Anda di halaman 1dari 3

MEMAKNAI KATA “SALING” DALAM BINGKAI HIDUP

Oleh : Ibrahim Guntur Nuary

Hidup memang akan terus berjalan lurus kedepan hingga menyapa kematian yang
menjadi akhir dalam sebuah kehidupan. Sebelum malaikat maut menjemput secara paksa atau
halus, maka setiap orang mempunyai misinya masing-masing untuk dilakukan. Dari misi
yang dilakukan akan merengkuh cita-cita yang selama ini diidam idamkan. Hal tersebut
sangatlah lumrah bagi manusia. Siapapun manusianya pasti akan mempunyai misi yang
sama, lahir, sekolah, bekerja, dan menggapai cita-cita. Jika tidak demikian maka bisa dibilang
melawan arus kehidupan. Apalagi jika menilik soal umur manusia, paling mentok manusia
modern seperti sekarang hanya akan menyampai di umur 80 tahun. Apabila masuk umur 90
tahun ke atas sungguh luar biasa merupakan suatu mukjizat, namun jarang ditemui, yang
bertahan mungkin hanya beberapa veteran yang hidup di masa penjajahan.

Artinya, manusia akan terus dikejar oleh waktu, yang kian hari terasa semakin cepat.
Dari pagi, siang, hingga ke malam tidak terasa lagi. Bahkan memasuki bulan baru pun sama
halnya. Walaupun demikian, manusia diberikan waktu oleh yang maha kuasa untuk
memanfaatkannya sebaik mungkin. Jika memanfaatkan waktu dengan baik maka tidak akan
ada rasa risau dikemudian hari. Apabila sebaliknya maka harus segera mencari jalan lain
untuk kembali dan menjadi manusia baik. Walaupun pada dasarnya manusia memiliki sifat
ego dan arogan tapi semua itu bisa dikendalikan dengan seiring berjalannya waktu. Namun,
tidak sedikit yang tidak bisa mengendalikannya, lihat saja banyak sekali fenomena unik
sampai dengan aneh karena ego dan arogan manusia.

Namun semuanya akan ada masanya, mungkin banyak orang di luar sana yang
bersifat dan bertingkah aneh tidak karuan karena ego dan arogan, mereka akan dicaci maki
hingga di bully abis abisan. Biarkan orang lain menjalankan perannya, jika kita sudah tahu
yang akan terjadi kedepannya, kita dianjurkan untuk diam dan jika saatnya untuk berbicara
atau diminta memberikan nasehat, barulah kita berikan dengan baik nasehat tersebut. Jangan
pernah men-judge seseorang di masa sekarang untuk masa depan. Karena tidak akan ada
yang tahu di masa depan. Boleh jadi di masa sekarang kita adalah orang yang baik dan
menjadi panutan, di masa depan belum tentu. Begitu pun sebaliknya, jika seseorang di masa
sekarang adalah orang yang tidak baik, maka di masa depan boleh jadi ia akan menjadi
manusia yang sangat baik dan menjadi panutan.

Hal tersebut sudah menjadi rahasia umum dimanapun kita berada, cukuplah hanya
memantau saja tanpa berujar sedikit pun. Sebab manusia akan punya masanya seperti yang
dibahas diatas, biarkan siapapun orangnya menikmati masanya, namun jangan sampai
merusak hidup yang sedang dijalani. Hiduplah normal seperti sedikitnya orang, karena
banyaknya orang akan hidup tidak biasa, jangan hidup hanya karena ingin dilihat oleh orang
lain. Walaupun terkadang juga kita ingin dilihat mengenai pencapaian yang telah kita capai,
pekerjaan yang kita lakukan, pendidikan yang kita telah rengkuh. Memang normal tapi
jangan keterlaluan memperlihatkannya. Boleh di moment tertentu kita memberitahu diri kita
ke khalayak ramai, bisa menjadi aktualisasi diri tapi tidak secara alami.
Baiknya jika ingin memberikan informasi tentang diri sendiri bisa melalui prestasi
yang kita dapatkan, entah itu dari bangku kuliah atau pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan contoh baik kepada keluarga, teman, dan orang lain. Dengan begitu, diri sendiri
di mata orang lain menjadi sosok yang sangat dikagumi. Memang menjadi hal yang wajar
jika ingin dikagumi oleh orang banyak tapi jangan pernah terlena akan hal tersebut. Teruslah
menjadi pribadi yang baik dan memberikan contoh yang baik kepada siapapun. Hingga
siapapun orangnya dapat mencontoh hal-hal yang baik dan mengabaikan hal yang tidak baik.

Jika merasa sudah menjadi pribadi yang baik dan dapat memberikan contoh, maka
perkuatlah kata “saling” dengan siapapun. Memang awalnya akan sulit untuk
mempraktekannya, namun lambat laun akan menjadi biasa jika dilakukan dengan intens dan
berkelanjutan. Kata “saling” disini mungkin sering diabaikan oleh orang banyak, karena
manusia rata-rata hanya memikirkan dirinya sendiri daripada orang lain. Sebenarnya kata
“saling” ini adalah landasan awal untuk membangun sinergi hubungan yang baik entah itu
dalam keluarga, berteman, pasangan, dan orang lain. Jangan hanya sebelah pihak yang terus
menerus memberikan yang dipunya sementara yang lain hanya diam tidak memberikan
feedback yang baik.

Mungkin sudah menjadi hal yang biasa, tapi bisa diubah sedini mungkin dari diri
sendiri. Memang tidaklah mudah karena perlu adanya rangsangan dan kesadaran dari dalam
diri. Jangan terus menerus mengedepankan ego dan diri sendiri. Kita perlu memperhatikan
perasaan orang lain juga, jika sudah bisa mengatur kata “saling’ maka hidup akan jauh lebih
nikmat. Terhindar dari buruk sangka dengan siapapun. Kata saling dapat diikuti dengan,
saling percaya, saling mengasihi, saling sayang, saling menasehati, dan saling memaklumi.
Jika kita saling melapangkan hal-hal tersebut makan akan menjadi manusia arif dan humanis.
Tidak ada peperangan, tidak ada saling julid, dan tidak ada saling memusuhi. Namun
nyatanya hal tersebut sungguh sulit diterapkan.

Penulis sendiri masih belajar untuk menerapkan kata saling dan sangat jauh dari kata
sempurna, namun penulis tidak akan pernah menyerah untuk terus menjadi pribadi yang
menerapkan kata saling. Hal pertama untuk menerapkan kata saling yaitu di dalam keluarga,
terutama kepada orang tua. Karena orang tua adalah sosok yang wajib diberikan kasih sayang
penuh dengan menjadi sosok anak yang baik dan nurut. Orang tua tidak boleh menuntut
banyak hal dari anak dan anak pun demikian. Biarlah berjalan apa adanya. Terapkan kata
saling di dalam keluarga sehingga terbentuknya kehangatan hubungan antara orang tua dan
anak. Hal kedua penerapan kata saling dengan teman, teman memang bukan siapa-siapa
secara garis keturunan, namun dalam hubungan pertemanan penting untuk menjaga kata
saling.

Tidak melulu bersikap semena-mena seperti yang dilihat sekarang ini. Jangan
mengedepankan pertemanan dengan rupiah, sebab jika seperti itu tidak akan lama.
Kedepankan kata saling, jika teman butuh sesuatu maka bantulah begitupun sebaliknya.
Hingga membentuk hubungan persahabatan yang langgeng, saling menguatkan satu sama
lain dan tidak meninggalkan karena masalah yang sepele. Penting sekali menjaga pertemanan
sampai kapanpun.
Hal yang ketiga penerapan kata “saling” bersama pasangan, untuk sekarang hingga
selamanya. Entah pasangan halal atau pasangan yang menuju halal. Perlu adanya kedua belah
pihak dalam penerapan kata saling dalam keadaan apapun. Namun, lelaki cenderung
mendominasi dalam soal hubungan, lebih ke menjaga hubungan agar tentram. Riva Wanda
Fahlevi adalah sosok yang sangat penulis sayangi, penulis selalu berharap untuk bersamanya
sampai kapanpun, dari sekarang ke jenjang pernikahan hingga jadi debu. Pasangan yang lain
pun harus berlaku hal yang sama, memang sulit, tapi itulah indahnya berpasangan dengan
kata “saling”.

Penulis adalah Alumni S2 Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai