Anda di halaman 1dari 3

Nama : OKTA HARTI SETIARI No.

Registrasi : 3215076852 Program Studi : Pendidikan Fisika

Tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

2SLQLWHQWDQJ7DNZD 
Secara etimologi, takwa berarti pemeliharaan. Sedangkan, menurut terminologi, takwa adalah iman yang sudah ada di dalam diri setiap muslim, terpelihara hingga tercapai tujuan hidupnya yaitu mengabdi kepada Tuhan dengan mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akherat (QS. Ali Imran: 102). (Zainuddin Ali, 2007: 5) Menurut penelitian al-Muqaddasi (Beirut, 1323) di dalam Al Quran terdapat 256 kata taqwa pada 251 ayat dalam berbagai hubungan dan variasi makna. Akar katanya adalah w.q.y, artinya takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab, dan memenuhi kewajiban. (Muhammad Daud Ali, 2006: 361) Menurut Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, MA, takwa adalah sikap hidup manusia yang memelihara hubungan dengan Allah, hubungan dengan manusia, dan makhluk lainnya. (Zainuddin Ali, 2007: 5) Jadi, orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah secara penuh kesadaran, mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Selain itu, orang yang bertakwa juga senantiasa membentengi dirinya agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah, sehingga dia akan bertanggung jawab terhadap sikap, tingkah laku, perbuatannya, dan memenuhi kewajibannya. Bila manusia sudah bertakwa kepada Allah, berarti manusia itu selalu memupuk keimanannya dengan tidak hanya percaya bahwa Allah atau Tuhan Yang Maha Esa itu ada. Tetapi juga manusia dapat merasakan hubungan terus-menerus dengan Allah melalui ibadah khusus maupun ibadah umum. Mengenai perilaku takwa ini, Allah memberikan janji kepada manusia (hamba-Nya) berdasarkan QS. Al-Araf : 96, yang artinya: Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Orang yang bertakwa, mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, inilah ajaran amar maruf dan nahi munkar (mengajak orang lain kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan tidak baik). Orang ini dinamakan berakhlak mulia. Tolak ukur implementasi berbagai hubungan manusia dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga ia disebut berakhlak mulia, antara lain: (Zainuddin Ali, 2007: 33)

1. Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah a. Bersyukur, dengan perkataan: al-hamdulillah, artinya segala puji bagi Allah. Sedangkan dengan perbuatan, menggunakan nikmat Allah sesuai keridhaan-Nya. Menurut Muhammad Daud Ali (2006: 368), mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, dan memanfaatkan semua pemberian-Nya. b. Bertasbih, manusia menyucikan Allah dengan ucapannya yakni mengucapkan subhanallah, artinya Maha Suci Allah. Sedangkan perbuatan, menjauhkan dirinya dari perbuatan yang mengotori kemahasucian Allah. c. Beristigfar, manusia meminta ampun kepda Allah atas segala dosa yang pernah dibuatnya, baik yang sengaja ataupun tidak. Serta tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut. Selain itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban berperilaku untuk mentauhidkan Allah (QS. Al Ikhlas: 1-4), takwa (QS. An-Nisa: 1), berdoa (QS. Al Muminun: 60), zikrullah (QS. Al Baqarah: 152), dan tawakal (QS. Ali Imran: 159). 2. Perilaku manusia yang berhubungan dengan sesamanya a. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri (hati nurani) Sabar (QS. Al Baqarah: 153), syukur (QS. An-Nahl: 14), tawadhuk (QS. Lukman: 18), menahan diri untuk tidak melakukan yang terlarang, menahan diri untuk tidak marah, amanah atau jujur, dan berani karena benar. b. Perilaku yang berhubungan dengan keluarga Berbuat baik kepada orang tua (QS. An-Nisa: 36), adil terhadap saudara (QS. An Nahl: 90), membina dan mendidik keluarga (QS. At-Tahrim: 6 dan Asy-Syuara: 214), serta memelihara keturunan (QS. An-Nahl: 58-59). c. Perilaku yang berhubungan dengan masyarakat Persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10), tolong-menolong (QS. Al Maidah: 2), adil (QS. An-Nisa: 58), pemurah (QS. Ali Imran : 92), penyantun (QS. Ali Imran : 133-134), pemaaf (QS. Ali Imran: 159), menepati janji (QS. Al Isra: 34), musyawarah (QS. Ali Imran: 159 dan Asy-Syuara: 38), dan berwasiat dalam kebenaran (QS. Al Ashr: 1-3). Selain perilaku yang dikatakan oleh Zainuddin Ali tersebut, ada satu perilaku hubungan lagi, yakni hubungan manusia dengan lingkungan hidup. Menurut Muhammad Daud Ali (2006: 371), perilaku hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup, antara lain: memelihara alam, mencegah perusakan, memelihara keseimbangan, dan pelestariannya. Sebagai konsekuensi dari perilaku pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan manusia kepada Allah, manusia mempunyai kewajiban utama kepada Allah (QS. AdzDzariyat: 56), yang intinya: tujuan Allah menciptakan manusia di du ini adalah untuk nia mengabdi kepada Allah, bukan kepada yang lain apapun namanya. Pengabdian kepada Allah harus langsung, tanpa melalui perantara dan dilakukan dengan cara-cara yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Jadi, kita pun wajib menjalankan segala perintahnya yang merupakan lima rukun Islam dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Kedudukan Takwa Takwa adalah pokok dari segala pekerjaan, selain sebagai pokok takwa juga sebagai ukuran (Muhammad Daud Ali, 2006: 362). Allah berfirman dalam QS. Al Hujurat: 13: Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa Pada QS. Al Baqarah: 177, artinya: Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitabkitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang -orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orangorang yang bertakwa. Jadi, keimanan dan ketakwaan itu beriringan satu sama lain. Begitu pentingnya takwa bagi bangsa Indonesia, maka di dalam berbagai rumusan peraturan perundangundangan kata takwa disebut. Menurut Prof. Hasan Langgulung, kata takwa merupakan kesimpulan semua nilai yang ada di dalam Al Quran. Menurutnya pula, usaha untuk memasyarakatkan takwa atau mentakwakan masyarakat harus dimulai sejak dini, sejak manusia kecil sampai dewasa melalui tida tahap, antara lain: (Muhammad Daud Ali, 2006: 366) 1. Sosialisasi, siswa diajarkan untuk melakukan atau melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam perkataan takwa. 2. Identifikasi, siswa mengerjakan nilai-nilai tertentu yang mereka sukai dan kagumi, seperti yang dicontohkan orang tua, guru, pemerintah, dan lain-lain (tokoh-tokoh yang dikagumi siswa). 3. Penghayatan, siswa bukan lagi kagum pada tokoh yang membawa nilai-nilai tersebut, tapi mereka dapat merasakan kenikmatan dalam mengerjakan nilai-nilai itu (ketentraman batin).

Daftar Pustaka: Al Quran Ali, Muhammad Daud. 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Ali, Zainuddin. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai