik serta menarik untuk
diulas seperti hal nya penggunaan media pembelajaran. Media
pembelajaran adalah semua bentuk alat komunikasi yang bersifat
menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada siswa sehingga dapat
merangsang pikiran, minat, perasaan dan kemauan siswa dalam melakukan
proses pembelajaran (Asmariani, 2016).
Pandemi Covid-19 menghantam berbagai sektor di Indonesia. Tak
hanya sektor ekonomi yang mulai kewalahan, sector pariwisata, sektor
transportasi, dan sektor manufaktur pun kebakaran jenggot menghadapi
pandemic ini. Sektor pendidikan juga mengalami perubahan besar. Kini,
sektor pendidikan di Indonesia memiliki memiliki wajah dan system baru
yang sekaligus menimbulkan pro dan kontra di masyaraka. Mengacu pada
Surat Edaran Kemendikbud Nomor 40 Tahun 2020 Tentang “Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus
Disease (Covid-19)”, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),
Nadiem Makarim, mengambil sejumlah kebijakan untuk menghadapi
pandemi. Kebijakan tersebut diantaranya adalah penghapusan Ujian
Nasional; perubahan ujian system sekolah; perubahan regulasi Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB); dan penetapan belajar dari rumah
(pembelajaran daring).

89
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan
dengan memanfaat koneksi internet untuk mengakses dan menyalurkan
materi belajar. Dengan perkembangan teknologi saat ini, banyak sekali
media pembelajaran daring yang bisa menunjang pembelajaran jarak jauh
seperti sekarang. Untuk menunjang pembelajaran daring, tentu pemerintah
tidak main-main dalam memberikan dukungan. Berdasarkan arahan dari
Presiden, Kemendikbud terus mengembangkan dukungan melalui
kerjasama dengan 12 mitra swasta memberikan layanan media
pembelajaran gratis untuk dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia). Adapun
12 media pembelajaran daring tersebut yaitu Google For Education, Microsoft
office 365, Quipper School, Ruangguru, Rumah Belajar, Icando, IndonesiaX, Meja
Kita, Kelas Pintar, Zenius, Cisco Webex, dan Sekolahmu (Adit, 2020). Diluar itu
media pembelajaran yang juga bisa digunakan secara gratis ada seperti
Zoom, WhatsApp, Google Classroom, Google Meeting , Edmodo, dan lainnya. Dari
berbagai media pembelajaran yang ditawarkan tentunya tidak semua akan
digunakan oleh guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus memilih media
yang cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.
Pada masa pandemik sekarang ini pendidikan terus berjalan baik itu
secara daring dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Namun,
Penggunaan media pembelajaran tentunya akan berdampak pada
pemahaman siswa dalam menerima materi ajar yang disampaikan oleh
guru (Ekayani, 2017). Oleh karena itu penelitian kali ini akan membahas
mengenai penggunaan media pembelajaran di masa pandemic covid-19.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan tema serupa yaitu
penggunaan media pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19
yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dkk yang berjudul
“Penggunaan Media Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi COVID19” hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran yang
sering digunakan guru yaitu WhatsApp Group dengan perolehan 87%,
ternyata juga disukai oleh siswa dengan perolehan 37%. Hal ini
dikarenakan WhatsApp Group mudah untuk digunakan dan diakses serta
tidak membutuhkan banyak kuota untuk mengaksesnya. Namun kendala
yang sering dialami siswa saat pembelajaran daring pada masa pandemi
yaitu 50% siswa kesulitan memahami materi pelajaran, belum lagi tugas
yang diberikan guru relatif banyak. Oleh karena itu pembelajaran daring ini
90
membuat 37,5% siswa tidak senang dan kurang senang dalam menjalani
pembelajaran daring.
Penelitian yang dilakukan Baroroh Indiani berjudul
“Mengoptimalkan Proses Pembelajaran dengan Media Daring pada Masa
Pandemi COVID-19” menyimpulkan bahwa media pembelajaran daring
menjadi alternatif bagi pendidik dalam melakukan proses belajar mengajar
di tengah pandemi yang sedang berlangsung. Banyak media pembelajaran
yang bisa diakses selama pembelajaran daring antara lain telegram, WAG,
google classroom, email, zoom dan sebagainya. Tentunya semua media
pembelajaran daring mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Oleh karena itu guru harus dengan selektif memilih media yang
akan digunakan sesuai dengan peruntukannya agar pembelajaran berjalan
optimal (Indiani, 2020).

b. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Bagaimana penggunaan media pembelajaran di masa covid-19?

2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut
Farida Nugrahani “Penelitian kualitatif desktiptif yaitu Peneliti berusaha
menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap,
mendalam yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna
mendukung penyajian data serta peneliti berusaha menganalisis data dalam
berbagai nuansa sesuai bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat atau
dikumpulkan” (Nugrahani & Hum, 2014). Penggunaan metode kualitatif
pada situasi pandemi seperti sekarang bisa dilakukan, peneliti bisa
memperoleh data melalui instumen penyebaran kuesioner pada guru
melalui google form.

3. Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan
mengumpulkan data menggunakan kuesioner melelui google form berisi
pertanyaan seputar bagaimana penggunaan media pembelajaran pada masa

91
covid-19 dengan responden 11 orang guru fisika dari berbagai sekolah di
Indonesia.

Kota terdiri dari : Jakarta Timur, Jakarta Barat, Medan, dan Sibolga
berjumlah 6 responden. Sedangkan yang berasal dari kabupaten terdiri dari
Aceh Tenggara, Langkat, Samosir, Takengon, dan Toba, berjumlah 5
responden.
1) Pertanyaan 1: Aplikasi pembelajaran apa saja yang bapak/ibu
gunakan selama dalam pembelajaran daring masa pandemi Covid-
19?

120%

100%

80%

60% Desa
40% Kota

20%

0%
Whatsapp Telegram Zoom Google Google Meet
Classroom

Berdasarkan data diata dapat dilihat perbedaan penggunaan media


pembelajaran antara Desa dengan Kota. Penggunaan Whatsapp lebih
banyak diminati di daerah kota, hanya satu daerah dari data penelitian di

92
desa tidak menggunakan whatsapp yaitu desa Samosir. Terdapat satu
sekolah di kota yang menggunakan Telegram yaitu Jakarta Timur, ini
berarti peminat penggunaan telegram masih sedikit. Persentase
penggunaan Zoom dan Google Classroom paling diminati di daerah kota,
namun penggunaan Google Meet lebih diminati di daerah Desa.

2) Pertanyaan 2 : Jika Bapak/Ibu hanya menggunakan Whatsapp, apa


alasan Bapak/Ibu menerapkan hal tersebut?

Berdasarkan hasil survei beberapa guru, alasan guru menggunakan


whatsapp sebagai media pembelajaran adalah dikarenakan mudah
menggunakannya.

3) Pertanyaan 3 : Apakah Bapak/ibu menggunakan aplikasi Google


Meet atau Zoom dalam pembelajaran?

Berdasarkan hasil penelitian, pada masa covid ini guru 100 %


menggunakan Google meet atau zoom dalam proses pembelajaran daring.

4) Pertanyaan 4 : Jika Bapak/ibu menggunakan aplikasi Zoom atau


Google Meet, bagaimana cara bapak/ibu mengetahui cara
menggunakan aplikasi tersebut?

93
Adanya pandemic covid 19 juga mampu mengubah pandangan guru pada
penggunaan media. Mau tidak mau guru harus belajar kembali
menggunakan media pembelajaran yang baru, berdasarkan hasil penelitian
seluruh guru memilih untuk belajar mandiri dari berbagai sumber untuk
menjalankan sebuah media, selain itu ada juga beberapa guru yang
mengikuti kegiatan yang dilakukan sekolah bahkan yang dilakukan oleh
Dinas Pendidikan.

5) Pertanyaan 5 : Kegiatan belajar yang Bapak/Ibu lakukan secara


online adalah

Pertanyaan ini adalah mengenai kegiatan yang dilakukan oleh guru secara
online. Berdasarkan hasil penelitian yang diterima guru lebih banyak
memilih memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran yaitu
sebanyak 100 %. Setelah itu disusul dengan memberikan tugas belajar bagi
siswa dan berdiskusi dengan siswa. Sedikit sekali guru melaksanakan
praktikum virtual, yang menggunakan aplikasi sebanyak 9,1 %.
94
6) Pertanyaan 6: Media belajar online apa saja yang pernah Bapak/Ibu
gunakan dalam pembelajaran Daring pada masa pandemic Covid-
19?

120%
100%
80%
60%
40% Desa
20% Kota
0%

Berdasarkan hasil data diatas, dapat dilihat bahwa penggunaan Quizizz di


Desa maupun di kota sngat diminati. Yang tidak menggunakan Quizizz
adalah Desa Takengon, dikarenakan Desa tersebut juga tidak menggunakan
salah satu media pembelajaran yang tertera diatas. Dilihat dari data diatas
media pembelajaran lebih diminati pada daerah kota.

7) Pertanyaan 7 : Jika Bapak/Ibu pernah menggunakan salah satu


media belajar online pada pertanyaan no 6, berapa persen siswa
yang lebih tertarik belajar dengan penggunaan media tersebut?

95
Rata-rata ketertarikan siswa dalam menggunakan media pembalajaran
adalah 45,5%. Artinya, rata-rata siswa sangat menyukai atau tertarik
dengan media pembelajaran.

8) Pertanyaan 8 : Kendala apa saja yang Bapak/Ibu hadapi dalam


melaksanakan pembelajaran daring ?

Berdasarkan hasil penelitian, seluruh kendala yang ada dirasakan oleh


setiap guru. Kendala yang paling menonjol ketika pembelajaran daring
adalah siswa tidak mengumpulkan tuas dan siswa kurang memahami
materi sebanyak 81,8 %. Hal ini bukan tanpa alasan, bisa terjadi apabila
guru hanya mengirim materi pelajaran tanpa menerangkan materi yang
diberikan, maka siswa akan kesulitan memahami sendiri maksud dari
materi yang diberikan. Oleh karena itu guru harus pintar-pintar
menyampaikan materi saat pembelajaran daring agar siswa bisa mengerti
dan memahami materi yang diajarkan. Salah satunya dengan memberikan
video penjelasan materi dan diakhir pembelajaran bisa memberikan sesi
96
tanya jawab atau diskusi terkait materi yang diberikan, guru bisa
memberikan arahan agar siswa lebih aktif dalam berdiskusi dengan guru
maupun teman (Ginting et al., 2021). Dengan begitu siswa bisa menanyakan
beberapa hal yang belum dimengerti dan dipahami.

4. Simpulan

Penggunaan media pembelajaran yang sering digunakan guru yaitu


WhatsApp Group dengan perolehan 90,9. Hal ini dikarenakan WhatsApp
Group mudah untuk digunakan dan diakses serta tidak membutuhkan
banyak kuota untuk mengaksesnya. Media pembelajaran yang sering
digunakan guru adalah Quizizz dengan perolehan 90,9%, seluruh guru
menggunakan Google meet atau zoom dalam pembelajaran daring. Namun
kendala yang sering dialami siswa saat pembelajaran daring pada masa
pandemi yaitu 81,8% siswa kesulitan memahami materi pelajaran dan juga
siswa tidak mengumpulkan tugas. Oleh karena itu, guru mencoba
menangani kendala tersebut dengan beberapa solusi seperti memberikan
tambahan belajar atau juga mengunjungi siswa tersebut.

Daftar Pustaka

Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud,


Gratis! Kompas.Com.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/08/22/123204571/12-
aplikasi-pembelajaran-daring-kerjasama-kemendikbud-gratis?page=all
Aisyah, S, & Alif, M. (2021).Penggunaan Media Pembelajaran Daring pada
Masa Pandemi COVID19. Jurnal PenelitianMadrasah Ibtidaiyah
(JURMIA). Vol. 1, No.
Asmariani, A. (2016). KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN PAUD. Al-
Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban.
https://doi.org/10.28944/afkar.v5i1.108
Ekayani, P. (2017). Pentingnya Penggunaan Media. Jurnal Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, March.
https://www.researchgate.net/publication/315105651
Indiani, B. (2020). Mengoptimalkan Proses Pembelajaran Dengan Media
Daring Pada Masa Pandemi COVID - 19. JURNAL SIPATOKKONG
BPSDM SULSEL. 1, 3 (Sep. 2020), 227-232.
97
Ginting, E. S., Lubis, T. W. H., & Pertiwi, S. (2021). Kiat Menghadapi
Tantangan Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19.
TRIDARMA: Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM), 4(1), 35–43.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). SE Mendikbud: Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Mendikbud RI.

Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra
Books

Ulyan Nasri, (2015). Akar Historis Pendidikan Perempuan: Refleksi


Pemikiran TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Yogyakarta:
Deepublish.
WhatsApp LLC. (2021). Tentang WhatsApp.
https://www.whatsapp.com/about/

98
BAB 5.
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING
GURU FISIKA PADA MASA COVID-19 DI KOTA
MEDAN

Andil H Siregar
E-mail : siregar.andiledu@gmail.com

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sejak munculnya wabah penyakit bernama Virus Corona atau familiar
dengan istilah Covid-19 (Corona Virus Desease-19) sangat berdampak
terhadap aspek kehidupan manusia. Penyebaran Covid-19 dapat melalui
cairan yang keluar dari tubuh manusia dan kontak langsung seperti
bersentuhan fisik. Penularan Covid-19 ini bisa terjadi dari manusia-
manusia, benda-manusia, dan hewan-manusia yang sudah terpapar Covid-
19. Untuk itu, kegiatan sosial masyarakat dianggap sebagai resiko paling
tinggi dalam penyebaran Covid-19. Dengan demikian, pandemi ini
menjadi sebuah tantangan bagi setiap negara, termasuk Indonesia untuk
menentukan solusi agar jumlah korban tidak semakin bertambah.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia membuat suatu
kebijakan agar senantiasa manjaga jarak (physical distancing),
menghindarkan segala bentuk aktivitas yang berbentuk kerumunan dan
selalu menjaga kebersihan tentunya. Kebijakan lainnya yang diambil
pemerintah ialah kegiatan belajar mengajar, bekerja dan beribadah
dilaksanakan di rumah. Akibat dari pandemi ini jenjang pendidikan mulai
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi seakan-akan “dipaksa” untuk
beradaptasi dengan lingkungan dimana semua guru diharuskan
melaksanakan kegiatan belajar jarak jauh/daring. Hal in ditetapkan pada
tanggal 24 Maret 2020 sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai upaya dalam memutuskan
penyebaran Covid-19 di Indonesia (Mendikbud, 2020).

99
Seperti yang diuraikan di atas, perubahan drastis ini tentunya
bukanlah hal yang mudah diterima oleh sebagian pihak, tetapi dalam
kondisi seperti saat ini, hanya teknologi yang bisa menjembatani agar
proses pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan tetap
berlangsung. Oleh karena itu, Semua pihak harus mampu beradaptasi
dengan pembelajaran daring ini. Pembelajaran daring sebenarnya
bukanlah hal baru yang muncul di masa pandemi Covid-19 ini di negara-
negara tertentu yang sudah menjadi tuntutan dunia pendidikan sejak
beberapa tahun yang lalu (He et al., 2014), dimana pembelajaran tatap
muka dianggap sebagai pembelajaran tradisional, untuk itu diperlukan
media pembelajaran yang lebih baik lagi dengan cara memanfaatkan
teknologi informasi sehingga dengan melaksanakan pembelajaran daring
akan tercipta lingkungan pembelajaran yang modern.
Selain itu, pembelajaran daring diperlukan dalam pembelajaran di era
revolusi 4.0 (Sadikin & Hamidah, 2020). Berkaitan dengan hal tersebut,
sebelum Covid-19 masuk ke Indonesia, pelaksanaan pembelajaran yang
diterapkan masih pembelajaran tradisional. Namun tidak sedikit juga
sekolah-sekolah yang melaksanakan pembelajaran secara luring, terlebih
bagi sekolah yang berada di desa dan terkesan tertinggal. Hal ini
disebabkan terbatasnya sarana prasarana yang tersedia, kemampuan guru
yang masih terbatas dalam mengaplikasikan teknologi, fasilitas yang
dimiliki siswa/ orangtua yang tidak merata, sulitnya memperoleh akses
internet karena letak geografis serta pertimbangan-pertimbangan lainnya
yang mungkin saja terjadi saat pelaksanaan pembelajaran daring.
Namun, saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, keadaan
berubah drastis, seakan-akan ada paksaan dalam hal ini, dimana
pelaksanaan pembelajaran yang awalnya diterapkan secara
luring/tradisional, kini berubah drastis menjadi pembelajaran yang
dilaksanakan secara daring/ modern. Kendala-kendala sebagaimana yang
disebutkan di atas tidak dipandang sebagai suatu halangan lagi, akan tetapi
dipandang sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi bagi setiap
elemen yang berperan dalam bidang pendidikan. Hal ini menjadi satu-
satunya cara agar pendidikan tetap dapat disampaikan kepada siswa.
Meskipun tidak mudah, hanya hal ini yang dapat menjembatani
pelaksanaan pendidikan ditengah wabah yang tengah merebak saat ini.
Oleh karena itu, melalui makalah penelitian ini penulis ingin mengkaji
100
lebih dalam terkait penggunaan media dan inovasi yang dilakukan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran fisika pada masa pandemi Covid-19.
Merujuk pada tujuan di atas, untuk ketercapaian hasil belajar guru-
guru diharapakan untuk senantiasa berinovasi dalam memberikan
pembelajaran. Inovasi muncul karena suatu keadaan yang membuat
seseorang menyelesaikan suatu permasalahan di lingkungan sekitarnya
(Sanjaya, 2006). Inovasi juga diartikan sebagai sebuah gagasan baru yang
dirasakan oleh berbagai pihak baik secara individu ataupun kelompok.
Gagasan tersebut dapat dilihat dari apa yang dihasilkan teknologi
informasi. Gagasan yang dimaksud bisa berupa praktik ataupun produk
yang diterapkan sebagai problem solving dengan tujuan untuk
memperbaiki keadaan tertentu yang terjadi di masyarakat (Nawangsari,
2010).
Inovasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya keuntungan
relatif, maksudnya suatu hal dikatakan inovasi jika bisa menguntungkan
bagi orang yang menerimanya, semakin menguntungkan inovasi tersebut,
maka akan semakin cepat tersebar dimasyarakat; 2) kompatibel yaitu
kesesuaian inovasi dengan nilai, hal ini terkait pengalaman dan juga
kebutuhan dari orang yang menerima inovasi tersebut; 3) kompleksitas,
yaitu tingkat kesulitan dalam memahami dan menggunakan inovasi; 3)
triabilitas, inovasi yang ada dapat diterima atau tidak oleh penerima; dan
4) observabilitas, inovasi yang ada tersebut benar-benar dapat ketahui
keuntungannya (Kadi & Awwaliyah, 2017).
Beberapa tujuan inovasi pendidikan di Indonesia yaitu: 1) mengejar
ketertinggalan berbagai kemajuan IPTEK; 2) berusaha menyelenggarakan
pendidikan secara merata dan adil; dan 3) mereformasi sistem pendidikan
Indonesia agar lebih efektif, efesien, dan menghasilkan output yang
berkualitas sesuai dengan kebutuhan masayarakat dimasa mendatang, dan
lain sebagainya (Kusnandi, 2017).
Untuk mencapai tujuan tadi tentunya guru-guru diharapakan harus
senantiasa menyesuaikan diri dengan segala keadaan yang dihadapinya.
Memberikan inovasi dalam pembelajaran demi ketercapain hasil belajar
yang lebih baik meskipun dalam situasi pandemi. Salah satu inovasi yang
diharapakan dilakukan oleh guru pada saat pandemi adalah keterampilan
guru dalam menggubakan media pembelajaran daring pada masa covid-19.
Maka untuk mengetahui bagaimana kemampuan dan keterampilan guru-
101
guru tadi, penulis melakukan penelitian ini. Melalui hasil penelitian ini
diharapakan dapat diperoleh gambaran umum penggunaan media
pembelajaran di masa covid oleh guru-guru fisika di kota Medan.

b. Rumusan Masalah
1) Apa media pembelajaran daring yang paling sering digunakan oleh
guru fisika selama pembelajaran daring di masa covid 19?
2) Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh guru fisika selama pembelajaran
daring di masa covid 19 dan apa alasan mereka menggunakanya ?
3) Apa kendala yang dihadapi oleh guru fisika selama pembelajaran
daring di masa covid 19 ?
4) Apakah usaha yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kendala
pembelajaran yang dihadapinya selama pembelajaran daring?
5) Apakah terdapat perbedaan pembelajaran daring di sekolah swasta
dengan sekolah negeri di kota Medan?
c. Tujuan Penelitian
1) Untuk dapat mengetahui media yang paling sering digunakan oleh
guru fisika pada pembelajaran daring di masa covid.
2) Mengetahui alasan dari pada guru fisika terkait media yang digunakan.
3) Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh para guru fisika
pembelajaran daring di masa covid 19.
4) Mengetahui usaha apa yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
kendala pembelajaran yang dihadapinya selama pembelajaran daring.
5) Mengetahui apakah terdapat perbedaan pembelajaran daring di
sekolah swasta dengan sekolah negeri di kota Medan.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan kebeberapa sekolah dengan menyebar angket
secara online kebeberapa guru fisika melalui grup whatsapp. Angket
tersebut diisi oleh 19 responden guru fisika dari berbagai sekolah yang
terdiri atas guru-guru fisika di provinsi Sumatera Utara. Dimana terdapat
guru fisika yang mengajar di tingkat SMA sebanyak 17 responden dan
guru fisika di SMP sebanyak 2 responden.
Tempat sekolah mengajar para guru fisika untuk tingkat SMA terdiri
atas: SMA St. Thomas 1 Medan, SMA Negeri 8 Medan ( 2 responden), SMA
Maitreyawira, SMA Cahaya Medan, SMA Mayjen Sutoyo Medan, SMA

102
Parulian 1 Medan, SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan, SMA Methodist 2
Medan (3 Responden), SMA Kartika 1 Medan, SMA Muhamadiyah 1
Medan, SMA Harapan 3 Medan, SMA St. Petrus Medan, SMA Budi Murni 2
Medan dan SMA Negeri 6 Medan. Sedangkan untuk guru fisika yang
mengajar di tingkat SMP terdiri dari sekolah SMP St. Thomas 1 Medan dan
SMP St. Yoseph Medan. Peneliti menggunakan angket untuk memperoleh
data tentang Pelaksanaan Belajar Mengajar (PBM) Fisika pada berbagai
sekolah di Sumatera Utara. Penyebaran angket dilakukan secara online
dengan menggunakan google formulir yang disebar acak ke beberapa guru-
guru fisika melalui grup whatsapp.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
analisis studi literatur yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran di masa
pandemi Covid-19. Selanjutnya, pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara menelusuri berbagai sumber baik berupa dokumen
pemerintah, media massa, dan hasil penelitian yang relevan sebelumnya
dianaslisis dengan menggunakan policy research (Anggara, 2015) dan
didukung oleh hasil angket yang dibagikan kepada beberapa guru fisika
yang mengajar disekolah. Analisis data dilaksanakan menggunakan
Content Analysis. Content Analysis merupakan suatu metode yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari dokumen baik berupa
rekaman, gambar, suara, tulisan dan lain-lain secara objektif dan sistematis
(Arikunto, 2016). Pada penelitian ini dokumen yang dianalisi berupa hasil
angket.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Responden terdiri dari 19 orang guru fisika yang ada di kota Medan.
Seperti yang telah dijabarkan pada sampel penilitian diatas kita temukan
bahwasanya para guru fisika ini secara umum berasal sekolah swasta dan
hanya ada 3 responden dari sekolah Negeri. Rincian lebih jauh dapat kita
lihat pada tabel berikut:

Tabel 1: Jumlah Responden Berdasarkan Sekolah Negeri dan Swasta

No Nama Sekolah Status Jumlah


SMA Negeri 8 Medan ( 2 responden), SMA Negeri 3
1 Negeri
6 Medan.

103
16

SMA St. Thomas 1 Medan, SMA Maitreyawira


Medan, SMA Cahaya Medan, SMA Mayjen Sutoyo
Medan, SMA Parulian 1 Medan, SMA Shafiyyatul
Amaliyah Medan, SMA Methodist 2 Medan (3
2 Responden), SMA Kartika 1 Medan, SMA Swasta
Muhamadiyah 1 Medan, SMA Harapan 3 Medan,
SMA St. Petrus Medan, SMA Budi Murni 2 Medan,
SMA Negeri, SMP St. Thomas 1 Medan dan SMP
St. Yoseph Medan.

Berdasarakan jenis kelamin guru-guru yang menjadi responden dapat


dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 1: Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Dari data responden terlihat data responden guru fisika laki-laki lebih
banyak daripada guru fisika perempuan. Hal ini sesungguhnya belum bisa
dijadikan sebagai gambaran bahwasanya guru fisika laki laki lebih banyak
daripada guru perempuan di kota Medan. Hal ini karena penyebaran
angketnya dilakukan secara acak dan karena yang memberikan angket
adalah laki-laki kemungkinan berpengaruh kepada guru-guru yang
berkenan mengisi angket tersebut. Sehingga kecenderungan yang lebih
berkenan mengisi angket tersebut adalah guru yang laki-laki. Bahkan jika
melihat pengalaman pribadi ketika kuliah di Jurusan Pendidikan Fisika
UNIMED pada umunya jumlah wanita jauh lebih banyak dari pada laki
104
laki. Seharusnya ini sebanding dengan kenyataan dilapangan, akan tetapi
kita peroleh hasil yang berbeda pada penelitian ini karena disebabkan hal
yang saya sebutkan di atas tadi.
Berdasarkan kelompok umur dari responden diperoleh data sebagai
berikut:

Gambar 2: Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Untuk kategori usia responden terbanyak adalah yang berusia 29


tahun dan 32 tahun dengan masing masing tiga orang ( 15,8 %).

1) Media Pembelajaran yang Digunakan Selama Daring


Berdasarkan jawaban dari responden, terhadap pertanyaan akan
aplikasi pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran daring
semasa pandemicovid-19 dapat kita lihat pada Gambar berikut ini:

105
Gambar 3: Aplikasi yang digunakan guru saat daring.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwasanya hampir seluruhnya


menggunakan aplikasi Whatsapp yaitu 94,7 % dan Goggle Clasroom
sebanyak 89,5 %. Ini menunjukan mayoritas guru fisika di kota Medan
menggunakan WA dan GC dalam proses pembelajaran daring.
Google classroom merupakan aplikasi yang berbentuk ruang kelas
yang terhubung dengan internet. Aplikasi google classroom memiliki fitur
penugasan (pembagian tugas) hingga fitur pengelolaan arsip tugas yang
dapat diakses keduanya sehingga terjadinya komunikasi antara guru dan
siswa yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran daring (Simanihuruk.
Lidia, 2019). Kelebihan dari aplikasi google classroom adalah dapat
menyederhanakan kegiatan belajar mengajar tanpa menggunakan kertas
(Imaduddin, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini
dapat kita simpulkan bahwa mayoritas guru guru fisika di kota Medan
sudah menggunakan google classroom dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan media yang paling sedikit adalah telegram yaitu SMA
Maitreyawira. Sekolah tersebut juga menggunakan semua aplikasi daring
yang ada pada pertanyaan. Ini menunjukkan bahwasanya media yang
digunakan sudah cukup variatif dan digunakan sesuai dengan
kebutuhannya dalam pembelajaran.
Selanjutnya saat ditanya kepada responden terkait alasan responden
lebih banyak menggunakan Whatsapp dapat dilihat pada Gambar berikut.

106
Gambar 4: Alasan Responden Menggunakan WA

Whatsapp adalah aplikasi pengiriman pesan teks atau video dengan


menggunakan kuota internet. Aplikasi whatsapp ini dirasa oleh semua
kalangan terutama para pendidik, peserta didik, dan orangtua peserta didik
sekolah dasar merupakan aplikasi yang mudah digunakan dalam
pembelajaran daring. Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwasanya alasan
para guru fisika di kota Medan menggunakan WA adalah karena mudah
penggunaanya (36,8 %).
Terkait penggunaan Google Meet atau Zoom dalam pembelajaran
daring dapat dilihat pada Gambar berikut:

107
Gambar 5: Responden Pengguna Google Meet/Zoom

Zoom merupakan aplikasi digital untuk berkomunikasi dengan


menggunakan video. Aplikasi tersebut dapat digunakan pada berbagai
unit selular dan desktop. Aplikasi layanan ini mampu menampung
pertemuan virtual sekitar 100 sampai 300 peserta, selain itu aplikasi zoom
dapat merekam sesi pertemuan virtual supaya bisa dilihat kembali (Paksi,
2020). Selain zoom aplikasi yang dikembangkan oleh google yaitu google
meet juga populer digunakan oleh para guru dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran, aplikasi zoom ataupun google meet mempermudah pendidik
dan peserta didik dalam berinteraksi. Pendidik dapat menshare materi
lewat layar smartphone maupun desktop sehingga terlihat peserta didik.
Dari Gambar 5 dilihat 94,7 % guru guru fisika di kota Medan
menggunakan google meet atau zoom dalam pembelajaran daring. Melihat
data tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sudah ada usaha atau inovasi
yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan penggunaan media
pembelajaran yang dimilikinya dari sebelumnya. Sebelum pandemi para
guru tentunya masih sangat jarang bahkan tidak pernah menggunakan
google meet atau zoom karena pembelajaran tatap muka. Akan tetapi
dengan adanya situasi pandemi dapat kita lihat bahwasanya guru guru
fisika di kota medan sudah dapat dengan cepat menyesuaiakan diri dan
berinovasi akan media yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Walaupun pada umunya sudah menggunakan media tadi, akan tetapi
ada satu sekolah yang tidak menggunakanya meet/zoom hanya satu yaitu
SMA Kartika 1 Medan. Untuk sekolah SMA Kartika 1 Medan yang tidak
menggunakanya ini tentu berbeda dengan sekolah lainya yang berada di
kota Medan. Walaupun mudah dalam mengaksesnya, zoom ataupun meet
108
memiliki kekurangan yang membuat guru mengeluarkan cukup banyak
kuota internet. Hal itulah yang dialami oleh sebagian kecil responden yang
tidak menggunakan zoom atau google meet. Barangkali inilah menjadi
alasan satu responden tadi tidak menggunakanya.
Saat ditanyakan kepada responden terkait bagaimana cara mereka
berinovasi untuk penggunaan aplikasi Zoom atau Google Meet diperoleh
hasilnya seperti Gambar berikut:

Gambar 6: Cara Responden Mengetahui Penggunaan Zoom

Dari Gambar di atas dapat dilihat yang menyatakan belajar secara


mandiri dari berbagai sumber sebanyak 78,9 %. Belajar secara mandiri ini
menunjukan bahwa guru-guru fisika di kota Medan cukup kreatif dalam
berinovasi dan mengembangakan dirinya untuk lebih baik dalam
pembelajaran daring. Hal ini wajar karena mayoritas responden merupakan
guru-guru yang berada di kota Medan. Jika kita tinjau berdasarkan sekolah
negeri atau swasta diperoleh bahwasanya tidak ada perbedaan antara
sekolah swasta dan sekolah negeri.
Lebih jauh pada angket kita juga mempertanyakan media lain yang
mereka gunakan selain media yang umum digunakan tadi. Saat responden
ditanya tentang media daring selain yang kita sebutkan di atas diperoleh
hasilnya sebagai berikut:

109
Gambar 7: Media Daring yang Digunakan Responden

Dari hasil diatas diperoleh yang lebih banyaknya media lainya


sebanyak 63,2 %) menggunakan media quizizi (52,6 %). Dari data yang
diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru akan media-
media pembelajaran akan daring tidak lagi terbatas akan media yang
umum digunakan di sekolah. Mereka sudah banyak juga menggunakan
media quizizi, mentimeter, edmodo dan wordwall.
Walau tidak sebanyak penggunaan media zoom/google meet tadi,
data ini tentunya sudah menunjukan ada inovasi yang berkelanjutan pada
guru fisika di kota Medan akan media media baru yang dapat digunakan
dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari data bahwasanya hampir
semua guru menggunakan media tersebut lebih dari satu, bahkan ada 7
responden yang memilih lainya. Dengan memilih lainnya bisa diasumsikan
selain media tadi banyak juga guru menggunakan media lain dalam
menunjang pembelajaran daring yang dilakukanya.
Saat ditanyakan kepada responden apakah media pembelajaran yang
mereka gunakan tersebut efektif ? Diperoleh hasilnya seperti pada Gambar
berikut:

110
Gambar 8: Efektifitas Penggunaan Media

Jika ditinjau berdasarkan sekolah negeri atau sekolah swasta, terdapat


3 sekolah swasta dan satu sekolah negeri yang menyatakan efektifitasnya
lebih dari 80 %. Adapun sekolah swasta tersebut adalah SMP St. Thomas
1(Pr), SMA Maitreyawira (Lk) dan SMA Syahfiatul (Pr). Sedangkan sekolah
negeri yang dimaksud adalah SMA Negeri 8 Medan (Pr) responden kedua.
Untuk responden yang menyatakan efektifitas penggunaanya
dibawah 10 % terdiri atas 2 sekolah swasta yaitu SMA Methodist 2 Medan
responden kedua (Pr) dan SMA Budi Murni 2(Lk) Medan serta 1 sekolah
negeri yaitu SMA Negeri 8 Medan responden pertama (Lk). Jika dilihat
antara efektifitas tinggi dan efektifitas rendah media pembelajaran tadi
tidak ada pengaruh antara sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Baik
untuk efektivitas tinggi dan rendah kita temukan bahwasanya sekolah
negeri dan swasta ada. Hal ini tentu tergantung media yang digunakan oleh
masing masing responden tersebut.
Dari data yang diperoleh bahwasanya media yang digunakan antara
efektifitas tinggi dengan rendah tidaklah sama, hal ini tentunya dapat
menimbulkan persepsi yang berbeda di antara responden. Sebagai masukan
untuk penelitianberikutnya ada baiknya dibuat pertanyaan angket
tambahan yang dapat membandingkan media yang sama antara untuk
beberapa responden. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin responden juga
diperoleh efektifitas yang berbeda. Jadi tidak ada kecenderungan dari jenis
kelamin terhadap efektivitas pembelajaran akan media yang digunakan.

111
2) Kegiatan Belajar Saat Daring
Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru-guru fisika selama pembelajaran daring.

Gambar 9: Kegiatan Pembelajaran daring

Pada proses pembelajaran ditemukan seluruh responden memberikan


penjelasan tentang materi pembelajaran. Hal ini tentu merupakan hal yang
wajar mengingat dalam proses mengajar menjelaskan materi merupakan
salah satu hal yang wajib dilakukan oleh guru. Selanjutnya 84,2 %
responden menyatakan memberikan tugas belajar bagi siswa. Ini juga
menunjukan bahwa mayoritas guru fisika di kota Medan memberikan tugas
setelah menjelaskan materi.
Memberikan tugas kepada peserta didik diharapkan dapat
merangsang peserta didik untuk melakukan latihan-latihan ataupun
mengulangi materi-materi yang baru didapatkannya di sekolah sehingga di
peroleh pemahaman dan pengertian yang lebih baik. Namun dalam
memberikan tugas hendaknya dipertimbangkan oleh guru agar tidak
memberatkan. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Stanford Graduate
School of Education menemukan bahwa mengerjakan tugas selama lebih
dari tiga jam setiap harinya akan memberikan efek negatif baik secara
mental maupun fisik.
Setelah memberikan tugas, mayoritas guru guru fisika di kota Medan
juga membahas tugas yang diberikan kepada siswa. Hal ini tentu sangat

112
diperlukan sebagai umpan balik. Umpan balik merupakan bagian penting
dari kegiatan belajar mengajar yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa. Membahas kembali tugas yang diberikan dapat digunakan sebagai
analisis kelemahan dan kekuatan sebuah pembelajaran, dimana analisis ini
dapat dijadikan oleh guru sebagai pijakan untuk melakukan pembelajaran
berikutnya. Saat guru membahas tugas yang diberikan tentunya juga akan
mendorong diskusi antara guru dengan siswa. Hal itu dapat kita lihat dari
data di atas dapat dilihat bahwa kegiatan guru berdiskusi dengan siswa
sebanyak 63 %.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar daring
oleh guru fisika di kota Medan sudah cukup baik karena kita peroleh
persentase yang cukup tinggi untuk setiap kegiatan. Terkait sekolah swasta
atau sekolah negeri ketika dikaji lebih jauh ternyata semuanya menunjukan
kegiatan belajar yang baik. Tidak ada perbedaan signifikan antara sekolah
negeri dengan sekolah swasta pada guru fisika di kota Medan.
3) Kendala Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring
Terkait kendala yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran daring dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 10: Kendala Pada Pembelajaran daring

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa masalah yang paling sering
dihadapi guru 84, 2 % menyatakan sulit memantau kemajuan belajar siswa.

113
Terkait hal ini tentuh sudah merupakan masalah yang hampir dialami oleh
setiap sekolah baik swasta ataupun sekolah negeri. Hal ini karena
keterbatasan media yang digunakan, kondisi siswa ketika berada di rumah
dan juga dapat dipengaruhi oleh kases internet yang digunakan.
Hal menarik yang menjadi perhatian, sekalipun sudah berada di kota
Medan ternyata masih kita temukan pernyataan sebagaian siswa yang tidak
memiliki HP, yaitu 5 responden (26,3 %). Adapun hal itu kita temukan di
sekolah SMP St Yosef, SMA Kartika 1 Medan, SMA Negeri 6 Medan, SMA
St. Petrus Medan dan SMA Parulian Medan. Ternyata siswa yang tidak
memiliki HP ini masih ditemukan di sekolah swasta maupun di sekolah
negeri yang ada di kota Medan. Untuk keterbatasan paket data juga masih
dialami siswa baik yang di sekolah negeri maupun disekolah swasta di kota
Medan.
Untuk mengatasinya kendala pembelajaran daring tadi tentunya guru
diharapkan senantiasa berinovasi dan melakukan pembelajaran yang lebih
baik dari sebelumnya. Adapun usaha yang dilakukan oleh guru guru
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 : Jawaban Responden Terkait Mengatasi Kendala Pembelajaran

Responden Jawaban Responden


1 Lebih meningkatkan kualitas pengajaran
2 Melakukan pendekatan kepada siswa,diajak cerita kendala
apa yang mereka miliki,apa yang mereka sukai dan senang
dalam pembelajaran IPA.
3 Tetap meningkatkan interaksi dan komunikasi dengan
peserta didik.
4 Open camera dan mengusahakan tetap interaktif
5 Berusaha dengan berbagai cara
6 Memberikan vidio pembelajaran
7 Mengulang
8 Tetap menagih tugas yg belum dikirimkan siswa,
menjelaskan kembali bagian materi yg masih kurang
dipahami oleh siswa
9 Dengan memberikan modul belajar kesekolah
10 memberikan media pembelajaran yang beragam dan

114
berganti, sesuai dengan kompetensi yang akan diraih,
memberikan penguatan dan reward dalam setiap
pembelajaran
11 1.Komunikasi via WA dan GC. 2. Komunikasi langsung
secara pribadi. 3. Komunikasi kepada orangtua.
12 Bagi Siswa Yang tidak memiliki HP, atau paket data.
Minimal sekali seminggu disuruh datang kesekolah
memberikan Tugas yang sudah diselesaikan sebelnya, dan
memberikan pembelajaran tambahan
13 Melakukan penguatan materi ajar saat tatap muka
14 Pada saat menggunakan meet, saya merecord setiap
kegiatan, jika ada siswa yang tidak mengikuti ataupun pada
saat meet ada gangguan jaringan, siswa bisa melihat ulang
tayangan saat di record
15 Kunjungan ke rumah siswa yang tidak pernah ikut zoom
16 Sharing dengan rekan" guru.
17 Belajar aplikasi terkait online
18 Diskusikan dengan siswa
19 Memberikan tugas-tugas tambahan

Dari berbagai masalah yang dihadapi pada gambar 10, dapat dilihat
usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasinya pada tabel 2.
Guru memiliki pendekatan yang berbeda beda dalam menagani setiap
permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh bagi Siswa yang tidak
memiliki HP, atau paket data di sekolah SMA Kartika 1. Minimal sekali
seminggu disuruh datang ke sekolah memberikan tugas yang sudah
diselesaikan sebelumnya, dan memberikan pembelajaran tambahan.

4. Simpulan
Berdasarkan hasil survei penggunaan media pembelajaran daring
pada masa covid-19 terhadap beberapa guru fisika di kota Medan
diperoleh kesimpulan:
1) Media pembelajaran daring yang paling sering digunakan oleh
guru fisika selama pembelajaran daring di masa covid 19 adalah
WA sebanyak 94,7 % dan GC sebanyak 89,5%.
115
2) Adapun alasan guru lebih banyak menggunakan WA adalah
karena mudah penggunaanya (36,8 %).
3) Berdasarkan penggunaan zoom/google meet diperoleh 94,7 %
guru yang sudah menggunakan google meet atau zoom dalam
pembelajaran daring. Melihat data tersebut, dapat kita simpulkan
bahwa sudah ada usaha atau inovasi yang dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan penggunaan media pembelajaran yang
dimilikinya dari sebelumnya.Terkait penggunaan zoom dan google
meet ini lihat yang menyatakan belajar secara mandiri dari
berbagai sumber sebanyak 78,9 %. Ini menunjukan bahwa guru
fisika di kota Medan berupaya berinovasi untuk mengembangakan
dirinya untuk lebih baik dalam pembelajaran daring.
4) Pengetahuan guru akan media-media pembelajaran daring
ternyata tidak lagi terbatas akan media yang umum digunakan di
sekolah. Mereka sudah banyak juga menggunakan media quizizi,
mentimeter, edmodo dan word wall.
5) Terkait efektifitas pembelajaran akan media quizizi, mentimeter,
edmodo dan word wall diperoleh 21, 8 % yang menyatakan
efektifitasnya lebih dari 80 % dan yang menyatakan dibawah 10 %
sebanyak 15,8 %. Jika dilihat berdasarkan sekolah swasta dan
sekolah negeri maupun berdasarkan jenis kelamin ternyata tidak
ditemukan adanya kecenderungannya terhadap efektifitas
pembelajaran.
6) Pada proses pembelajaran hal yang paling banyak ditemukan
adalah guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran
(100 %). Selanjutnya 84,2 % memberikan tugas belajar bagi siswa.
Berdasarkan data disimpulkan bahwasanya kegiatan belajar daring
oleh guru fisika di kota Medan sudah cukup baik karena diperoleh
persentase yang cukup tinggi untuk setiap kegiatan. Terkait
sekolah swasta atau sekolah negeri ketika dikaji lebih jauh ternyata
sama sama menunjukan kegiatan belajar yang baik. Tidak ada
perbedaan signifikan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta
pada guru fisika di kota Medan.
7) Terkait kendala yang dialami guru saat belajar daring diperoleh
lihat bahwa masalah yang paling sering dihadapi guru 84, 2 %
menyatakan sulit memantau kemajuan belajar siswa. Selain itu
116
masih ditemukan ternyata siswa yang tidak memiliki hp baik itu di
sekolah swasta maupun di sekolah negeri.
8) Untuk mengatasinya kendala pembelajaran daring, para guru
fisika di kota Medan melakukan pendekatan yang berbeda yang
disesuaikan dengan masalah yang dihadapinya selama dalam
proses pembelajaran daring.

Untuk penelitian selanjutnya perlu dikembangkan pertanyaan yang


lebih luas dan spesifik di dalam angket sehingga hasil informasi didapat
lebih baik dan akurat. Demikian dengan jumlah responden pada pengisian
angket sebaiknya untuk penelitian berikutnya jumlah respondenya juga
diperbanyak. Makalah penelitian ini tentunya masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran bagi yang membaca
makalah ini untuk menyempurnakannya ke depannya.

Daftar Pustaka

Anggara, S. (2015). Metode Penelitian Administratif. Bandung: Pustaka Setia.


Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
He, W., Xu, G., & Kruck, S. E. (2014). Online IS education for the 21st century.
Journal of Information Systems Education, 25(2), 101-106.
Imaduddin, M. (2018). Membuat Kelas Online Berbasis Android Dengan Google
Classroom: Terobosan Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0. Garudhawaca.
Mendikbud. (2020). Surat Edaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor
4 Taun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Selama Masa Darurat
Penyebaran Coronavirus Desease (Covid-19). Jakarta, Indonesia:
Mendikbud.
Nawangsari, D. (2010). Urgensi Inovasi dalam Sistem Pendidikan. Jurnal
Falasifa, 1(1).
Paksi, H. P. (2020). Sekolah Dalam Jaringan. Scopindo Media Pustaka.
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah
Covid-19:(Online Learning in the Middle of the Covid-19 Pandemic). Biodik,
6(2), 214-224.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Group.
Simanihuruk. Lidia, Et All. (2019). E-Learning Implementasi, Strategi, Dan
Inovasinya (L. Tonni (Ed.)). Yayasan Kita Menulis

117
Kadi, T., & Awwaliyah, R. (2017). Inovasi Pendidikan: Upaya Penyelesaian
Problematika Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 1(2).

118
BAB 6.
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
DARING DI PULAU NIAS

Ita Wira Zebua


E-mail: itazebua996@gmail.com

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang

Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan


tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk
mengantisipasi penularan virus tersebut pemerintah mengeluarkan
kebijakan seperti social distancing, physical distancing, hingga pembatasan
sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk
tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat dari
kebijakan tersebut membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun
perguruan tinggi menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka.
Sebagai gantinya, proses pembelajaran dilaksanakan secara daring yang
bisa dilaksanakan dari rumah masing-masing siswa.
Thorme dalam (Kuntarto, 2017: 102) “pembelajaran dalam jaringan
merupakan suatu pengajaran yang memanfaatkan teknologi multimedia,
kelas virtual ,streaming video, pesan suara, teks online animasi, CD ROM,
email, telepon konferensi, hingga video streaming online”.Tidak semua
daerah ada akses internet atau pun ada akses internetnya tidaka lancar,
tidak semua siswa/orang tuanya mempunyai hp android/ laptop. Guru-
guru tersebut harus tetap melakukan pembelajaran. Pembelajaran
dilaksanakan dengan segala keterbatasan baik pengetahuan guru tentang
pembelajaran daring, dan fasilitas daring yang belum menunjang. Untuk
wilayah yang ada jaringan internetnya dan gurunya yang mempunyai jiwa
pembelajar mereka secara otodidak dan mengikuti webinar online tentang
pembelajaran daring sehingga akhirnya bisa melaksankan secara daring,
meskipun daring yang sangat sederhana karena sistemnya belum
terbentuk. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, masih ada daerah
yang belum terjangkau. internet dan sebagian besar muridnya/oran tua
tidah mempunyai hp android/laptop untuk pembelajaran daring.

119
Harus dipahami bahwa pada pembelajaran daring ini tidak terlepas
dari berbagai permasalahan yang menjadi sebuah kendala pada
pelaksanaannya, termasuk pembelajaran daring kepada para mahasiswa
sebagai calon pendidik (Sanjaya, 2020). Oleh karena itu, diperlukan
berbagai cara sebagai solusi dan juga langkah yang tepat di masa sekarang
khususnya pada proses pembelajaran daring. Pembelajaran yang
berkualitas juga dapat dilihat dari motivasi peserta didik dan kreatifitas
pendidik. Pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi kemuduian di sertai
dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan
membawa pada keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.Target
belajar bisa diukur dengan perubahan sikap dan kemampuan peserta didik
saat proses belajar mengajar. Desain pembelajaran yang baik, harus disertai
fasilitas yang memadai, serta dengan kreatifitas guru akan membuat peserta
didik lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran (Komara, 2014).
Saat melakukan pelaksanaan pembelajaran dari rumah secara daring,
guru dituntut untuk lebih inovatif dalam menyusun langkah-langkah
pembelajaran.Menurut penelitian sebelumnya secara tatap muka di kelas
menjadi pembelajaran daring (Mastuti, dkk, 2020). Beberapa penelitian
sebelumnya menyatakan hasil belajar pembelajaran daring lebih baik
daripada pembelajaran tatap muka (Means, dkk, 2013), sedangkan
penelitian yang lain menyebutkan bahwa hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran tatap muka lebih baik daripada yang menggunakan
pembelajaran daring (Al-Qahtani & Higgins, 2013). Secara teknis dalam
pembelajaran daring perangkat pendukung seperti gawai dan koneksi
internet yang keduanya harus tersedia untuk kedua belah pihak pengajar
dan siswa (Simanihuruk, dkk, 2019). Dengan bantuan perangkat
pendukung tersebut dapat memudahkan guru dalam menyiapkan media
pembelajaran dan menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan
diterapkan.
Media pembelajaran yang tersedia secara online sangat beragam dan
senantiasa berkembang. Keberadaan media tersebut sangat membantu guru
dalam proses pembelajaran di kelas tanpa disibukkan dengan kegiatan
membuat media itu sendiri. Guru dapat memanfaatkan aplikasi video
pengajaran yang menampilkan wajah guru sehingga lebih efektif dalam
penyampaian informasi ke siswa daripada sekedar narasi informasi.
Pemanfaatan fitur pengiriman pesan (messegeboard) juga dapat digunakan
120
sebagai sarana diskusi. Guru juga dapat memanfaatkan media
pembelajaran sebagai sarana evaluasi penilaian di akhir pembelajaran.
Salah satu bentuk media yang tersedia adalah aplikasi pembuatan kuis
online. Terdapat banyak aplikasi kuis yang memberikan kemudahan dan
efisiensi bagi guru terutama untuk mendapatkan informasi hasil pengerjaan
siswa secara cepat sebagai atribut terkait pengerjaan soal.

b. Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan media pembelajaran daring pada masa covid–19 di


pulau Nias?

c. Tujuan

Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran di masa covid-19 di


pulau Nias.

2. Metode Penelitian

Sugiyono (2014, hlm. 6) menyatakan bahwa: “Metode penelitian


dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisispasi masalah”. Metode penelitian yang
digunakan penulis adalah metode survey. Metode yang digunakan peneliti
pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif
adalah metode penelitian yang menggambarkan obyek atau hasil penelitian
secara alamiah, pemilihan sumber data diperoleh dengan purposive,
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitati lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2010).

Populasi menurut Riduwan (2012 : 54) “merupakan objek atau subjek


yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian: Populasi dalam penelitian ini adalah
guru fisika di kota Medan dan pulau Nias Sumatera Utara. Sampel
penelitian 11 guru fisika dikota Medan dan Pulau Nias Sumatera Utara

121
Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode deskriptif yaitu
penelitian kasus penggunaan media pembelajaran dimasa covid 19.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan informasi dari guru fisika di
Sumatera Utara dalam menggunakan media pembelajaran daring di masa
covid 19.
Untuk keperluan analisi data, maka peneliti membutuhkan sejumlah
data atau pendukung yang berasal daari individu yang bersangkutan
(subjek peneliti). Proses tersebut dinamakan pengumpulan data . Metode
atau teknik pengumpulan data adalah cara - cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data baik dengan interview, kuesisoner
(angket), observasi ( Sugiyono, 2006 : 137). Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan
jawabannya oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih jawaban.
Pada umumnya instrumen penelitian adalah alat untuk melakukan
pengukuran terhadap fenomena - fenomena yang ada di sekitar kita. Oleh
karena itu peneliti menggunakan instrumen atau alat agar data yang
diperoleh lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto ( 2006 : 149)
yang memberikan pengertian “ Instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.”

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Proses pembelajaran secara ideal terjadinya interaksi antara guru


dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Guru bukan
hanya mengajar saja tetapi sebagai fasilitator dan motivator, sesuai dengan
ajaran Ki Hajar Dewantara, Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi
contoh) , ing madya mangun karso (ditengah memberi semangat), tutwuri
handayani (dibelakang memberi dorongan). Pada pembelajaran daring ada
hal-hal yang tidak bisa dilaksanakan seperti pada pembelajaran tatap muka
misalnya penilaian sikap, karena untuk menilai sikap secara obyektif harus
observasi langsung, sedangkan pada pembelajaran daring tidak bisa secara
langsung dan dengan waktu yang terbatas.
Istilah pembelajaran daring dan luring muncul sebagai salah satu
bentuk pola pembelajaran di era teknologi informasi seperti sekarang ini.
122
Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata
online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi
internet. Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna
tersambung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran daring adalah sebuah
pembelajaran dengan menggunakan jaringan internet yang bertujuan untuk
memunculkan interaksi dalam pembelajaran (Sadikin, 2020).
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa
melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia. Segala
bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga
dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem
pembelajaran melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti
Google Classroom, Google Meet,Edmudo dan Zoom dan aplikasia pesna
instans seperti WhatsApp. Pembelajaran secara online bahkan dapat
dilakukan melalui media social seperti Facebook dan Instagram (Kumar &
Nanda, 2018).
Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak sebagai akibat
penyebaran Covid-19 membuat semua orang dipaksa untuk mengunakan
teknologi. Melalui teknologi inilah satu-satunya jembatan yang dapat
menghubungkan guru dan siswa dalam pembelajaran tanpa harus tatap
muka. Belajar dari rumah secara daring masih sangat asing bagi keluarga di
Indonesia. Belajar dari rumah adalah hal baru yang keluarga di Indonesia
apalagi bagi orang tua peserta didik yang memiliki pekerjaan dan
mengharuskan untuk berada di luar rumah. Peserta didik yang biasa
melakukan pembelajaran secara tatap muka juga akan mengalami masalah
psikologis. Kegiatan belajar dari rumah ini belum pernah terjadi dan
dilakukan sehingga keefektifan pembelajaran secara daring ini belum
terukur dan belum teruji.
Di desa-desa yang infrastuktur informasi dan teknologinya belum
memadai untuk dilakukannya pembelajaran secara daring menjadi
kebingungan sehingga hambatan dan tantangan bermunculan di awal
pembelajaran namun yang menjadi hambatan utamanya adalah ketidak
tersediaan sarana prasarana dalam belajar online mulai dari tidak stabilnya
jaringan, tidak banyak siswa yang memiliki Handphone serta pengetahuan
yang minim dalam mengoperasikan tekonologi pendukung tersebut. Selain
hambatan, Ada juga beberapa peluang yang terjadi akibat pembelajaran
daring. Tantangan adalah kondisi yang dihadapi oleh anak dalam
123
melaksanakan pembelajaran daring (Suni Astini, 2020) sbahwa
pembelajaran daring dapat memperluas komunitas pembelajaran dan
pendidik/tenaga pengajar dapat lebih mudah menemukan dan
menentukan ritme pembelajaran yang tepat bagi siswa. Efisiensi waktu dan
biaya dalam pembelajaran daring juga menjadi kelebihan tersendiri, dimana
pendidik maupun peserta didik dapat melakukan pembelajaran jarak jauh
dimana saja dan kapan saja. Siswa tidak perlu menghabiskan waktu berjam-
jam untuk belajar di kelas.

1) Penggunaan Aplikasi Media Online di Kota Medan dan Pulau


Nias

Penggunaan Aplikasi Media Online

100%

69,20%

54.80%
46,20%

WHATSSAPP ZOOM GOOGLE GOOGLE MEET


CLASSROOM

Gambar 1. Penggunaan Aplikasi Media Online

Pada Gambar 1 menjelaskan banyaknya guru menggunakan


WhatsApp sebagai alat komunikasi pembelajaran selama daring di
karenakan berbagai alasan. Sebagian besar guru di Sumatera Utara juga
menggunakan aplikasi zoom, google meet, classroom diawal masa pandemi
saja bahkan sampai sekarang beberapa sekolah dikota masih banyak yang
belum tatap muka sehingga para guru di kota masih menggunakan zoom ,
google meet dan classroom sebagai sarana mereka untuk mengajar siswa.

124
Tetapi di pulau Nias khususnya desa-desa kecil di Nias hanya di awal
pandemi saja menggunakan zoom saat melakukan proses belajar mengajar,
di pembelajaran berikutnya sudah tidak melakukan pembelajaran lewat
zoom tetapi lewat WhatsApp saja dikarenakan dipulau Nias khusus nya
desa - desa kecil masih sulit di jangkau jaringan internet dan beberapa siswa
disana tidak memiliki HP android.

2) Alasan Penggunaan WhatsAPP Sebagai Media Pembelajaran

Gambar 2. Alasan menggunakan WA

Pada gambar 2 terlihat alasan sebagain besar guru fisika di Sumaera


Utara menggunakan WA sebagai alat pembelajaran mereka karena sangat
mudah menggunakan nya dan tidak terlalu memakan kouta internet terlalu
banyak.

Gambar 3. KeadaanPembelajaran di Pulau Nias

Pada grafik gambar 3 sebagaian guru menggunakan WA sebagai


sarana pembelajaran mereka karena di daerah daerah terpencil salah satu
daerahnya adalah Nias yang masih sebagian besar siswa nya tidak memiliki

125
paket internet dan masih hilang timbulnya jaringan di daerah mereka. Jadi
dengan menggunakan WA akan lebih gampang untuk menyampaikan
materi kepada siswa. Dan sebagai kebijakan dari tiap sekolah masing
masing yang ada di Nias sebagian sekolah menyuruh siswa mereka untuk
mengambil materi dan tugas ke sekolah tetapi dengan memberi arahan agar
tetap mengikutin protokol kesehatan karena sebagian besar siswa tidak
memiliki HP android untuk belajar.
3) Penggunaan Zom atau Google Meet Pada Saat Pandemi

Gambar 4. Penggunaan Zoom/Meet

Pada masa pandemi seperti ini guru diwajibkan untuk lebih mengerti
menggunakan aplikasi pembelajaran yang berhubungan dengan internet
dan komputer/laptop. Diawal masa pandemi sebagian guru di Indonesia
harus menggunakan zoom/ meet sebagai sarana mereka untuk mengajar
memberikan materi kepada siswa dan untuk memutuskan mata rantai
covid - 19 yang ada di Indonesia sehingga sekolah di Indonesia di haruskan
belajar daring.
Pada daerah terpencil para guru di indonesia tidak dapat mengakses
internet karena tidak adanya jaringan didaerah terpencil maka sebagian
guru didaerah terpencil tidak menggunakan zoom./ meet sebagai alat
media mengajar mereka, seperti di pulau Nias di desa desa nias masih
hilang timbulnya jaringan internet di desa mereka bahkan lampu sering
mati kadang lampu sudah mati jaringan internet juga ikut menghilang
sehingga para guru diNias tidak bisa menggunakan zoom/meet di
pembelajaran mereka . Mereka mengajar murid mereka dengan
mendatangin rumah - rumah siswa dengan tetap mematahui protokol
kesehatan agar siswa disana tidak ketinggalan pelajaran.

126
4) Cara Guru Mengunakan Aplikasi Zoom atau Google Meet

Gambar 5. Belajar menggunakan zoom/meet

Pada gambar 5 para guru di sumatera utara ini menggunakan zoom/


meet sebagai alat media mereka memberikan materi. Mereka tau cara
menggunakan zoom/meet dengan mengikuti pelatihanan dari sekolah atau
kegiatan yang dilakukan di MGMP setiap daerah dan sekolah berbeda -
beda untuk memberitahu cara penggunaan zoom/meet kepada para guru
ditempat mereka mengajar.
Sebagian guru tahu cara penggunaan zoom/meet dengan cara belajar
sendiri misalnya menonton youtube atau belajar dari teman karena para
guru dituntut harus paham menggunakan jaringan internet seperti
zoom/meet di masa pandemi seperti sekarang ini.
5) Kegiatan Belajar Yang Para Guru Lakukan Secara Online

Gambar 6. Yang dilakukan guru selama pembelajaran online

127
Pada masa pandemi ini guru harus tetap mengajar tetapi berbeda dari
sebelum nya. Guru juga harus tetap memberikan materi, tugas kepada
siswa tetapi kali ini dengan cara berbeda. Guru di masa covid harus
memberikan materi kepada siswa harus menggunakan internet dan aplikasi
media pembelajaran seperti zoom / meet, google classroom dan WA.
Di daerah terpencil para guru harus memberikan materi atau tugas
kepada siswa dengan cara mendatangin rumah siswa atau memberikan
bentuk worksheet kepada siswa agar siswa bisa mengikuti pembelajaran
seperti biasa nya dan tidak ketinggalan materi.
6) Media Belajar Online yang Pernah Digunakan Oleh Guru di Kta
Medan dan Pulau Nias dalam pembelajaran daring pada masa
pandemic Covid-19

Gambar 7. Penggunaan Media Pembelajaran selama online

Penggunaan media pembelajaran yang dilakukan para guru


bermacam - macam untuk menarik minat belajar siswa. Sebagian guru
dikota menggunakan media pembelajaran seperti wordwall atau quizizz
untuk membuat siswa tetap bersemangat dan tidak bosan dalam mengikuti
pembelajaran.
Sebagian para guru didaerah terpencil salah satunya daerah di Nias
tidak menggunakan media pembelajaran seperti wordwall karena daerah
di nias sangat sulit jaringan internet sehingga sebagian para guru di nNas
hanya menggunakan youtube sebagai saran media pembelajaran mereka
disana dengan cara mengirim link ke wa pribadi siswa atau orang tua
siswa, atau memberikan link nya kepada siswa ketika siswa tersebut

128
mengambil materi atau woksheet ke sekolah sehingga siswa di daerah nias
tadi tetap bisa belajar dan tidak ketinggalan pembelajaran.
7) Siswa Yang Lebih Tertarik Belajar Dengan Penggunaan Media

Gambar 8. Semangat siswa dalam menggunakan medai


pembelajaran

Para guru yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera utara sudah


berusaha untuk membuat para siswa bersemangat dalam pembelajaran
online dengan cara menggunakan media pembelajaran seperti quizizz atau
media pembelajaran lainnya agar nilai fisika para murid tidak menurun
drastis di masa pandemi sekarang. Tetapi ada juga siswa yang tetap tidak
bersemangat dalam pembelajaran online, bisa dilihat dari grafik diatas (Gbr.
8) . Semua upaya sudah di lakukan guru di kota Medan bahkan di pulau
Nias untuk membangkitkan semangat siswa mereka belajar dengan
menggunakan semua aplikasi yang membantu untuk proses pembelajaran,
membantu menarik minat belajar siswa dan membuat siswa agar tidak
bosan dalam pembelajaran online.

8) Kendala yang Para Guru Hadapi Dalam Melaksanakan


Pembelajaran Daring

129
Gambar 9. Kendala yang dialami guru

Kendala yang dialami oleh guru fisika yang berada di Sumatera Utara
berbagi macam diantaranya guru susah memantau kemajuan belajar siswa,
siswa rata rata tidak memiliki paket internet sehingga para guru susah
melanjutkan materi yang diajarkan. Sehingga sebagian besar para guru
gagal dalam pembelajaran online karena sebagian besar murid mereka
mengalami penurunan nilai yang drastis pada pelajaran fisika.
Pada grafik (gambar 9) guru di Nias mengalami kendala besar pada
awal pandemi karena ketika mengajar online pertama kali rata - rata guru
di Nias menggunakan zoom tetapi banyak siswa mereka yang tidak
mengikutin pembelajaran alasan nya karena dinias sulit jaringan internet
dan banyak siswaa yang masih belum memiliki HP android sehingga
akhirnya guru tetap harus memberikan materi lewat worksheet atau
mendatangkan rumah mereka. Dan para guru di kota Medan dan pulau
Nias tidak menyukai pembelajaran online karena sangat susah melihat
perkembangan siswa nya , banya siswa nya juga yang tidak memahami
penjelasan guru nya sehingga membuat nilai para siswa nya sangat
menurun drastis.

4. Simpulan :

Pembelajaran daring membawa dampak serta perubahan yang sangat


besar dari berbagai aspek salah satunya adalah mempengaruhi proses
belajar mengajar di berbagai sekolah. Untuk guru yang berada di wilayah
yang tidak ada jaringan internet dan siswa/orang tua siswa tidak
mempunyai hp android atau laptop, pembelajaran tetap dengan luring atau
tatap muka seperti biasa dengan memperhatika protokol kesehatan dan

130
dalam pelaksanaan pembelajaran harus menjalankan SOP pembelajaran
pada masa COVID yang telah dibuat dan guru harus membuat media
pembelajaran menarik.
Uraian dari empat kategori mulai dari kesiapan, penggunaan media,
tanggapan, penerapan sistem pembelajaran online hingga
kebermanfaatannya menunjukkan bahwa masih diperlukan usaha ekstra
dari Pemerintah dan semua pihak terkait agar guru dapat melaksanakan
pembelajaran online secara efektif. Guru-guru perlu dibekali agar terbiasa
menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu saran dan
prasarana untuk pelaksanaan pembelajaran online ini juga perlu
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan pihak terkait.

Daftar Pustaka

Kuntarto, E. & Asyhar, R. 2017. “Pengembangan Model Pembelajaran


Blended Learning Pada Aspek Learning Design dengan Platform Media
Sosial Online Sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa”.
Ali Sadikin & Afreni Hamidah. 2020. “Pembelajaran Daring Di Tengah
Wabah Covid-19.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi 6(2):214–24.
Nopianti.2021. “Pembelajaran Online Pada Masa Pandemi Covid 19 Sebagai
Strategi Pembelajaran”

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. CV Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Suni Astini. (2020). “Tatangan dan peluangan pemanfaatan teknologi
informasi dalam pembelajaran online masa covid - 19.
Mastuti, Rini, dkk. (2020). Teaching From Home: dari Belajar Merdeka
menuju Merdeka Belajar. Jakarta:Yayasan Kita Menulis.
Means, B. M., dkk. (2013). The Effectiveness of Online and Blended
Learning: A Meta-Analysis of the Empirical Literature. Teachers Collage
Record, 115(3). Tersedia pada https://eric.ed.gov/?id=EJ1018090
(diakses tanggal 4 Mei 2020).

131
Al-Qahtani, A. A., & Higgins, S. E. (2013). Effects of traditional, blended and
elearning on students' achievement in higher education. Journal of
Computer Assisted Learning, 29(3), 220-234.Tersedia pada
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1365-
729.2012.00490.x (diakses tanggal 4 Mei 2020).
Simanihuruk, Lidia, dkk. (2019). E-Learning: Implementasi, Strategi, dan
Inovasinya. Jakarta:Yayasan Kita Menulis.

132
BAB 7.
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING
PADA MASA COVID DI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
Mia Marhamah Nasution
Universitas Negeri Medan
Email : miamarhamah232@gmail.com

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid-19 yang melanda di Indonesia menyebabkan dampak


yang besar di berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. World Health
Organization (WHO) telah menyatakan bahwa wabah covid-19 sebagai
pandemi dunia dengan tingkat kemampuan penyebaran virus yang besar.
Kondisi pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang luar biasa,
termasuk dalam bidang pendidikan. Seolah seluruh jenjang pendidikan
'dipaksa' bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba drastis untuk
melakukan pembelajaran dari rumah melalui media daring (online). Ini
tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap.
Problematika dunia pendidikan yaitu belum seragamnya proses
pembelajaran, baik standar maupun kualitas capaian pembelajaran yang
diinginkan. Proses pembelajaran merupakan proses pencapaian tujuan
pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui serangkaian aktivitas di
bawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru (Abidin, 2016).
Hal ini tentu dirasa berat oleh pendidik dan peserta didik. Terutama
bagi pendidik, dituntut kreatif dalam penyampaian materi melalui media
pembelajaran daring. Ini perlu disesuaikan juga dengan jenjang pendidikan
dalam kebutuhannya. Dampaknya akan menimbulkan tekanan
fisikmaupun psikis (mental). Pola pikir yang positif dapat membantu
menerapkan media pembelajaran daring, sehingga menghasilkan capaian
pembelajaran yang tetap berkualitas. Belajar di rumah dengan
menggunakan media daring mengharapkan orangtua sebagai role model
dalam pendampingan belajar anak, dihadapi perubahan sikap. Masa
pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan sebagai sebuah peluang dalam dunia
pendidikan, baik pemanfaatan teknologi seiring dengan industri 4.0,
133
maupun orangtua sebagai mentor. Harapannya, pasca pandemi Covid-19,
kita menjadi terbiasa dengan sistem saat ini sebagai budaya pembelajaran
dalam pendidikan.

Menurut Nurita Putranti (2013) media pembelajaran online


merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet.
Media pembelajaran online sebagai sebuah alternatif pembelajaran yang
berbasis elektronik memberikan banyak manfaat terutama terhadap proses
pendidikan yang dilakukan dengan jarak jauh. Dalam membuat media
pembelajaran online perlu mempertimbangkan harapan dan tujuan mereka
dalam mengikuti media pembelajaran online, kecepatan dalam mengakses
internet atau jaringan, keterbatasan bandwidth, biaya untuk akses internet,
serta latar belakang pengetahuan yang menyangkut kesiapan dalam
mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan sesuai dengan penelitiannya terkait
penggunaan media pembelajaran daring di masa covid, Assidiqi dan
Sumarni (2020) menyatakan bahwa platform digital yang dapat mendukung
pembelajaran daring terdapat empat platform digital yang sering
digunakan yaitu whatsapp group, fasilitas google (google classroom, google
form, google meet), dan zoom cloud meeting. Selaras dengan Aisyah dan
Kurniawan (2021) bahwa penggunaan media pembelajaran yang sering
digunakan guru dan disukai oleh siswa yaitu WhatsAppGroup
dikarenakan mudah untuk diakses dan tidak membutuhkan banyak kuota
untuk mengaksesnya. Sama halnya dengan Salsabila et al., (2021) dengan
melakukan wawancara kepada guru dan peserta didik, dapat disimpulkan
bahwa teknologi media pembelajaran yang banyak di gunakan oleh Sekolah
Dasar adalah WAG dan juga google classroom.
Selain dari beberapa aplikasi yang telah disebutkan, menurut Rofiq et
al., (2022) melalui penelitiannya disimpulkan bahwa Pertama, media
pembelajaran quizizz merupakan media yang cocok ketika diterapkan
dalam pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi yang semakin
berkembang. Kedua, pengaplikasian media quizizz dalam pembelajaran
daring menjadikan permasalahan kejenuhan siswa teratasi dan menjadikan
kegiatan pembelajaran lebih efektif, efisien dan menyenagkan. Sama hal nya
dengan Putri (2021) pada penelitiannya bahwa penggunaan Quizizz dapat

134
menjadikan pelaksanaan pembelajaran daring tidak lagi menjadikan suatu
permasalahan bagi siswa dan bersifat fleksibel sesuai dengan kemampuan
diri siswa.
Sembiring (2021) memperoleh kesimpulan dari proses penelitiannya
ditemukan bahwa 94,4% dari jumlah responden menyatakan bahwa
media sosial facebook cukup memberikan manfaat bagi mereka dalam
pengerjaan serta pengumpulan tugas,disamping itu terdapat 88,9 %
responden yang menggunakan facebook dalam media pembelajaran
dimasa pandemi covid-16. Pemanfaatan media sosial facebook merupakan
salah satu strategi yang juga cukup efektif dalam pembelajaran daring
khususnya pada masa pandemi covid-19 saat ini. Solusi pembelajaran
daring berdasarkan penelitian Pala (2021) menyatakan bahwa dengan
media pembelajaran daring menggunakan metode diskusi dapat dikatakan
berhasil karena nilai rata-rata kelas naik menjadi 23 siswa dengan tingkat
ketuntasan belajar 92 %.
Selain solusi yang telah diperoleh dari penbelitian sebelumnya, masih
bayak solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran daring dimasa covid. Guru dapat
menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dimasa pandemi covid. Terkhusus pada mata
pelajaran IPA fisika guru dapat memberikan video pembelajaran ataupun
animasi yang dapat menarik perhatian dan memudahkan pemahaman
siswa. Terdapat bebarapa media pembelajaran daring yang dijadikan
pilihan seperti WhatsApp Group, Google Classroom, Zoom, Google
Meeting, Edmodo, Quizizi, Plickers, Menti Meter, Word Wall dan
sebagainya. Berdasarkan permasalahan ini penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam terkait penggunaan media pembelajaran daring di masa covid
terkhusus pada guru IPA fisika.
Pandemi COVID-19 (corona virus disease 2019) pertama muncul di
akhir tahun 2019 tepatnya di Wuhan, China. COVID-19 merupakan sebuah
virus yang penularannya sangat cepat dan sulit untuk mengetahui ciri-ciri
orang yang sudah terjangkit virus ini karena masa inkubasinya kurang
lebih selama 14 hari. Hampir seluruh negara mengalami dampak pandemi
ini, hingga banyak negara-negara yang menetapkan status lockdown dan
antisipasi lainnya guna memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19.
Akibat dari kebijakan tersebut banyak sektor yang lumpuh, misalnya sektor
135
ekonomi yang paling utama lumpuh akibat pandemi ini. Selain sektor
ekonomi yang mengalami dampak, pendidikan juga merupakan salah satu
sektor yang juga mengalami langsung dampak pandemi ini.

Menurut UNESCO tercatat setidaknya 1,5 milyar anak usia sekolah


yang terkena dampak COVID-19 dari 188 negara termasuk 60 juta
diantaranya ada di negara Indonesia. Akibat pandemi ini sekolah-sekolah
ditutup, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran
COVID-19. Meskipun sekolah ditutup namun kegiatan belajar mengajar
atau proses pembelajaran tidak berhenti, berdasarkan surat edaran menteri
pendidikan dan kebudayaan bahwa seluruh kegiatan pembelajaran
dilakukan dengan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) di rumah.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk
menjangkau kelompok yang masif dan luas dengan memanfaatkan jaringan
internet (Yanti et al., 2020).

Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang


dilakukan dengan menggunakan perangkat pedagogi atau alat bantu
pendidikan yang memungkinkan harus menggunakan akses internet dan
teknologi informasi yang baik untuk menjadi fasilitas dalam pembentukan
proses belajar dan pengetahuan melalui interaksi yang dilakukan (Roida,
2020). Proses pembelajaran daring memanfaatkan kemajuan teknologi
seperti teknologi multimedia, video, kelas virtual, teks online animasi,
pesan suara, email, telepon konferensi, dan video steraming online.
Pembelajaran daring dapat dilakukan secara masif dengan jumlah peserta
yang tidak terbatas, dan dapat dilakukan secara gratis maupun berbayar
(Bilfaqih & Qomarudin, 2015).

Proses pembelajaran daring dilakukan dengan dua model yaitu


dilakukan dengan satu arah dan dua arah. Pembelajaran daring satu arah
disini dilakukan ketika guru memberikan tugas atau materi melalui media
daring kemudian peserta didik secara aktif dan mandiri mempelajari materi
dan mengerjakan tugas yang diberikan. Sedangkan, pembelajaran daring
dua arah dilakukan ketika guru dan peserta didik berada dalam satu ruang
vitual yang ssengaja disediakan untuk proses interaksi guru dengan peserta
didik. Proses interaksi ini dapat berupa penyampaian materi, penjelasan

136
penugasan yang dapat secara langsung dapat diikuti oleh peserta didik dan
guru.

Pembelajaran daring sangat berbeda dengan pembelajaran seperti


biasa, menurut Riyana (2019) pembelajaran daring lebih menekankan pada
ketelitian dan kejelian peserta didik dalam menerima dan mengolah
informasi yang disajikan secara online. Konsep pembelajaran daring
memiliki konsep yang sama dengan e-learning. Selama pembelajaran
daring berlangsung banyak orang tua yang mengeluhkan beberapa masalah
yang dihadapi selama peserta didik belajar dirumah, diantaranya terlalu
banyak tugas yang diberikan dan guru yang belum mengoptimalkan
teknologi. Disamping banyaknya keluhan orang tua mengenai
pembelajaran daring, namun ternyata pembelajaran juga memiliki beberapa
kelebihan.

Menurut Sari (2015: 27-28) kelebihan dari pembelajaran daring


adalah membangun suasana belajar baru, pembelajaran daring akan
membawa suasana yang baru bagi peserta didik, yang biasanya belajar di
kelas. Suasana yang baru tersebut dapat menumbuhkan antusias peserta
didik dalam belajar. Disamping dari adanya kelebihan pembelajaran daring,
namun pembelajaran daring juga memiliki kekurangan. Adapun beberapa
kekurangan yang terjadi pada pembelajaran daring yaitu anak sulit untuk
fokus pada pembelajaran karena suasana rumah yang kurang kondusif.
Keterbatasan kuota internet atau paket internet atau wifi yang menjadi
penghubung dalam pembelajaran daring serta adanya ganguan dari
beberapa hal lain.
Selaras dengan pendapat Menurut Hadisi & Muna (2015: 131)
pembelajaran daring mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan
siswa bahkan antar-siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar. Sistem
pembelajaran yang sangat berubah ini membawa dampak besar dalam
dunia pendidikan (Simatupang et al., 2020). Hal ini akan menjawab apakah
penggunaan teknologi mampu menggantikan peran pengajar atau justru
pengajar tidak akan bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun.
Selain itu, kendala yang sering terjadi disebabkan dari berbagai faktor salah
satunya adalah penggunaan media pembelajaran (Ferdiana, 2020).

137
Penelitian ini terkait penggunaan media pembelajaran daring. Istilah
media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad,
2005). Sedangkan pengertian lain media adalah alat bantu apa saja yang
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pembelajaran (Asnawir dan Usman, 2002). Dari definisi-definisi tersebut
dapat dikatakan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat
meyakinkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan
audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
dirinya. Media pembelajaran adalah semua bentuk alat komunikasi
yang bersifat menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada siswa
sehingga dapat merangsang pikiran, minat, perasaan dan kemauan siswa
dalam melakukan proses pembelajaran (Asmariani, 2016).

Menurut Nurita Putranti (2013) media pembelajaran online


merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet.
Media pembelajaran online sebagai sebuah alternatif pembelajaran yang
berbasis elektronik memberikan banyak manfaat terutama terhadap proses
pendidikan yang dilakukan dengan jarak jauh. Dalam membuat media
pembelajaran online perlu mempertimbangkan harapan dan tujuan mereka
dalam mengikuti media pembelajaran online, kecepatan dalam mengakses
internet atau jaringan, keterbatasan bandwidth, biaya untuk akses internet,
serta latar belakang pengetahuan yang menyangkut kesiapan dalam
mengikuti pembelajaran.

Media pembelajaran pada pembelajaran daring digunakan sebagai


alat untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Media
pemebelajaran dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti membuat jelas
pesan secara visual sehingga tidak terlalu verbal. Mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan lima indara. Mempercepat proses belajar dan mengajar,
menimbulkan semangat dalam belajar, memberikan kesempatan bagi
perserta didik untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan mereka dan
kenyataan di lapangan, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk belajar mandiri berdasarkan kemampuan dan minat mereka (Ni
Nyoman Padmadewi, dkk. 2017).
138
Pemanfaatan media pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu
agar kegiatan pembelajaran lebih efektif mencapai tujuan dan efisien dalam
hal tenaga, waktu dan biaya (Iwan Falahudin, 2014). Selaras dengan
Ekayani (2017) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran
tentunya akan berdampak pada pemahaman siswa dalam menerima
materi ajar yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, penggunaan
media pembelajaran memiliki peran penting, karena dapat membangkitkan
minat dan motivasi belajar siswa jika digunakan dengan benar, sehingga
dapat tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Menurut Azhar Arsyad manfaat penggunaan media pembelajaran


dalam (Nurrita, 2018) yaitu :
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat meningkatkan proses serta hasil belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
siswa sehingga dapat memunculkan motivasi belajar, interaksi
langsung siswa dengan lingkungan sehingga siswa dapat belajar sesuai
dengan kemampuan dan minat yang dimiliki.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang dan
waktu.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
sehingga kemungkinan terjadi interaksi langsung antara siswa dengan
guru, masyarakat dan lingkungan.

Oleh karena itu pemanfaatan media pembelajaran sangat erat


kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan.
Penggunaan media pembelajaran oleh seorang guru diharapkan dapat
menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Dari bebarapa
media pembelajaran daring yang dijadikan pilihan seperti WhatsApp
Group, Google Classroom, Zoom, Google Meeting, Edmodo, Quizizi,
Plickers, Menti Meter, Word Wall dan sebagainya.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, selanjutnya


diajukan rumusan masalah dalam penelitian ini, yakni :
Bagaimana penggunaan media pembelajaran daring pada masa Covid
di Riau dan Kepulauan Riau?
139
c. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian


ini adalah :
Mengetahui penggunaan media pembelajaran daring pada masa Covid
di Riau dan Kepulauan Riau.

2. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama


(SMP)/Sederajat dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat di Riau dan
Kepulauan Riau. Penelitian dilaksanakan pada semester genap 2-8 Maret
2022. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/Sederajat dan Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Sederajat di Riau dan Kepulauan Riau. Sampel pada penelitian ini
adalah 1 orang guru mata pelajaran IPA di SMPIT AL-ABRAR (ROHIL),
SMPIT PLUS JAMI'ATUL MUSLIMIN (DUMAI), SMPIT MUTIARA
(BENGKALIS), SMPIT DAARUL RAHMAN (INHIL), SMPN 1 SUNGAI
APIT (SIAK), SMPN 1 LINGGA (LINGGA), dan 1 orang guru mata
pelajaran Fisika di MAN 1 DUMAI (DUMAI), SMAN 1 KAMPAR TIMUR
(KAMPAR), SMAN 2 TAMBANG (KAMPAR), MAN 2 NATUNA
(NATUNA).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitan kualitatif. Subjek
diberi angket sesuai kategori subjek masing-masing. Variabel pada
penelitian ini terdiri dari variable bebas yaitu penggunaan media yang
diberikan oleh guru kepada siswa saat pembelajaran dimasa pandemi
covid.

Instrumen yang digunakan peneliti pada penelitian berupa angket


untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menilai penggunaan media
pembelajaran daring di masa covid terkhusus pada guru IPA fisika. Angket
diisi oleh guru mata pelajaran IPA fisika di Riau dan Kepulauan Riau.
Angket terdiri dari 9 pertanyaan yang terkait dengan penggunaan media
pembelajaran daring di masa covid terkhusus pada guru IPA fisika yang
disebar melalui google form.

140
Analisis data dilakukan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul dan dianalisis menggunakan analisis
deskriptif.

3. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil Penelitian

Responden penelitian terdiri dari 9 guru perempuan dan 1 guru laki-


laki dengan rentang usia 24-25 tahun. Angket yang diberikan kepada
responden terdiri dari 9 pertanyaan. Untuk mengetahui lebih jelasnya hasil
survei yang diperoleh berdasarkan setiap pertanyaan dapat dilihat pada
diagram berikut ini :

60% 60%
40% 40%
20% Swasta 20% Desa
0% 0%
Negeri Kota

Diagram 4.1.1 Data SMP/SMA Sederajat

Berdasarkan data responden yang diperoleh terlihat bahwa 40% guru


SMP/MTS/Sederajat mengajar disekolah swasta dan 20% guru mengajar
disekolah negeri, serta 40% guru SMA/SMK/MA/Sederajat mengajar
disekolah negeri. Jika ditinjau berdasarkan wilayahnya terdapat 40% guru
SMP/MTS/Sederajat mengajar di Desa dan 20% guru mengajar di Kota,
serta terdapat 10% guru SMA/SMK/MA/Sederajat mengajar di Desa dan
30% guru mengajar di Kota.
1) Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Daring Pada Masa
Covid Di Riau Dan Kepulauan Riau Berdasarkan Wilayah Desa &
Kota

141
120%
100%
80%
60%
40% Desa
20%
Kota
0%

Gambar 3.1 Aplikasi Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Pembelajaran


Daring Masa Pandemi Covid
Berdasarkan diagram Aplikasi Whatsapp cenderung digunakan di
sekolah SMP/SMA baik pada wilayah Desa maupun Kota. Fakta tersebut
selaras dengan penelitian yang telah dilakukan Aisyah dan Kurniawan
(2021) bahwa penggunaan media pembelajaran yang sering digunakan
guru dan disukai oleh siswa yaitu WhatsAppGroup dikarenakan mudah
untuk diakses dan tidak membutuhkan banyak kuota untuk mengaksesnya.
Data yang diperoleh bahwa guru IPA/Fisika di Kota lebih banyak dalam
menggunakan variasi aplikasi dalam proses pembelajaran.

142
120%
100%
80%
60%
40%
20%
Desa
0%
Kota

Gambar 3.2 Alasan Guru Menggunakan Whatsapp Dalam Pembelajaran


Daring Masa Pandemi Covid
Dari gambar 3.2 terlihat bahwa guru di desa maupun kota cenderung
menggunakan Whatsapp dikarenakan mudah menggunakannya. Tetapi
terlihat alasan guru desa menggunakan Whatsapp dikarenakan terdapat
siswa yang tidak memiliki perangkat untuk belajar online, tidak semua
memiliki paket data serta koneksi jaringan di desa lebih sulit.
120%

100%

80%

60% Desa
Kota
40%

20%

0%
Ya Tidak

Gambar 3.3 Penggunaan Aplikasi Google Meet/Zoom Dalam


Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid

143
Berdasarkan Gambar 3.3 data yang diperoleh bahwa 100% guru yang
mengajar di Kota menggunakan aplikasi Google Meet/Zoom. Hal ini
selaras dengan penelitian Assidiqi dan Sumarni (2020) menyatakan bahwa
platform digital yang dapat mendukung pembelajaran daring terdapat
empat platform digital yang sering digunakan yaitu whatsapp group,
fasilitas google (google classroom, google form, google meet), dan zoom
cloud meeting. Hal yang sama juga terjadi pada guru yang mengajar di
Desa. Akan tetapi selain Whatsapp, 80% guru mengajar menggunakan
aplikasi google Meet/Zoom terdapat satu guru yang mengajar di desa
tepatnya di SMPIT Al-Abrar ROHIL tidak menggunakan aplikasi google
meet ataupun zoom hal ini dikarenakan masih terdapat siswa yang tidak
memiliki Hp dan paket data yang mencukupi serta jaringan yang tidak
stabil.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20% Desa
10%
0% Kota

Gambar 3.4. Cara Guru Mengetahui Menggunakan Aplikasi Google


Meet/Zoom Dalam Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid

Berdasarkan gambar 3.4 guru yang mengajar di Desa maupun Kota


cenderung mengetahui menggunakan aplikasi Meet/zoom dengan belajar
secara mandiri dari berbagai sumber. Selain itu guru di Desa menggunakan
aplikasi Meet/zoom dengan mengikuti kegiatan MGMP sedangkan guru di
Kota mengikuti kegiatan yang dilakukan di sekolah pada umumnya.
Keduanya juga mengetahui melalui kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan, belajar dari teman maupun saat perkuliahan.

144
120%
100%
80%
60%
40%
Desa
20%
0% Kota

Gambar 3.5 Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Pembelajaran Daring Masa


Pandemi Covid
Berdasarkan gambar 3.5 telihat persentase Guru yang mengajar di
Desa lebih aktif dari pada Guru yang mengajar di Kota. Data yang
diperoleh bahwa 100% dari responden yang mengajar di Desa memberikan
penjelasan tentang materi pelajaran, memberikan tugas belajar bagi siswa,
dan berdiskusi dengan siswa. Sedangkan guru yang mengajar di Kota lebih
menekankan dengan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran.
Tetapi beberapa guru di Kota juga melakukan kegiatan serupa dengan guru
yang mengajar di Desa.

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30% Desa
20%
10% Kota
0%

Gambar 3.6 Media Online Yang Pernah Digunakan Dalam Pembelajaran


Daring Masa Pandemi Covid

145
Berdasarkan gambar 3.6 guru yang mengajar di Kota lebih bervariasi
dalam menggunakan media seperti quizizi, mentimete, phet dan e-modul.
Sedangkan guru didesa yang hanya menggunakan Quiziz dan Word wall.
Media yang umumnya digunakan oleh guru di Kota maupun Desa yaitu
media Quiziz dengan tingkat persentase yang jauh lebih tinggi
dibandingkan media lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Rofiq et al.,
(2022) bahwa Pertama, media pembelajaran quizizz merupakan media yang
cocok ketika diterapkan dalam pembelajaran daring dengan memanfaatkan
teknologi yang semakin berkembang. Kedua, pengaplikasian media quizizz
dalam pembelajaran daring menjadikan permasalahan kejenuhan siswa
teratasi dan menjadikan kegiatan pembelajaran lebih efektif, efisien dan
menyenangkan.
Tetapi berdasarkan data yang diperoleh masih terdapat guru yang
tidak menggunakan media pembelajaran di masa Pandemi Covid yaitu
guru yang mengajar di SMPIT Al-Abrar (ROHIL) dan MAN 2 NATUNA.
70%

60%

50%

40%
Desa
30%
Kota
20%

10%

0%
Kurang 10%-20% 21%-40% 41%-60% 61%-80% Lebih dari
dari 10% 80%

Gambar 3.7 Persentase Siswa Yang Menarik Menggunakan Media


Online Yang Diberikan Guru Dalam Pembelajaran Daring Masa Pandemi
Covid

Melalui gambar 3.7 dipeoleh data bahwa dengan menggunakan


media belajar yang diberikan guru dalam pembelajaran daring terdapat

146
antusias belajar pada daerah desa maupun kota berkisar pada rentang 41-
60%.

120%
100%
80%
60%
40%
20%
Desa
0%
Kota

Gambar 3.8 Kendala Guru Dalam Pembelajaran Daring Masa Pandemi


Covid

Berdasarkan gambar 3.8 kendala yang dihadapi guru SMP/SMA di


desa lebih banyak, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang tidak
memiliki hp, paket data maupun jaringan yang susah. Kendala di Kota
cenderung bahwa siswa tidak mengumpulkan tugas dan sulit memantau
kemajuan belajar siswa.
2) Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Daring Pada Masa
Covid Di Riau Dan Kepulauan Riau Berdasarkan Sekolah Swasta
& Negeri

147
120%
100%
80%
60%
40%
Sekolah Swasta
20%
Sekolah Negeri
0%

Gambar 3.9 Aplikasi Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Pembelajaran


Daring Masa Pandemi Covid
Berdasarkan diagram Aplikasi Whatsapp cenderung digunakan di
sekolah SMP/SMA baik pada wilayah Desa maupun Kota dan diikuti oleh
aplikasi Zoom, google meet serta google classroom. Fakta tersebut selaras
dengan penelitian yang telah dilakukan Assidiqi dan Sumarni (2020)
menyatakan bahwa platform digital yang dapat mendukung pembelajaran
daring terdapat empat platform digital yang sering digunakan yaitu
whatsapp group, fasilitas google (google classroom, google form, google
meet), dan zoom cloud meeting.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20% Sekolah Swasta
10%
0% Sekolah Negeri

Gambar 3.10 Alasan Guru Menggunakan Whatsapp Dalam Pembelajaran


Daring Masa Pandemi Covid

148
Dari gambar 3.10 terlihat bahwa guru yang mengajar di sekolah
swasta maupun negeri cenderung menggunakan Whatsapp dikarenakan
mudah menggunakannya. Fakta ini selaras dengan penelitian yang telah
dilakukan Aisyah dan Kurniawan (2021) bahwa penggunaan media
pembelajaran yang sering digunakan guru dan disukai oleh siswa yaitu
WhatsAppGroup dikarenakan mudah untuk diakses dan tidak
membutuhkan banyak kuota untuk mengaksesnya. Tetapi terlihat alasan
guru sekolah negeri menggunakan Whatsapp dikarenakan terdapat siswa
yang tidak memiliki perangkat untuk belajar online. Serta terdapat sekolah
swasta dan negeri tidak semua memiliki paket data serta koneksi jaringan
sulit.

150%

100%
Sekolah Swasta
50% Sekolah Negeri

0%
Ya Tidak

Gambar 3.11 Penggunaan Aplikasi Google Meet/Zoom Dalam


Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid
Berdasarkan gambar 3.11 data yang diperoleh bahwa 100% guru yang
mengajar di sekolah negeri menggunakan aplikasi Google Meet/Zoom. Hal
ini selaras dengan penelitian Assidiqi dan Sumarni (2020) menyatakan
bahwa platform digital yang dapat mendukung pembelajaran daring
terdapat empat platform digital yang sering digunakan yaitu whatsapp
group, fasilitas google (google classroom, google form, google meet), dan
zoom cloud meeting. Hal yang sama juga terjadi pada guru yang mengajar
di Desa. Akan tetapi selain Whatsapp, 80% guru mengajar menggunakan
aplikasi google Meet/Zoom terdapat satu guru yang mengajar di sekolah
swasta tepatnya di SMPIT Al-Abrar ROHIL tidak menggunakan aplikasi
google meet ataupun zoom hal ini dikarenakan masih terdapat siswa yang
tidak memiliki Hp dan paket data yang mencukupi serta lokasi sekolah
yang masih kurang terjangkau jaringan.

149
120%

100%

80%

60%

40%
Sekolah Swasta
20%
Sekolah Negeri
0%

Gambar 3.12 Cara Guru Mengetahui Menggunakan Aplikasi Google


Meet/Zoom Dalam Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid
Berdasarkan gambar 3.12 guru yang mengajar di sekolah swasta
maupun negeri cenderung mengetahui menggunakan aplikasi Meet/zoom
dengan belajar secara mandiri dari berbagai sumber. Selain itu guru di
negeri mengetahui menggunakan aplikasi Meet/zoom dengan mengikuti
kegiatan MGMP sedangkan guru di swasta mengikuti kegiatan yang
dilakukan disekolah pada umumnya. Keduanya juga mengetahui melalui
kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, belajar dari teman
maupun saat waktu diperkuliahan.

150
120%
100%
80%
60%
40%
20% Sekolah Swasta
0%
Sekolah Negeri

Gambar 3.13 Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Pembelajaran Daring


Masa Pandemi Covid
Berdasarkan gambar 3.13 telihat persentase Guru yang mengajar di
swasta lebih aktif dari pada Guru yang mengajar di negeri. Data yang
diperoleh bahwa 100% dari responden yang mengajar di swasta
memberikan penjelasan tentang materi pelajaran, memberikan tugas belajar
bagi siswa, dan berdiskusi dengan siswa serta memperhatikan persentase
siswa. Sedangkan guru yang mengajar di negeri lebih menekankan dengan
memberikan penjelasan tentang materi pelajaran dan memberikan tugas
belajar.

151
80%
70%
60%
50%
40%
30% Sekolah Swasta

20% Sekolah Negeri

10%
0%

Gambar 3.14 Media Online Yang Pernah Digunakan Dalam Pembelajaran


Daring Masa Pandemi Covid
Berdasarkan gambar 3.14 guru yang mengajar di sekolah swasta lebih
bervariasi dalam menggunakan media seperti quizizi, mentimeter, word
wall dan phet. Sedangkan guru dinegeri yang hanya menggunakan Quizizi
dan e-modul. Media yang umumnya digunakan oleh guru yang mengajar
disekolah swasta maupun negeri yaitu media Quizizi dengan tingkat
persentase yang jauh lebih tinggi dibandingkan media lainnya. Hal ini
sesuai dengan penelitian Rofiq et al., (2022) bahwa Pertama, media
pembelajaran quizizz merupakan media yang cocok ketika diterapkan
dalam pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi yang semakin
berkembang. Kedua, pengaplikasian media quizizz dalam pembelajaran
daring menjadikan permasalahan kejenuhan siswa teratasi dan menjadikan
kegiatan pembelajaran lebih efektif, efisien dan menyenagkan.
Berdasarkan data yang diperoleh masih terdapat guru yang tidak
menggunakan media pembelajaran di masa Pandemi Covid baik pada guru
yang mengajar di swasta maupun negeri yaitu guru yang mengajar di
SMPIT Al-Abrar (ROHIL) dan MAN 2 NATUNA.

152
80%
70%
60%
50%
40%
30%
Sekolah Swasta
20%
Sekolah Negeri
10%
0%

Gambar 3.15 Persentase Siswa Yang tertarik Menggunakan Media


Online Yang Diberikan Guru Dalam Pembelajaran Daring Masa Pandemi
Covid
Melalui gambar 3.15 dipeoleh data bahwa dengan menggunakan
media belajar yang diberikan guru dalam pembelajaran daring terdapat
antusias belajar pada sekolah swasta maupun negeri berkisar pada rentang
41-60%.

120%
100%
80%
60%
40%
20% Sekolah Swasta
0% Sekolah Negeri

Gambar 3.16 Kendala Guru Dalam Pembelajaran Daring Masa Pandemi


Covid

153
Berdasarkan gambar 3.16 kendala yang dihadapi guru SMP/SMA di
swasta lebih banyak, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang tidak
mengumpulkan tugas, sulit memantau kemajuan belajar siswa dan siswa
kurang memahami apa yang dijelaskan. Kendala di sekolah negeri
cenderung bahwa siswa tidak memiliki paket data yang cukup dan sulit
memantau kemajuan belajar siswa.
Berdasarkan hasil survei penelitian diperoleh beberapa cara untuk
mengatasi kendala yang ditemukan selama melaksanakan pembelajaran
daring, antara lain:
1) Memberikan umpan balik serta mendiskusikan bersama siswa solusi
dalam pembelajaran.
2) Dengan tetap memantau proses pembelajaran dan mengingatkan siswa
untuk mengumpulkan tugas dengan tepat waktu.
3) Berdiskusi dengan siswa, orang tua dan kepala madrasah.
4) Jika siswa tidak mengantarkan tugas ketika belajar online, saya telpon
nomor yang bisa di hubungi.
5) Menghubungi walas siswa bersangkutan, apabila tidak ada perubahan,
melakukan home visit.
6) Menjelaskan materi tidak bertele-tele.
7) Berusaha lebih memperhatikan personal siswa dalam memahami
materi.
8) Jika ada materi yang tida di pahami biasanya anak akan langsung
bertanya dan memulai diakusi
9) Bagusnya emang offline saja
10) Melaksanakan berbagai metode pembelajaran, dan menggunakan
aplikasi yg bisa di pakai oleh setiap siswa

4. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat


kesimpulan sebagai berikut :

1) Aplikasi yang paling banyak digunakan guru baik di Desa/Kota


maupun sekolah Swasta/Negeri dalam proses pembelajaran daring
adalah Whatsapp.

154
2) Guru di Kota lebih banyak menggunakan variasi media belajar
dibandingkan dengan guru yang mengajar di Desa. Tetapi Guru yang
mengajar di sekolah swasta yang lebih banyak menggunakan media
yang bervariasi dibandingkan sekolah negeri.
3) Terdapat sangat banyak kendala yang dihadapi guru khususnya yang
mengajar didesa saat pembelajaran online yaitu tingkat kendala yang
paling tinggi adalah terdapat siswa yang tidak memiliki paket data,
sebagian siswa tidak mempunyai HP, paket data tidak mencukupi dan
jaringan yang sulit ataupun tidak stabil sedangkan kendala dari guru di
Kota juga mengalami beberapa hal yang sama tetapi setinggi di desa,
lebih cenderung bahwa siswa tidak mengumpulkan tugas.
4) Solusi yang dapat mengatasi pembelajaran daring adalah dengan
memberikan umpan balik serta mendiskusikan bersama siswa solusi
dalam pembelajaran, tetap memantau proses pembelajaran dan
mengingatkan siswa untuk mengumpulkan tugas dengan tepat waktu,
berdiskusi dengan siswa, orang tua dan kepala madrasah, jika siswa
tidak mengantarkan tugas ketika belajar online dapat menghubungi
walas siswa bersangkutan dan apabila tidak ada perubahan melakukan
home visit, menjelaskan materi tidak bertele-tele, berusaha lebih
memperhatikan personal siswa dalam memahami materi, jika ada
materi yang tida di pahami biasanya anak akan langsung bertanya dan
memulai diakusi, serta melaksanakan berbagai metode pembelajaran,
dan menggunakan aplikasi yg bisa di pakai oleh setiap siswa.

Sebagai calon pendidik dan pendidik maka kita harus dapat


mengatasi permasalahan yang terjadi, dalam hal ini calon pendidik dan
pendidik diharapkan dapat menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi dan menarik sesuai dengan materi yang diajarkan agar
mendorong motivasi belajar siswa di masa pandemi covid.

Daftar Pustaka
Abidin, Y. (2016). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Refika Aditama.
Ahmad Arsyad. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

155
Arif Ainur Rofiq , dkk. (2022). Media Quizizz Mampu Mengatasi Kejenuhan
Siswa Dalam Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Ilmu Pendidikan NonFormal. 08(1): 101-112.
Asnawir dan M. Basyirudin U. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Pers
Asmariani, A. (2016). KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN PAUD. Al-Afkar:
Jurnal Keislaman & Peradaban. https://doi.org/10.28944/afkar.v5i1.108
Bilfaqih, Y., & Qomarudin, M. N. (2015). Esensi Pengembangan Pembalajaran
Daring. In Deepublish (Vol. 1, Issue 1).
Http://Digilib.Esaunggul.Ac.Id/Public/Ueu- Journal-3642-Ari
Pambudi.Pdf%0ahttp://Ejournal.Unikama.Ac.Id/Index.Php/Jst/Article
/View/842% 0ahttp://Ilmukomputer.Org
Ekayani, P. (2017). (2017). Pentingnya Penggunaan Media. Jurnal
Fakultas Ilmu. Jurnal PenelitianMadrasah Ibtidaiyah(JURMIA). Vol. 1,
No.1.
Ferdiana, S. (2020). Persepsi Mahasiswa Tentang Penggunaan Media Daring
Pada Program S1 Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya Selama
Masa Pandemi Corona Virus Disease (COVID19). Indonesian Journal of
Science Learning, 1(1), 5–12.
Hadisi, L., & Muna, W. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi dalam
Menciptakan Model Inovasi Pembelajaran (E-Learning). Jurnal Al-Ta’dib.
8(1). 117–140. https://doi.org/10.31332/ATDB.V8I1.396
Iwan F. (2014). Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara Edisi 1. No. 4 Oktober – Desember 2014. p.104 – 117
Jenita Anjani Br Sembiring. 2021. Pemanfatan Media Sosial dalam
Pembelajaran di masa Pandemi Covid 19. JURNALBASICEDU.5(6) : 5565
-5572. Universitas Quality Berastagi.
Muhamad Hasbi Assidiqia dan Woro Sumarnib. 2020. Pemanfaatan Platform
Digital di Masa Pandemi Covid-19. UNNES.
Nurita, P. (2013). Cara Membuat Media Pembelajaran Online Menggunakan
Edmodo. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains. Vol. 2. No. 2.
https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/
saintek/article/view/224/223
Nurrita, T. (2018). Pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah
Dan Tarbiyah. 3(1). 171.
156
Padmadewi, N, dkk. 2017. Micro Teaching. Depok: PT. RajaGrapindo
Persada.
Riyana, C. (2019). Produksi Bahan Pembelajaran Berbasis Online. Universitas
Terbuka
Rukman Pala. (2021). Pemanfaatan Internet Dalam
MendukungPembelajaran Siswa Kelas Vii Smp Negeri 8 Makassar
Ditengah Pandemi Covid-19. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi
Pembangunan. 25(1) : 45-53. Makassar.
Roida Pakpahan, Y. F. (2020). Analisa pemanfaatan Teknologi Informasi
Dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Virus Covid19.
Journal Of Information System, Applied, Management, Accounting and
Research. 32- 33.
Sari, P. (2015). Memotivasi Belajar dengan Menggunakan E-Learning. Jurnal
Ummul Quro, 6(2), 20–35.
http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/qur a/issue/view/531
Siti Aisyah dan Muhammad Alif Kurniawan. (2021). Penggunaan Media
Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi COVID-19. Jurnal
PenelitianMadrasah Ibtidaiyah. 1(1) : 48-56. Universitas Ahmad Dahlan.
Simatupang, N. I., Rejeki, S., Sitohang, I., Patricia, A., Simatupang, I. M.,
Pendidikan, P., Universitas, K., & Indonesia, K. (2020). Efektivitas
Pelaksanaan Pengajaran Online Pada Masa Pandemi Covid-19 Dengan
Metode Survey Sederhana. Jurnal Dinamika Pendidikan. 13(2). 1–7.
https://doi.org/10.33541/jdp.v13i2.1754
Unik Hanifah Salsabila, Windi Mega Lestari, Riasatul Habibah, Oqy
Andaresta dan Diah Yulianingsih. (2020). Pemanfaatan Teknologi Media
Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Dasar. 2(2) :
1-13. Universitas Ahmad Dahlan.
Vera Dwi Putri. (2021). Aplikasi Daring Quizizz Sebagai Solusi
Pembelajaran Menyenangkan di Masa Pandemi. Journal Science Education.
2 (1): 8 – 22.
Yanti, M. T., Kuntarto, E., & Kurniawan, A. R. (2020). Pemanfaatan Portal
Rumah Belajar Kemendikbud Sebagai Model Pembelajaran Daring Di
Sekolah Dasar. Adi Widya Jurnal Pendidikan Dasar. 10(1). 61–68.

157
TIM PENULIS

Ridwan Abdullah Sani dilahirkan di


Pangkalpinang pada tanggal 10 Juni 1964.
Menyelesaikan studi S1 di IKIP Bandung dan
studi S2 ITB. Menyelesaikan studi S3 pada
tahun 2000 di ITB. Penulis adalah Associate
Professor di Jurusan Fisika di Universitas
Negeri Medan. Pengalaman menjabat sebagai
Kepala Laboratorium Fisika, Ketua Lembaga
Penelitian Unimed, Ketua Lembaga Pengabdian
pada Masyarakat Unimed, Direktur SPMU
TPSDP Unimed, Pernah menjadi peneliti UNESCO untuk bidang
Pendidikan MIPA dan anggota Satuan Tugas Penjaminan Mutu
Pendidikan-Kemendikbud. Penulis merupakan fasilitator dalam
pengembangan profesi guru, Ketua Perkumpulan Konsultan
Manajemen Pendidikan Indonesia (PKMPI), dan Ketua Komunitas
Penulis Kreatif.

Nurhikmah Weisdiyanti, lahir di Siak, Riau pada


tanggal 30 Mei 1998. Menyelesaikan Studi S-1 di
Universitas Negeri Medan dengan beasiswa dari
PT Chevron Riau. Saat ini sedang menempuh
studi S-2 Pendidikan Fisika di Universitas Negeri
Medan dengan Beasiswa Pendidikan Indonesia
(BPI) Prestasi Talenta dari Kemendikbud. Pernah
menjadi Asisten Laboratorium Fisika Umum
(2017-2019), mengikuti Olimipiade Nasional
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ONMIPA PT)
bidang Fisika tingkat wilayah II (Provinsi) tahun 2017-2019, mengikuti
organisasi mahasiswa Ikatan Mahasiswa Muslim Fisika (IKAMMUFIS) serta
kegiatan menulis karya ilmiah. Penghargaan yang pernah diraih
diantaranya medali perak pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(PIMNAS) 33 di Universitas Gadjah Mada, D.I Yogyakarta (2020), presentasi
favorit pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 31 di
Universitas Negeri Yogyakarta, D.I Yogyakarta (2018) dan PIMNAS 32 di
Universitas Udayana, Bali (2019), Gold Medal pada ajang Indonesia

158
International Invention Festival, Malang (2019), Finalist penulisan essay pada
ajang Edconex Essay Competition International (2018), Juara 1 dan best favorite
pada ajang Young Research Award, Medan (2019), Juara 1 menulis essay pada
ajang My Fest, Medan (2018). Saat ini aktif sebagai motivator karya tulis,
Pemateri dan reviewer internal proposal PKM FMIPA Universitas Negeri
Medan, serta Pelatih KSM Fisika.

Aulia Syafriyanti dilahirkan di Kampung Jawa,


Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat pada
tanggal 11 Juni 1998. Pada tahun 2004, masuk MI
Negeri Securai dan lulus pada tahun 2010. Pada
tahun 2010, melanjutkan di SMP Negeri 2 Babalan
dan lulus pada tahun 2013. Setelah itu melanjutkan
di MA Negeri Tanjung Pura dan lulus pada tahun
2016. Pada tahun 2014, kuliah di Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan (UNIMED), dan lulus pada
tahun 2020. Dan saat ini sedang menempuh studi S-2 Pendidikan Fisika di
Universitas Negeri Medan.

Desi Esterina Tarigan dilahirkan di Marbau Selatan,


Labuhanbatu Utara pada tanggal 10 Desember 1995.
Desi menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN
112315 Marbau Selatan Labuhan Batu utara. Sekolah
Menengah Pertama di SMPS RK Bintang Timur
RantauPrapat. Selanjutnya, Sekolah Menengah Atas
di SMA Swasta RK Bintang Timur Rantauprapat.
Pada tahun 2017, menyelesaikan pendidikan dari
jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan (UNIMED). Saat ini
sedang menempuh program studi Pascasarjana S-2 Pendidikan Fisika,
Universitas Negeri Medan. Sekarang berprofesi menjadi seorang guru IPA
dan Matematika di Yayasan Sri Batari Medan.

159
Andil Hotasi Siregar, lahir di desa Hutapaung,
Kec. Pollung Humbang Hasundutan pada tanggal
27 Agustus 1989. Pada masa kecilnya menempuh
pendidikan sekolah dasar di SDN 173417
Hutapaung, Kec. Pollung, Kab. Humbang
Hasundutan. Sekolah menengah pertama di SMP N
2 Pagaran, Kab. Tapanuli Utara. Selanjutnya
sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pollung,
Kec.Pollung, Kab. Humbang Hasundutan. Pada
tahun 2012, dia lulus dari Jurusan pendidikan Fisika Universitas Negeri
Medan (UNIMED). Saat ini sedang menempuh program studi pascasarjana
S-2 Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Medan melalui jalur Beasiswa
Pendidikan Indonesia Guru & Tenaga Kependidikan (BPI GTK). Sekarang
berprofesi sebagai guru Fisika di SMA Budi Murni 3 Medan (YPK Don
Bosco Medan). Selain mengajar, dia juga aktif menulis dan merupakan
pegiat literasi di Toba Writers Forum (TWF). Beberapa tulisannya dimuat di
Koran Jakarta, harian Analisa dan di media daring detik.com.

Ita Wira Zebua lahir di Kota Medan , Sumatera


Utara pada tanggal 2 Maret 1996. Pada tahun 2002
masuk SD FreeMethodist-1 Medan dan lulus tahun
2008, melanjutkan di SMP Swasta Markus Medan
dan lulus tahun 201. Setlah itu melanjutkan SMA
Swasta dan lulus tahun 2014. Pada tahun 2014
melanjutkan kuliah di Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Darma Agung Medan dan lulus
tahun 2018. Dan saat ini sedang menempuh studi S-2 Pendidikan Fisika di
Universitas Negeri Medan.

160
Mia Marhamah Nasution dilahirkan di
Rantauprapat pada tanggal 23 Desember 1997. Pada
tahun 2003, masuk SD Negeri 117470 Kampung
Sawah dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009,
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Rantau Utara
dan lulus pada tahun 2012. Setelah itu melanjutkan
di SMA Negeri 1 Rantau Utara dan lulus pada tahun
2015. Pada tahun 2015, kuliah di Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Riau (UNRI) dan lulus
pada tahun 2019. Saat ini sedang menempuh studi S2 Pendidikan Fisika di
Universitas Negeri Medan dan mengajar di Bimbingan Belajar
Rantauprapat.

161
162

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai