Anda di halaman 1dari 11

WACANA : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran, email: jurnal_wahani@unpkediri.ac.

id
April 2018, Volume 2, Nomor 1.

IMPLEMENTASI LITERASI UNTUK MENINGKATKAN


MOTIVASI PEMBELAJARAN PADA MATERI MEMBACA
AKSARA JAWA SISWA SMA

Encil Puspitoningrum
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Abstrak: Salah satu peran guru atau pengajar adalah memotivasi siswa agar mereka dapat
berinteraksi dengan berbagai sumber belajar dengan baik. Sumber belajar bukan hanya berupa
manusia, benda di sekitar, bahkan lingkungan sekitar juga merupakan sumber belajar. Sumber
belajar bukan hanya sesuatu untuk dirancang untuk keperluan mengajar, melainkan juga media
pembelajaran diperlukan untuk menyampaikan atau perantara untuk menyampaikan tujuan dari
disajikannya sumber belajar tersebut. Permasalahannya, tidak semua guru atau pengajar mampu
menggunakan atau mengoperasikan bahkan membuat sebuah media pembelajaran. padahal
media pembelajaran dinilai dapat membantu guru dalam menyampaikan sebuah pembelajaran.
wujud interaksi antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam. Cara belajar
dengan mendengarkan ceramah merupakan salah satu wujud dari interaksi tersebut. Namun jika
cara belajar hanya dari mendengarkan saja, maka akan diragukan efektivitasnya. Belajar akan
lebih banyak efektif jika peserta didik diberikan banyak kesempatan untuk melakukan eksplorasi
sumber belajar melalui perantara berbagai macam media. Oleh karena itu literasi penggunaan
media dianggap sangat diperlukan bagi guru maupun pengajar untuk meningkatkan kompetensi
mereka dalam mengimplementasikan literasi.

Kata kunci: implementasi literasi, membaca aksara Jawa.

Abstract: One role of teacher or teacher is to motivate students so they can interact with various
sources of learning well. Learning resources are not just human, objects around, even the
environment is also a source of learning. Learning resources are not just something to be
designed for teaching purposes, but also the learning medium is needed to convey or
intermediate to convey the purpose of the presented learning resources. The problem is, not all
teachers or teachers are able to use or operate and even create a learning media. whereas learning
media are assessed to help teachers in delivering a lesson. the form of interaction between
students with learning resources can vary. How to learn by listening to a lecture is one
manifestation of the interaction. But if the way to learn just from listening alone, it will doubt its
effectiveness. Learning will be more effective if learners are given many opportunities to explore
learning resources through intermediaries of various media. Therefore, the use of media literacy
is considered very necessary for teachers and teachers to improve their competence.

Keyword: implementation of literacy, reading Javanese script


.

PENDAHULUAN menciptakan individu yang mampu


Pemahaman literasi secara umum menerapkan keahlian yang dimilikinya
menurut Education Development Center dalam hidup. Rapat tersebut juga
yaitu kemampuan individu untuk merumuskan bahwa klasifikasi literasi
menggunakan segenap potensi dan skil dibagi menjadi berbagai macam. Salah
yang dimiliki dalam hidupnya satunya adalah literasi membaca. Literasi
(Kemendikbud: 2017). Adapun dalam bahasa dalam definisinya bertujuan untuk
rapat tim inti gerakan literasi nasional pada mewujudkan kemampuan membaca dan
21 Maret 2017 oleh Kemendikbud tujuan menulis, kualitas atau kemampuan melek
yang hendak dicapai yaitu untuk huruf dan akasara yang didalamnya

35
meliputi membaca dan menulis, dan mengenai literasi yaitu kemampuan
kemampuan mengolah dan memahami membaca dan menulis.
informasi saat melakukan proses membaca National Institute for Literacy,
dan menulis. Literasi membaca dan mendefinisikan Literasi sebagai
menulis ini digerakkan khususnya untuk "Kemampuan individu untuk membaca,
pendidikan dasar sampai menengah atas. menulis, berbicara, menghitung dan
Pada kenyataannya kebutuhan anak memecahkan masalah pada tingkat
dalam pendidikan untuk berliterasi tidak keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan,
hanya pada aspek bahasa saja. Tetapi keluarga dan masyarakat." Definisi ini
kebutuhan pendidikan khususnya pada memaknai Literasi dari perspektif yang
anak memerlukan kebutuhan literasi lain lebih kontekstual. Dari definisi ini
seperti literasi numerisasi, literasi sains, terkandung makna bahwa definisi Literasi
literasi digital, literasi finansial, dan literasi tergantung pada keterampilan yang
budaya dan kewarganegaraan. Kebutuhan- dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
kebutuhan literasi tersebut adalah saling Di lain sisi, Education
mendukung. Khusus untuk anak tingkat Development Center (EDC) menyatakan
sekolah dasar beberapa literasi tersebut bahwa Literasi lebih dari sekedar
harus berkesinambungan digerakkan untuk kemampuan baca tulis. Namun lebih dari
generasi muda dalam menghadapi itu, Literasi adalah kemampuan individu
kebutuhan milenial. untuk menggunakan segenap potensi dan
Literasi bukanlah hal yang baru skill yang dimiliki dalam hidupnya.
bagi para guru atau para pengajar di bidang Dengan pemahaman bahwa literasi
nonformal, untuk mendukung tercapainya mencakup kemampuan membaca kata dan
gerakan literasi yang saling membaca dunia.
berkesinambungan diperlukan penggunaan Literasi memang tidak bisa
media untuk menunjang literasi agar dilepaskan dari bahasa. Seseorang
berjalan dengan lancar. Menurut Miarso dikatakan memiliki kemampuan literasi
(2004) media pembelajaran adalah segala apabila ia telah memperoleh kemampuan
sesuatu yang digunakan untuk dasar berbahasa yaitu membaca dan
menyalurkan pesan serta dapat merangsang menulis. Jadi, makna dasar literasi sebagai
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan kemampuan baca-tulis merupakan pintu
si belajar sehingga dapat mendorong utama bagi pengembangan makna literasi
terjadinya proses belajar. Mendeskripsikan secara lebih luas.
hal tersebut, media dapat dideskripsikan Pendidikan dan kemampuan literasi
sebagai sarana guru untuk menyampaikan adalah dua hal yang sangat penting dalam
sumber belajar. Dalam keadaan tertentu, hidup kita. Kemajuan suatu negara secara
media dapat menjadi alat yang langsung tergantung pada tingkat melek
mempermudah guru ketika menyampaikan huruf di negara tersebut. Oleh karena
sebuah informasi. itulah, orang berpendidikan diharapkan
untuk melakukan tugasnya dengan baik.
KAJIAN PUSTAKA Permasalahan ini menuntut
Literasi pemerintah untuk menciptakan strategi
Saat ini, Istilah Literasi sudah khusus untuk meningkatkan minat baca
mulai digunakan dalam arti yang lebih dan kemampuan membaca peserta didik.
luas, seperti Literasi Informasi, literasi Implementasi strategi tersebut yaitu
komputer, dan literasi sains yang dengan menciptakan Gerakan Literasi
kesemuanya itu merujuk pada kompetensi Sekolah yang dikembangkan oleh
atau kemampuan yang lebih dari sekedar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
kemampuan baca-tulis. Hanya saja, Gerakan Literasi Sekolah ini mempunyai
memang pemahaman yang paling umum tujuan untuk membiasakan dan memotivasi

36
peserta didik untuk mau membaca dan Dari beberapa pendapat di atas, dapat
menulis guna menumbuhkan budi pekerti. diambil kesimpulan
Gerakan Literasi Sekolah memperkuat bahwa pengertian motivasi adalah
gerakan penumbuhan budi pekerti keseluruhan daya penggerak baik dari
sebagaimana dituangkan dalam Peraturan
dalam diri maupun dari luar dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menciptakan serangkaian usaha untuk
Nomor 23 Tahun 2015.
menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang
Motivasi Belajar menjamin kelangsungan dan memberikan
Menurut Mc. Donald, yang dikutip arah pada kegiatan sehingga tujuan yang
Oemar Hamalik dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
(2003:158) motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai Oleh karena itu, motivasi sebagai proses
dengan timbulnya perasaan dan reaksi batin atau proses psikologis yang terjadi
untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian pada diri seseorang sangat dipengaruhi
ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah oleh faktor eksternal (lingkungan), dan
sesuatu yang kompleks.
faktor internal yang melekat pada setiap
Dalam A.M. Sardiman
orang (pembawaan), tingkat pendidikan,
(2005:75) motivasi belajar dapat juga
pengalaman masa lalu, keinginan atau
diartikan sebagai serangkaian usaha untuk
harapan masa depan.
menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin Berdasarkan pengertian di atas,
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
maka akan berusaha untuk meniadakan adalah suatu proses perubahan tenaga
atau mengelak perasaan tidak suka itu. dalam diri individu yang memberi
Menurut Siti Sumarni (2005), kekuatan baginya untuk bertingkah laku
Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (dengan giat belajar) dalam usaha
(1986) mendefinisikan motivasi sebagai mencapai tujuan belajarnya.
suatu energi penggerak dan pengarah, yang Sedangkan belajar merupakan
dapat memperkuat dan mendorong proses dasar dari perkembangan hidup
seseorang untuk bertingkah laku. Ini manusia, dengan belajar manusia
berarti perbuatan seseorang tergantung melakukan perubahan-perubahan kualitatif
motivasi yang mendasarinya. individu sehingga tingkah lakunya
Motivasi adalah sesuatu yang berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. hidup manusia tidak lain adalah hasil dari
Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005),
belajar, karena seseorang hidup dan
motivasi secara harafiah yaitu sebagai
bekerja menurut apa yang telah dipelajari.
dorongan yang timbul pada diri seseorang
Belajar itu bukan hanya sekedar
secara sadar atau tidak sadar, untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan pengalaman, belajar adalah suatu proses,
tertentu. Sedangkan secara psikologi, bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar
berarti usaha yang dapat menyebabkan berlangsung aktif dan integratif dengan
seseorang atau kelompok orang tergerak menggunakan berbagai bentuk perbuatan
melakukan sesuatu karena ingin mencapai untuk mencapai hasil.
tujuan yang dikehendakinya, atau W.S Winkel (1996:53)
mendapat kepuasan dengan perbuatannya. mengatakan, bahwa belajar adalah suatu
(KBBI, 2001:756). aktivitas mental/psikis yang berlangsung

37
dalam interaksi aktif dengan PISA dengan skor 396 (skor rata-rata
lingkungannya, yang menghasilkan OECD 496). Sedangkan hasil penelitian
perubahan-perubahan, pengetahuan, yang dilakukan pada tahun 2015
menunjukkan peserta didik Indonesia
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap,
berada pada peringkat ke-62. Indonesia
serta perubahan itu bersifat secara relatif memperoleh skor 397 (skor rata-rata
konstan dan tetap. Sedangkan yang OECD 493). Pada penelitian tahun 2015
dimaksud motivasi belajar adalah terdapat 70 negara yang turut berpartisipasi
keinginan yang mengaktifkan, dalam PISA.
menggerakkan, menyalurkan dan Selanjutnya, berdasarkan data yang
mengarahkan sikap dan perilaku individu diperoleh dari Badan Pusat Statistik angka
melek huruf untuk golongan penduduk
untuk belajar.
berumur 15-19 tahun pada tahun 2010
Menurut Sardiman ( 1988:75 ) memiliki presentase sebesar 99.56%, tahun
mengatakan bahwa 2011 sebesar 98.61%, tahun 2012 sebesar
definisi atau pengertian Motivasi 98.85%, tahun 2013 sebesar 99.42%, dan
belajar adalah keseluruhan daya tahun 2014 99.67%. Capaian tersebut
penggerak di daam diri siswa yang sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia
menimbulkan kegiatan belajar, yang memiliki tingkat melek huruf yang tinggi.
Namun, tantangan yang dihadapi saat ini
menjamin kelangsungan dari kegiatan
adalah masih rendahnya minat baca. Jika
belajar dan memberi arah pada kegiatan dibandingkan oleh hasil penelitian yang
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dilakukan OECD, Indonesia selalu
oleh subjek belajar itu tercapai. menempati urutan paling bawah. Pada
penelitian tahun 2015, posisi Indonesia
Pembelajaran Membaca dibawah Vietnam yang menempati urutan
Membaca merupakan merupakan ke-8 dan Thailand yang menempati urutan
keterampilan berbahasa.dan faktor yang ke-54. Hal ini menjadi persoalan yang
penting dalam proses pembelajaran, karena cukup serius bagi bangsa Indonesia dalam
dengan membaca peserta didik dapat hal membaca khususnya, karena membaca
memperoleh informasi. Membaca merupakan dasar untuk memperoleh
merupakan salah satu kegiatan dalam pengetahuan, keterampilan, dan
berliterasi. Literasi tidak dapat dipisahkan pembentukan sikap peserta didik.
dari dunia pendidikan. Literasi menjadi
sarana peserta didik dalam mengenal, Aksara Jawa
memahami, dan menerapkan ilmu yang Aksara Jawa yang dalam hal ini
didapatkannya di bangku sekolah. adalah Hanacaraka (dikenal juga dengan
Pada tingkat sekolah menengah nama Carakan) adalah aksara turunan
(usia 15 tahun) pemahaman membaca aksara Brahmi yang digunakan atau pernah
peserta didik Indonesia (selain matematika digunakan untuk penulisan naskah-naskah
dan sains) diuji oleh Organisasi untuk berbahasa Jawa, Makasar, Madura,
Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi Melayu, Sunda, Bali, dan Sasak. Bentuk
(OECD—Organization for Economic Hanacaraka yang sekarang dipakai sudah
Cooperation and Development) tetap sejak masa Kesultanan Mataram
dalam Programme for International (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru
Student Assessment (PISA). Hasil muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh PISA pada modifikasi dari aksara Kawi dan
tahun 2012 menunjukkan peserta didik merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat
Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari dengan struktur masing-masing huruf yang
65 negara yang turut bertasipasi dalam paling tidak mewakili dua buah huruf

38
(aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh
aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni Peran Guru dalam Meningkatkan
H dan A, dan merupakan satu suku kata Motivasi Belajar Siswa
yang utuh bila dibandingkan dengan kata Dalam upaya meningkatkan
“hari”. Aksara Na yang mewakili dua
motivasi belajar siswa, guru mempunyai
huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu
suku kata yang utuh bila dibandingkan peran penting dalam keberhasilan belajar
dengan kata “nabi”. Dengan demikian, siswa, beberapa peran itu antara lain :
terdapat penyingkatan cacah huruf dalam 1. Mengenal setiap siswa yang diajarkan
suatu penulisan kata apabila dibandingkan secara pribadi. Dengan mengenal setiap
dengan penulisan aksara Latin. Penulisan siswa secara pribadi, maka guru akan
Aksara Jawa Pada bentuknya yang asli, mampu memperlakukan setiap siswa
aksara Jawa Hanacaraka ditulis
secara tepat. Dengan demikian upaya
menggantung (di bawah garis), seperti
aksara Hindi. Namun pada pengajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
modern menuliskannya di atas garis. dilakukan secara tepat pula walaupun guru
Aksara Hanacaraka memiliki 20 huruf itu berhadapan dengan kelompok siswa
dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi dalam kelas. Apabila guru mengenal
menutup bunyi vokal, 8 huruf “utama” siswanya secara pribadi dia akan mampu
(aksara murda, ada yang tidak pula memperlakuk,an setiap siswa dalam
berpasangan), 8 pasangan huruf utama,
kelompok secara berbeda sesuai dengan
lima aksara swara (huruf vokal depan),
lima aksara rekan dan lima pasangannya, keadaan dan kemampuan serta kesulitan
beberapa sandhangan sebagai pengatur dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa
vokal, beberapa huruf khusus, beberapa itu.
tanda baca, dan beberapa tanda pengatur
tata penulisan (pada). 1. Huruf Dasar 2. Mampu memperlihatkan interaksi yang
(Aksara Nglegena) Aksara Nglegena menyenangkan, interaksi yang
adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku menyenangkan ini akan menimbulkan
kata atau biasa disebut Dentawiyanjana, suasana aman dalam kelas. Para siswa
yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la,
bebas dari ketakutan akan melakukan
pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga.
perbuatan yang tidak berkenan bagi
Dalam dunia pendidikan, pelajaran gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini
tentang Aksara Hanacaraka juga sangat dapat membuat suasana sehat dalam kelas,
minim, biasanya hanya didapati pada pada suasana yang menyenangkan dan sehat itu
buku Pelajaran Bahasa Jawa (Muatan menimbulkan suasana yang mendukung
Lokal) untuk para siswa tingkat sekolah untuk terjadinya belajar. Dengan demikian
dasar maupun menengah di daerah Jawa
motivasi belajar siswa menjadi lebih baik.
Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pada umumnya di bagian bab 3. Menguasai berbagai metode dan teknik
mengenai aksara Jawa hanya dibuat
mengajar dan menggunakan secara tepat.
dengan tulisan tangan sehingga tidak ada
bentuk baku. Dalam hal Penguasaan berbagai metode dan teknik
ini sebenarnya peranan pemerintah sangat mengajar serta penerapannya secara tepat
diperlukan agar Aksara Hanacaraka tidak membuat guru mampou mengubah-ubah
hanya dipertahankan keberadaanya, namun cara mengajarnya sesuai dengan suasana
juga dapat digunakan secara seluas-luasnya kelas. Pada para siswa, tes utama di
dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sekolah dasar sering timbul Susana cepat
sehari-hari.
bosan dengan keadaan yang tidak berubah.

39
Guru harus menyimak perubahan suasana a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
kelas sebagai akibat dari kebosanan siswa
akan suasana yang tidak berubah itu. Guru Kehadiran siswa di kelas merupakan awal
dari motivasi belajar. Untuk meningkatkan
dapat mengembalikan gairah belajar siswa
motivasi belajar siswa merupakan
antara lain dengan merubah metode dan
bimbingan tindak pembelajaran bagi guru.
teknik mengajar pada waktu Susana bosan
itu mulai muncul. Dalam upaya pembelajaran, guru harus
berhadapan dengan siswa dan menguasai
4. Menjaga suasana kelas supaya para seluk beluk bahan yang diajarakan kepada
siswa terhindari konflik dan frustasi. siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan
Suasana konflik dan frustasi di kelas beberapa prinsip pembelajaran. Beberapa
menimbulkan gairah belajar siswa prinsip pembelajaran tersebut antara lain
menurun. Perhatian mereka tidak lagi sebagai berikut:
terhadap kegiatan belajar, melainkan pada
upaya menghilangkan konflik dan fustasi 1) Belajar menjadi bermakna jika siswa
memahami tujuan belajar, oleh karena itu
itu. Energi mereka habis terkuras untuk
guru harus menjelaskan tujuan belajar
memecahkan konflik dan frustasi, sehingga
secara hierarkis.
mereka tidak dapat belajar dengan baik.
Apabila guru dapat menjaga suasana kelas 2) Belajar menjadi bermakna bila siswa
dan meniadakan konflik dan frustasi itu, dihadapkan pada pemecahana masalah
maka konsentrasi siswa secara penuh akan yang menantangnya, oleh karena itu
dapat dikembalikan kepada kegiatan peletakan urutan masalah yang menantang
belajar. konsentrasi penuh terhadap belajar harus disusun guru dengan baik.
itu dapat meningkatkan motivasi belajar
anak dan pada gilirannya akan 3) Belajar menjadi bermakna bila guru
meningkatkan hasil belajarnya. mampu memusatkan segala kemampuan
mental siswa dalam program kegiatan
5. Memperlakukan siswa sesuai dengan tertentu oleh karena itu guru sebaiknya
keadaan dan kemampuan. Sebagai membuat pembelajaran dalam pengajaran
kelanjutan dari pemahaman siswa secara unit atau proyek.
pribadi, guru dapat memperlakukan setiap
siswa secara tepat sesuai denga hal-hal 4) Kebutuhan bahan belajar siswa
yang diketahuinya dari tiap siswa itu. semakin bertambah, oleh karena itu guru
perlu mengatur bahan dari yang paling
Dengan penerapan peranan seperti di atas, sederhana sampai paling menantang.
maka guru akan mampu menempatkan diri
dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada 5) Belajar menjadi menantang bila siswa
gilirannya guru akan mampu pla memahami prinsip penilaian dan faedah
mengunakan teknik, motivasi secara tepat, nilai belajarnya bagi kehidupan
baik dalam suasana kelompok maupun dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu
dalam suasana individual. memberi tahukan kriteria keberhasilan atau
kegagalan belajar.
Adapun upaya lain untuk
meningkatkan motivasi b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan
belajar menurut Robert (1990:153) yaitu: pembelajaran

40
Unsur-unsur yang ada di lingkungan 2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar
maupun dalam diri siswa ada yang bagi siswa.
mendorong dan ada yang menghambat
3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang
lebih memahami keterbatasan waktu bagi 4) Guru mengajarkan cara memecahkan
siswa dapat mengupayakan optimalisasi kesukaran tersebut dan mendidik
unsur-unsur dinamis tersebut dengan jalan kebenaran mengatasi kesukaran.
:
5) Guru mengajak siswa mengalami dan
1) Pemberian kesempatan pada siswa mengatasi kesukaran.
untuk mengungkap hambatan belajar yang
dialaminya. 6) Guru memberi kesempatan siswa
untuk menjadi tutor sebaya.
2) Memelihara minat, kemauan, dan
semangat belajarnya sehingga terwujud 7) Guru memberi penguatan kepada siswa
tindak belajar. yang berhasil mengatasi kesukaran
belajarnya sendiri.
3) Meminta kesempatan pada orang tua
atau wali, agar member kesempatan 8) Guru menghargai pengalaman
kepada siswa untuk beraktualisasi diri dan kemampuan siswa agar belajar secara
dalam belajar. mandiri.

4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan


yang mendorong belajar.
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi
5) Menggunakan waktu secara tertib, belajar
penguat dan suasana gembira terpusat pada
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan
perilaku belajar.
sejak siswa masuk sekolah dasar.
6) Guru merangsang siswa dengan Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh
penguat memberi rasa percaya diri. dengan jalan membuat kegiatan belajar
sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman pada setiap siswa yang berhasil.
dan kemampuan siswa Sebaliknya dorongan keberanian untuk
memiliki cita-cita diberikan kepada siswa
Guru wajib menggunakan pengalaman
yang berasal dari semua lapisan
belajar dan kemampuan siswa dalam
mengelola siswa belajar. Upaya masyarakat.
optimalisasi pemanfaatan pengalaman
siswa tersebut dapat dilakukan sebagai PEMBAHASAN
berikut : Pembelajaran Aksara Jawa
Aksara Hanacaraka sedikit demi
1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sedikit mulai ditinggalkan. Karena
sebelumnya dan bertanya kepada guru apa terdesak oleh aksara Latin yang lebih
yang mereka tidak mengerti. mudah diakses, saat ini penggunaan
Aksara Hanacaraka terbatas hanya pada
pelajaran-pelajaran di sekolah, usaha-usaha
revivalisasi yang bersifat simbolik dan

41
tidak fungsional, seperti pada penulisan memakai huruf Jawa (hanacaraka) versi
nama jalan atau kampung, papan nama, unicode. Officer PT Microsoft Indonesia
prasasti, plakat dan beberapa artikel pada Tony Seno Hartono mengatakan aplikasi
koran dan majalah. ini masih dalam pengembangan,
Penggunaannya dalam surat-surat menurutnya karakter huruf Jawa jika
resmi/penting, surat kabar, televisi, media lengkap dikembangkan akan mencapai 400
luar ruang, dan sebagainya sangatlah karakter. Menurutnya pengembangan ini
terbatas. Penguasaan aksara ini dianggap untuk mengembangkan konten-konten
penting untuk mempelajari naskah-naskah lokal di Indonesia.25
lama, tetapi tidak terlihat usaha untuk
menggunakannya dalam kegiatan sehari- Literasi Sebagai Motivasi Membaca
hari. Setelah masa kemerdekaan sampai Aksara Jawa
sekarang ini belum pernah dijumpai.
Menurut WS. Winkel (1983:27)
Ada beberapa kalangan yang
motivasi belajar siswa merupakan faktor
menganggap Aksara Hanacaraka akan
psikis yang bersifat non-intelektual,
punah tergerus perkembangan jaman.
peranannya yang khas adalah gairah atau
Namun kenyataanya Aksara Hanacaraka
semangat belajar, sehingga seorang siswa
masih hidup dan berkembang hingga saat
yang bermotivasi kuat, dia akan
ini meskipun memang penggunaanya
mempunyai banyak energi untuk
terbatas. Keberadaan Aksara Hanacaraka melakukan kegiatan belajar. Dengan
ini karena dukungan beberapa pihak baik
demikian, siswa yang mempunyai
seniman, pengusaha, maupun pejabat motivasi kuat, dia akan mempunyai
instansi yang tetap peduli untuk
semangat dan gairah belajar yang tinggi,
melestarikannya dengan berbagai cara, dan pada gilirannya akan dapat mencapai
antara lain dengan menampilkan aksara
prestasi belajar yang tinggi.
tersebut pada desain modern, papan-papan Seorang siswa belajar karena
nama, pelajaran di sekolah, desain baju, t-
didorong oleh kekuatan mentalnya,
shirt, font untuk komputer dan lain-lain. kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan
Digitalisasi Aksara Jawa kekuatan mental tersebut, dapat tergolong
Dengan digitalisasi aksara Jawa ini
rendah dan tinggi. Motivasi dipandang
telah membuka peluang yang sangat besar sebagai dorongan mental yang
untuk memajukan dan mengembangkan
menggerakkan dan mengarahkan perilaku
aksara Jawa ini secara fungsional di segala manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam
bidang. Pemakaian aksara Latin secara luas
motivasi tergantung adanya keinginan
di Nusantara menyebabkan mulai yang mengaktifkan, menggerakkan,
ditinggalkanya aksara Jawa dalam dunia
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan
penulisan. Sehingga saat ini aksara Jawa perilaku belajar. Setidaknya ada dua
benar-benar telah ditinggalkan dalam
komponen utama dalam motivasi, yaitu
pengertian fungsionalnya. Aksara Jawa kebutuhan, dorongan dan tujuan.
sekarang ini sudah tidak dipakai untuk
Siswa yang termotivasi, ia akan
keperluan massal sama sekali, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan
penggunaannya hanya simbolis dan non
dirinya kepada usaha mencapai tujuan dan
fungsional hanya dimaksudkan untuk akan mengurangi ketegangan yang
melestarikan keberadaanya, bukan untuk
ditimbulkan oleh tenaga di dalam dirinya.
penggunaan dalam arti yang seluas- Dengan kata lain, motivasi memimpin
luasnya.
dirinya ke arah reaksi-reaksi mencapai
PT Microsoft Indonesia juga tengah tujuan, misalnya untuk dapat dihargai dan
mengembangkan aplikasi yang diakui oleh orang lain.
memungkinkan pengguna mengetik

42
Faktor yang berasal dari luar kemunculan aksara Hanacaraka ini juga
individu yang berpengaruh terhadap tidak lepas
seorang siswa dalam belajar, di antaranya dari adanya legenda Aji Saka, yang
adalah pengaruh dari orang tua. Orang tua, merupakan Legenda Asal Usul Aksara
merupakan orang yang pertama kali Hanacaraka, walaupun tidak bisa diakui
mendidik anaknya sebelum anak tersebut kebenaranya secara ilmiah. Urutan aksara
mendapat pendidikan dari orang lain. Hanacaraka ini dibuat berdasarkan legenda
Demikian juga dengan hal pemenuhan bahwa aksara Jawa dibawa oleh Aji Saka
kebutuhan rohani (intrinsik) dan jasmani dari Tanah Hindhustan ke Tanah Jawa.
(ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang Kemudian Aji Saka menciptakan urutan
tualah yang bertanggungjawab pertama aksara Hanacaraka untuk memperingati
kali. para pembantunya; Dora dan Sembada,
Di dalam mendidik dan memenuhi yang setia sampai mati. Keduanya mati
kebutuhan anaknya, maka diperlukan karena tidak bisa membuktikan perintah
perhatian dari orang tua. Peran utama bagi sang raja. Aji Saka kemudian menciptakan
orang tua dalam lingkungan keluarga, yang aksara Hanacaraka supaya bisa dibuat
terpenting adalah memberikan pengalaman untuk menulis surat. Selain dengan
pertama pada masa anak-anak, sebab menggunakan cara literasi dengan cara
pengalaman pertama merupakan faktor menceritakan kembali dongeng Aji Saka di
penting dalam perkembangan pribadi anak. atas, membaca aksara Jawa juga
Sedangkan bagi seorang anak, dilakukan dengan cara pemakaian aplikasi
ketika melakukan proses belajar ada dua digital. Aplikasi untuk mengkonversi
faktor yang menjadi tenaga penggeraknya, tulisan latin menjadi aksara jawa dan
yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi konversi aksara jawa menjadi tulisan latin.
yang berasal dari luar diri dan motivasi Memudahkan untuk belajar membaca
instrinsik yang berasal dari dalam diri anak maupun menulis aksara jawa sekaligus
itu sendiri. Seorang anak yang belajar melestarikan budaya Indonesia khususnya
dengan motivasi yang rendah atau bahkan budaya Jawa.
tidak mempunyai motivasi, akan susah
untuk diajak berprestasi, anak merasa cepat Kompleksitas aksara Jawa dalam
puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, penggunaannya tidak semudah huruf Latin,
tidak kreatif dan tidak fokus. seperti kurangnya tanda baca seperti tanda
Dalam kondisi seperti ini, peran seru, titik dua, tanda kutip, tanda tanya,
orang tua sebagai motivator dituntut untuk serta tanda hubung, hal tersebut
mampu membangkitkan motivasi belajar menjadikan semakin kurang populernya
anaknya sehingga segala potensi yang aksara jawa. Kesulitan penggunaan aksara
dimiliki anak terekspresikan dalam bentuk Jawa dalam media digital pun juga
perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang merupakan salah satu faktor yang
tua untuk membantu membangun motivasi menyebabkan kurang populernya aksara
belajar pada diri anak-anaknya, bukanlah Jawa selain di kalangan preservasionis.
usaha yang mudah karena motivasi belajar
Namun begitu, pemerintah telah
ini sebenarnya harus sudah mulai berusaha untuk mempertahankan
ditanamkan orang tua kepada anaknya
kebudayaan asli bangsa indonesia tersebut
sejak dari kecil. Dengan demikian, anak dengan berbagai cara. Ambil contoh ketika
diharapkan memiliki kesadaran akan
diterbitkannya kurikulum tiga belas atau
pentingnya belajar untuk dirinya. disingkat dengan kurtilas, bahasa Jawa
Untuk memotivasi siswa dalam
masuk dalam muatan lokal dengan berdiri
pembelajaran aksara Jawa dapat dilakukan sendiri sebagai mata pelajaran wajib bagi
dengan memberikan cerita elain itu
para peserta didik khususnya suku bangsa
Jawa.

43
Dalam perkembangannya, para Aksara Jawa sekarang ini sudah tidak
programer pun tidak ikut ketinggalan, hal dipakai untuk keperluan penulisan secara
tersebut dapat dibuktikan dengan luas. Penggunaannya saat ini
diciptakannya font jawaatau font
bersifat simbolis dan non fungsional hanya
hanan yang dapat membantu para guru
bahasa Jawa dalam menulis soal dengan dimaksudkan untuk melestarikan
menggunakan PC. keberadaanya, bukan untuk penggunaan
dalam arti yang seluas-luasnya. Padahal
Begitu pula dengan OS banyak negara-negara yang
Android yang tertanam dalam smartphone,
masihmenggunkan aksara aslinya tanpa
dalam pembelajaran aksara Jawa juga bisa
dilakukan dengan mendownload aplikasi menggantinya dengan aksara Latin seperti
android melalu online. Rusia, Thailand, Jepang, negara-negara
Arab, Korea dan lain-lain.
Dengan digitalisasi aksara Jawa
PENUTUP
saat ini telah membuka peluang yang
Kesimpulan
sangat besar untuk memajukan dan
Keberadaan aksara Hanacara saat
mengembangkan aksara Jawa secara
ini mempunyai sejarah yang sangat
fungsional di segala bidang. Namun
panjang dan berliku-liku. Sejak pertama
dibutuhkan kemauan yang keras serta
kali dikenalkan di Nusantara berupa aksara
bantuan dari masyarakat maupun
Pallawa, aksara Hanacaraka telah
pemerintah dalam penggunaanya dan
berevolusi dan bekembang, dalam waktu
diperlukan suatu kajian yang menyeluruh
yang lama mengalami penyesuaian dengan
tentang kesiapan penggunaan aksara Jawa
kebudayaan asli Nusantara sehingga
ini. Dengan dukungan yang kuat dari
terdapat dapat diterima oleh masyarakat
berbagai pihak, bisa saja aksara Jawa ini
secara luas.
menjadi aksara utama yang diunakan
Aksara Jawa modern ini pernah
dalam penulisan di Indonesia, atau menjadi
mencapai masa kejayaanya pada jaman
aksara yang sejajar dengan aksara Latin
raja-raja, mulai jaman kerajaan Hindu-
sehingga dapat digunakan secara
Budha sampai dengan kerajaan Islam dan
berdampingan seperti yang terjadi di
menjadi aksara yang dipakai di wilayah
India.
Nusantara yang tidak bisa lepas dari
kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Penggunaan aksara Jawa
mengalami penurunan secara drastis
setelah diperkenalkanya bentuk aksara
Latin pada masa pendudukan kolonial
Belanda, yang lebih mudah dalam
penggunaanya dan lebih mudah untuk
dikembangkan. Sehingga saat ini aksara
Jawa benar-benar telah ditinggalkan dalam
pengertian fungsionalnya digantikan oleh
aksara Latin.

44
DAFTAR PUSTAKA
A. Tabrani R (1994) Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Remaja Rosda Karya
Abin Syamsudin Makmun (2001),
Psikologi Kependidikan, Jakarta:
Remaja Rosda Karya
Depdikbud (1996), Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Nana Sudjana dan Daeng Arifin. (1988).
Cara Belajar Siswa Aktif dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru
Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar
dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sondang P. Siagian. (2004). Teori
Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. Rineka Cipta,
WS. Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan
dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia, 1983
W.S. Winkel. (1996). Psikologi
Pengajaran, Jakarta: Grasindo.

45

Anda mungkin juga menyukai