Anda di halaman 1dari 47

Teknik

Pengolahan
Air Koagulasi
Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.

Teknik Sipil
Universitas Tompotika Luwuk Banggai
PENDAHULUAN
Dalam pengolahan air baku khususnya pada air
yang keruh diperlukan penjernihan yang sesuai
dengan selera bagi pengguna air olahan
tersebut menjadi air minum.
Upaya memperoleh air jernih dari sumber air
baku yang memiliki kekeruhan tertentu adalah
dengan menggunakan bahan kimia bersifat
reagen yang mampu mengubah sifat larutan
menjadi air yang tidak mengandung unsur
yang tidak dikehendaki.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
PENDAHULUAN
 Dalam air permukaan, ada senyawa yang berbeda yang
harus dihilangkan jika air minum akan diproduksi.
 Senyawa dapat dibagi
lagi menjadi:
 padatan tersuspensi
(suspended solids)
 padatan koloid
(colloidal solids)
 padatan terlarut
(dissolved solids),
seperti mineral dan
ion elemen kimia.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
PENDAHULUAN
 Padatan tersuspensi
memiliki diameter lebih Tabel. Waktu pengendapan partikel
besar dari 10-6 m, padatan dengan kerapatan 2.650 kg/m3.
koloid antara 10-9 dan 10-6m
dan padatan terlarut lebih
kecil dari 10-9 m.
 Partikel dengan diameter
lebih besar dari 10-5 m, dan
kepadatan spesifik lebih
besar dari 2.000 kg/m3 akan
mengendap di air.
 Partikel yang lebih kecil
juga akan mengendap,
tetapi lebih lambat.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


PENDAHULUAN
Tabel. Berbagai Ukuran Partikel pada Air Baku.

(Sumber : Mariappan, 2005)


“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
PENDAHULUAN
 Kekeruhan pada air
permukaan, disebabkan oleh
partikel koloid (urutan
besarnya 0,1 - 10 μm).
 Konsentrasi tinggi padatan
tersuspensi dapat terjadi dan
sungai dapat menjadi "aliran
lumpur".
 Warna pada air, disebabkan
oleh zat humat (kisaran
besarnya 0,01 μm).
 Muatan zat humat (dan
karenanya penghilangan)
bergantung pada pH air.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
Teori Koagulasi
TEORI KOAGULASI
 Proses koagulasi adalah penambahan
bahan kimia tertentu (dosis koagulan)
yang lazim disebut bahan koagulan
dalam air, maka akan terjadi destabilisasi
partikel bermuatan negative yang berada
dalam air.
 Partikel yang sangat halus (partikel
koloid) ini biasanya menyebabkan
kekeruhan pada air.
 Keberadaan partikel koloid dalam air
umumnya sangat stabil dan dapat
bertahan dalam waktu yang cukup lama.
 Ukuran partikel koloid yang sangat kecil
(0,001 – 0,1 μm), sehingga kecepatan
pengendapannyapun sangat kecil.
 Sebagai gambaran, partikel koloid
ukuran besar yang diameternya 0,1
mikron mempunyai kecepatan
pengendapan sebesar 0,3 m/tahun.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
TEORI KOAGULASI
 Tanpa bantuan zat-zat tertentu, partikel koloid tidak dapat
dihilangkan dari dalam air hanya dengan mengandalkan
sifat-sifat massanya, misalnya dengan proses pengendapan.
 Koagulan digunakan untuk menghilangkan partikel yang
sangat halus tersebut, dengan jalan membentuknya menjadi
flok (gumpalan).
 Gumpalan ini akan terbentuk setelah dosis koagulan.
 Dengan penambahan bahan kimia tertentu yang lazim
disebut bahan koagulan, maka akan terjadi destabilisasi
partikel koloid yang berada dalam air.
 Dengan demikian akan dimungkinkan proses
penggabungan antar partikel koloid atau terjadi
pengikatan partikel koloid oleh flok hasil reaksi bahan
koagulan dalam air sehingga terbentuk gumpalan.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
TEORI KOAGULASI
 Bergabungnya partikel-
partikel koloid membentuk
gumpalan, maka akan
memperbesar ukuran
butirnya dan selanjutnya
akan memperbesar
kecepatan
pengendapannya.
 Dengan demikian partikel
koloid akan lebih mudah
dihilangkan dari dalam air
dengan proses
pengendapan.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
TEORI KOAGULASI

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


Bahan Koagulan
BAHAN KOAGULAN
 Bahan koagulan yang umum dipergunakan dalam pengolahan air
adalah:
 garam-garam aluminium (aluminium sulfat)
 garam-garam besi (ferrous sulfat, ferric sulfat dan ferric chloride).
 Bahan-bahan lain untuk membantu proses koagulasi mungkin
harus ditambahkan, seperti bahan-bahan polimer yang berfungsi
sebagai coagulant aid.
 Di Belanda ferric choride (FeCl3) sering digunakan sebagai
koagulan atau aluminium sulfat (Al2 (SO4) 3) yang diterapkan.

aluminium sulfat
Al2 (SO4) 3
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN

ferric chloride
Iron(III) chloride
(FeCl3)

ferrous sulfat
Iron(II) sulfate
(FeSO4)

ferric sulfat
Iron(III) sulfate
(Fe₂(SO₄)₃

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


BAHAN KOAGULAN
Ferrous sulfat (FeSO4) berfungsi secara
efektif pada pH lebih tinggi dari 9,5.
 Bahan ini sesuai untuk air yang keruh,
alkalinitas tinggi dan cukup tersedia oksigen
terlarut.
Ferric chloride (FeCl3) berfungsi secara efektif
pada pH yang lebih rendah dari 4,5.
 Bahan ini sesuai untuk air dengan kesadahan
rendah, intensitas warna tinggi serta air yang
mengandung H2S.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN
Ferrous Sulfate mempunyai rumus kimia FeSO4 .
7 H2O dikenal dengan nama copperas.
Seperti aluminium sulfate, ferrous sulfate
bereaksi dengan air basa membentuk flok :

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


BAHAN KOAGULAN
Ferric Chloride dapat digunakan untuk flokulasi air
dengan suasana asam (pH. 5,0).
Ferric Sulfate dapat dipakai untuk koagulasi air.
Sistem campuran koagulan ini dibuat dari chlorine
dan fero sulfate dengan perbandingan 1 : 8.
Koagulasi dengan koagulan ini dapat dikenakan
pada air dengan pH rendah (asam ), yaitu air dengan
pH. 3,8 sampai 4,7.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


BAHAN KOAGULAN
Chlorinated copperas,
merupakan campuran Ferric
sulfat dan Ferric chloride.
Dibandingkan dengan bahan-
bahan koagulan tersebut di
atas, bahan ini lebih
fleksibel karena dapat
berfungsi secara efektif pada
interval pH yang lebih besar.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


BAHAN KOAGULAN
ferric chloride (FeCl3) mudah larut dalam
air;
Produk kelarutan (Ksp) adalah 27,9 mol4l-4.
Akibatnya, 162 mg FeCl3 dapat dilarutkan
dalam satu liter air, menghasilkan 55,8 mg/l
Fe3 + dan 106,5 mg/l Cl-.
Selain ion-ion lain, ion Cl-, SO42-, Na+, Ca2+,
+- -
H3O dan OH dilarutkan dalam air.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


BAHAN KOAGULAN
-
Ion OH memainkan peran penting dalam
koagulasi.
Endapan Fe3+- dan OH-, karena produk
kelarutan besi hidroksida rendah.
Karena Ksp Fe(OH)3 = 1 · 10-38 mol4l-4, hanya
7,8·10-10 mol / l Fe3+ dan 2,34 · 10-9 mol/l OH-
ion dapat hadir dalam air.
Ketika konsentrasi ion-ion ini lebih tinggi,
mereka akan mengendap menjadi Fe(OH)3-
flok.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN
 Ketika pH air diketahui, jumlah produk hidrolisis dalam
volume air dapat ditentukan.
 Dengan pH 4,6, 10-7 mol / m3 Fe3+, 10-4 mol/m3 FeOH2+ dan
10-4 mol/m3 FeOH2+ hadir.
 pH dan produk hidrolisis dominan mempengaruhi
mekanisme koagulasi.
 Sebagai hasil dari dosis besi klorida, ion OH- dihilangkan
dan pH akan menurun.
 Besarnya penurunan pH tergantung pada kapasitas
buffering air.
 Semakin tinggi kapasitas buffering, semakin kecil
penurunan pH.
 Ketika penurunan pH terlalu besar, pH akan meningkat
dengan pemberian basa, seperti soda kaustik.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN
Tabel. Dosis Koagulan.

(Sumber : Tjokrokusumo, 1995)

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


BAHAN KOAGULAN
Aluminium sulfat (tawas)
mudah larut dalam air dan ion
Al3+ en SO42- akan terbentuk.
Al(OH)3 memiliki produk
kelarutan yang rendah dan
endapan.
Dengan melarutkan
aluminium sulfat, produk
hidrolisis yang berbeda
terbentuk dan, setelah
menghitung produk kelarutan.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN
Aluminium sulfate [Al2 (SO4)3] di pasaran
tersedia dalam bentuk padat maupun cair.
Penggunaan alum bentuk cair biasanya
terbatas pada unit pengolah limbah yang
lokasinya relatif dekat dengan produsen alum.
Alum bentuk padat untuk dapat digunakan
sebagai koagulan harus berbentuk powder atau
granular dan dicampur dengan air (dilarutkan)
dahulu sebelum ditambahkan kedalam air
baku.
Dalam pembuatan larutan alum untuk
pengolah minum sebaiknya digunakan air
panas, untuk mempercepat pelarutan alum.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN
Alum dalam suasana air netral akan
membentuk flok yang mempunyai
susunan kimia : 5 Al2 O3 .3 SO3 ,
sedangkan alum dalam suasana air basa
akan membentuk flok yang mempunyai
susunan kimia : Al (OH)3 .
Alum dapat digunakan sebagai
koagulan tunggal maupun digunakan
bersama bahan lain, misalnya sodium-
aluminate Na Al O2.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN
 Alum dalam suasana air netral akan membentuk flok
yang mempunyai susunan kimia : 5 Al2 O3 . 3SO3.

 Alumdalam suasana air basa akan membentuk flok yang


mempunyai susunan kimia : Al (OH)3.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


BAHAN KOAGULAN
 Koagulan Pembantu (Coagulant aid)
merupakan bahan tambah yang dipergunakan
untuk membantu efektifitas proses koagulasi
dengan bahan-bahan koagulasi tersebut di atas.
 Kapur tohor termasuk dalam koagulasi
pembantu sebagaimana dapat dilihat pada
reaksi koagulasi di atas.
 Demikian pula soda abu termasuk dalam
koagulasi pembantu, kesemuanya ini
dikarenakan dalam koagulasi diperlukan
suasana alkalis atau basis.
 Senyawa polyelektrolit yang memiliki muatan
ion negatif atau positif, dapat merubah
kestabilan koloid sehingga mempercepat terjadi
endapan flok merupakan pembantu koagulan
yang baik.
 Polyelektrolit dapat jenis alami atau nabati
seperti aci (kanji) atau gom polishacarida,
disamping itu juga terdapat jenis-jenis kimia
organik sintetik.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
BAHAN KOAGULAN
 Contoh bahan bantu koagulasi adalah silika
aktif (aktivated silica) yang berupa polimer
dengan rantai pendek dan Polyelectrolytes
yang berupa polimer dengan rantai panjang.
 Silikat aktif adalah jenis pembantu koagulan
kimia anorganik.
 Dosis pembantu koagulasi ini berkisar antara
0,3 mg/l.
 Penambahan bahan-bahan ini akan diperoleh
proses yang lebih efektif dengan
terbentuknya flok-flok yang lebih besar,
disamping dapat mengurangi dosis bahan
koagulan dan dapat menghilangkan bahan
organik yang sering memberi warna pada air.
silika aktif (aktivated silica)

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


Pembubuhan
Koagulan
PEMBUBUHAN KOAGULAN
 Koagulan dapat dibubuhkan baik
dalam keadaan Kristal maupun
larutan sesuai dengan dosis hasil
analisis jar test.
 Pembubuhan dalam bentuk
kristal relatif lebih mudah akan
tetapi pada jenis-jenis kimia yang
higroskopis masih dianjurkan
dalam bentuk larutan.
 Hal ini dipilih berdasarkan
pendapat tentang agar terjaganya
kadar koagulan sesuai yang
direncanakan, sehingga bisa
diperoleh koagulasi yang optimal
dengan endapan yang terbesar
hasil penurunan koloid.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


PEMBUBUHAN KOAGULAN
Akan tetapi dengan sistem larutan harus
disiapkan dua bak larutan yaitu:
 pertama untuk pelarutan
 kedua guna mempersiapkan bahan
koagulasi.
Konsentrasi koagulan tetap dan
disalurkan melalui kran penyalur yang
terukur, sehingga dapat bereaksi secara
sempurna dengan air yang dikoagulasi.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
PEMBUBUHAN KOAGULAN
Kapur biasanya dibubuhkan dalam bentuk
kristal sedang efektifitas pencampuran
dilakukan atas dasar keahlian atau dipasang
satu alat yang dirancang untuk maksud
tersebut.
Dalam upaya menghasilkan gaya kapur
menghasilkan Ca(OH)2 kadang-kadang
diperlukan proses pemanasan guna
menghasilkan kemurnian CaO yang
bereaksi.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
Jar test
JAR TEST
Proses koagulasi
dapat diteliti dengan
mengeksekusi tes jar.
Dalam tes ini proses
koagulasi dan
pembentukan flok
disimulasikan.
Alat uji jar terdiri
dari 6 botol diisi
dengan air.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


JAR TEST
Untuk setiap toples ditambahkan dosis
koagulan tertentu.
Setelah pencampuran cepat, pengadukan
lambat, dan fase pengendapan, kekeruhan
air diukur.
Dengan memodifikasi kondisi proses
(dosis, pH, waktu flokulasi, waktu
pengendapan, energi pengadukan untuk
pencampuran dan / atau flokulasi), kondisi
optimal dapat ditentukan.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST
Percobaan Jar Test ini dilaksanakan dengan
menambahkan bahan koagulan dengan dosis
yang bergradasi ke dalam beberapa
bejana/beaker glass (umumnya 6 buah) yang
masing-masing berisi 1 liter air.
Selanjutnya dilakukan pengadukan secara
cepat selama lebih kurang 1 menit , diikuti
pengadukan secara perlahan-lahan selama 15 –
20 menit.
Selanjutnya didiamkan selama lebih kurang 30
menit untuk memberikan kesempatan
berlangsungnya proses pengendapan flok yg
telah terbentuk.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


JAR TEST
Pada akhirnya dilakukan analisis
kekeruhan dengan mengambil sampel
air pada lapis atas (supernatan) dari
masing-masing bejana
Data kekeruhan ini diplotkan pada
kurva yang menggambarkan hubungan
antara dosis koagulan dengan tingkat
kekeruhan yang terjadi.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST
 Hasil yang berikut telah dicapai salah satu rangkaian Jar test,
menguji dua contoh sample air, A dan B, diperlakukan dengan dua
coagulants berbeda , tawas (AlSO4) dan ferri-khlorida (FeCl3),
pada bermacam-macam dosis.

 Air A kadar alkalinya rendah dan hanya memerlukan lebih


sedikit coagulant untuk mencapai pembekuan/pengentalan yang
baik dibanding kadar alkali air yang lebih tinggi pada air B.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


JAR TEST

 Dilihatpada kurva Air A mencapai suatu kekeruhan


minimum pada ~ 20 dan ~ 30 mg/l dengan menambahkan
aluminum sulfate dan ferri-chloride berturut-turut.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


JAR TEST

 Kekeruhan melawan coagulant dosis untuk Air A dengan tawas,


Air B dengan ferri-khloride.
 Air A dan Air B dengan tawas semua menunjukkan suatu
berkesinambungan penurunan kekeruhan dengan suatu
peningkatan di (dalam) coagulant dosis.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST

 Kecenderungan ini adalah suatu tanda flocculation adalah telah


terjadi mekanisme pengentalan yang utama.
 Air A, dengan ferri-chloride, menunjukkan suatu pengurangan
yang diikuti oleh suatu peningkatan ( pada ~ 40 mg/l) kekeruhan
bersesuaian peningkatan coagulant dosis.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST

 Fakta ini menyatakan bahwa ada kaitan antara air dengan koloid
yang tidak bisa dikentalkan atau restabilizing.
 Walaupun tidak ditunjukkan grafik, penambahan coagulant pada
air dengan kadar alkali yang rendah menyebabkan menurunnya
kadar pH Air A.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST
Oleh karena itu, penambahan dosis coagulant lebih
tinggi sering diperlukan pada air dengan kadar alkali
tinggi seperti Air B, di mana jika pH tetap dan floc
terjadi oleh mekanisme flokulasi.
Walaupun sedikit tawas dibanding ferri-chloride
yang diperlukan untuk mencapai takaran optimal,
sisa kekeruhan ketika menggunakan tawas sebagai
coagulant tidak mencapai di bawah 1 NTU.
Maksudnya adalah sungguhpun tawas boleh
memerlukan suatu dosis sedikit lebih kecil, namun
tidak mungkin mampu menekan tingkat kekeruhan
sungai (di lapangan) sesuai yang diinginkan tanpa
adanya unit tambahan misalnya suatu Filter.

“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.


JAR TEST
Secara visual, dosis
optimum ditunjukkan
oleh jumlah bahan
koagulan yang
ditambahkan ke dalam
bejana yang dalam
percobaan menunjukkan
air yang paling jernih
atau paling rendah
kekeruhannya, atau
secara grafis ditunjukkan  Pengaruh dosis koagulan
oleh nilai ekstrim bawah  (kiri: dosis tinggi)
kurva kekeruhan dari  (kanan: dosis rendah).
sampel air tersebut.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.
JAR TEST
Jar test adalah suatu metoda bersifat
percobaan dimana jika kondisi-kondisi
optimal ditentukan empirik bukan secara
teoritis.
Jar test dimaksud untuk meniru kondisi-
kondisi dan proses penjernihan air dan
penanganan limbah pabrik.
Nilai-Nilai yang didapat lewat eksperimen
dihubungkan dan disesuaikan dengan
kondisi yang nyata.
“Teknik Pengolahan Air" Dr. Ir. Rizaldi Maadji, S.T., M.T.

Anda mungkin juga menyukai