Anda di halaman 1dari 1

Sumur Resapan, Solusi atau Polusi?

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menuai kritikan karena dianggap tidak tepat
dalam penempatan sumur resapan. Sumur resapan tersebut dinilai tidak efektif dan justru
menimbulkan risiko terhadap masyarakat Jakarta. Sumur ini merupakan program yang
direncanakan pada periode Gubernur Sutiyoso dan mulai direalisasikan pada periode
Jokowi. Pada periode Jokowi, telah berhasil dibangun sekitar 100 unit sumur resapan di
zona hijau kota, seperti Taman Suropati. Sumur resapan tersebut berdampak baik bagi
masyarakat karena mampu  mengurangi genangan air hujan yang biasa membanjiri daerah
yang rawan banjir. 
Anies sendiri memulai lanjutan program ini pada Januari 2019 dan membangun
2.794 sumur resapan di wilayah Jakarta. Pada tahun 2020, Pemprov DKI Jakarta
merencanakan pembangunan sumur resapan tambahan dengan total sekitar 300.000 unit.
Biaya anggaran yang diusulkan sekitar Rp300 miliar. Namun, pada 24 November 2021,
anggaran untuk pembangunan sumur resapan tersebut dicoret karena dianggap tidak
efektif. Salah satu hal yang dianggap tidak efektif adalah kemampuan sumur resapan yang
dibangun Anies hanya mampu menampung air dalam jumlah mikro, tidak mampu
menampung air untuk satu wilayah atau kota. Selain itu, Anies membangun sumur resapan
di jalan raya sehingga menimbulkan kerusakan pada jalan raya di Jakarta. Dapat dibuktikan
dari salah satu proyek sumur resapan di Jalan Lebak Bulus III yang menyebabkan kerusakan
dan keretakan pada sebagian ruas jalanan. Hal ini diperkirakan terjadi karena letak
penempatan sumur resapan yang tidak tepat dan berimbas pada keselamatan pengguna
jalan masyarakat Jakarta. 
Salah satu masalah di DKI Jakarta terletak pada sumber resapan airnya yang terus
berkurang akibat pembangunan pemukiman dan pembetonan yang tidak ada habisnya,
maka sumur resapan seharusnya merupakan solusi yang baik untuk masyarakat. Sekiranya,
wilayah Jakarta membutuhkan paling tidak 1.958 sumur resapan yang efektif untuk
mengatasi luapan air atau banjir. Namun, diperlukan uji efektivitas pada setiap sumur
resapan dalam menampung air. Pembangunan sumur resapan perlu dilakukan secara
bertahap sambil diuji satu per satu. Mendatangkan ahli seperti pakar hidrologi juga sangat
dibutuhkan agar tepat dalam penempatan sumur resapan yang dibangun, terlebih lagi
sumur resapan ini merupakan kebutuhan seluruh masyarakat Jakarta.
Jika Pemprov DKI Jakarta saat ini tidak segera melakukan reparasi sumur resapan
yang menimbulkan kerugian, maka sumur resapan yang telah dibangun saat ini tidak
mampu memberikan solusi terbaik, tetapi justru menghasilkan polusi terhadap masyarakat
Jakarta. Apabila sumur resapan sudah berfungsi sebagaimana mestinya tanpa menimbulkan
kerugian sedikitpun, maka program ini dapat pula dilanjutkan ke kota-kota lainnya. Dengan
sumur resapan yang bekerja dengan baik, pengelolaan air tanah di Indonesia dapat berjalan
dengan baik pula.

Anda mungkin juga menyukai