Anda di halaman 1dari 34

Ihsan

Achmad Syahid, Prof. Dr. Drs. M.Ag


Mohammad Jawahir, M.E., M.PA
Suatu ketika, para sahabat duduk di dekat Rasululah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.

Tiba-tiba muncul seorang lelaki mengenakan pakaian yang


sangat putih dan rambutnya amat hitam.

Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, tak ada


seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera
duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut
Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi
Hadits Arba’in Nawawi No.2
Di dalam hadist Jibril ini, agama dikenal
memiliki tiga tingkatan: iman, Islam dan ihsan.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan mengenai


pengertian dan sekaligus rukun dari ihsan.

“Engkau beribadah kepada Allah SWT seakan-


akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau
tidak mampu beribadah dengan seakan-akan
melihat-Nya, Allah SWT melihatmu”.
Iman adalah pembenaran dengan hati (tasdiq),
Islam adalah ketundukan dan kepatuhan
(taslim), dan ihsan adalah kebaikan terdalam
(ahsan atau tahsin).

Ketiga istilah ini adalah tiga hal yang berbeda


namun saling terjalin erat.

—Al-Ghazali
Tiga saling terkait

Iman Islam Ihsan


sebentuk amal, yang ketundukan, baik pembenaran dan ketundukan
paling utama dengan hati, dengan dengan kesadaran li Allahi
ucapan maupun Ta’ala tanpa ada unsur lain
dengan tindakan yang mempengaruhinya
Qadhi ‘Iyadh (w 544 H)
Syarah Shahih Muslim I/158:

“Hadits ini mencakup penjelasan semua amal ibadah yang


lahir maupun batin, di antaranya ikatan iman, perbuatan
anggota badan, keihlasan, menjaga diri dari perusak-perusak
amal. Bahkan ilmu-ilmu syari’at, semuanya kembali kepada
hadits ini dan merupakan pecahannya”.

“Atas dasar hadits ini dan ketiga macamnya, aku menulis kitab
yang aku namakan al-Maqashid al-Hisan fi ma Yalzam al-Insan.
Karena tidak menyimpang dari yang wajib, sunnah, anjuran,
peringatan, makruh dari ketiga macamnya”.
Imam Nawawi (w. 676 H)
Qadhi ‘Iyadh [I/160]

”Ketahuilah, bahwa hadits ini menghimpun


berbagai macam ilmu, pengetahuan, adab,
dan kelemah-lembutan. Bahkan hadits ini
merupakan pokok Islam”
Imam al-Qurthubi (w. 671 H)
Fath al-Bari [I/125]

”Hadits ini layak disebut sebagai Umm al-


Sunnah (induk hadits), karena mengandung
ilmu hadits”.
Ibn Daqiq al-’Id (w. 702 H)
Syarah Arbain ‘an Nawawiyah: 21

”Hadits ini seakan menjadi induk bagi sunnah,


sebagaimana al-Fatihah dinamakan Umm al-
Qur`an, karena ia mencakup seluruh nilai-nilai
yang ada dalam al-Qur`an”.
Ibn Rajab (w. 795 H)
Jami’ al-Ulum wa al-Hikam [1: 97):

”Ini merupakan hadits yang agung, mencakup semua


penjelasan agama. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata di akhir hadits ‘ia adalah Jibril yang
datang untuk mengajarkan tentang agama kalian’
setelah menjelaskan kedudukan iman, kedudukan
Islam, dan kedudukan ihsan. Dan menjadikan semua itu
agama.”
Ihsan
Ihsan asal katanya (‫ )ﺣﺴﻦ‬hasan, berarti
“kebaikan” merupakan bentuk kata kerja
(fi’il) “hasuna-yahsunu-hasanan” yang
berarti “baik”; seasal dengan kata “ahsan-
yuhsinu-ihsanan” yang berarti “berbuat
baik”.

Baik yang sifatnya muta’addi


(transitif) secara mandiri (bi nafsih)
atau melibatkan unsur lain (bi
ghairih)
Jumlah kata Ihsan dan berbagai derivasinya di
dalam al-Qur’an: 200 kali
ahsana (9 kali); ahsanu (34 kali); ahsin (1 kali); ihsanan (6
kali); ahsanin (6 kali); ahsanahu (1 kali); ahsanu (6 kali);
ahsinu (1 kali); ahsantum (2 kali); bi-ahsaniha (1 kali);
tuhsinu (1 kali); muhsin (4 kali); muhsinun (1 kali);
muhsinin (33 kali); yuhsinun (1 kali); hasuna (1 kali);
hasunat (2 kali); husn (7 kali); husnan (5 kali);
husnuhunna (1 kali); hasanin (1 kali); hasanan (18 kali);
hasanah (28 kali); hasanat (3 kali); husna (17 kali);
husnayain (1 kali); hisan (2 kali); ihsan (6 kali), dan
muhsinat (1 kali).
Preferensi?

Hasan Ma’ruf Khair Thayyib


Hasan dan derivasinya - Ma’ruf dipakai Khair dan derivasinya - khair Thayyib dan
muhsinin, ihsan, husnan, hasanan, untuk kebaikan dan khairaat - selalu derivasinya
muhsinun, ahsan, ahsinu, dan yang bersifat berhubungan dengan derivasi -
hasanah: selalu berhubungan masyhur atau yang kebaikan, kebajikan, di thayyibaat dan
dengan perbuatan baik, dalam
konteks ketuhanan dan sosial
dikenal di suatu samping bermakna harta. Ada thayyiban,
baik sesama manusia atau tempat dan hubungan dengan ketuhanan, berhubungan
keluarga. keadaan (relatif). politik, dan sosial baik sesama dengan makanan,
manusia atau keluarga. ketuhanan, alam
dan sosial.
Hasan, khair, dan thayyib sama-sama
memiliki arti baik, akan tetapi ketiganya
memiliki konteks berbeda. Ketiganya
juga memiliki arti lebih dari satu

Hasan, khair, dan thayyib memiliki relasi makna sinonimi


dan polisemi.
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): ‘Janganlah kamu beribadah kepada selain Allah, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebagian kecil darimu, dan kamu selalu berpaling.”
(QS. al-Baqarah/2: 83)
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun; Demi gunung Sinai; Dan demi negeri
(Mekah) yang aman ini; Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya; Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat
yang serendah-rendahnya; Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak
ada putus-putusnya; Maka apa yang menyebabkan (mereka)
mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-
keterangan) itu? Bukankah Allah hakim yang paling adil? (QS al-Thin, 1-
8)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman
bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang
lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai” (QS al-
Isra’/17: 7)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung” (QS. Ali Imran/3:104) “Dan janganlah kamu menyerupai orang-
orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali
Imran/3:105).
KHAIR
“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaithan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh
yang nyata bagimu” (QS. Al-Baqarah: 168) “Sesungguhnya
syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS.
Al-Baqarah: 169)
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan
Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri
mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna” (QS al-Isra/17: 70)
Hasan - baik atau kebaikan dalam hal:

1. Kebaikan dalam tatanan agama;


2. Kebaikan dalam pandangan akal;
3. kebaikan dalam pandangan ‘hawa’ nafsu;
4. Kebaikan dalam pandangan pancaindera.
Ibn Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim
menulis bahwa “Imam Sufyan bin Uyainah
berkata, ihsan ialah keadaan dalam (yaitu, hati)
adalah lebih baik daripada luarnya”.

Dalam Dalilul Falihin, disebutkan, “ihsan akan


dihasilkan apabila pelaksanaan amal saleh
dilakukan dengan memelihara cara-caranya
seperti yang dituntut di samping memelihara
hak-hak Allah dengan menghadirkan kebesaran
dan keagungan-Nya dihati secara terus-
menerus”.
Lawan kata “kebaikan”

(‫ﺴﻨَﺎت‬
َ ‫ )َﺣ‬adalah
“keburukan” (‫)اﻟﺴﯿﺌﺔ‬
Dari kata isa’ah (berbuat
kejahatan) muncul kata su’ –
ulama’ su’
Lawan kata “kebaikan”
(‫ﺴﻨَﺎت‬
َ ‫ )َﺣ‬adalah keburukan (‫)اﻟﺴﯿﺌﺔ‬

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)* dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. Hud/11: 114)
Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Hud/11: 115)
*Kemungkinan ayat ini turun sebelum diwajibkannya shalat lima waktu pada malam Isra’, di mana
shalat yang diwajibkan hanyalah dua, yaitu shalat sebelum terbit matahari dan shalat setelah
terbenamnya matahari
Lawan kata “kebaikan”
(‫ )ﺣﺴﻦ‬adalah keburukan (‫)اﻟﺴﯿﺌﺔ‬

“Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan
lindungilah kami dari siksa api neraka”
(QS. al-Baqarah: 201)
Aspek Pokok Ihsan

Ihlas Berusaha
Mengaku diri masih
menyembunyikan
banyak kesalahan
amal perbuatan

Sabar Tertarik pada Berorientasi


menghadapi amal yang pada Allah SWT,
ujian dalam bermanfaat alam dan
beramal manusia lain
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan seluruh alam (QS al-An’am: 163), tidak ada
sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
berserah diri (muslim) (QS al-An’am: 163)
Lingkup Ihsan
Ibadah
Habl min Allah, habl min al-Nas, habl min al-alam

Mu’amalah
Relasi interpersonal

Ahlaq
Intra-personal

Etika
Ekologi, seni, sains, dll

Tasawuf
Sendiri (salik), organisasi (tarekat)
Konsep al-Ma’un

bantuan penting atau


hal-hal berguna
1. Tahukah kita (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah untuk orang-orang yang shalat,
5. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya’,
7. dan enggan (menolong dengan) barang bermanfaat.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai