Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan adalah nilai yang mencerminkan bangsa Indonesia sebagai negara yang
beragama.
Dengan demikian, setiap warga negara Indonesia memeluk agama yang dipercaya.
Sila pertama dilambangkan dengan simbol bintang berwarna emas dengan latar belakang
berwarna hitam.
Mengimani adanya Tuhan yang Maha Esa dan mengikuti perintah serta menjauhi
larangannya
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusian adalah nilai yang mengajarkan kepada warga Indonesia untuk bersikap adil
dan manusiawi kepada setiap orang, meskipun bangsa Indonesia memiliki banyak latar belakang
yang berbeda.
Lambang sila ke 2 Pancasila adalah dengan rantai emas dengan latar belakang berwarna merah.
Pada rantai tersebut, terdapat bentuk lingkaran yang melambangkan pria dan bentuk persegi yang
melambangkan wanita.
Artinya, baik wanita maupun pria memiliki kesetaraan hak sebagai rakyat.
Seluruh rakyat Indonesia memiliki hak yang sama di mata hukum, agama, masyarakat,
dan lainnya
3. Nilai Persatuan
Nilai persatuan adalah nilai yang mengandung arti bahwa warga Indonesia harus bersatu dan
tidak boleh sampai terpecah-belah karena perbedaan.
Arti dari pohon beringin tersebut merupakan tempat berteduh dan menjadi bentuk kesatuan di
dalam keragaman masyarakat Indonesia.
4. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan adalah nilai yang menunjukkan bahwa negara harus mengutamakan rakyat.
Lambang sila ke 4 Pancasila dilambangkan dengan kepala banteng berwarna hitam dan putih
dengan latar belakang merah.
Arti dari lambang ini adalah gambaran kehidupan rakyat Indonesia yang hidup rukun bersosial.
Mengutamakan kekeluargaan
5. Nilai Keadilan
Nilai keadilan adalah nilai yang mengajarkan bahwa setiap warga negara Indonesia harus
bersikap adil terhadap sesama tanpa membeda-bedakan.
Lambang sila ke 5 Pancasila adalah padi dan kapas yang merupakan sumber sandang pangang
rakyat Indonesia.
Arti dari lambang ini merupakan gambaran tujuan bangsa Indonesia yang ingin menciptakan
kesejahteraan sosial tanpa adanya kesenjangan sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
Wajib menerapkan perilaku adil dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik
B. Pancasila adalah Jati diri Bangsa Indonesia. Sebagai Jati diri Bangsa, pancasila
menghadirkan wajah Bangsa yang memiliki semangat dan roh yang sama yang terwujud
dalam sila pancasila.
Pancasila membawa dalam dirinya sendiri kebangsaan Indonesia yang tidak hanya
bernegara melainkan memiliki jiwa yang tak tergantikan oleh apa pun.
Dalam pancasila kita menemukan kekayaan Bangsa yang menopang seluruh perjuangan
bahkan perjalanan Bangsa Indonesia. Ketika mendengar nama pancasila maka dengan
sendirinya orang akan mengenal Bangsa Indonesia. Nilai Bangsa yang terkandung dalam
kelima sila pancasila mewakili Jati diri Bangsa kita. Seluruh rakyat meyakini bahwa
pancasila adalah Jati diri Bangsa Indonesia.
Pada hari ini kita merayakan hari lahirnya Pancasila sebagai buah atau Basil dari
perjuangan Bangsa Indonesia menentukan Jati dirinya. Lewat sosok seorang Soekarno
yang bergulat dalam permenungan panjang maka ia menyimpulkan Jati diri Bangsa
dengan Pancasila sebagai dasar dan Jati diri Bangsa Indonesia.
Sebagai bentuk rasa hormat dan cinta akan Jati diri Bangsa yang terwujud dalam
Pancasila itu maka kita merayakan hari lahirnya Pancasila. Semua anak bangsa Indonesia
tahu dan sadar tentang kelahiran Pancasila ini. Ia menjadi Jati diri yang melekat dan
menjiwai semua rakyat Indonesia dalam berkarya. Pancasila mengandung kasanah jiwa
Bangsa Indonesia.
Dalam perayaan kelahiran Pancasila yang wajib kita peringati setiap tanggal 1 Juni dan
kini menjadi hari libur Nasional sejak ditetapkan Presiden Joko Widodo pada Tahun
2017, kita akan terus mengenang dan mendalami makna yang terkandung dalam.
pancasila sebagai Jati diri Bangsa kita.
Saya mencoba mengurai makna yang terkandung dalam setiap sila Pancasila itu bagi kita
di moment peringatan kelahiran Pancasila ini. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bangsa Indonesia mengakui bahwa kehidupan Bangsa ini berada dalam pemeliharaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Kesadaran akan kuasa Tuhan atas keberlangsungan hidup Bangsa Indonesia mendorong
Soekarno menjadikan Tuhan Yang Maha Esa itu menjadi yang Pertama dan urana dalam
kehidupan berbangsa. Ini adalah pengakuan akan kuasa Tuhan yang melindungi dan
menjaga bangsa Indonesia dalam seluruh perjalanan hidupnya. Pengakuan akan bangsa
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Manusia sebagai makhluk yang beradab
memiliki Tuhan dan mengakui nya dalam keyakinan dan kepercayaan. Setiap.
Manusia sebagai ciptaan Tuhan harus saling menghormati dan menghargai sebagai
saudara yang percaya kepada Tuhan. Ke manusia yang adil dan beradab mengandung
pengertian bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga
keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Selain itu berusaha untuk menjunjung tinggi
martabat setiap manusia.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Sebagai makhluk yang memiliki Tuhan dan mengakui
nya dalam keyakinan dan kepercayaan serta memiliki martabat yang sama sebagai
makhluk ciptaan Tuhan maka kita perlu mengusahalan persatuan sebagai suatu bangsa di
mama setiap manusia menjadi pribadi yang dihormati, di jaga, dan dilindungi oleh
bangsanya sendiri. Usaha untuk menciptakan persatuan Bangsa adalah tanggung jawab
semua rakyat.
Perbedaan pen dapat adalah bagian dariupays meningkatkan persatuan kita sebagai
Bangsa untuk menghindari pemaksaan kehendak dalam kehidupan berbangsa.
Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Hal ini menegaskan makna permusyawaratan atau diskursus dalam.
Pengambilan keputusan yang bersandar pada hikmat kebijaksanaan. Dengan diterangi
oleh kebijaksanaan Tuhan dan terwujud dalam pengambilan keputusan yang benar dan
bijaksana tanpa mengorbankan rakyat dan Bangsa. Tidak ada pemaksaan kehendak,
mengutamakan keputusan yang diambil secara musyawara dan menghormati dan
menjunjung tinggi Basil musyawara yang telah diambil.
Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia yang
memiliki Indonesia sebagai Bangsa harus merasakan perlindungan dan kesejahteraab
yang sama. Keadilan bagi seluruh rakyat berarti tidak adanya ketimpangan pelayanan dan
kesejahteraan dalam hidup berbangsa. Semua rakyat memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam menikmati pembangunan dalam hidup. Karena itu ketidakadilan yang masih
terus terjadi dalam kehidupan berbangsa adalah suatu bentuk pengkianatan terhadap
amanah yang terkandung dalam Pancasila.
Berdasarkan pemahaman tentang makna yang terkandung dalam Pancasila itu maka
moment kita mengenang hari kelahiran Pancasila ini kita mesti jujur bertanya diri sudah
sejauh manakah setiap kita mendalami dan menghidupi nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa kita.
Pancasila adalah Jati diri Bangsa Indonesia yang paling asli dan tetap. Ia menjadi jiwa
Bangsa kita dalam membangun dan memajukan bangsa Indonesia.
Kiranya kita tidak hanya merayakan hari kelahiran Pancasila sebagai perayaan
seremonial belaka tanpa pemahaman akan Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa. Kita
merayakan hari kelahiran Pancasila karena kita sadar akan kekuatan yang mengikat dan
menyatukan kita di dalam Pancasila.
Soekarno telah menetapkan Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa sejak kita
memproklamirkan diri sebagai Bangsa yang merdeka. Tugas kita adalah menghidupi Roh
Pancasila dalam membangun, menjaga dan memajukan bangsa Indonesia.
Kita memiliki Tuhan dan kita adalah makhluk yang beradab sehingga mampu
menciptakan persatuan yang terwujud dalam hikmat kebijaksanaan menuju keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kita memiliki Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa yang mengikat dan menyatukan kita
selamanya. Mari menjaga Indonesia dengan menghidupi nilai Pancasila secara konsisten.
Selamat Hari Lahir Pancasila.....
C. Filsafat
Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bernegara.
Sebagai informasi, filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Istilah 'filsafat' secara etimologis merupakan padanan kata falsafah
(Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani filosofia (philosophia).
Sementara itu, pada hakikatnya, Pancasila memiliki sistem nilai yang didapat dari
pengertian nilai-nilai dasar luhur kebudayaan bangsa Indonesia.
Dari unsur-unsur kebudayaan tersebut berakar dan mengalir sehingga membuat secara
keseluruhan menjadi terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.
Melalui penjelasan tersebut bisa disimpulkan, Pancasila sebagai suatu produk filsafat
yang digunakan sebagai suatu pandangan hidup.
Filsafat Pancasila juga memiliki fungsi dan peran sebagai pedoman dan pegangan sikap,
tingkah laku serta perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk bangsa Indonesia.
Yap, setiap nilai-nilai yang ada dalam sila Pancasila perlu dijadikan sebagai dasar dalam
hidup berbangsa dan bernegara.
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam tentang filsafat Pancasila, bisa membaca
pengertian para ahli maupun fungsinya.
Berikut ini rangkuman mengenai pengertian Filsafat Pancasila menurut ahli, tujuan dan
fungsinya, seperti dikutip dari laman PPKn dan Dosenpendidikan, Kamis (3/12/2020).
2 dari 4 halaman
Pengertian Filsafat Pancasila Menurut Ahli
Geliat Perajin Patung Garuda Pancasila Bertahan di Tengah Pandemi
Perajin menyelesaikan proses pewarnaan patung Garuda Pancasila di industri rumahan di
Jalan Bali Raya, Jakarta, Kamis (1/10/2020). Perajin menjual patung Garuda Pancasila
dengan harga yang dijual berkisar Rp100 ribu-Rp125 ribu per buah. (merdeka.com/Iqbal
S. Nugroho)
1. IR. Soekarno
Menurut Soekarno, filsafat Pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang diambil
dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat
(Kristen), dan Arab (Islam).
2. Soeharto
Filsafat Pancasila mulai mengalami perubahan, melalui para filsuf yang lahir dari
Depdikbud. Semua elemen Barat disingkirkan dan diganti dengan interpretasi dalam
budaya Indonesia (Pancasila truly Indonesia).
3. Ruslan Abdulgani
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila itu adalah filsafat dari negara yang terlahir sebagai
ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
4. Notonagoro
3 dari 4 halaman
Fungsi Filsafat Pancasila
Geliat Perajin Patung Garuda Pancasila Bertahan di Tengah Pandemi
Perajin menyelesaikan proses pewarnaan patung Garuda Pancasila di Jalan Bali Raya,
Jakarta, Kamis (1/10/2020). Dampak Covid-19 menyebabkan produksi patung lambang
negara Republik Indonesia tersebut menurun dan sempat tutup selama 3 bulan pada masa
awal pandemi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Setiap bangsa di dunia memiliki jiwanya sendiri. Hal ini disebut dengan istilah
Volkgeish, yang berarti 'jiwa bangsa' atau 'jiwa rakyat'. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
adalah jiwa yang telah memainkan peranan penting dalam kehidupan.
Pancasila juga dianggap sebagai nilai yang paling bijaksana, paling adil, dan paling tepat
untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.
Memberi Substansi tentang Hakikat Negara, Ide Negara ,dan Tujuan Bernegara
Dengan filsafat Pancasila kita dapat menemukan kebenaran yang penting tentang sifat
negara, gagasan negara, dan tujuan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya
substansi yang memiliki kebenaran universal bagi bangsa Indonesia selama berabad-
abad.
4 dari 4 halaman
Tujuan Filsafat Pancasila
Pengrajin Garuda Pancasila
Salah satu kerajinan lambang Garuda Pancasila di bengkel rumahan, Jakarta, Kamis
(13/8/2020). Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartanto memaparkan anggaran
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam bentuk bantuan bagi UMKM tercatat Rp32,5
triliun per 3 Agustus 2020. (merdeka.com/Imam Buhori)
1. Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada Allah yang Maha kuasa.
2. Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun ekonomi.
3. Untuk menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat berada
dalam kaitannya HAM dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.
Pancasiila dalam kedudukannya sebagai kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki dan diyakıni
kebenarannya oleh bangsa Indonesia, telah dirumuskan dalam alinea keempat pembukaan
Undang Undang Dasar 1945. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, memiliki
fungsi utama sebagai dasar negara Indonesia. Dalam kedudukannya yang demikian
Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi, sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional dalam tata hukum di Indonesia.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai hukum yang
berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di negara Indonesia harus
mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hukum di Indonesia harus menjamin dan merupakan perwujudan serta tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam tubuh UUD 1945
tersebut.
Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber hukum, atau sebagai sumber
hukum dasar nasional, berada di atas konstitusi, artinya Pancasila berada di atas UUD
1945. Jika UUD 1945 merupakan konstitusi negara, maka Pancasila adalah Kaidah
Pokok Negara yang Fundamental (staats fundamental norm)[1].
Kaidah pokok yang fundamental itu mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat
dan tidak berubah bagi negara tersebut. Pancasila tidak dapat diubah dan ditiadakan,
karena Ia merupakan kaidah pokok yang fundamental. Bung Karno menyebut Pancasila
itu sebagai philosofische grondslag (fundamen filsafat), pikiran sedalam-dalamnya, untuk
kemudian di atasnya didirikan bangunan “Indonesia merdeka yang kekal dan abadi”.
Secara yuridis formal berdasarkan Pasal 37 UUD 1945, konstitusi sebagai hukum dasar
memungkinkan adanya perubahan. namun Pancasila dalam kedudukannya sebagai kaidah
pokok negara (staats fundamental norm) sifatnya tetap kuat dan tak berubah. Staats
fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi. Ia
ada terlebih dahulu sebelum adanya konstitusi.
Pancasila sebagai staats fundamental norm diletakkan sebagai dasar asas dalam
mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak membenarkan
perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai
sumber hukum dasar nasional di Indonesia. Mengubah Pancasila berarti mengubah dasar
atau asas negara. Kalau dasar asas atau fundamental dari negara tersebut diubah maka
dengan sendirinya negara yang diproklamasikan hasil perjuangan para pahlawan bangsa
akan berubah atau tidak ada sebab dasarnya atau fundamennya tidak ada.
Hans Kelsen (1881 – 1973), ahli hukum dan filsuf Austria, terakhir berkarir di University
of Berkeley Amerika Serikat, dan dikenal sebagai pencetus Teori Hukum Murni,
memiliki gagasan yang dikenal dengan stufenbau theorie yang pada hakikatnya
merupakan usaha untuk membuat kerangka suatu bangunan hukum yang dapat dipakai
dimanapun[2], dalam perkembangan selanjutnya diuraikan oleh Hans Nawiasky (ahli
hukum berkebangsaan Jerman, “murid” dari Hans Kelsen) dengan theorie von stufenfbau
der rechtsordnung yang menggariskan bahwa selain susunan norma dalam negara adalah
berlapis-lapis dan berjenjang dari yang tertinggi sampai terendah, juga terjadi
pengelompokan norma hukum dalam negara.
Tatanan hukum tertinggi dalam pandangan Kelsen adalah berpuncak pada basic norm
atau grundnorm (norma dasar),yaitu berupa konstitusi, tetapi konstitusi dimaksud adalah
dalam pengertian materiil, bukan konstitusi formil.
Menurut Kelsen, norma yang validitasnya tidak dapat diperoleh dari norma lain yang
lebih tinggi disebut sebagai norma dasar. Semua norma yang validitasnya dapat ditelusuri
ke satu norma dasar yang sama membentuk suatu sistem norma, atau sebuah tatanan
norma. Norma dasar yang menjadi sumber utama ini merupakan pengikat diantara semua
norma yang berbeda-beda yang membentuk suatu tatanan norma. Bahwa suatu norma
termasuk ke dalam sistem suatu norma, ke dalam tatanan normatif tertentu, dapat diuji
hanya dengan mengonfirmasikan bahwa norma tersebut memperoleh validitasnya dari
norma dasar yang membentuk tatanan norma tersebut.[3]
Konsep norma dasar Kelsen, kemudian diafirmasi oleh Nawiasky meskipun dengan
sebutan lain yaitu staats fundamentalnorm. Nawiasky menegaskan, staats fundamental
norm atau norma fundamental negara (norma dasar) adalah norma tertinggi dalam suatu
negara dan norma ini merupakan norma yang tidak dibentuk oleh norma yang lebih tinggi
lagi, tetapi bersifat pre-supposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat dalam
negara dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma hukum
di bawahnya. Bahkan Nawiasky juga menegaskan bahwa isi norma fundamental negara
merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau undang-undang dasar.[4]
Apabila mencermati maksud norma dasar menurut Kelsen dan atau norma fundamental
negara menurut Nawiasky maka Pancasila merupakan norma dasar yang menginduki
segala macam norma dalam tatanan norma di Indonesia. Untuk memperjelas kedudukan
norma dasar dalam tatanan hukum suatu negara, Kelsen juga menjelaskan pola hubungan
antarnorma melalui teorinya stufenbau atau hirarkis norma. Kelsen menjelaskan
hubungan antara norma yang mengatur pembentukan norma lain dengan norma yang lain
lagi dapat digambarkan sebagai hubungan antara “superordinasi” dan “subordinasi” yang
merupakan kiasan keruangan.
Norma yang menentukan norma lain adalah norma yang lebih tinggi, sedangkan norma
yang dibentuk menurut peraturan ini adalah norma yang lebih rendah.[5] Menurut
Achmad Ali, stufenbau theorie Kelsen merupakan peraturan hukum keseluruhannya dari
norma dasar yang berada di puncak piramida, dan semakin ke bawah semakin beragam
dan menyebar. Norma dasar teratas adalah bersifat abstrak dan semakin ke bawah
semakin konkrit. Dalam proses itu, apa yang semula berupa sesuatu yang “seharusnya”,
berubah menjadi sesuatu yang “dapat” dilakukan.[6]
Teori Kelsen tentang hirarkis norma kemudian dikembangkan oleh muridnya Nawiasky
dalam bukunya Allgemeine Rechtslehere. Nawiasky menegaskan bahwa sistem norma
hukum di negara manapun selalu berlapis dan berjenjang. Norma yang di bawah berlaku,
bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, sampai pada suatu norma
yang tertinggi yang disebut norma dasar. Nawiasky kemudian memberi gagasan baru
tentang sistem norma tersebut yaitu dengan adanya pengelompokan norma.
Menurut Nawiasky, pengelompokan norma dalam suatu negara terdiri atas empat
kelompok besar yaitu: kelompok pertama, Staats fundamental norm atau norma
fundamental negara. Kelompok kedua, Staatgrundgesetz (aturan dasar/pokok negara).
Kelompok ketiga, Formell Gesetz (Undang-Undang). Kelompok keempat, Verordnung &
Autonome Satzung (aturan pelaksana & aturan otonom).[7]
Berdasarkan gagasan Kelsen dan Nawiasky di atas tentang stufenbau theorie atau teori
tata urutan norma, dapat dipahami bahwa norma dasar atau norma fundamental negara
berada pada puncak piramida. Apabila dikaitkan dengan Pancasila, maka dapat dikatakan
bahwa Pancasila sebagai norma dasar berada pada puncak piramida norma. Dengan
demikian, Pancasila kemudian menjadi sumber tertib hukum atau yang lebih dikenal
sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Hal demikian, telah dikukuhkan oleh memorandum DPR-Gotong Royong yang kemudian
diberi landasan yuridis melalui Ketetapan MPR No. XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR
No. V/MPR/1973 jo Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978[8]. Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum dimaksudkan sebagai sumber dari tertib hukum negara
Indonesia. Menurut Roeslan Saleh, fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber
hukum mengandung arti bahwa Pancasila berkedudukan sebagai:
3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan hukum di
Indonesia;
4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa Indonesia, juga
dalam hukumnya.[9]
Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian kembali
dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum Dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga ayat:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan;
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis;
Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah sumber hukum
dalam sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber hukum (tempat untuk
menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang tertulis dan tidak tertulis. Selain
itu, menjadikan Pancasila sebagai rujukan utama dari pembuatan segala macam peraturan
perundang-undangan. Akan tetapi, tidak lagi ditemukan istilah Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum. Hal ini memang tidak mengganggu keberadaan Pancasila
sebagai norma dasar yang menginduki segala norma tetapi tentu mengurangi supremasi
dan daya ikat Pancasila dalam tatanan hukum.
Pada Pasal 2 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 ini tetap menegaskan hal yang sama
sebagaimana dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 bahwa Pancasila merupakan
sumber segala sumber hukum negara. Dengan demikian, keberadaan Pancasila kembali
menjadi supreme norm dalam sistem hukum negara Indonesia sehingga Pancasila sebagai
suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum maupun cita-cita moral bangsa
terlegitimasi secara yuridis.
Kesimpulan
Pancasila sebagai philosopische grondslag atau pandangan hidup bangsa Indonesia
memiliki kedudukan sebagai staats fundamental norm yang merupakan dasar asas dalam
mendirikan negara, besifat tetap, tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak
membenarkan perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum
atau sebagai sumber hukum dasar nasional di Indonesia. Penegasan serta legitimasi
kedudukan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum negara (kaitannya dengan
theorie von stufenfbau der rechtsordnung) selain telah secara jelas termaktub dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, juga telah secara jelas tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2019.
E. Nilai prakis
Pengertian Nilai Praksis Pancasila
Nilai praksis Pancasila adalah nilai instrumental Pancasila dalam menerapkan praktik
nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti kehidupan berbangsa, bermasyarakat,
beragama, dan berbangsa. Sebagai tanggapan, perwujudan nilai-nilai praktis Pancasila
tersebut memiliki penjabaran dari nilai-nilai inti Pancasila. Ia dapat berkembang, terus
berubah, dan (secara revolusioner) meningkat dalam menanggapi perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi di zaman kekaguman masyarakat. Tata cara perubahan
kebijakan Pancasila disebut juga penyesuaian.
Memahami nilai pengamalan Pancasila yang benar-benar berlaku dalam kehidupan nyata,
seperti kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan bernegara. Bisa saja terjadi perubahan
makna amalan, dan dapat dikatakan bahwa makna amalan adalah penerapan nilai-nilai
instrumental dan nilai-nilai ideal dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian nilai
instrumental, dalam bentuk UUD 1945 dan ukuran normatif lainnya, lebih kreatif dan
dinamis mengembangkan inti atau nilai ideal sesuai dengan peraturan pemerintah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.
Sementara itu, dalam buku SMP VIII tentang Pendidikan Kewarganegaraan, Hadi
Wiyono dan Isworo menyatakan bahwa pengertian nilai praksis Pancasila adalah
perwujudan nilai instrumental dalam praktik nyata realitas sehari-hari dalam masyarakat,
bangsa dan negara. Dalam mewujudkan amalan tersebut, penghalusan nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan dapat senantiasa diubah dan ditingkatkan (di
reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
keinginan masyarakat. Berdasarkan Seamolec Learning Resources, Hak Asasi Manusia
(HAM) juga cocok dengan nilai dan perangkat inti Pancasila.
Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, dan karunia-Nya untuk negara, hukum, pemerintahan, dan segala kehormatan
dari hak dan martabat manusia. Berdasarkan pemahaman tersebut, keselarasan dengan
hak asasi manusia Pancasila dapat dilihat dalam pemajuan nilai-nilai kemanusiaan yang
konsisten.
Pancasila menghormati hak asasi semua warga negara, termasuk orang asing. Jaminan ini
termasuk dalam nilai-nilai Pancasila. Dalam suratnya, reifikasi nilai-nilai praktis
termasuk penjabaran nilai-nilai inti Pancasila. Pancasila senantiasa berkembang, dari
waktu ke waktu, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat dan masyarakat.
Proses modifikasi kaidah nilai pancasila di atas disebut juga dengan modifikasi.
Baru kemarin, 1 Juni, seluruh rakyat Indonesia merayakan kelahiran Pancasila. Selama
perjalanan, Pancasila menjadi dasar untuk menyerang negara dari kiri dan kanan. Dua
pemogokan untuk mengubah ideologi Pancasila itu dianggap tidak relevan atau karena
implementasi nilai-nilai Pancasila tidak mengikuti petunjuknya.
Gagasan idealisme yang tertanam kuat oleh para pendiri negara ke dalam seperangkat
keyakinan, nilai-nilai normatif, moral, dan visi yang kohesif yang sesuai dengan budaya
asli nenek moyang negara, disajikan melalui pemikiran yang mendalam, dan perdebatan
panjang
Ketika Grameds menemukan seseorang yang gagap dalam kehidupan sehari-hari, nilai-
nilai praktis adalah bentuk realisasi, dan menyadari apa itu Pancasila jauh melampaui
harapan. Pancasila dapat didefinisikan sebagai nilai idealis, tetapi tidak terlalu kuat
terhadap nilai aktualnya.
Integrasi nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagaisuatu
bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dandirealisasikan dalam satu kesepakatan
atau konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
2. Syarat Integrasi
Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-
kebutuhan antara satu dan lainnya.
Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang dilestarikan dan dijadikan pedoman.
Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses
integrasi sosial
C. Faktor-Faktor Pembentuk Integrasi Nasional
1. Faktor Pembentuk Integrasi Nasional
Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol Negara yaitu Garuda Pancasila dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
Dsb
2. Faktor Penghambat Integrasi Nasional
Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
Kurangnya toleransi antargolongan.
Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar.
D. Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI;
Ada dua tantangan yang mesti dihadapi untuk menjaga keutuhan NKRI, yaitu
1. Tantangan global
Tantangan yang datang dari dinamika perpolitikan internasional seperti kebijakan PBB dsb
2. Tantangan internal
Tantangan yang datang dari dalam negeri seperti aksi separatisme dsb
Bangsa
Seluruh rakyat Indonesia harus memiliki kesadaran untuk senantiasa menjaga kesatuan dan
persatuan NKRI
Setiap warga negara wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman,
gangguan, tantangan, dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Diantara bentuk bela negara yang bisa dilakukan oleh rakyat antara lain:
H. Terdapat 3 prinsip dasar HAM yaitu 1) Prinsip Keadilan (Equity), dimana di dalamnya
menyangkut kesetaraan (equality), non diskriminasi, kesetaraan dalam mengakses
layanan public, terbukanya kesempatan setiap orang untuk berpartisipasi, 2) Prinsip
Martabat (Dignity), dan 3) Prinsip Humanity.