Sumber: http://gakkum.menlhk.go.id/
1
Menurut Kemenkumham, UU 32/ 2009, Sengketa lingkungan hidup adalah
perselisihan antara dua pihak atau lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi
dan/atau telah berdampak pada lingkungan hidup.
Berdasarkan UU 32/ 2009 penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat
ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan.
Dalam sistem penegakan hukum lingkungan di Indonesia dikenal melalui tiga
aspek hukum yang dijelaskan UUPPLH yaitu aspek hokum administrasi, hukum perdata
dan hukum pidana.
Alur proses penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan
berdasarkan diagram yaitu:
1. Pendaftaran gugatan
2. Persidangan
3. Putusan
4. Upaya banding hukum
5. Putusan kasasi
6. Pelaksanaan eksekusi
Berdasarkan hasil diskusi kelompok 7 untuk membahas maksud dan tujuan dari
diagram/ gambar A dan isi gambar A di atas yaitu:
1. Pendaftaran gugatan (7,7%), menyatakan proses ini hanya 7,7% saja dari seluruh
proses Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup melalui Pengadilan, karena
penggugat hanya mendaftar saja.
2. Persidangan (30,8%), menyatakan proses persidangan ini adalah inti dari
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup melalui Pengadilan.
3. Putusan (15,4%), menyatakan hasil dari persidangan akan menghasilkan putusan
dari penegak hukum.
4. Upaya banding hukum (15,4%), menyatakan proses untuk upaya banding hukum
ini yaitu sama dengan proses putusan, sehingga akan kembali ke proses
persidangan.
5. Putusan kasasi (7,7%), menyatakan putusan yang telah memiliki kekuatan hukum
yang tetap ini hanya 7,7% dari proses Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
melalui Pengadilan, karena para pihak dapat mengajukan upaya hukum
Peninjauan kembali.
1
6. Pelaksanaan eksekusi (23,1%), menyatakan pelaksaan putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap atau pasti. Artinya putusan tersebut telah final
proses Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup telah selesai.
2
DAFTAR PUSTAKA