Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS READING

COMPREHENSION MATERI ENERGI UNTUK MENDIAGNOSIS


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP
Firda Fauziah1, Muhardjito, dan Asim
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang (UM)
Universitas Negeri Malang
1
e-mail:firdafauziah_92@yahoo.com

ABSTRAK
Penanaman kebiasaan berpikir kritis memberikan dampak positif bagi siswa
untuk mampu mempersiapkan diri pada berbagai disiplin ilmu serta dapat
memenuhi kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi diri. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevalusi dan menyimpulkan terhadap
informasi yang telah dibaca disertai dengan alasan yang logis dan reflektif.
Reflektif berarti mampu menciptakan alternatif jawaban dengan
mempertimbangkan secara hati-hati sebelum mengambil keputusan. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis,
diperlukan suatu instrumen yang dapat mendiagnosis kemampuan berpikir kritis.
Supaya siswa mampu berpikir kritis maka siswa harus membaca kritis. Membaca
kritis menuntut pembaca untuk memahami seluruh isi yang tertera bahkan
kemampuan dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengaplikasikan informasi isi
bacaan. Oleh karena itu dikembangakan instrumen penilaian berbasis reading
comprehension untuk mendiagnosis kemampuan bepikir kritis siswa SMP.
Kegiatan membaca kritis sepenuhnya melibatkan kemampuan berpikir kritis.
Pada dasarnya kemampuan berpikir kritis dimulai dari kemampuan membaca
secara kritis (Hassoubah, 2009). Penelitian menunjukkan bahwa melalui
instrumen penilaian berbasis reading comprehension dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Karena dalam proses membaca
terjadi proses menganalisis, mengevaluasi, dan mengidentifikasi teks bacaan.
Siswa yang kritis akan menjawab soal sesuai dengan indikator berpikir kritis.

Kata Kunci: berpikir kritis, reading comprehension.

Penanaman kebaiasaan berpikir kritis memberikan dampak positif bagi


siswa. Karena menurut Kartimi (2012:23) berpikir kritis mampu mempersiapkan
siswa berpikir pada berbagai disiplin ilmu serta dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi dirinya Untuk mengetahui
keberhasilan siswa dalam berpiki kritis, diperlukan suatu alat ukur yang dapat
mengukur kemampuan berpikir kritis. Pengukuran dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk mengukur atribut atau karakteristik siswa tertentu. Berpikir
kritis termasuk karakteristik psikologi seseorang yang dapat diketahui
kualifikasinya (rendah, sedang, atau tinggi) dan itu dapat diketahui apabila
diadakan pengukuran yang sesuai dengan insdikator berpikir kritis.
Pengembangan instrumen penilaian berbasis reading comprehension
digunakan untuk mendiagnosis kemampuan berpikir siswa SMP. Indikator
berpikir kritis menurut Ennis (Kartimi, 2012:23) terdapat lima tahap berpikir
masing-masing indikatornya sebagai berikut: (1) Memberikan penjelasan,
meliputi: menfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, dan bertanya dan
menjawab tentang suatu penjelasan, (2) Membangun keterampilan dasar, meliputi:
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak, dan mengamati dan
mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi, (3) Menyimpulkan,
mendeduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan
menentukan nilai pertimbangan, (4) Memberikan penjelasan lanjut, meliputi:
mendefinisikan istilah dan pertimbangan dalam tiga dimensi, dan mengidentifikasi
asumsi, (5) Mengatur strategi dan taktik, meliputi: a) menentukan tidakan, b)
berinteraksi dengan orang lain.
Sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget bahwa tahap pemikiran
operasional formal dimulai pada usia 11 dan 12 tahun. Tahap pemikiran
operasional formal siswa sudah mulai mampu berpikir abstrak dan menciptakan
alternatif jawaban. Menurut Syahbana (2012:51)berpikir kritis sudah dapat
diterapkan pada anak usia SMP, karena anak usia SMP (12-15) sudah masuk
dalam kategori tahap operasi formal. Oleh karena itu penelitian yang
dikembangakan yaitu “Pengembangan Penilaian Instrumen Berbasis Reading
Comprehension Materi Energi untuk Mendiagnosis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa SMP”.
Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi
informasi dalam memori (Santrock,2008:357). Berpikir sering dilakukan untuk
membentuk konsep, bernalar, dan berpikir secara kritis. Karena dalam proses
berpikir melibatkan aktifitas kognitif dalam merenungkan, menganalisis, dan
mempertimbangkan serta menarik kesimpulan dalam berbagai hal. Menurut
Daniel (2010: 4) berpikir kritis mencakup tindakan untuk mengevaluasi situasi,
masalah, atau argumen suatu permasalahan. Menurut Fisher (2009:10) berpikir
kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi
dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Berdasarkan pendapat para ahli maka
dalam peneletian ini berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis,
mengevalusi dan menyimpulkan terhadap informasi yang telah dibaca disertai
dengan alasan yang logis dan reflektif. Reflektif berarti mampu n menciptakan
alternatif jawaban dengan mempertimbangkan secara hati-hati sebelum
mengambil keputusan.
Proses membaca itu sebenarnya sama halnya dengan proses ketika orang
sedang berpikir dan bernalar. Proses membaca melibatkan aspek-aspek berpikir,
seperti mengingat, memahami, membadakan, menemukan, menganalisis,
mengorganisasi, dan akhirnya menerapkan apa yang terkandung dalam bacaan.
Tujuan membaca sangat berpengaruh dalam proses membaca dan pemahaman.
Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman. Menurut Taslim(2011)
membaca pemahaman yaitu kegiatan membaca yang dilaksanakan oleh pembaca
agar tercipta suatu pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam bacaan.
Dalam membaca pemahaman seseorang harus mampu mengungkap betul-betul
memahami makna dan tujuan bacaan. Menurut Taslim (2011:64) membaca
pemahaman ialah kemampuan seseorang pembaca untuk memahami seluruh
informasi yang tertera dalam bacaan baik tersirat maupun tersurat, bahkan
kemampuan seseorang pembaca untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi
dan mengaplikasikan informasi atau isi dari bacaan. Pada dasarnya kemampuan
berpikir kritis dimulai dari kemampuan memca secara kritis (Hassoubah, 2009).
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan
model pengembangan Reseach and Development (R & D)
(Sukmadinata,2008:189). Secara garis besar langkah penelitian terdiri atas tiga
langkah, yaitu studi pendahuluan, pengembangan produk, dan implementasi
produk. Kegiatan pada pengembangan ini adalah (1) studi pendahuluan yang
meliputi studi pustaka, studi lapangan, dan perencanaan. (2) pengembangan,
meliputi pengembangan draf produk, validasi instrumen, revisi instrumen, uji
coba terbatas, analisis hasil uji coba terbatas, dan produk hasil pengembangan.
Studi pendahuluan meliputi studi pustaka dengan menkaji indikator
berpikir kritis dan menyesuaikan materi dengan indikator. Sedangkan untuk study
lapangan yaitu melalui wawancara guru fisika SMP untuk mengetahui bagaimana
kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Berdasarkah hasil studi pendahuluan
dilakukan pengembangan instrumen berbasis reading comprehension. Tahap
selanjutnya instrumen yang telah selesai dikembangkan dilakukan validasi oleh
ahli dan praktisi sebelum dilakukan uji coba produk. Instrumen yang digunakan
dalam pengumpulan data kepada evaluator berupa angket. Angket yang digunakan
disusun dengan skala Lingkert berupa angka-angka acuan 4, 3, 2, 1. Angka-angka
tersebut kemudian dikualitatifkan sehingga data disimpulkan tingkat kelayakan
produk yang dikembangkan. Data kualitatif berupa kritis, saran, dan tanggapan
dari validator.
Tabel 1 Skala Penilaian untuk Evaluasi Instrumen Berbasis Reading
Comprehension
Skala Penilaian
4 3 2 1
Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Layak Cukup Layak Kurang Layak Tidak Layak
Jelas Cukup Jelas Kurang Jelas Tidak Jelas
Mudah Cukup Mudah Kurang Mudah Sukar
Tepat Cukup Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat
Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Dapat Cukup Dapat Kurang Dapat Tidak Dapat
(diadaptasi dari Arikunto, 2002: 216)

Data angket dengan menggunakan skal lingket yang berkriteria tingkat


empat kemudian dianalisis melalui persentase rata-rata skor item pada setiap
jawaban dari setiap pertanyaan dalam angket,

Analisis persentase dirumuskan dengan

𝑋
𝑃= 𝑥 100% (Arikunto, 2012:272)
𝑋1
Keterangan:
𝑃 = Persentase kelayakan instrumen
𝑋= jumlah total sekor jawaban evaluator
𝑋1 = jumlah total sekor jawaban tertinggi
Penilaian nilai hasil evaluasi instrumen selanjutnya dibandingkan dengan
kriteria pada Tabel berikut.

Tabel 2 Kriteria Evaluasi


Prosentase (%) Kriteria Evaluasi
85 - 100 Sangat valid, dapat digunakan tanpa
revisi
70 - 85 Cukup valid, dapat digunakan namun
perlu direvisi kecil.
50 - 70 Kurang valid, disarankan tidak
dipergunakan karena perlu revisi besar.
0 - 50 Tidak valid, tidak boleh dipergunakan.
(diadaptasi dari Akbar, 2013:41)

Persentase sekor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa adalah:


𝑓
𝑃% = 𝑁 × 100% (Arikunto, 2012:272)
Keterangan:
P: persentase kemampuan berpikir kritis siswa
f: sekor rata-rata yang diperoleh
N:sekor maksimal
Kriteria pengukuran tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat
di Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis
Angka Keterangan
81% - 100%% Baik sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pengembangan


Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa
instrumen berbasis reading comprehension untuk mendiagnosis kemampuan
berpikir kritis siswa SMP. Instrumen berbasis reading comprehension terdiri
dari:1) kisi-kisi instrumen berbasis reading comprehension, 2) teks beserta butir-
butir soal uraian, 3) dan rubrik penilaian.

Penyajian dan Analisis Data Hasil Validasi Instrumen Berbasis Reading


Comprehension Oleh Validator Ahli dan Praktisi
Validasi instrumen berbasis reading comprehension melibatkan dosen
Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang sebagai validator ahli dan guru SMP
Negeri 1 Purwoharjo sebagai validator praktisi. Data yang diperoleh dari validasi
pengembangan instrumen berbasis reading comprehension sebagai berikut.
Tabel 4 Hasil Validasi Instrumen Berbasis Reading Comprehension
VALIDATOR Kriteria
NO URAIAN Persentase(%) Keterangan
1 2 3 4 Validasi
Aspek Petunjuk:
Petunjuk
instrumen
berbasis reading
comprehension
untuk Sangat Tidak
I 3 4 4 3 87,5
mendiagnosis valid revisi
kemampuan
berpikir kritis
siswa
dinyatakan
dengan jelas
Aspek Cakupan
Soal Berbasis
II
Reading
Comprehension:
a. Rumusan
Sangat Tidak
soal logis 4 4 4 4 100
valid revisi
(realistis)
b. Kesesuaian
isi
instrumen
penilaian Sangat Tidak
4 4 4 4 100
dengan valid revisi
indikator
berpikir
kritis
c. Kesesuaian
instrumen Sangat Tidak
4 4 4 4 100
penilaian valid revisi
dengan KD
d. Butir soal
sesuai
dengan
Sangat Tidak
tingkat 3 4 3 3 87,4
valid revisi
kemampuan
berpikir
kritis
III Aspek Bahasa:
a. Rumusan
kalimat soal Cukup Revisi
3 3 3 3 75
komunikatif valid sedikit
.
b. Butir soal
menggunak
an bahasa Cukup Revisi
3 3 4 4 75
Indonesia valid sedikit
yang baik
dan benar.
c. Rumusan
soal tidak
menggunak
an kata atau
kalimat Sangat Tidak
4 4 4 4 100
yang valid revisi
menimbulk
an
penafsiran
berbeda.
d. Bahasa soal
tidak
menggunak
Sangat Tidak
an bahasa 4 4 4 4 100
valid revisi
yang
berlaku
setempat.
Total 32 34 34 33 92,36

Keterangan:
V1: Validator ahli
V2: Validator praktisi

Berdasarkan Tabel, terlihat bahwa hasil persentase masing-masing kriteria


terhadap instrumen berbasis reading comprehension sudah valid dan ada sedikit
revisi. Sedangkan secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata persentase dari
validasi ahli dan validari praktisi sebesar 92,36% dengan kriteria sangat valid.
Jadi dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan instrumen berbasis reading
comprehension yang telah dikembangkan adalah valid. Namun untuk
menyempurnakan perlu ada revisi sedikit pada rumusan soal dan penggunaan
bahasa yang baik dan benar.
Berdasarkan saran dan komentar validator demi menyempurnakan produk berupa
instrumen berbasis reading comprehension untuk mendiagnosis kemampuan
berpikir kritis maka penulis melakukan penyempurnaan sesuai saran dan komentar
validator. Hasil validasi yang telah direvisi dinyatakan valid sesuai hasil skor yang
telah diperoleh. Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen berbasis reading
comprehension kepada siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Purwoharjo.

Penyajian dan Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Berbasis Reading
Comprehension oleh Siswa
Data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen berbasis reading
comprehension berupa data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis
siswa. Hasil tes siswa dalam uji coba instrumen berbasis reading comprehension
oleh siswa kelas 8A, 8C, dan 8H SMP Negeri 1 Purwoharjo, bahwa secara
keseluruhan siswa mengerjakan selama 70 sampai 80 menit. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa mengerjakan sesuai dengan alokasi waktu yang
diberikan dalam mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis.
Pemberian skor pada hasil tes dilakukan dengan cara memeriksa nomor
demi nomor untuk semua siswa. Artinya diperiksa terlebih dahulu nomor satu
untuk semua siswa, kemudian diberi skor, dan setelah selesasi baru memeriksa
nomor dua dan nomor nomor selanjutnya dengan cara yang sama. Cara ini
memang membutuhkan waktu yang lama, namun lebih objektif karena jawaban
setiap nomor untuk setiap siswa dapat diketahui dan dibandingkan. Cara
pemberian skor ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan tingkat
berpikir siswa.

Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Berbasis Reading Comprehension


Instrumen berbasis reading comprehension yang telah divalidasi,
kemudian direvisi dan diketahui hasil validasi ahli dinyatakan dapat digunakan.
Langkah selanjutnya yaitu uji coba produk. Uji coba produk dilakukan di SMP
Negeri 1 Purwoharjo yang diberikan kepada siswa kelas 8 yaitu kelas 8A, 8C,
dan 8H. Instrumen berbasis reading comprehension digunakan untuk
mendiagnosis kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk mendiagnosis kemampuan
berpikir kritis maka siswa harus dapat mengerjakan soal sebagai alat ukur untuk
mendiagnosis kemampuan berpikir kritis siswa.
Dalam pelaksanaan uji coba produk rata-rata siswa mampu menyelesaikan
dan mengerjakan soal selama 70 sampai 80 menit, artinya sesuai dengan kisi-kisi
instrumen soal berbasis reading comprehension bahwa waktu untuk mengerjakan
soal selama 80 menit. Setelah siswa mengerjakan soal selanjutnya hasil tes
dikoreksi untuk mengetahui skor yang diperoleh siswa. Dalam pemberian skor
disesuaikan dengan skor yang telah ditentukan dalam kisi-kisi instrumen berbasis
reading comprehension dan rambu-rambu jawaban.
Hasil uji coba tes kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan
instrumen berbasis reading comprehension yang telah dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Purwoharjo memperolah hasil yang bervariasi. Hasil skor kemampuan
berpikir kritis yang disertai dengan kriteria kemampuan bepikir kritis
siswadisesuaikan dengan criteria yang telah ditentukan. Dari ketiga kelas uji coba
produk skor tertinggi siswa dari tes kemampuan berpikir kritis menggunakan
instrumen berbasis reading comprehension adalah 52 dengan nilai 92,86%. Skor
terendah dari hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa yaitu 9 dengan nilai
16,07%. Skor dan nilai yang diperoleh siswa menunjukkan tingkat dari
kemampuan berpikir kritis kritis siswa. semakin tinggi skor dan nilai yang
diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis siswa tinggi.
Hasil uji coba tes kemapuan berpikir kritis dengan menggunakan instrumen
berbasis reading comprehension, diketahui jumalah siswa dengan kriteria
kemampuan berpikir kritis baik sekali sebanya 16 siswa, baik sebanyak 36 siswa,
cukup sebanyak 30 siswa, dan kurang sebanyak 9siswa.
Tes kemampuan berpikir kritis sebagai evaluasi yang bermakana, sehingga
dari tes tersebut dapat digunakan sebagai bentuk latihan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Pemberian tes didasarkan pada manfaat dari
kemampuan berpikir kritis siswa menurut Kartimi (Kartimi, 2012:23) bahwa
berpikir kritis mampu mempersiapkan siswa berpikir pada berbagai disiplin ilmu
serta dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan pengembangan
potensi dirinya.

Saran Penamnfaatan dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut.


Beberapa saran yang berkaitan degan pengembangan instrumen berbasis
reading comprehension adalah sebagai berikut.

1. Saran untuk Keperluan Pemanfaatan Produk


a. Apabila guru ingin menggunakan instrumen berbasis reading comprehension,
sebaiknya guru menyesuaikan dengan materi yang diberikan dan soal yang
digunakan disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis.
b. Dalam mengembangkan soal sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti siswa.
c. Teks yang digunakan diharapkan mampu memberikan informasi dan
kontekstual agar dapat menambah wawasan bagi siswa.
d. Diberikan gambar yang disesuaikan dengan teks bacaan agar siswa mudah
menvisualisasikan soal.

2. Saran untuk Keperluan Pengembangan Lebih Lanjut


a. Tahap pengembangan sebaiknya dilanjutkan pada tahap penyebarluasan
karena pada pengembangan ini terbatas pada uji coba terbatas.
b. Diharapkan ada tindak lanjut pengembangan instrumen penilaian untuk
mendiagnosis kemampuan berpikir kritis dengan instrumen berbasis reading
comprehension.
c. Teks yang dikembangkan tidak hanya teks biasa namun berupa teks yang
memberikan informasi kepada siswa agar pengetahuan siswa juga meningkat.
d. Pengembangan tihak hanya pada materi energi namun juga materi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’adun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Rosda
Arikunto, Suharsimi.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Kedua).
Jakarta: Bumi Aksara
Hassoubah, Zalch I. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung:
Nuansa.
Joni, Raka. 1984. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.Surabaya: Karya Anda.
Kartimi. 2012. Pengembangan Alat Ukur Berpikir Kritis pada Konsep
Termokimia untuk Sisiwa SMA Peringkat Atas dan Menengah, (Online),
1(1) : 21-26 (http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii), diakses 9 Oktober
2013.
Martutik. 2001. Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurnika, Dewi. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis yang Tercermin dalam
Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Islam Al Maarif
Singosari. Skripsi. Malang: FS UM.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa.
Santrock. John W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Sumakdinata, Nana S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
SMP Melalui pendekatan Contextual Taaching and Learning. Jurnal
pendidikan 2(1):46-47.

Anda mungkin juga menyukai