Anda di halaman 1dari 3

Keteladanan Orientasi Kebijakan Umar bin Khattab Terkait Subsidi dan

Bansos

Ibn Abad

Menaikkan harga BBM dengan dalih subsidi salah sasaran adalah alasan basi. Dalih
tersebut sudah dipakai sejak lama.

“Yang kami sesalkan selama 15 tahun terakhir ini, setiap pemerintah ingin menaikkan
harga BBM selalu menggunakan narasi subsidi salah sasaran atau subsidi dinikmatin orang
kaya," kata Wasekjen PBNU Rahmat Hidayat Pulungan dalam keterangannya, Sabtu 03
September 2022.

Kekeliruan kebijakan subsidi ada pada penetapan sistem terbuka dan tidak adanya
data kependudukan yang berhak menerima subsidi. Akibatnya, BBM subsidi juga dinikmati
oleh orang-orang kaya. Yang kemudian, subsidi salah sasaran menjadi kambing hitam, dan
rakyat kembali menderita.

Terkait subsidi, seharusnya pemerintah belajar banyak pada sejarah kepemimpinan


Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa kekhalifannya segala bentuk bansos dan subsidi
disinergikan dan diberikan tepat sasaran pada masyarakat yang membutuhkan.

Khalifah Umar adalah sosok yang sangat sederhana, cerdas, kreatif dan inovatif.
Setelah Nabi Muhammad Saw, adalah Khalifah Umar bin Khattab orang yang paling
menentukan jalannya sejarah Islam. Golongan pemikir Islam modernis sangat mengagumi
Khalifah Umar, tidak saja karena ia meneladani bagaimana menangkap semangat Islam
secara menyeluruh, tetapi juga karena ia berhasil menciptakan masyarakat yang menurut
jargon-jargon modern tentunya akan dinamakan demokratis dan sosialistis. (Nurcholish
Madjid, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2019, hal. 7).

Bentuk inovasi kebijakan Khalifah Umar di antaranya adalah gagasan pembukuan


Mushaf Al Qur’an, baitul mal, bansos dan subsidi. Dalam pidatonya, Khalifah Umar
menyatakan usahanya untuk meningkatkan penerimaan negara serta memenuhi kekurangan
kaum muslimin. (Haekal, Al-Faruq ‘Umar, Juz I, Darul Ma’arif, tanpa tahun: halaman 94).
Kesungguhan atas pernyataan tersebutlah yang melandasi dan membentuk bansos dan subsidi
di era kekhalifahannya.

Invansi negara Islam pada era Khalifah Umar sampai ke Syam, Mesir, dan Iraq.
Daerah-daerah yang lebih makmur oleh Khalifah Umar diberikan kebijakan untuk subsidi ke
daerah yang kekurangan.

Saat Madinah mengalami krisis, Khalifah Umar menulis surat kepada semua gubernur
di wilayah provinsi-provinsi lainnya untuk mengirimkan bahan makanan sebagai bentuk
subsidi silang. Bahan makanan pokok didatangkan dari Syam dan Mesir. Dampak lainnya
yang menarik dari subsidi itu ialah untuk menjaga agar harga makanan tetap stabil.
“Umar radliyallahu ‘anh mengirimkan surat kepada para gubernur di berbagai daerah
agar membantu penduduk Madinah dan sekitarnya. Gubernur pertama yang mengirimkan
bantuan adalah Abu Ubaidah bin Jarrah dengan membawa empat ribu unta yang penuh
muatan makanan. Lalu Umar menugaskan orang untuk membagikannya kepada penduduk di
sekitar Madinah dan dia pun ikut membagikannya. Lalu datanglah bantuan dari gubernur
lainnya secara berurutan sehingga penduduk Hijaz memperoleh kecukupan. Gubernur ‘Amr
bin ‘Ash memperbaiki jalur laut Qulzum untuk pengiriman makanan melalui jalur laut ke
Madinah sehingga harga makanan di Madinah sama dengan harganya di Mesir.” (Ibnu al-
Atsir, Al-Kamil fii At-Tarikh, jilid II, Darul Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1995: halaman 397).

Perbedaan harga bahan makanan antara Madinah yang lebih mahal dan Mesir yang
lebih murah dilatarbelakangi oleh wilayah Mesir yang subur dan penghasil bahan pangan
yang beragam. Pada kondisi kritis, kelangkaan bahan pangan di Madinah menyebabkan harga
yang melambung tinggi. Kejelian Khalifah Umar tampak dalam mengelola bantuan pangan
dari para gubernur yang wilayahnya surplus bahan pangan. Beliau memberikan bansos
tersebut ke masyarakat yang tidak mampu secara gratis. Penerimanya didaftar dengan teliti
oleh petugas yang jujur.

Di sisi lain, beliau juga tetap memperhatikan kondisi ekonomi pasar di Madinah,
sehingga adanya kestabilan harga pangan melalui model subsidi. Surplus bahan pangan
setelah adanya pemberian secara gratis kemudian dikelola untuk menstabilkan harga di
pasaran. Artinya, masyarakat Madinah yang mempunyai daya beli dapat memperoleh harga
kebutuhan yang wajar, bahkan sama dengan harga komoditas di Mesir.

Pada musim paceklik, Khalifah Umar memberikan bansos kepada masyarakat


pinggiran Kota Madinah. Bansosnya adalah tepung, minyak, daging unta, dan tempat tinggal.
Dan beliau sendiri yang membagikan bahan makanan itu kepada penduduknya, bahkan
sekaligus menjadi juru masaknya.

Inovasi Khalifah Umar lainnya terkait kesejahteraan masyarakat adalah perubahan


model tunjangan terkait penyusuan anak. Mulanya, tunjangan diberikan kepada anak yang
telah berhenti menyusu. Kebijakan tersebut berdampak para ibu yang buru-buru menyapih
masa menyusui anaknya agar mendapat tunjangan. Kemudian, direvisi dengan kebijakan
tunjangan diberikan sejak bayi dilahirkan, agar ibunya meberikan masa menyusui yang
maksimal.

Khalifah Umar bin Khattab juga memberikan tunjangan berupa uang. Seorang sahabat
bernama Khalid bin ‘Arfathah dari daerah Qadisiyah mengisahkan secara langsung pada
Khalifah Umar sebagai berikut:

“Wahai Amirul Mukminin, kutinggalkan orang-orang yang memohon kepada Allah


agar menambah umurmu dari umur-umur mereka. Seseorang tidak akan memasuki
Qadisiyah, melainkan ia mendapat dua ribu atau seribu lima ratus. Dan setiap bayi yang baru
lahir mendapat seratus dan dua rangkai kurma setiap bulan, baik lelaki maupun perempuan.
Sementara setiap anak yang sudah baligh mendapat lima ratus atau enam ratus.” (Khalid
Muhammad Khalid, Khulafaur Rasul, Darul Muqattam, Kairo, 2003: halaman 120).
Kisah di atas menandakan kesuksesan Khalifah Umar sekaligus sebagai pemimpin.
Kemudian, Khalifah Umar juga mengatur pengunaan lahan agar produktif. Menariknya,
beliau menaruh perhatian juga pada hewan dengan menyediakan lahan subur dan luas tempat
peternak menggembalakan hewannya secara gratis. Ini merupakan subsidi dari negara bagi
peternak yang miskin.

“Ia juga memberikan perhatian secara khusus kepada kekayaan hewani. Karenanya, ia
mengkhususkan sebuah tempat gembala yang subur dan luas, di mana kaum muslimin
memelihara ternak mereka tanpa membayar. Bahkan, ia pun selalu mengunjungi tempat
gembala itu. Pada tengah hari yang terik, ia keluar sambil meletakkan bajunya di atas
kepalanya untuk melindunginya dari matahari, menuju ke tanah tempat penggembalaan
ternak itu. Beliau memeriksa dan menyelidikinya serta memperingatkan penjaganya agar
jangan ada seorangpun yang menebang pohonnya atau membacoknya dengan kapak.”
(Khalid Muhammad Khalid, 2003: 120).

Kebijakan Khalifah Umar menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber-sumber


kekayaan negara untuk subsidi dan tunjangan sebagai bentuk memakmurkan rakyatnya.
Menjelang akhir hayatnya, seluruh masyarakat muslim di berbagai wilayah hidup dalam
kemakmuran dan kesejahteraan. Beliau tidak meninggal dunia kecuali telah memberikan
tunjangan tahunan bagi setiap orang yang penghasilannya cukup atau mendekati cukup. Dan
menumbuhkan sumber pendapatan nasional yang memadai, bansos dan subsidi tepat sasaran.

Beliau telah memberikan pelajaran penting bagaimana menalar kompleksitas masalah


sampai pada akarnya dan memberikan kebijakan yang berorientasi untuk masyarakat semata.
Seharusnya, dengan kesadaran dan keimanan, kita kembali belajar pada sejarah umat Islam
terdahulu.

Sarang, 10 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai