Anda di halaman 1dari 8

Prajurit Kraton Yogyakarta Setelah Inggris menurunkan Sri Sultan

Hamengkuuwono II dan mengangkat Sri


Sultan Hamengkubuwono III, prajurit
Pendahuluan
kesultanan diperlemah, fungsinya hanya
--------------------------- sebatas pengawal sultan dan penjaga
kraton. Kedudukannya pun dipindahkan
Prajurit Kasultanan atau bregada dibentuk
dari dalam benteng yang strategis ke luar
oleh Sri Sulltan Hamengkubuwono I
benteng.
dengan fungsinya sebagai alat pertahanan.
Namun, akibat penjajahan, kasultanan
Ke sisi barat benteng (dari utara ke
Yogyakarta didemiliterisasi secara paksa
selatan)
sehingga kekuatan militernya melemah.
 Wirabraja, Ketanggung, Patang Puluh,
Para prajurit dipaksa keluar dari area
Bugis, Suranggama
benteng sehingga mereka menempati
kampung-kampung yang kini diberi nama
Ke sisi selatan benteng (dari barat ke
sesuai nama masing-masing satuan
timur)
bregada.
 Dhaeng, Jagakarya, Mantrijero,
Prawiratama
Pasca-Kemerdekaan Indonesia, Kasultanan
Yogyakarta bergabung dengan NKRI.
Ke sisi timur benteng (dari utara ke
Dengan begitu, fungsi pertahanan
selatan)
dipegang oleh Tentara Nasional Indonesia
 Surakarsa dan Nyutra
sehingga prajurit kasultanan tidak lagi
diperlukan. Namun, keberadaan bregada
Tetap di dalam benteng (timur Alun-
tetap diperlukan sebagai penjaga nilai-nilai
alun Selatan)
sejarah dan budaya (historis-kultural).
 Langenastra dan Langenarja

Sejarah --------------------------------- Memang sejak awal di luar benteng


Pada Perang Jenar (Perang Suksesi (utara Gedhong Panggung Krapyak)
Ketiga), prajurit Mantrijero berhasiil  Jager
membunuh seorang pemimpin pasukan
Belanda, Mayor Clereq. Pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono
V, kedudukan prajurit kesultanan yang
Pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono sudah lemah menjadi semakin lemah.
II, terdapat pasukan berkuda putri Selain dikurangi jumlahnya, beberapa
Langenkusuma. Selain itu, ada pula kesatuan prajurit juga dihilangkan, seperti
prajurit Mandrapratama, Prawiratama, Mandrapratama, Yudapratama,
Yudapratama, dan Setabel (penjaga Setabel, dan Langenkusuma.
meriam).
Pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono
Di antara kesatuan prajurit yang VI sampai dengan Sri Sultan Hamengku
mempertahankan Kraton Yogyakarta pada Buwono VIII, fungsi prajurit kraton
saat serangan Inggris adalah prajurit mengalami perubahan dari prajurit
Wirabraja, Ketanggung, Jagakarya, pertahanan keamanan menjad prajurit
Bugis, dan Setabel. seremonial. Perubahan-perubahan terus
berlanjut hingga awal pemerintahan Sri Prajurit kraton Yogyakarta terbagi menjadi
Sultan Hamengku Buwono IX. tiga, yaitu prajurit yang dimiliki kraton,
prajurit kadipaten anom, dan prajurit
Sejak pendudukan Jepang pada tahun kepatihan.
1942, prajurit-prajurit kraton dibubarkan.
Kesatuan-kesatuan prajurit tersebut Pucuk pimpinan keseluruhan bregada
dihidupkan kembali pada tahun 1970-an prajurit dipegang oleh seorang
dengan fungsinya yang sebatas untuk Manggala/Manggalayuda
seremonial dan atraksi budaya demi (Kommandhan/Kumendham).
kepentingan pariwisata.

Filosofi dan Nilai Budaya -----------

Unsur keprajuritan kraton ada yang


bersifat teknis (topi sebagai pelindung dari
panas matahari), religius (tombak trisula
sebagai waos (tombak) pada dwaja
(bendera/panji)), dan sosial (tanda-tanda
pada seragam sebagai penunjuk
kedudukan).
Manggalayuda dibantu oleh seorang
Pada awalnya, terdapat 26 kesatuan Pandhega (Kapten Parentah).
prajurit kraton. Sejak Sri Sultan
Hamengkubuwono V, jumlahnya hanya
tersisa 13, yaitu Mantrijero, Ketanggung,
Nyutra, Miji Pranakan, Prawiratama,
Patang Puluh, Jagakarya, Dhaeng,
Wirabraja, Suranata, Bugis, Surakarsa,
dan Arahan.

Pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono


VII dan VIII, jumlah kesatuan prajurit
kraton tinggal 12. Setelah sempat
dibubarkan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, sejak tahun 1956, Pandhega membawahi semua perwira di
kesatuan-kesatuan bregada tersebut mulai masing-masing bregada yang dikenal
dihidupkan kembali, diawali oleh prajurit dengan sebutan Panji (Lurah), kecuali
Dhaeng. pada bregada Wirabraja dan Mantrijero
yang berada langsung di bawah Manggala/
Pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono Manggalayuda (Kommandhan/
X, terdapat 10 bregada, yaitu Wirabraja, Kumendham).
Dhaeng, Patang Puluh, Jagakarya,
Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Bregada-bregada Prajurit Kraton
Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Yogyakarta Saat Ini

Prajurit Wirabraja
 satu pembawa panji
 prajurit (membawa
senapan dan tombak)
Nama Bahningsari
Dwaja

Nama Braja
Depan Nama Kanjeng Kyai Jatimulya
Struktur  dua panji (parentah Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
dan andhahan) Tombak dinamakan Dhoyok)
 dua sersan (sarageni
dan sarahastra)
 dua pembawa panji
 prajurit (membawa
senapan dan tombak) Prajurit Patangpuluh
Nama Gula-Klapa
Dwaja

Nama Kanjeng Kyai Slamet dan


Waos/ Kanjeng Kyai Santri
Tombak (bentuk dapur/ujungnya
dinamakan Crengkeng)

Nama Hima
Depan
Struktur  dua panji (parentah
Prajurit Dhaeng dan andhahan)
 dua sersan (sarageni
dan sarahastra)
 satu pembawa panji
 prajurit (membawa
senapan dan tombak)
Nama Cakragora
Dwaja

Nama Niti Nama Kanjeng Kyai Trisula


Depan Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
Struktur  dua panji (parentah Tombak dinamakan Trisula
dan andhahan) Carangsoka/
 dua sersan (sarageni Daramanggala)
dan sarahastra)
Nama Prawira
Depan
Struktur  dua panji (parentah
dan andhahan)
 dua sersan (sarageni
Prajurit Jagakarya dan sarahastra)
 satu pembawa panji
 prajurit (membawa
senapan dan tombak)
Nama Geniroga
Dwaja

Nama Kanjeng Kyai Trisula


Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
Nama Parta Tombak dinamakan Trisula)
Depan
Struktur  dua panji (parentah
dan andhahan)
 dua sersan (sarageni
dan sarahastra)
 satu pembawa panji Prajurit Nyutra
 prajurit (membawa
senapan dan tombak)
Nama Papasan
Dwaja

Nama Kanjeng Kyai Trisula


Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
Tombak dinamakan Trisula)
Nama - (memakai nama
Depan wayang)
Struktur  satu orang panji
berbusana merah dan
satu orang panji
Prajurit Prawiratama berbusana hitam,
keduanya membawa
gandhewa
 dua orang sersan
 dua orang pembawa
panji
 prajurit (membawa
senapan, tombak,
towok, endhong,
panah, keris, dan
tameng)

# Prajurit berbusana
merah disebut Panyutra
Tengen Nama Kanjeng Kyai Nenggala
# Prajurit berbusana Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
hitam disebut Panyutra Tombak dinamakan Nenggala)
Kiwa

Nama Podhang ngingsep sari


Dwaja (Nyutra merah) dan
Padma-sri-kresna (Nyutra
hitam)

Nama Kanjeng Kyai Trisula Prajurit Mantrijero


Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
Tombak dinamakan Trisula)

Prajurit Ketanggung

Nama Yuda, Bahu, Prawira,


Depan Rana
Struktur  dua panji (parentah
dan andhahan)
 dua sersan (sarageni
dan sarahastra)
 satu pembawa panji
 prajurit (membawa
senapan dan tombak)
Nama Jaya Nama Purnamasidhi
Depan Dwaja
Struktur  dua panji (parentah
dan andhahan)
 dua sersan (sarageni
dan sarahastra)
Nama Kanjeng Kyai Cakra
 satu pembawa panji
Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
 prajurit (membawa Tombak dinamakan Cakra)
senapan dan tombak)
Nama Cakra-swandana
Dwaja
tombak)
Prajurit Bugis Nama Triwarna (merah, putih,
Dwaja biru), lalu diubah menjadi
Pareanom

Nama bentuk dapur/ujungnya


Waos/ dinamakan banyak
Tombak angrem

Nama -
Depan
Struktur  satu panji (membawa
pedang)
 satu pembawa panji
 prajurit (membawa Makna Filosofi Nama-nama Bregada
tombak) Prajurit Kraton Yogyakarta
Nama Katiga-warna (merah,
Dwaja putih, biru muda), lalu a. Prajurit Wirabraja
menjadi wulan-dadari Wira “berani”, braja “tajam” 
prajurit yang berani melawan musuh
serta tajam dan peka panca
inderanya

Dwaja-nya yang bernama “Gula-


Nama Kanjeng Kyai Trisula
klapa” bermakna bahwa prajurit ini
Waos/ (bentuk dapur/ujungnya
Tombak dinamakan Trisula) merupakan pasukan yang berani
membela kesucian/kebenaran.
Prajurit Surakarsa
b. Prajurit Dhaeng
Nama Dhaeng berasal dari gelar
bangsawan Makassar yang bermakna
prajurit elit yang gagah berani
(seperti prajurit Makassar).

Dwaja-nya, “Bahningsari”,
bermakna pasukan yang
keberaniannya tidak pernah
menyerah seperti semangat inti api
Nama - yang tidak pernah padam.
Depan
Struktur  satu panji (membawa c. Prajurit Patangpuluh
pedang komando) Dwaja “Cakragora” (cakra berarti
 satu pembawa panji senjata berbentuk roda bergerigi, gora
 prajurit (membawa berarti dahsyat dan menakutkan)
bermakna bahwa pasukan ini
memiliki kekuatan yang sangat luar g. Prajurit Ketanggung
biasa sehingga musuh seperti Tanggung “beban, berat”, ke-
apapun dapat dikalahkan. “sangat”  pasukan dengan
tanggung jawab yang sangat berat.
d. Prajurit Jagakarya
Jaga “menjaga”, karya “tugas, “Cakra-swandana” yang
pekerjaan”  pasukan yang bertugas merupakan dwaja-nya bermakna
menjaga jalannya pemerintahan pasukan yang membawa senjata
kerajaan. cakra yang dahsyat yang akan
memorak-porandakan musuh.
“Papasan” sebagai dwaja prajurit
ini bermakna bahwa pasukan ini adalah h. Prajurit Mantrijero
pasukan pemberani yang dapat Mantri “juru bicara, menteri,
menghancurkan musuh dengan jabatan di atas bupati dan memiliki
semangat yang teguh. wewenang dalam salah satu struktur
pemerintahan”, jero “dalam” 
e. Prajurit Prawiratama pasukan yang mempunyai
Prawira “berani, perwira”, wewenang ikut ambil bagian dalam
“prajurit”, tama “utama, lebih”, “ahli, memutuskan segala sesuatu hal
pandai”  pasukan yang pemberani dalam lingkungan kraton (pemutus
dan pandai dalam setiap tindakan, perkara).
selalu bijak walau dalam suasana
perang. Dwaja “Purnamasidhi” bermakna
bahwa pasukan ini diharapkan selalu
Dwaja “Geniroga” bermakna memberikan cahaya dalam
pasukan yang diharapkan dapat kegelapan.
mengalahkan musuh dengan mudah.
i. Prajurit Bugis
f. Prajurit Nyutra Prajurit Bugis berarti pasukan
Nyutra/sutra “unggul, tajam, yang kuat, seperti asal mulanya
sinengker”, “bahan kain yang halus” yang berasal dari Bugis, Sulawesi.
 pasukan yang halus seperti
halusnya sutra yang menjaga Dwaja “Wulan-dadari” bermakna
keamanan raja, tetapi mempunyai bahwa pasukan ini diharapkan selalu
ketajaman rasa dan keterampilan memberi penerangan dalam
yang unggul. kegelapan, ibarat munculnya bulan
dalam malam yang gelap
Dwaja “Podhang ngingsep sari” menggantikan matahari.
bermakna bahwa pasukan Nyutra
merah selalu berpegang teguh pada j. Prajurit Surakarsa
keluhuran. “Padma-sri-kresna” Sura “berani”, karsa “kehendak” 
menunjukkan bahwa pasukan Nyutra pasukan yang pemberani dengan
hitam adalah pasukan yang selalu tujuan selalu menjaga keselamatan
membasmi kejahatan, seperti Sri putra mahkota.
Kresna sebagai titisan Dewa Wisnu.
Dwaja “Pareanom” bermakna
pasukan yang selalu bersemangat
dengan jiwa muda.

Anda mungkin juga menyukai