Anda di halaman 1dari 11

3.

9 Menganalisis dan mengevaluasi sejarah perkembangan Islam di Indonesia


4.9Menyajikan nilai-nilai keteladanan tokoh-tokoh dalam sejarah perkembangan Islam di
Indonesia

Bacalah ayat-ayat berikut 5 – 10 menit, perhatikan kaidah-kaidah tajwid dan makhrajnya.

Q.S. Al-Baqoroh : 126

Q.S. An-Nahl : 112

Q.S. Al-A’rof : 96
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga
Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. Nasab As-
Sayyid Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini
yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang
terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik
Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid
Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid
Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin AsSayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin
Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-
Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal
Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi
Muhammad Rasulullah SAW.
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad
Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang
Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam
Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana
Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu:
Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-
Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti
Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden
Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji
(Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far
Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan
Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat
kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit.
Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada
tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa
Timur.

Aktivitas Siswa 1:
Setelah membaca wacana di atas, kemukakan pendapat kalian tentang perkembangan Islam
dimasa yang lalu! Kemudian bandingkan dengan perkembangan Islam di Indonesia sekaang?

A Masukknya Islam di Indonesia


Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama dan kepercayaan
seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Buddha teLah dianut oleh masyarakat Indonesia.
Bahkan pada abad 7-12 M di beberapa wiLayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha. Masih ingatkah kamu? Kalau lupa, coba pelajari kembali
tentang kerajaan-kerajaan tersebut dalam buku pelajaran sejarah Indonesia!
Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada tanggal 17 - 20 Maret
1963 di Medan yang dihadiri oleh sejumlah budayawan dan sejarawan Indonesia, disebutkan
bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriah (kira-kira
abad 8 Masehi). Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu :
1. Jalur Utara dengan route: Arab (Makah-Madinah) - Damascus - Baghdad - Gujarat (Pantai
barat India) - Sri Langka - Indonesia.
2. Jalur Selatan dengan route : Arab (Makah-Madinah) - Yaman - Gujarat (Pantai barat India)
- Sri Langka - Indonesia.
Pada pertengahan abad ke VIII M saudagar-saudagar Arab itu ada yang sudah bermukim di
Canton. Sebagian ahli sejarah lain ada yang mengatakan bahwa Islam masuk di Indonesia
pada abad ke 13 akan tetapi ini kurang valid sebab di Leran Jawa Timur sudah ada kuburan
dengan batu nisan bernama Fatimah binti Maimun pada abad ke- 12 (1101 M).
Adapun secara garis besar penyebaran agama Islam di Indonesia melalui 3 cara yaitu :
1. Perdagangan. Pedagang-pedagang muslim arab selain berdagang mereka juga mubaligh.
Mereka datang lewat Gujarat dan bersama penduduk Gujarat menuju Indonesia. Untuk
menarik penduduk, mereka menyesuaikan dengan kebudayaan daerah.
2. Pernikahan. Para pedagang muslim ada yang menetap di Indonesia dan menikah dengan
penduduk setempat sehingga menjadi keluarga muslim dan penyebar agama Islam yang
gigih.
3. Pembebasan Kasta. Pada masa masuknya Islam di Indonesia perbudakan masih berlaku,
banyak budak saudagar-saudagar Hindu dan Budha yang dibeli saudagar muslim kemudian
di merdekakan dan akhirnya mereka menganut agama Islam.
Kehadiran Islam di Indonesia mudah diterima oleh masyarakat karena membawa ajaran
kedamaian dan keselamatan. Adapun daerah-daerah yang mula-mula menerima Islam
adalah :
1. Pariaman (Sumatra Barat), pembawanya Syeh Burhanuddin bangsa Melayu.
2. Gresik (Jawa Timur), pembawanya Maulana Malik Ibrahim yang berasal dari Persia.
3. Demak (Jawa Tengah), penyebarnya R. Patah.
4. Banten (Jawa Barat), penyebarnya Fatahilah keturunan raja Pasai.
5. Palembang (Sumatra Selatan), penyebarnya R. Rahmat sebelum menyiarkan agama
Islam di Ampel.
6. Banjar ( Kalimantan Selatan ), penyebarnya para mubaligh dari Johor Malaysia dan
Sukadana (Kalimantan Barat).
7. Ternate, Tidore, Bacau, Jalilolo (Maluku Utara), penyebarnya Syeh Mansyur dari
Arab dan Maulana
8. Husein dari Gresik.
9. Makasar (Sulawesi Selatan), penyebarnya Datuk Ri Bandang dari Sumatra Barat.
10. Sorong (Irian Jaya), pembawanya mubaligh-mubaligh dari daerah mereka.
B Penyebaran Islam di Indonesia

1. Sumatra. Pada abad ke 13 - 16 M telah berdiri kerajaan Islam Samodra Pasai


dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1261 M. Raja
yang memerintah Samodra Pasai berturut-turut adalah :
a. Marah Silu bergelar Sultan Al-Malikus Shaleh.
b. Sultan Al-Malikus Zahir I
c. Sultan Al-Malikus Zahir II
d. Sultan Zaenal Abidin
e. Sultan Iskandar
Adanya jalur perhubungan dengan gujarat menyebabkan Pasai menjadi pelabuhan
Internasional. Saudagar-saudagar muslim dari Arab, Persia dan India gigih
menyebarkan Islam sehinggan Pasai saat itu menjadi Pusat Penyiaran Islam. Dari Pasai
itulah Islam tersiar ke pesisir utara Aceh, Jawa dan Malaka. Kerajaan Islam Samodra
Pasai mengalami kemunduran Sejak penyerbuan Maja Pahit sekitar tahun 1350 M.
Selain kerajaan Pasai berdirilah kerajaan Aceh pada permulaan abad ke 16 M. Kerajaan
Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam
tahun ( 1607 - 1636 M). Raja-raja yang memerintah Aceh selama 14 abad antara lain
: Sultan Ali Al-Mughayat Syah, Sultan Salahuddin, Sultan Azlauddin Ri'ayat Syah, Sultan
Husein, Sul-tan Zainal Abidin, Sultan Alauddin Mansyur Syah, Sultan Ali Ri'ayat Syah,
Sultan Alaud-din Ri'ayat Syah II, dan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam. Pada abad
ke 12 - 17 M, Islam berangsur-angsur berkembang di Sumatra.
2. Jawa. Islam mula-mula masuk ke Jawa di bawa oleh pedagang Islam yang
singgah di bandarbandar pantai utara Pulau Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya
para mubaligh itu terkenal dengan nama "Walisongo", yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Magribi merupakan wali tertua di antara
Wali Sanga yang mensyiarkan agama Islam di Jawa Timur, khususnya di Gresik,
sehingga dikenal pula dengan nama Sunan Gresik.
Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik dengan mendirikan masjid dan
pesantren, tempat mengajarkan Islam kepada para santri dan kepada segenap
penduduk agar menjadi umat Islam yang bertakwa. Beliau wafat pada tahun
1419 M (882 H) dan dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik.
b. Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun 1401 M dan
wafat tahun 1481 M serta dimakamkan di desa Ampel.
Sunan Ampel menikah dengan seorang putri Tuban bernama Nyi Ageng Manila
dan dikaruniai empat orang anak, yaitu: Maulana Makdum Ibrahim (Sunan
Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Nyi Ageng Maloka, dan putri yang menjadi
istri Sunan Kalijaga.
Jasa-jasa Sunan Ampel antara lain :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren
ini lahir para mubalig kenamaan, seperti: Raden Paku (Sunan Giri), Raden
Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makdum (Sunan Bonang),
Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk
mensyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun masjid agung Demak, yang
dibangun pada tahun 1479 M.
3) Memelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan
Raden Fatah sebagai sultan pertamanya.
c. Sunan Bonang
Sunan Bonang nama aslinya adalah Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel, lahir
tahun 1465 M dan wafat tahun 1515 M. Semasa hidup beliau mempelajari Islam
dan ayahnya sendiri, kemudian bersama Raden Paku merantau ke Pasai untuk
mendalami Islam. Jasa beliau sangat besar dalam penyiaran Islam.
d. Sunan Giri (1365 - 1428)
Beliau adalah salah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di Jawa,
terutama di Jawa Timur. Ayahnya, Maulana Ishak, berasal dari Pasai dan ibunya,
Sekardadu, putri Raja Blambangan Minak Sembayu. Belajar Islam di pesantren
Ampel Denta dan di Pasai. Sekembalinya di Gresik, Sunan Giri (Raden Paku)
mendirikan pesantren di Giri, kira-kira 3 km dari Gresik. Selain itu, beliau mengutus
para mubalig untuk berdakwah ke daerah Madura, Bawean, Kangean, bahkan ke
Lombok, Makasar, Ternate dan Tidore.
e. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang.
Beliau berjasa dalam mensyiarkan Islam dan mendidik para santri sebagai calon
mubalig. Santri-santrinya berasal dari berbagai daerah dan bahkan ada yang
dari Ternate dan Hitu Ambon.
f. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati lebih dikenal dengan sebutan Syarif Hidayatullah atau Syeikh
Nurullah. Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di Jawa Barat dan berhasil
mendirikan dua buah kerajaan Islam, yakni Banten dan Cirebon, serta berhasil
pula menguasai pelabuhan Sunda Kelapa yang dulunya dikuasai oleh kerajaan
Hindu Pakuan. Syarif Hidayatulah wafat pada tahun 1570 M dan dimakamkan di
Gunung Jati (7 km sebelah utara Cirebon).
g. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq, lahir pada pertengahan abad ke-15 dan wafat
pada tahun 1550 M (960 H). Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di daerah
Kudus dan sekitarnya, Jawa Tengah bagian utara. Untuk melancarkan
mekanisme dakwah Islam, Sunan Kudus membangun sebuah masjid yang
terkenal sebagai Masjid Menara Kudus, yang dipandang sebagai warisan
kebudayaan Islam Nusantara.
Sunan Kudus juga terkenal sebagai seorang sastrawan, di antara karya sastranya
yang terkenal adalah gending Maskumambang dan Mijil.
h. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga yang terkenal
karena berjiwa besar, toleran, dan juga pujangga. Beliau adalah seorang mubalig
yang berdakwah sambil berkelana. Di dalam dakwahnya Sunan Kalijaga sering
menggunakan kesenian rakyat (gamelan, wayang, serta lagu-lagu daerah). Beliau
wafat pada akhir abad ke-16 dan dimakamkan di desa Kadilangu sebelah timur
laut kota Demak.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, putra dari Sunan Kalijaga. Beliau seorang
mubalig yang berdakwah ke pelosok-pelosok desa dan daerah pegunungan. Di
dalam dakwahnya beliau menggunakan sarana gamelan serta kesenian daerah
lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, yang terletak di sebelah utara kota
Kudus.
Pengaruh para wali sedemikian besar di kalangan rakyat dalam penyiaran Islam
sehingga masyarakat memberi gelar Sunan.

3. Sulawesi. Islam masuk di Sulawesi pada awal abad ke 16 M (+tahun 1540 M), tetapi
sejak abad ke 17 Islam berkembang dengan pesat sehingga berdiri kerajaan-
kerajaan seperti :
a. Kerajaan Makasar. Ibu kota kerajaan Makasar ini ialah Goa, rajanya
yang pertama ialah Karang Tanigalo kemudian berganti nama Sultan Alauddin
Awalul Islam. Dia memerintah tahun 1591-1638 M. Makasar mencapai puncak
kejayaan pada masa Sultan Hasanuddin ( 1654 - 1669 M ) dan yang paling gigih
melawan penjajah Belanda. Pada masa itu Makasar menjadi bandar terbesar di
wilayah Indonesia Timur sehingga menjadi saingan berat Belanda. Dengan
siasat adu dombanya Belanda dapat merebut Makasar dengan menghasut
dan membantu Arupalaka Raja Bone untuk menyerang malaka dari dari darat
sedang Belanda menyerang dari Laut. Dengan perlawanan gigih tetapi akhirnya
malaka dapat di duduki Belanda.
b. Kerajaan Bugis. Suku bugis sangat terkenal dan berani. Awalnya Islam
sangat sukar memasuki Bugis tetapi berkat keuletan mubaligh-mubaligh dari
Makasarlah mereka menjadi penganut Islam yang setia. Rajanya yang masuk
Islam bernama Lamdu Salat. Wilayah Bugis meliputi : Wojo, Sopeng,
Sidenreng, Ternate dan lain-lain.

4. Kalimantan. Pada abad ke 16 Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana


(Kalimantan Barat), bahkan pada tahun 1590 M kerajaan Sukadana resmi menjadi
kerajaan Islam dan yang menjadi raja adalah Sultan Giri Kusuma dan setelah meninggal
digantikan oleh putra-nya Sultan Muhammad Syarifudin. Beliau banyak berjasa
karena bantuan seorang mu-baligh bernama Syeh Syamsuddin. Ketika kerajaan Demak
berdiri, para pemuka agama segera menyebarkan agama Islam ke Kalimantan Selatan.
Raja kerajaan Hindu Banjar yaitu Raden Samodra masuk Islam dan mengganti nama
dengan Surnanullah. Dengan bantuan Demak Surnalullah dapat mengembangkan Islam
di Kalimantan.
5. Maluku dan Sekitarnya. Penyebar agama Islam di maluku adalah saudagar-
saudagar muslim yang berdagang di sana, sebab Maluku kaya rempah-rempah.
Kemudian lahirlah kerajaankerajaan Islam seperti kerajaan Ternate dengan Rajanya
Sultan Mahrum ( 1465 - 1486 M ) dan penggantinya Sultan Zaenal Abidin yang
mengembangkan Islam di Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina. Kemudian
kerajaan Tidore, Bacan, Jailolo, dan Halmahera. Pada abad ke 16 perkembangan
Islam agak terlambat karena kedatangan Portugis yang ber-agama Nasrani.
C Islam Pada Masa Perkembangan

1. Demak. Menjelang berakhirnya abad ke 15 Raden Patah seorang santri Sunan


Bonang mendirikan kerajaan Demak. Sepeninggalan beliau kemudian diteruskan
putranya bernama Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) tahun 1518-1521 M masa
pemerintahan-nya. Setelah beliau wafat diteruskan oleh Sultan Trenggono, Beliau
giat melakukan ekspansi karena ancaman Portugis yang bersifat ekonomi dan
agama. Sultan bersama rakyatnya bertekad untuk mengusir penjajah dengan
melawan bangsa Portugis. Cita-cita umat Islam berhasil juga walaupun dalam
waktu yang lama. Sultan Trenggono wafat dalam penyerangan terhadap bangsa
Portugis akan tetapi semangat juangnya yang perlu di teladani.
2. Kerajaan Cirebon. Fatahilah berhasil merebut bandar Cirebon dari
kekuasaan Hindu Banten. Karena jasa dan kedudukanya sebagai keluarga Sultan
Trenggono, maka Cirebon di serahkan kepadanya dan setelah itu diserahkan
kepada putranya Pangeran Pasarean di bawah naungan Demak. Pada tahun 1552
M Pangeran Pasarean wafat, kemudian Fatahilah memutuskan untuk menetap di
Cirebon guna mengedalikan pemerintahan sambil menekuni dan menyebarkan
Islam. Pada tahun 1570 M beliau wafat dan dimakamkan di- hutan jati, maka beliau
dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.
3. Kerajaan Banten. Fatahilah disamping merebut Cirebon juga berhasil
menduduki Banten dan kekuasaan Hindu Pajajaran. Oleh Sultan Trenggono Banten
dan Cirebon diserahkan kepadanya. Kemudian dalam waktu singkat rakyat Banten
masuk Islam. Fatahilah menjadikan Ban-ten sebagai bandar utama Selat Sunda.
Pedagang-pedagang muslim lebih senang berniaga di Banten dari pada di bandar
lain. Banten sama dengan Cirebon masih di bawah kekuasaan Demak. Karena
putranya yang diserahi memerintah Cirebon Pangeran Pasarean wafat tahun 1522
M. Maka beliau meninggalkan Banten pindah ke Cirebon dan Banten diserahkan
kepada putranya Hasanuddin.Karena kerajaan Demak terjadi perang saudara, maka
Hasanuddin mengambil kesempatan melepaskan diri dari ikatan dengan Demak
sehingga berdirilah kerajaan Islam Banten dan mengangkat dirinya sebagai Sultan.
Kerajaan Banten meluas sampai di Lampung. Sultan Hasanuddin wafat tahun 1579
M dan digantikan putranya pangeran Yusuf. Pada zaman pangeran Yusuf kerajaan
Paja-jaran di taklukkan, sehingga penyebaran Islam meluas sampai ke-pedalaman.
Sisa-sisa orang Pajajaran yang tidak masuk Islam menyingkir ke selatan yang
kemudian dikenal dengan nama orang Badui. Pada tahun 1580 M Pangeran Yusuf
digantikan putranya Maulana Muhamad yang masih sangat muda.
E Islam Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan

Sejak kedatangan kaum penjajah kaum muslimin telah berusaha menentang


penjajah dengan jalan berperang. Akan tetapi usaha menentang kaum penjajah selalu
gagal karena pada waktu itu kaum muslimin belum bersatu dan perjuangan masih
bersifat lokal. Menyadari hal itu para tokoh-tokoh muslim menyusun strategi baru dalam
perjuangan melawan penjajah. Cara perjuangan yang baru itu disusun dalam wadah
kesatuan dan persatuan nasional dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan dan partai-
partai politik yang bertujuan untuk mengusir segala bentuk penjajahan dari bumi
Indonesia. Adapun perkumpulan-perkumpulan itu antara lain :
a. Syarikat Islam
Syarikat Islam ini semula bernama Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan di Solo
pada tahun 1911 M yang dipimpin oleh H. Samanhudi. Pada tanggal 16 September
1912 SDI ini berubah nama menjadi Syarikat Islam (SI) atas prakarsa H. Umar Said
Cokroaminoto. Pada tanggal 26 Januari 1913 SI mengadakan konggres yang pertama
kali di kota Surabaya. Dalam konggres tersebut Cokroamonoto menghidupkan
semangat rakyat Indonesia untuk maju dan berjuang menegakkan kemerdekaan.
Pada mulanya perkumpulan ini hanya dalam bidang perdangan semata akan tetapi
dengan usaha Cokroaminoto SI menjadi partai politik yang besar dan sangat
berpengaruh.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh SI ini antara lain :
1) Mengangkat kaum kromo yang hina dina menjadi manusia sejati lagi
terhormat.
2) Mengajarkan dan memajukan rakyat dalam soal politik, yaitu dengan
terbentuknya “Volksraat”, yang diharapkan akan menjadi tangga parlemen bagi
Indonesia.
3) Mengusahakan persatuan seluruh umat Islam di Indonesia dengan
diadakannya konggres All Islam Hindia pada tahun 1922.
4) Membela dan mempertahankan kesucian ajaran Islam dari penghinaan
dan cacian yang dilemparkan kepada Islam.
5) Menerbitkan buku yang berjudul “Islam dan sosialisme”, yang
menjelaskan duduk perkara sosialisme ala Islam menurut teori dan praktek.
b. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yokyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912 oleh KH.
Ahmad Dahlan. Adapun maksud dan tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk
menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga dapat
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Adapun usaha-usaha untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut adalah:
1) Mengadakan dakwah Islam
2) Memajukan pendidikan dan pengajaran
3) Memelihara dan mendirikan tempat ibadah dan wakaf
4) Mendidik dan mengasuh anak-anak serta pemuda agar kelak menjadi
orang muslim yang berarti.
5) Berusaha dengan segala kebijaksanaan supaya peraturan-peraturan
Islam berlaku dalam masyarakat
Berdasarkan uraian-uraian tersebut nyatalah bahwa Muhammadiyah sejak mulai
berdirinya sudah membangun sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah dari TK
hingga Perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia juga mengadakan
tabligh-tabligh bahkan juga menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah yang
berdasarkan Islam.
c. Nahdlatul ‘Ulama
Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Tokoh-tokoh pendirinya antara
lain : KH. Hasyim Asy’ari, KH. Mahfud Sidiq, KH. Abdul Wahab Hasbullah dan lain-
lain. NU pada mulanya bergerak pada lapangan sosial, kemudian menjadi sebuah
partai politik walapun pada muktamar tahun 1984 NU kembali ke karakter semula
sebagai organisasi keagamaan, pendidikan dan sosial yang sering kita kenal dengan
slogan “kembali ke khittah 1926”. Dalam bidang sosial NU mempunyai Lembaga
Pendidikan Ma’arif mulai dari TK hingga perguruan tinggi dari pesantren lama
sampai pesantren dalam sistem modern. Disamping itu NU juga bergerak dalam
bidang perjuangan nasional yang berjiwa anti penjajah diantaranya ialah :
1) Menolak subsidi pemerintah untuk madrasah NU dan menolak kerja
rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada bangsa Indonesia waktu itu.
2) Menolak ordonasi perkawinan tercatat
3) Menolak diadakannya milisi
4) Mendukung tuntutan berparlemen
5) Mendidik mental beragama melalui pondok pesantren.
Peran NU dalam sejarah Islam di Indonesia banyak diwarnai kegiatan politik praktis
meskipun program kerjanya NU memiliki bidang garapan yang sangat luas yang
program tersebut ditangani oleh lajnah, lembaga dan badan otonomi.
d. Persatuan Islam (Persis). Persis didirikan di Bandung oleh A. Hasan. Persis disamping
banyak mendirikan pesantren juga mendirikan sekolah-sekolah yang banyak tersebar di
Jawa Barat. Persis juga banyak melakukan kegiatan dakwah yang berlandaskan pada Al-
Qur’an dan Hadits, memberantas bid’ah, khurafat, tahayul dan kemusyrikan baik
melalui ceramahceramah agama maupun melalui media. Diantara tokoh dan pimpinan
Persis yang terkenal adalah Moh. Nasir seorang ulama intelek yang kelak menjadi
pimpinan partai Masyumi. e. Mat’laul Anwar
Didirikan oleh KH. Muh Yasin di Manes, Jawa Barat. Organisasi ini banyak bergerak
dalam bidang pendidikan sedang dalam bidang perjuangan melawan penjajah
banyak disalurkan lewat syarikat Islam.
f. Perti
Didirikan oleh Syeh Sulaiman Ar-Rusli pada tahun 1928 diminangkabau yang giat
mempertahankan madzhab Syafii. Dalam lapangan pendidikan pengaruhnya meluas
sampai ke Kalimantan dan Sulawesi. Selain Perti juga di Sumatra berdiri Sumatra
Thawalib yang bergerak di bidang pendidikan.
g. Dan masih banyak lagi organisasi-organisasi Islam seperti Jami’atul Wasliyah (1930),
Jamiatul Khair (1905), Perastuan Muslimin Indonesia (22 Mei 1930), Majlisul Islam
Ala Indonesia (1937), Yong Islamieten Bond (1 Januari 1925), Perserikatan Umat
Islam (1917).
Itulah organisasi-organisasi Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan perjuangan
kemerdekaan dalam menentang penjajah, yang merupakan lanjutan perjuangan para
ulama dan para sulthan seperti Sulthan Khairun dan Sulthan Babullah di Maluku yang
melawan penjajah Portugis, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Pangeran Antasari di
Kalimantan, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, Tuanku Imam Bonjol di
Minangkabau, Teuku Umar dan Teuku Cik Di Tiro di Aceh dalam menentang Penjajah
Belanda.
Pada masa penjajahan Jepang (10 Maret 1942 – 17 Agustus 1945) bangsa Indonesia
pada umumnya dan umat Islam pada khususunya, telah menderita lahir batin yang
sangat menyedihkan akibat penjajahan. Pada masa itulah timbul pergerakan-pergerakan
nasional dan pergerakan Islam untuk menentang penjajahan Jepang. Gerakan 3 A
ternyatan hanya tipuan belaka, merupakan taktik Jepang dalam menuju bangsa
Indonesia untuk turut berjuang melawan Sekutu. Adapun pergerakan dan perjuangan
umat Islam dalam menentang penjajahan Jepang itu antara lain :
a. Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) sebagai pengganti MIAI (Majlisul
Islam Ala Indonesia). Tokoh-tokohnya antara lain : KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid
Hasyim, Ki Bagus Hadi Kusumo, KH. A. Halim, Muh. Nastir. Masyumi berusaha dalam
rangka mencapai kemerdekaan Indonesia. Masyumi dengan dengan tokoh-tokoh
nasional menyusun tentara PETA (Pembela Tanah Air) pada tanggl 2 Oktober 1943.
Banyak santri-santri yang menjadi anggota PETA antara lain : Sudirman, Yunus Anis,
Aruji Karta Winata dan masih banyak lagi. Kemudian Masyumi membentuk Hisbullah
di bawah pimpinan Zaenal Arifin.
b. Perlawanan Abdul Jalil di Aceh (Nopember 1942).
Ia seorang guru baca Al-Qur’an di Cot Pling (Aceh), dalam peperangan itu ia gugur
sebagai syuhada.
c. KH. Zaenal Musthafa (Jawa Barat).
Beliau seorang ulama pemimpin pesantren Sukmanah, Tasikmalaya Jawa Barat.
Beliau melihak kesengsaraan rakyat dan menganggap peraturan Saikevei sebagai
perbuatan musyrik, maka beliau bagnkit menentang penjajah Jepang. Utusan Jepang
yang mengajak berunding dengan KH. Zaenal Musthofa dikeroyok rakyat Akhirnya
Jepang menyerang pesantren dan menangkap KH. Zaenal Musthofa untuk kemudian
di hukum mati di Jakarta.
d. Perlawanan tentara PETA di Blitar dipimpin oleh Supriyadi. Supriyadi melihat
kesengsaraan rakyat akibat Romusanya (kerja paksa jaman Jepang). Dalam
perlawanan ini Supriyadi dan anak buahnya hamper satu pleton dapat di tangkap.
Demikian besar peran ulama dan lembaga keagamaan dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia, umat Islam
mempunyai peran yang sangat penting, baik dalam mempertahankan negara maupun
dalam membangun negara Republik Indonesia. Selama kurang lebih tiga setengah abad,
Indonesia meringkuk dalam cengkeraman penjajah. Kekayaan alam yang melimpah ruah
semuanya dijarah dan mengalir ketangan penjajah. Para penajajah tidak hanya menjajah
ekonomi dan politik, tetapi juga menginjak-injak hak asasi bangsa Indonesia yang paling
dasar bagi umat Islam yaitu menjajah faham-faham agama Islam untuk ditukar dengan,
faham liberalisme, komunisme dan agama lain.
Dalam abad ke 17 sampai 19 perlawanan uamt Islam sudah nyata digerakkkan dan
dipelopori oleh tokoh-tokoh pahlawan Islam seperti Sultan Agung (Mataram), Sultan
Ageng Tirtayasa (Banten), Sultan Hasanuddin (Makasar), Teuku Cik Ditiro (Aceh), Teuku
Imam Bonjol (Minangkabau) dan para kyai diseluruh pondok pesantren terumata
dikalangan santri-santri di pulau Jawa.
Di waktu bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945, musuh-musuh RI masih berusaha menggagalkan arti dari proklamasi tersebut.
Untuk mempertahankan proklamasi Rais Akbar NU, KH. Hasyim Asy’ari menyerukan
resolusi jihad. Dengan dicetuskannya resolusi jihad, semangat umat Islam membela
kemerdekaan berkobar di seluruh tanah air. Pemuda-pemuda Islam menggabungkan diri
ke dalam pasukan Hisbullah yang dipimpin oleh Zaenal Arifin, orang Islam dikalangan
bergabung didalam barisan “Sabiliilah”, di bawah pimpina KH. Masykur, para ulama dan
kyai bergabung dalam barisan Mujahidin di bawah pimpinan KH. Wahab Hasbullah.
Dalam kancah revolusi Indonesia 1945 – 1949 mereka menjadi pengawal revolusi
dengan merebut persenjataan Jepang untuk melawan agresi sekutu terutama pada
tanggal 10 Nopember 1945 di Surabaya. Kemudian mereka terbentuk dalam Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional
Indonesia (TNI).

F Islam Pada Masa Pembangunan

Sejarah Islam di Indonesia sejak abad ke 16 telah mencatat perkembangan Islam di


Indonesia dalam mencerdaskan bangsa, menanamkan jiwa keagamaan, mengembang-
kan nilai persatuan dan memberikan semangat untuk mencapai kemajuan bangsa. Pada
saat kemerdekaan, umat Islam umat Islam secara bersama-sama atas nama bangsa
Indonesia menyusun Undang-undang Dasar 1945 beserta pembukaanya maupun Pagan
Jakarta 22 Juni 1945 yang ditandatangani oleh sembilan pemimpin bangsa Indonesia.
Pada tahun 1969 bangsa Indonesia memulai dengan pembanguna lima tahun pertama
(1969-1973), untuk mengisi kemerdekaan yang telah ditegakkan atas dasar Pancasila.
Umat Islam telah berperan dan berpatisipasi secara aktif menyukseskan pembangunan
bersama-sama pemerintah. Peran umat Islam yang paling tampak adalah justru di
bidang pembangunan mental bangsa Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan dan
lembaga swadaya yang bergerak dibidang pembangunan ini banyak didirikan oleh umat
Islam. Umat Islam secara intensif telah menanamkan pendidikan agama kepada rakyat
melalui sekolah-sekolah, ceramah-ceramah, pondok pesantren, lembagalembaga
penelitan masyarakat, lembaga-lembaga ekonomi dan masih banyak lagi. Hal tersebut
merupakan suatu peran yang sangat pentig dalam usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam mengisi pembangungan yang sedang kita laksanakan.

Anda mungkin juga menyukai