Anda di halaman 1dari 2

✨Salve amicas!

“5 Alasan Jepang Menyerah kepada Sekutu dalam Perang Dunia II”

Kita tahu bahwa Jepang menyerah kepada Sekutu dalam Perang Dunia II setelah dua kotanya,
Hiroshima dan Nagasaki, dijatuhi bom atom. Fakta tersebut memang benar, tetapi apa hanya
sebatas itu? Jika ditelusuri lebih lanjut, kita akan menemukan beberapa alasan lain yang
melatarbelakangi keputusan Jepang untuk menyerah. Berikut ini 5 Alasan Jepang Menyerah
kepada Sekutu dalam Perang Dunia II.

1. Keterdesakan di berbagai medan perang


2. Ancaman dari Uni Soviet
3. Jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki
4. Hancurnya kilang Nippon Oil Company
5. Serangan udara dan tembakan meriam ke pantai Jepang

Berdasarkan lima alasan di atas, ancaman Uni Soviet juga turut melatarbelakangi keputusan
Jepang untuk menyerah. Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang
terhadap Jepang dan melakukan serangan mendadak di Manchuria. Dalam hal ini, Jepang merasa
lebih baik menyerah kepada Sekutu daripada menyerah kepada Uni Soviet sebab sistem komunis
Soviet lebih berisiko mengancam sistem Kekaisaran Jepang.

Selain itu, ada pula peristiwa hancurnya kilang Nippon Oil Company yang terletak di
Tsuchizaki, ujung utara Honshu. Kilang minyak tersebut merupakan satu-satunya kilang minyak
di Jepang yang masih beroperasi dan menghasilkan 67 persen kebutuhan minyak Jepang pada
saat itu. Sekutu mengirimkan Skuadron Bombardemen 315 untuk menghancurkan kilang minyak
tersebut. Akibatnya, Jepang kehilangan sumber daya penting yang mendukungnya dalam
peperangan. Wajar saja jika ini menjadi salah satu alasan Jepang menyerah dalam Perang Dunia
II.

‼️ Follow @socialstudies.id agar selalu update ketika Social Studies membagikan konten ilmu-
ilmu sosial lainnya.

💬 Ayo kita berdiskusi!

Konten ini juga dapat diakses melalui :


linktr.ee/SocialStudiesES

#SocialStudies #IlmuIlmuSosial #IlmuPengetahuanSosial #IPS #Soshum #Sejarah


#PerangDuniaII #PDII #WorldWar #WorldWarII #PerangAsiaTimurRaya #PerangPasifik
#Jepang #Sekutu #BomAtom #Hiroshima #Nagasaki
Amerika Serikat melanjutkan serangan udara dalam intensitas yang maksimum untuk
meyakinkan Jepang agar segera menyerah. Armada Amerika Serikat pun mulai menembakkan
meriam ke pantai Jepang. Amerika juga mengerahkan lebih dari 400 pengebom B-29 ketika
menyerang Jepang selama tanggal 14 Agustus 1945 dan menambah 300 pesawat pengebom lagi
di hari yang sama. Serangan ini menjadi serangan udara paling besar di sepanjang sejarah Perang
Pasifik dengan total 1.014 pesawat yang dikerahkan dan semua kembali dengan selamat.

Perang Dunia II memasuki babak akhir pada pertengahan tahun 1945. Meski terus memberi
perlawanan, Jepang semakin terdesak. Angkatan udaranya hancur. Sekutu juga memblokade laut
serta melakukan pengeboman terhadap beberapa kota di Jepang. Jatuhnya Pulau Iwo Jima dan
Okinawa pun semakin mendesak Jepang sebab Sekutu semakin mudah melancarkan serangan ke
beberapa pulau yang ada di Jepang.

Alasan ini sudah umum kita ketahui. Buku-buku sejarah dan sekolah-sekolah di Indonesia pun
selalu menyoroti hal ini ketika membicarakan soal kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.
Disebutkan bahwa pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom
di Hiroshima dan Nagasaki sehingga memaksa Jepang untuk menyerah.

Dalam bukunya, Racing the Enemy, Tsuyoshi Hasagewa mengatakan bahwa pemimpin Jepang
sebenarnya tidak panik saat mengetahui Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu. Sebelumnya,
di awal bulan Maret 1945, ada 330 pesawat pembom B-29 Fortres Amerika Serikat yang
dikerahkan untuk menghujani Tokyo dan beberapa kota di Jepang lainnya dengan ribuan ton
bom. Hal tersebut menewaskan setidaknya 100 ribu jiwa dan menyebabkan jutaan orang
kehilangan tempat tinggal.

Jumlah korban tersebut lebih besar dibandingkan jumlah korban bom atom Hiroshima. Bahkan,
ada sekitar 60 kota di Jepang yang ikut hancur sebelum diserangnya Hiroshima. Hasegawa
berkata bahwa Jepang tidak menyerah karena Tokyo sehingga mereka juga tidak akan menyerah
karena Hiroshima.

Anda mungkin juga menyukai