Anda di halaman 1dari 22

A. 1.

Nilai Ketuhanan

Nilai ketuhanan adalah nilai yang mencerminkan bangsa Indonesia sebagai negara yang
beragama.

Dengan demikian, setiap warga negara Indonesia memeluk agama yang dipercaya.

Sila pertama dilambangkan dengan simbol bintang berwarna emas dengan latar belakang
berwarna hitam.

Lambang tersebut menggambarkan bahwa bangsa Indonesia mengakui kehadiran Tuhan


yang Maha Esa.

Sila pertama mengandung nilai nilai Pancasila sebagai berikut:

 Mengimani adanya Tuhan yang Maha Esa dan mengikuti perintah serta menjauhi
larangannya

 Saling menghormati dan menghargai antara umat beragama

 Memiliki rasa toleransi dalam kehidupan beragama

 Tidak memaksakan kehendak antar umat beragama

 Tidak menghina dan merengahkan agama orang lain

2. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusian adalah nilai yang mengajarkan kepada warga Indonesia untuk bersikap adil
dan manusiawi kepada setiap orang, meskipun bangsa Indonesia memiliki banyak latar belakang
yang berbeda.

Lambang sila ke 2 Pancasila adalah dengan rantai emas dengan latar belakang berwarna merah.

Pada rantai tersebut, terdapat bentuk lingkaran yang melambangkan pria dan bentuk persegi yang
melambangkan wanita.

Artinya, baik wanita maupun pria memiliki kesetaraan hak sebagai rakyat.

Berikut nilai nilai Pancasila yang terkandung dalam silak ke-2:

 Seluruh rakyat Indonesia memiliki hak yang sama di mata hukum, agama, masyarakat,
dan lainnya

 Tidak ada perbedaan sosial antara sesama rakyat Indonesia


 Mengutamakan sikap tenggang rasa dan saling tolong menolong

 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan antar rakyat Indonesia

 Saling menghargai pendapat

3. Nilai Persatuan

Nilai persatuan adalah nilai yang mengandung arti bahwa warga Indonesia harus bersatu dan
tidak boleh sampai terpecah-belah karena perbedaan.

Lambang sila ke-3 Pancasila adalah pohon beringin berlatar belakang putih.

Arti dari pohon beringin tersebut merupakan tempat berteduh dan menjadi bentuk kesatuan di
dalam keragaman masyarakat Indonesia.

Berikut nilai nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ke-3:

 Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

 Memperjuangkan serta mengharumkan nama Indonesia

 Cinta tanah air

 Mengutamakan kesatuan dan persatuan

 Berjiwa patriotisme di manapun kaki berpijak

4. Nilai Kerakyatan

Nilai kerakyatan adalah nilai yang menunjukkan bahwa negara harus mengutamakan rakyat.

Lambang sila ke 4 Pancasila dilambangkan dengan kepala banteng berwarna hitam dan putih
dengan latar belakang merah.

Arti dari lambang ini adalah gambaran kehidupan rakyat Indonesia yang hidup rukun bersosial.

Berikut nilai nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ke-4:

 Pemimpin bangsa Indonesia harus bersifat bijaksana

 Mengutamakan kekeluargaan

 Kedaulatan bangsa berada di tangan rakyat

 Kebijakan dalam mengambil solusi

 Pengambilan keputusan harus melalui musyawarah


 Tidak memaksakan kehendak

5. Nilai Keadilan

Nilai keadilan adalah nilai yang mengajarkan bahwa setiap warga negara Indonesia harus
bersikap adil terhadap sesama tanpa membeda-bedakan.

Lambang sila ke 5 Pancasila adalah padi dan kapas yang merupakan sumber sandang pangang
rakyat Indonesia.

Arti dari lambang ini merupakan gambaran tujuan bangsa Indonesia yang ingin menciptakan
kesejahteraan sosial tanpa adanya kesenjangan sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

Berikut nilai nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ke-5:

 Wajib menerapkan perilaku adil dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik

 Harus menghormati hal dan kewajiban setiap orang

 Perwujudan keadilan sosial bagi bangsa Indonesia

 Menggapai tujuan adil dan makmur

 Mendukung kemajuan dan pembangunan Indonesia

B. Pancasila adalah Jati diri Bangsa Indonesia. Sebagai Jati diri Bangsa, pancasila
menghadirkan wajah Bangsa yang memiliki semangat dan roh yang sama yang terwujud
dalam sila pancasila. 

Pancasila membawa dalam dirinya sendiri kebangsaan Indonesia yang tidak hanya
bernegara melainkan memiliki jiwa yang tak tergantikan oleh apa pun. 

Dalam pancasila kita menemukan kekayaan Bangsa yang menopang seluruh perjuangan
bahkan perjalanan Bangsa Indonesia. Ketika mendengar nama pancasila maka dengan
sendirinya orang akan mengenal Bangsa Indonesia. Nilai Bangsa yang terkandung dalam
kelima sila pancasila mewakili Jati diri Bangsa kita. Seluruh rakyat meyakini bahwa
pancasila adalah Jati diri Bangsa Indonesia. 

  Pada hari ini kita merayakan hari lahirnya Pancasila sebagai buah atau Basil dari
perjuangan Bangsa Indonesia menentukan Jati dirinya. Lewat sosok  seorang Soekarno
yang bergulat dalam permenungan panjang maka ia menyimpulkan Jati diri Bangsa
dengan Pancasila sebagai dasar dan Jati diri Bangsa Indonesia. 
Sebagai bentuk rasa hormat dan cinta akan Jati diri Bangsa yang terwujud dalam
Pancasila itu maka kita merayakan hari lahirnya Pancasila. Semua anak bangsa Indonesia
tahu dan sadar tentang kelahiran Pancasila ini. Ia menjadi Jati diri yang melekat dan
menjiwai semua rakyat Indonesia dalam berkarya. Pancasila mengandung kasanah jiwa
Bangsa Indonesia. 

Dalam perayaan kelahiran Pancasila yang wajib kita peringati setiap tanggal 1 Juni dan
kini menjadi hari libur Nasional sejak ditetapkan Presiden Joko Widodo pada Tahun
2017, kita akan terus mengenang dan mendalami makna yang terkandung dalam.
pancasila sebagai Jati diri Bangsa kita. 

Saya mencoba mengurai makna  yang terkandung dalam setiap sila Pancasila itu bagi kita
di moment peringatan kelahiran Pancasila ini. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bangsa Indonesia mengakui bahwa kehidupan Bangsa ini berada dalam pemeliharaan
Tuhan Yang Maha Esa. 

Kesadaran akan kuasa Tuhan  atas keberlangsungan hidup Bangsa Indonesia mendorong
Soekarno menjadikan Tuhan Yang Maha Esa itu menjadi yang Pertama dan urana dalam
kehidupan berbangsa. Ini adalah pengakuan akan kuasa Tuhan yang melindungi dan
menjaga bangsa Indonesia dalam seluruh perjalanan hidupnya. Pengakuan akan bangsa
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan. 

Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Manusia sebagai makhluk yang beradab
memiliki Tuhan dan mengakui nya dalam keyakinan dan kepercayaan. Setiap. 

Manusia sebagai ciptaan Tuhan harus saling menghormati dan menghargai sebagai
saudara yang percaya kepada Tuhan. Ke manusia  yang adil dan beradab mengandung
pengertian bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga
keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Selain itu berusaha untuk menjunjung tinggi
martabat setiap manusia.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Sebagai makhluk yang memiliki Tuhan dan mengakui
nya dalam keyakinan dan kepercayaan serta memiliki martabat yang sama sebagai
makhluk ciptaan Tuhan maka kita perlu mengusahalan persatuan sebagai suatu bangsa di
mama setiap manusia menjadi pribadi yang dihormati, di jaga, dan dilindungi oleh
bangsanya sendiri. Usaha untuk menciptakan persatuan Bangsa adalah tanggung jawab
semua rakyat. 

Perbedaan pen dapat adalah bagian dariupays meningkatkan persatuan kita sebagai
Bangsa untuk menghindari pemaksaan kehendak dalam  kehidupan berbangsa. 
Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Hal ini menegaskan makna permusyawaratan atau diskursus dalam.
Pengambilan keputusan yang bersandar pada hikmat kebijaksanaan. Dengan diterangi
oleh kebijaksanaan Tuhan dan terwujud dalam pengambilan keputusan yang benar dan
bijaksana tanpa mengorbankan rakyat dan Bangsa.  Tidak ada pemaksaan kehendak,
mengutamakan keputusan yang diambil secara musyawara dan menghormati dan
menjunjung tinggi Basil musyawara yang telah diambil. 

Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia yang
memiliki Indonesia sebagai Bangsa harus merasakan perlindungan dan kesejahteraab
yang sama. Keadilan bagi seluruh rakyat berarti tidak adanya ketimpangan pelayanan dan
kesejahteraan dalam hidup berbangsa. Semua rakyat memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam menikmati pembangunan dalam hidup. Karena itu ketidakadilan yang masih
terus terjadi dalam kehidupan berbangsa adalah suatu bentuk pengkianatan terhadap
amanah yang terkandung dalam Pancasila. 

Berdasarkan pemahaman tentang makna yang terkandung dalam Pancasila itu maka
moment kita mengenang hari kelahiran  Pancasila ini kita mesti jujur bertanya diri sudah
sejauh manakah setiap kita mendalami dan menghidupi nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa kita. 

Pancasila adalah Jati diri Bangsa Indonesia yang paling asli dan tetap. Ia menjadi jiwa
Bangsa kita dalam membangun dan memajukan bangsa Indonesia. 

Kiranya kita tidak hanya merayakan hari kelahiran Pancasila sebagai perayaan
seremonial belaka tanpa pemahaman akan Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa. Kita
merayakan hari kelahiran Pancasila karena kita sadar akan kekuatan yang mengikat dan
menyatukan kita di dalam Pancasila. 

Soekarno telah menetapkan Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa sejak kita
memproklamirkan diri sebagai Bangsa yang merdeka. Tugas kita adalah menghidupi Roh
Pancasila dalam membangun, menjaga dan memajukan bangsa Indonesia.

Kita memiliki Tuhan dan kita adalah makhluk yang beradab sehingga mampu
menciptakan persatuan yang terwujud dalam hikmat kebijaksanaan menuju keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Kita memiliki Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa yang mengikat dan menyatukan kita
selamanya. Mari menjaga Indonesia dengan menghidupi nilai Pancasila secara konsisten.
Selamat Hari Lahir Pancasila..... 

C. Filsafat
Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bernegara.

Sebagai informasi, filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Istilah 'filsafat' secara etimologis merupakan padanan kata falsafah
(Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani filosofia (philosophia).

Sementara itu, pada hakikatnya, Pancasila memiliki sistem nilai yang didapat dari
pengertian nilai-nilai dasar luhur kebudayaan bangsa Indonesia.

Dari unsur-unsur kebudayaan tersebut berakar dan mengalir sehingga membuat secara
keseluruhan menjadi terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.

Melalui penjelasan tersebut bisa disimpulkan, Pancasila sebagai suatu produk filsafat
yang digunakan sebagai suatu pandangan hidup.

Filsafat Pancasila juga memiliki fungsi dan peran sebagai pedoman dan pegangan sikap,
tingkah laku serta perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk bangsa Indonesia.

Yap, setiap nilai-nilai yang ada dalam sila Pancasila perlu dijadikan sebagai dasar dalam
hidup berbangsa dan bernegara.

Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam tentang filsafat Pancasila, bisa membaca
pengertian para ahli maupun fungsinya.

Berikut ini rangkuman mengenai pengertian Filsafat Pancasila menurut ahli, tujuan dan
fungsinya, seperti dikutip dari laman PPKn dan Dosenpendidikan, Kamis (3/12/2020).

2 dari 4 halaman
Pengertian Filsafat Pancasila Menurut Ahli
Geliat Perajin Patung Garuda Pancasila Bertahan di Tengah Pandemi
Perajin menyelesaikan proses pewarnaan patung Garuda Pancasila di industri rumahan di
Jalan Bali Raya, Jakarta, Kamis (1/10/2020). Perajin menjual patung Garuda Pancasila
dengan harga yang dijual berkisar Rp100 ribu-Rp125 ribu per buah. (merdeka.com/Iqbal
S. Nugroho)
1. IR. Soekarno

Menurut Soekarno, filsafat Pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang diambil
dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat
(Kristen), dan Arab (Islam).
2. Soeharto

Filsafat Pancasila mulai mengalami perubahan, melalui para filsuf yang lahir dari
Depdikbud. Semua elemen Barat disingkirkan dan diganti dengan interpretasi dalam
budaya Indonesia (Pancasila truly Indonesia).

3. Ruslan Abdulgani

Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila itu adalah filsafat dari negara yang terlahir sebagai
ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

4. Notonagoro

Notonagoro mengatakan bahwa filsafat Pancasila memberikan pengetahuan dan


pengertian ilmiah mengenai hakikat Pancasila. Menurutnya, secara ontologi, kajian
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila yang
terkandung di dalam Pancasila.

3 dari 4 halaman
Fungsi Filsafat Pancasila
Geliat Perajin Patung Garuda Pancasila Bertahan di Tengah Pandemi
Perajin menyelesaikan proses pewarnaan patung Garuda Pancasila di Jalan Bali Raya,
Jakarta, Kamis (1/10/2020). Dampak Covid-19 menyebabkan produksi patung lambang
negara Republik Indonesia tersebut menurun dan sempat tutup selama 3 bulan pada masa
awal pandemi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Setiap bangsa di dunia memiliki jiwanya sendiri. Hal ini disebut dengan istilah
Volkgeish, yang berarti 'jiwa bangsa' atau 'jiwa rakyat'. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
adalah jiwa yang telah memainkan peranan penting dalam kehidupan.

Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Filsafat Pancasila berfungsi sebagai kepribadian dan ciri khas bangsa Indonesia serta
menjadi ciri pembeda di antara bangsa lain di dunia.

Sebagai Sumber dari Semua Sumber Hukum


Indonesia adalah negara hukum yang menerapkan hukum secara adil berdasarkan
peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, fungsi filsafat Pancasila merupakan sumber dari
seluruh sumber daya hukum di Indonesia.
Masing-masing dari sila yang terkandung dalam Pancasila berfungsi sebagai nilai dasar,
sedangkan hukum adalah nilai instrumental atau keterangan tentang sila Pancasila.

Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Filsafat Pancasila juga berfungsi sebagai cara hidup dari Indonesia. Dengan kata lain,
Pancasila merupakan pedoman dan instruksi dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi Falsafah Hidup Bangsa


Filsafat Pancasila memiliki fungsi kesatuan bangsa. Hal ini dikarenakan pandangan
bahwa Pancasila mengandung nilai kepribadian yang paling tepat dan sesuai dengan
bangsa Indonesia.

Pancasila juga dianggap sebagai nilai yang paling bijaksana, paling adil, dan paling tepat
untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai Dasar Negara


Filsafat Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan atau
penyelenggaraan negara. Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia,
baik rakyat, pemerintah, wilayah maupun aspek negara lainnya, harus didasarkan pada
Pancasila.

Memberi Hakikat Kehidupan Bernegara


Filsafat Pancasila memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan mendasar atau sangat
mendasar, seperti sifat kehidupan negara. Dengan filsafat Pancasila, kita dapat
mengetahui sifat kehidupan pedesaan dan semua aspek yang memiliki hubungan erat
dengan kehidupan sosial dan kelangsungan hidup negara.

Memberi Substansi tentang Hakikat Negara, Ide Negara ,dan Tujuan Bernegara
Dengan filsafat Pancasila kita dapat menemukan kebenaran yang penting tentang sifat
negara, gagasan negara, dan tujuan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya
substansi yang memiliki kebenaran universal bagi bangsa Indonesia selama berabad-
abad.

Menjadi Perangkat Ilmu Kenegaraan


Fungsi filsafat Pancasila yang terakhir ialah sebagai perangkat ilmu pengetahuan yang
berbeda, khususnya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan negara. Hal ini
dapat tercermin dalam berbagai contoh Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah.

4 dari 4 halaman
Tujuan Filsafat Pancasila
Pengrajin Garuda Pancasila
Salah satu kerajinan lambang Garuda Pancasila di bengkel rumahan, Jakarta, Kamis
(13/8/2020). Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartanto memaparkan anggaran
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam bentuk bantuan bagi UMKM tercatat Rp32,5
triliun per 3 Agustus 2020. (merdeka.com/Imam Buhori)
1. Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada Allah yang Maha kuasa.

2. Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun ekonomi.

3. Untuk menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat berada
dalam kaitannya HAM dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.

4. Untuk menciptakan sebuah bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.

5. Menjadi negara nasionalis dan cinta tanah air Indonesia.

D. Kedudukan dan fungsi pancasila

Pancasiila dalam kedudukannya sebagai kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki dan diyakıni
kebenarannya oleh bangsa Indonesia, telah dirumuskan dalam alinea keempat pembukaan
Undang Undang Dasar 1945. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, memiliki
fungsi utama sebagai dasar negara Indonesia. Dalam kedudukannya yang demikian
Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi, sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional dalam tata hukum di Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai hukum yang
berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di negara Indonesia harus
mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hukum di Indonesia harus menjamin dan merupakan perwujudan serta tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam tubuh UUD 1945
tersebut.
Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber hukum, atau sebagai sumber
hukum dasar nasional, berada di atas konstitusi, artinya Pancasila berada di atas UUD
1945. Jika UUD 1945 merupakan konstitusi negara, maka Pancasila adalah Kaidah
Pokok Negara yang Fundamental (staats fundamental norm)[1].

Kaidah pokok yang fundamental itu mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat
dan tidak berubah bagi negara tersebut. Pancasila tidak dapat diubah dan ditiadakan,
karena Ia merupakan kaidah pokok yang fundamental. Bung Karno menyebut Pancasila
itu sebagai philosofische grondslag (fundamen filsafat), pikiran sedalam-dalamnya, untuk
kemudian di atasnya didirikan bangunan “Indonesia merdeka yang kekal dan abadi”.

Secara yuridis formal berdasarkan Pasal 37 UUD 1945, konstitusi sebagai hukum dasar
memungkinkan adanya perubahan. namun Pancasila dalam kedudukannya sebagai kaidah
pokok negara (staats fundamental norm) sifatnya tetap kuat dan tak berubah. Staats
fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi. Ia
ada terlebih dahulu sebelum adanya konstitusi.

Pancasila sebagai staats fundamental norm diletakkan sebagai dasar asas dalam
mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak membenarkan
perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai
sumber hukum dasar nasional di Indonesia. Mengubah Pancasila berarti mengubah dasar
atau asas negara. Kalau dasar asas atau fundamental dari negara tersebut diubah maka
dengan sendirinya negara yang diproklamasikan hasil perjuangan para pahlawan bangsa
akan berubah atau tidak ada sebab dasarnya atau fundamennya tidak ada.

Kedudukan Pancasila Dikaitkan Dengan Theorie Von Stafenufbau Der Rechtsordnung

Hans Kelsen (1881 – 1973), ahli hukum dan filsuf Austria, terakhir berkarir di University
of Berkeley Amerika Serikat, dan dikenal sebagai pencetus Teori Hukum Murni,
memiliki gagasan yang dikenal dengan stufenbau theorie yang pada hakikatnya
merupakan usaha untuk membuat kerangka suatu bangunan hukum yang dapat dipakai
dimanapun[2], dalam perkembangan selanjutnya diuraikan oleh Hans Nawiasky (ahli
hukum berkebangsaan Jerman, “murid” dari Hans Kelsen) dengan theorie von stufenfbau
der rechtsordnung yang menggariskan bahwa selain susunan norma dalam negara adalah
berlapis-lapis dan berjenjang dari yang tertinggi sampai terendah, juga terjadi
pengelompokan norma hukum dalam negara.

Tatanan hukum tertinggi dalam pandangan Kelsen adalah berpuncak pada basic norm
atau grundnorm (norma dasar),yaitu berupa konstitusi, tetapi konstitusi dimaksud adalah
dalam pengertian materiil, bukan konstitusi formil.

Menurut Kelsen, norma yang validitasnya tidak dapat diperoleh dari norma lain yang
lebih tinggi disebut sebagai norma dasar. Semua norma yang validitasnya dapat ditelusuri
ke satu norma dasar yang sama membentuk suatu sistem norma, atau sebuah tatanan
norma. Norma dasar yang menjadi sumber utama ini merupakan pengikat diantara semua
norma yang berbeda-beda yang membentuk suatu tatanan norma. Bahwa suatu norma
termasuk ke dalam sistem suatu norma, ke dalam tatanan normatif tertentu, dapat diuji
hanya dengan mengonfirmasikan bahwa norma tersebut memperoleh validitasnya dari
norma dasar yang membentuk tatanan norma tersebut.[3]

Konsep norma dasar Kelsen, kemudian diafirmasi oleh Nawiasky meskipun dengan
sebutan lain yaitu staats fundamentalnorm. Nawiasky menegaskan, staats fundamental
norm atau norma fundamental negara (norma dasar) adalah norma tertinggi dalam suatu
negara dan norma ini merupakan norma yang tidak dibentuk oleh norma yang lebih tinggi
lagi, tetapi bersifat pre-supposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat dalam
negara dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma hukum
di bawahnya. Bahkan Nawiasky juga menegaskan bahwa isi norma fundamental negara
merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau undang-undang dasar.[4]

Apabila mencermati maksud norma dasar menurut Kelsen dan atau norma fundamental
negara menurut Nawiasky maka Pancasila merupakan norma dasar yang menginduki
segala macam norma dalam tatanan norma di Indonesia. Untuk memperjelas kedudukan
norma dasar dalam tatanan hukum suatu negara, Kelsen juga menjelaskan pola hubungan
antarnorma melalui teorinya stufenbau atau hirarkis norma. Kelsen menjelaskan
hubungan antara norma yang mengatur pembentukan norma lain dengan norma yang lain
lagi dapat digambarkan sebagai hubungan antara “superordinasi” dan “subordinasi” yang
merupakan kiasan keruangan.

Norma yang menentukan norma lain adalah norma yang lebih tinggi, sedangkan norma
yang dibentuk menurut peraturan ini adalah norma yang lebih rendah.[5] Menurut
Achmad Ali, stufenbau theorie Kelsen merupakan peraturan hukum keseluruhannya dari
norma dasar yang berada di puncak piramida, dan semakin ke bawah semakin beragam
dan menyebar. Norma dasar teratas adalah bersifat abstrak dan semakin ke bawah
semakin konkrit. Dalam proses itu, apa yang semula berupa sesuatu yang “seharusnya”,
berubah menjadi sesuatu yang “dapat” dilakukan.[6]

Teori Kelsen tentang hirarkis norma kemudian dikembangkan oleh muridnya Nawiasky
dalam bukunya Allgemeine Rechtslehere. Nawiasky menegaskan bahwa sistem norma
hukum di negara manapun selalu berlapis dan berjenjang. Norma yang di bawah berlaku,
bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, sampai pada suatu norma
yang tertinggi yang disebut norma dasar. Nawiasky kemudian memberi gagasan baru
tentang sistem norma tersebut yaitu dengan adanya pengelompokan norma.

Menurut Nawiasky, pengelompokan norma dalam suatu negara terdiri atas empat
kelompok besar yaitu: kelompok pertama, Staats fundamental norm atau norma
fundamental negara. Kelompok kedua, Staatgrundgesetz (aturan dasar/pokok negara).
Kelompok ketiga, Formell Gesetz (Undang-Undang). Kelompok keempat, Verordnung &
Autonome Satzung (aturan pelaksana & aturan otonom).[7]

Berdasarkan gagasan Kelsen dan Nawiasky di atas tentang stufenbau theorie atau teori
tata urutan norma, dapat dipahami bahwa norma dasar atau norma fundamental negara
berada pada puncak piramida. Apabila dikaitkan dengan Pancasila, maka dapat dikatakan
bahwa Pancasila sebagai norma dasar berada pada puncak piramida norma. Dengan
demikian, Pancasila kemudian menjadi sumber tertib hukum atau yang lebih dikenal
sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Hal demikian, telah dikukuhkan oleh memorandum DPR-Gotong Royong yang kemudian
diberi landasan yuridis melalui Ketetapan MPR No. XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR
No. V/MPR/1973 jo Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978[8]. Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum dimaksudkan sebagai sumber dari tertib hukum negara
Indonesia. Menurut Roeslan Saleh, fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber
hukum mengandung arti bahwa Pancasila berkedudukan sebagai:

1. Ideologi hukum Indonesia;

2. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum Indonesia;

3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan hukum di
Indonesia;

4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa Indonesia, juga
dalam hukumnya.[9]

Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian kembali
dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum Dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga ayat:

1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan;

2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis;

3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah sumber hukum
dalam sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber hukum (tempat untuk
menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang tertulis dan tidak tertulis. Selain
itu, menjadikan Pancasila sebagai rujukan utama dari pembuatan segala macam peraturan
perundang-undangan. Akan tetapi, tidak lagi ditemukan istilah Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum. Hal ini memang tidak mengganggu keberadaan Pancasila
sebagai norma dasar yang menginduki segala norma tetapi tentu mengurangi supremasi
dan daya ikat Pancasila dalam tatanan hukum.

Dikatakan demikian, karena nilai-nilai Pancasila seperti sebagai pandangan hidup,


kesadaran, cita-cita hukum dan cita-cita moral tidak lagi mendapatkan legitimasi yuridis.
Terutama, sistem hukum modern sudah banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran
positivisme hukum yang hanya mengakui peraturan-peraturan tertulis. Untuk itu, adalah
suatu kekeliruan apabila tidak menerangkan secara eksplisit mengenai Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum.

Menariknya, supremasi Pancasila dalam sistem hukum kembali ditemukan dalam


Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Pada Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 ini disebutkan “Pancasila
merupakan sumber segala sumber hukum negara”. Undang-undang tersebut kemudian
diganti dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 (sebagaimana terakhir diubah
sebagian dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2019) yang mengatur tentang hal yang
serupa.

Pada Pasal 2 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 ini tetap menegaskan hal yang sama
sebagaimana dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 bahwa Pancasila merupakan
sumber segala sumber hukum negara. Dengan demikian, keberadaan Pancasila kembali
menjadi supreme norm dalam sistem hukum negara Indonesia sehingga Pancasila sebagai
suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum maupun cita-cita moral bangsa
terlegitimasi secara yuridis.
Kesimpulan
Pancasila sebagai philosopische grondslag atau pandangan hidup bangsa Indonesia
memiliki kedudukan sebagai staats fundamental norm yang merupakan dasar asas dalam
mendirikan negara, besifat tetap, tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak
membenarkan perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum
atau sebagai sumber hukum dasar nasional di Indonesia. Penegasan serta legitimasi
kedudukan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum negara (kaitannya dengan
theorie von stufenfbau der rechtsordnung) selain telah secara jelas termaktub dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, juga telah secara jelas tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2019.
E. Nilai prakis
Pengertian Nilai Praksis Pancasila
Nilai praksis Pancasila adalah nilai instrumental Pancasila dalam menerapkan praktik
nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti kehidupan berbangsa, bermasyarakat,
beragama, dan berbangsa. Sebagai tanggapan, perwujudan nilai-nilai praktis Pancasila
tersebut memiliki penjabaran dari nilai-nilai inti Pancasila. Ia dapat berkembang, terus
berubah, dan (secara revolusioner) meningkat dalam menanggapi perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi di zaman kekaguman masyarakat. Tata cara perubahan
kebijakan Pancasila disebut juga penyesuaian.

Pengertian Nilai Praksis

Memahami nilai pengamalan Pancasila yang benar-benar berlaku dalam kehidupan nyata,
seperti kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan bernegara. Bisa saja terjadi perubahan
makna amalan, dan dapat dikatakan bahwa makna amalan adalah penerapan nilai-nilai
instrumental dan nilai-nilai ideal dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian nilai
instrumental, dalam bentuk UUD 1945 dan ukuran normatif lainnya, lebih kreatif dan
dinamis mengembangkan inti atau nilai ideal sesuai dengan peraturan pemerintah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.

Anda Mungkin Juga Menyukai


Nilai instrumental ini dapat berubah. Perwujudan nilai instrumental ini dapat diwujudkan
dengan berbagai cara, memungkinkan terjadinya perubahan atau transformasi yang
disesuaikan dengan tatanan zaman dan kondisi iklim yang terus berkembang. Dwi
Sulisworo, Tri, dkk dalam bukunya bukunya yang berjudul Pancasila (2012),
menunjukan bahwa nilai amalan itu sendiri merupakan perwujudan cita-cita hidup setelah
mengolahnya dengan norma dan pedoman yang dibuat. Nilai-nilai praktis itu nyata dan
selalu ada kesenjangan dalam kaitannya dengan nilai-nilai inti. Jika ada kesenjangan
antara nilai inti dan nilai praktis, maka dimensi normatif harus berperan.

Sementara itu, dalam buku SMP VIII tentang Pendidikan Kewarganegaraan, Hadi
Wiyono dan Isworo menyatakan bahwa pengertian nilai praksis Pancasila adalah
perwujudan nilai instrumental dalam praktik nyata realitas sehari-hari dalam masyarakat,
bangsa dan negara. Dalam mewujudkan amalan tersebut, penghalusan nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan dapat senantiasa diubah dan ditingkatkan (di
reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
keinginan masyarakat. Berdasarkan Seamolec Learning Resources, Hak Asasi Manusia
(HAM) juga cocok dengan nilai dan perangkat inti Pancasila.

Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, dan karunia-Nya untuk negara, hukum, pemerintahan, dan segala kehormatan
dari hak dan martabat manusia. Berdasarkan pemahaman tersebut, keselarasan dengan
hak asasi manusia Pancasila dapat dilihat dalam pemajuan nilai-nilai kemanusiaan yang
konsisten.

Pancasila menghormati hak asasi semua warga negara, termasuk orang asing. Jaminan ini
termasuk dalam nilai-nilai Pancasila. Dalam suratnya, reifikasi nilai-nilai praktis
termasuk penjabaran nilai-nilai inti Pancasila. Pancasila senantiasa berkembang, dari
waktu ke waktu, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat dan masyarakat.
Proses modifikasi kaidah nilai pancasila di atas disebut juga dengan modifikasi.

Pengertian Nilai Praksis


Pengertian Nilai Praksis Pancasila dan Contohnya 1
:

Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari


Sejarah Pancasila: Fungsi, Kedudukan, Makna, dan Butir-Butir Pengamalan
Memaknai Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Mengenal Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara, Fungsi, & Lambangnya
Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Contoh Nilai Praksis Pancasila
Dalam praktiknya, nilai praksis Pancasila dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari
kita, sekaligus dalam bentuk pemerintahan. Berdasarkan uraian pengertian nilai praksis
Pancasila di atas, berikut ini contoh wujud dari nilai Praksis Pancasila:

1. Contoh Nilai Praksis Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


a. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-1
Tidak mengharuskan warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi hukum
Indonesia mengharuskan mereka untuk memeluk suatu agama
Pemerintah menjamin kehidupan beragama dan toleransi antarumat beragama
Pengabdian kepada Tuhan untuk memenuhi kewajiban dan larangan negara menurut
agama dan kepercayaan masing-masing
Percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, selalu mengawasi semua tindakan yang kita
lakukan di dunia ini, dan bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi di masa depan
b. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-2
Memahami bahwa setiap orang memiliki hak cipta, kekuasaan, dan kekuatan Karsa yang
tidak ada persamaannya dengan makhluk lain
Pemerintah akan selalu berupaya meningkatkan potensi seluruh masyarakat tersebut
Pengakuan martabat manusia. Ini juga penting karena dengan mengenali cara
melakukannya, martabat manusia menjadi lebih baik dan tidak berkurang lagi
Penghormatan untuk mencapai kemerdekaan adalah hak semua orang
Urusan pemerintahan harus mampu mewujudkan keadilan dalam peradaban yang sangat
kuat.
c. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-3
Cinta bangsa dan negara adalah bagian dari nilai dan makna nasionalisme
Komitmen terhadap tanah air dan warga negara Indonesia dapat memberdayakan seluruh
warga negara, dimanapun mereka kembali ke Indonesia
Memajukan nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
Pemerintah, penghapusan berbagai kekuasaan, memperoleh kekuasaan menurut suku,
asal, dan warna kulit
Pemahaman nilai persatuan Indonesia secara keseluruhan akan menumbuhkan tata kelola
yang ada dalam nilai itu dan membentuk kehidupan masyarakat Indonesia.
d. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-4
Pimpinan aparatur pemerintah dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi
adalah yang dapat berkembang sesuai dengan pedoman. Kebijaksanaan berdasarkan akal
sehat
Dalam ilmu pemerintahan, seluruh rakyat Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama. Gotong royong merupakan nilai yang harus dan harus diterima
oleh pemerintah
Pengakuan nilai kedaulatan di tangan rakyat merupakan ciri negara demokrasi
Karena pengurus negara ini adalah wakil rakyat, maka pemerintahan rakyat harus dapat
menyatakan kepentingan seluruh rakyat, bukan kepentingan kelompok/kelompok rakyat.
e. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-5
Menekankan prinsip-prinsip pemerintah yang mendukung kemajuan dan pembangunan
Tujuan masyarakat adil dan makmur di sini harus dapat dicapai oleh aparatur pemerintah
Nilai-nilai antara hak dan kewajiban serta saling menghormati, dan semua warga negara
dapat saling menghormati.
Pengertian Nilai Praksis
Pengertian Nilai Praksis Pancasila dan Contohnya 1
2. Contoh Nilai Praksis Pancasila dalam Pemerintahan
a. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-1
Untuk menciptakan kesempatan memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, permadani keagamaan. Misalnya, mensosialisasikan kegiatan
keagamaan, memperkenalkan hari raya pada masa-masa keagamaan, meninggikan cahaya
keimanan dan ketaqwaan, mengikrarkan agama, dan beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa
Tidak memaksa warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi hukum Indonesia
mengharuskan mereka untuk memeluk suatu agama. Saat ini, ada lima agama yang diakui
Pemerintah menjamin kehidupan beragama dan toleransi antar umat beragama. Toleransi
berlaku di sini, terutama dalam hal izin untuk menganut atau menyembah agama lain
Pengabdian kepada Allah SWT. Pemerintah dapat mewujudkan terpenuhinya segala
kewajiban dan larangan setiap negara menurut agama dan kepercayaannya
Keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengawasi segala
tindakan kita di dunia ini untuk mempertanggungjawabkan masa depan
Persetujuan adanya Tuhan Yang Maha Esa, artinya segala sesuatu yang ada di dunia ini
ada karena diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
Pemerintahan harus menjamin bahwa semua warga negara Indonesia (warga negara
Indonesia dan orang asing) menganut agama dan kepercayaan sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
b. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-2
Pengakuan martabat manusia. Hal ini penting karena persepsi tentang harkat dan
martabat manusia juga telah meningkat dan tidak lagi berdampak pada orang lain
Penghormatan terhadap kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan harus dihapuskan
oleh seluruh dunia, khususnya Indonesia. Karena itu juga merupakan dasar pemerintahan,
misi memenuhi kewajibannya dan tidak bertindak sewenang-wenang terhadap individu
lain
Pejabat tinggi pemerintah harus mampu mewujudkan keadilan dengan peradaban yang
kokoh. Mungkin bijaksana untuk mengadopsi kebijakan dan sikap ketika menghadapi
masalah yang muncul di negara itu. Dengan kata lain, pejabat pemerintah Indonesia tidak
samar-samar menunggu dalam menghadapi gejolak sosial
Memahami orang ini sebagai makhluk Tuhan yang universal dan biarkan otoritas
pemerintah menempatkannya sesuai dengan fakta. Ini bukan pernyataan yang
merendahkan, tidak diskriminatif, dan selalu mengakui persamaan hak orang lain
Pemerintah berlaku adil terhadap semua warga negara dan penduduk wilayahnya
Orang yang berakal memiliki rasa hak cipta yang merupakan kekuatan yang berbeda dari
makhluk lain
Pemerintah berupaya meningkatkan potensi seluruh masyarakat. Melalui hak cipta dan
inisiatif
c. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-3
Cinta Nasional Ini adalah bagian dari nilai dan makna nasionalisme. Pejabat pemerintah
dapat berkreasi dan mensosialisasikan untuk negara Indonesia dan daerah asal
Komitmen terhadap tanah air dan negara Indonesia. Hal ini akan memungkinkan semua
warga negara untuk menunjukkan semua prestasi dan kemampuannya dimanapun mereka
kembali ke Indonesia. Mereka mengabdikan seluruh hidup dan ilmunya untuk kejayaan
bangsa Indonesia
Memajukan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sebagai wakil dan tokoh nasional
yang dipercaya masyarakat untuk menyusun rencana dan strategi pencapaian tujuan
pembangunan nasional. Pemerintah dapat mengundang pihak mana saja untuk bergabung
kapan saja. Pemerintah dapat mendorong persatuan seluruh komponen negara, dan jika
terjadi perselisihan dan pemerintah akan menjadi mediator dalam mendukung persatuan
Indonesia dan penyelesaian perselisihan
Administrasi, penghapusan kekuasaan, dan perolehan kekuasaan tidak tergantung pada
suku, asal, dan warna kulit. Pejabat pemerintah dapat dipekerjakan dari mana saja di
negara ini, tergantung pada pengalaman dan keuntungan mereka di Indonesia. Tidak ada
leluhur khusus atau otoritas berbasis yang etnis
Setelah memahami semua nilai persatuan Indonesia, pemerintahan memperoleh nilai dan
membentuk masyarakat Indonesia. Setiap orang, tanpa memandang kebangsaan, ras atau
agama, perlu melindungi diri mereka sendiri di semua bidang. Tentunya sesuai dengan
aturan dan ketentuan yang berlaku
d. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-4
Pejabat tinggi pemerintah adalah orang yang dapat merumuskan kebijakan berdasarkan
akal sehat dan kebijaksanaan dari bawah sampai atas. Tidak ada pemimpin yang bisa
menerima tawaran dan kritik dari mereka yang memilihnya
Dalam pemerintahan, semua warga negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama. Misalnya, dalam pemilu, setiap orang yang memiliki hak pilih
memiliki hak untuk memilih (pemilih aktif) dan hak untuk memilih (pemilih pasif)
Gotong royong juga patut diterima oleh pemerintah. Gotong royong berarti semua pejabat
pemerintah mengejar tujuan yang sama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan itu
dengan cepat
Pengakuan nilai kedaulatan berada ditangan rakyat sebagai ciri negara demokrasi.
Pemerintah lahir dari rakyat, dan seluruh pemerintahan mewakili rakyat yang dipilih
dalam proses pemilihan
Pemerintah rakyat harus menyatakan kepentingan seluruh rakyat, bukan kepentingan
golongan/kelompok atau perseorangan, karena penyelenggara pemerintahan adalah wakil
rakyat. Semua kebijakan pemerintah, penyelenggara negara untuk rakyat sebenarnya
adalah wakil rakyat untuk rakyat
e. Contoh Nilai Praksis Pancasila Sila ke-5
Pemerintah melindungi seluruh warga negara Indonesia untuk tenaga kerja Indonesia dan
pembangunan sesuai dengan wilayahnya. Misalnya dengan meningkatkan keterampilan
dan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas. Jika mereka diberi kesempatan dan
keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya, mereka pun bisa membangun negara
Tujuan masyarakat adil dan makmur harus dicapai oleh aparatur pemerintah. Ide-ide
tersebut tidak hanya mencakup tujuan fisik atau materi, tetapi juga tujuan mental
Menekankan prinsip-prinsip pemerintah yang mendukung kemajuan dan pembangunan.
Oleh karena itu, tidak ada pemborosan dalam melaksanakan pembangunan tersebut
Nilai antara hak dan kewajiban dan menghormati orang lain, dan semua warga negara
saling menghormati
Pengertian Nilai Praksis
Pengertian Nilai Praksis Pancasila dan Contohnya 1
Mengokohkan Nilai Praksis Pancasila
Lahirnya Pancasila adalah kemunculan judul pidato Bung Karno pada konferensi
BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam sambutannya, Bung Karno memaparkan
konsep dan rumusannya sendiri tentang “Pancasila” sebagai falsafah nasional merayakan
kemerdekaan Indonesia. Di sisi lain, 1 Juni 2017 resmi menjadi hari libur nasional untuk
memperingati kelahiran Pancasila.

Baru kemarin, 1 Juni, seluruh rakyat Indonesia merayakan kelahiran Pancasila. Selama
perjalanan, Pancasila menjadi dasar untuk menyerang negara dari kiri dan kanan. Dua
pemogokan untuk mengubah ideologi Pancasila itu dianggap tidak relevan atau karena
implementasi nilai-nilai Pancasila tidak mengikuti petunjuknya.

Gagasan idealisme yang tertanam kuat oleh para pendiri negara ke dalam seperangkat
keyakinan, nilai-nilai normatif, moral, dan visi yang kohesif yang sesuai dengan budaya
asli nenek moyang negara, disajikan melalui pemikiran yang mendalam, dan perdebatan
panjang
Ketika Grameds menemukan seseorang yang gagap dalam kehidupan sehari-hari, nilai-
nilai praktis adalah bentuk realisasi, dan menyadari apa itu Pancasila jauh melampaui
harapan. Pancasila dapat didefinisikan sebagai nilai idealis, tetapi tidak terlalu kuat
terhadap nilai aktualnya.

F. Trias Politika[sunting | sunting sumber]


Montesquieu paling dikenal dengan ajaran Trias Politika (pemisahan kekuasaan negara
menjadi tiga): eksekutif (pelaksana undang-undang), legislatif (pembuat undang-undang),
dan yudikatif atau kehakiman (pengawas pelaksanaan undang-undang).
Trias politica menurut montesquieu, adalah sebagai berikut:
Eksekutif: merupakan lembaga yang melaksanakan undang-undang. Lembaga eksekutif
dipimpin oleh seorang raja atau presiden beserta kabinetnya. Tidak hanya melaksanakan
undang-undang, lembaga ini juga mempunyai beberapa kewenangan. Menurut Miriam
Budiardjo, lembaga eksekutif mempunyai kewenangan diplomatik, yudikatif,
administratif, legislatif, dan militer. Kewenangan diplomatik yaitu kewenangan
menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Kewenangan
yudikatif adalah kewenangan memberikan grasi dan amnesti kepada warga negaranya
yang melakukan pelanggaran hukum. Kewenangan administratif adalah kewenangan
melaksanakan peraturan dan perundang-undangan dalam administrasi negara. Melalui
kewenangan legislatifnya, seorang presiden atau menteri dapat membuat undang-undang
bersama dewan perwakilan. Lembaga eksekutif juga mempunyai kewenangan mengatur
angkatan bersenjata, menyatakan perang apabila dibutuhkan, dan menjaga keamanan
negara.
Legislatif: merupakan lembaga yang dibentuk untuk mencegah kesewenang-wenangan
raja atau presiden. Lembaga legislatif yang merupakan wakil dari rakyat ini diberikan
kekuasaan untuk membuat undang-undang dan menetapkannya. Tidak hanya itu,
lembaga ini juga diberikan hak untuk meminta keterangan kebijakan lembaga eksekutif
yang akan dilaksanakan maupun yang sedang dilaksanakan. Selain meminta keterangan
kepada lembaga eksekutif, lembaga ini juga mempunyai hak untuk menyelidiki sendiri
dengan membentuk panitia penyelidik. Hak mosi tidak percaya juga dimiliki oleh
lembaga ini. Hak ini merupakan hak yang memiliki potensi besar untuk menjatuhkan
lembaga eksekutif.
Yudikatif: mempunyai kekuasaan untuk mengontrol seluruh lembaga negara yang
menyimpang atas hukum yang berlaku pada negara tersebut. Lembaga yudikatif dibentuk
sebagai alat penegakan hukum, hak penguji material, penyelesaian penyelisihan, hak
mengesahkan peraturan hukum atau membatalkan peraturan apabila bertentangan dengan
dasar negara.

G. A. Kebhinnekaan Bangsa Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna“berbeda-beda tetapi tetap satu.” Kebhinnekaan


merupakan realitas bangsa yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya untuk mendorong
terciptanya perdamaian dalam kehidupan bangsa dan negara.Bhinneka Tunggal Ika dibutuhkan
sebab Indonesia adalah wilayah yang rentan terjadi konflik.Hal ini disebabkan banyaknya suku,
budaya, agama, dan etnik yang berbeda-beda.

B. Pentingnya Konsep Integrasi Nasional


1. Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagaisuatu
bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dandirealisasikan dalam satu kesepakatan
atau konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

2. Syarat Integrasi
 Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-
kebutuhan antara satu dan lainnya.
 Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang dilestarikan dan dijadikan pedoman.
 Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses
integrasi sosial
C. Faktor-Faktor Pembentuk Integrasi Nasional
1. Faktor Pembentuk Integrasi Nasional
 Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
 Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol Negara yaitu Garuda Pancasila dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
 Dsb
2. Faktor Penghambat Integrasi Nasional
 Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
 Kurangnya toleransi antargolongan.
 Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar.
D. Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI;

Ada dua tantangan yang mesti dihadapi untuk menjaga keutuhan NKRI, yaitu

1. Tantangan global

Tantangan yang datang dari dinamika perpolitikan internasional seperti kebijakan PBB dsb

2. Tantangan internal

Tantangan yang datang dari dalam negeri seperti aksi separatisme dsb

E. Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan

Bangsa

1. Kesadaran Warga Negara

Seluruh rakyat Indonesia harus memiliki kesadaran untuk senantiasa menjaga kesatuan dan
persatuan NKRI

2. Pengertian Bela Negara


Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara.

Setiap warga negara wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman,
gangguan, tantangan, dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.

3. Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Diantara bentuk bela negara yang bisa dilakukan oleh rakyat antara lain:

 Belajar pendidikan kewarganegaraan


 Mengikuti pelatihan dasar kemiliteran
 Mengabdi sebagai Tentara Nasional Indonesia
 Mengabdi sesuai dengan keahlian atau profe

H. Terdapat 3 prinsip dasar HAM yaitu 1) Prinsip Keadilan (Equity), dimana di dalamnya
menyangkut kesetaraan (equality), non diskriminasi, kesetaraan dalam mengakses
layanan public, terbukanya kesempatan setiap orang untuk berpartisipasi, 2) Prinsip
Martabat (Dignity), dan 3) Prinsip Humanity.

Anda mungkin juga menyukai