ABSTRAK
Penanaman kebiasaan berpikir kritis memberikan dampak positif bagi siswa
untuk mampu mempersiapkan diri pada berbagai disiplin ilmu serta dapat
memenuhi kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi diri. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevalusi dan menyimpulkan terhadap
informasi yang telah dibaca disertai dengan alasan yang logis dan reflektif.
Reflektif berarti mampu menciptakan alternatif jawaban dengan
mempertimbangkan secara hati-hati sebelum mengambil keputusan. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis,
diperlukan suatu instrumen yang dapat mendiagnosis kemampuan berpikir kritis.
Supaya siswa mampu berpikir kritis maka siswa harus membaca kritis. Membaca
kritis menuntut pembaca untuk memahami seluruh isi yang tertera bahkan
kemampuan dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengaplikasikan informasi isi
bacaan. Oleh karena itu dikembangakan instrumen penilaian berbasis reading
comprehension untuk mendiagnosis kemampuan bepikir kritis siswa SMP.
Kegiatan membaca kritis sepenuhnya melibatkan kemampuan berpikir kritis.
Pada dasarnya kemampuan berpikir kritis dimulai dari kemampuan membaca
secara kritis (Hassoubah, 2009). Penelitian menunjukkan bahwa melalui
instrumen penilaian berbasis reading comprehension dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Karena dalam proses membaca
terjadi proses menganalisis, mengevaluasi, dan mengidentifikasi teks bacaan.
Siswa yang kritis akan menjawab soal sesuai dengan indikator berpikir kritis.
𝑋
𝑃= 𝑥 100% (Arikunto, 2012:272)
𝑋1
Keterangan:
𝑃 = Persentase kelayakan instrumen
𝑋= jumlah total sekor jawaban evaluator
𝑋1 = jumlah total sekor jawaban tertinggi
Penilaian nilai hasil evaluasi instrumen selanjutnya dibandingkan dengan
kriteria pada Tabel berikut.
Keterangan:
V1: Validator ahli
V2: Validator praktisi
Penyajian dan Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Berbasis Reading
Comprehension oleh Siswa
Data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen berbasis reading
comprehension berupa data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis
siswa. Hasil tes siswa dalam uji coba instrumen berbasis reading comprehension
oleh siswa kelas 8A, 8C, dan 8H SMP Negeri 1 Purwoharjo, bahwa secara
keseluruhan siswa mengerjakan selama 70 sampai 80 menit. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa mengerjakan sesuai dengan alokasi waktu yang
diberikan dalam mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis.
Pemberian skor pada hasil tes dilakukan dengan cara memeriksa nomor
demi nomor untuk semua siswa. Artinya diperiksa terlebih dahulu nomor satu
untuk semua siswa, kemudian diberi skor, dan setelah selesasi baru memeriksa
nomor dua dan nomor nomor selanjutnya dengan cara yang sama. Cara ini
memang membutuhkan waktu yang lama, namun lebih objektif karena jawaban
setiap nomor untuk setiap siswa dapat diketahui dan dibandingkan. Cara
pemberian skor ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan tingkat
berpikir siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’adun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Rosda
Arikunto, Suharsimi.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Kedua).
Jakarta: Bumi Aksara
Hassoubah, Zalch I. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung:
Nuansa.
Joni, Raka. 1984. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.Surabaya: Karya Anda.
Kartimi. 2012. Pengembangan Alat Ukur Berpikir Kritis pada Konsep
Termokimia untuk Sisiwa SMA Peringkat Atas dan Menengah, (Online),
1(1) : 21-26 (http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii), diakses 9 Oktober
2013.
Martutik. 2001. Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurnika, Dewi. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis yang Tercermin dalam
Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Islam Al Maarif
Singosari. Skripsi. Malang: FS UM.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa.
Santrock. John W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Sumakdinata, Nana S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
SMP Melalui pendekatan Contextual Taaching and Learning. Jurnal
pendidikan 2(1):46-47.