Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN MAGANG

STRATEGI PROMOSI DI MEDIA SOSIAL UNTUK WARISAN BUDAYA


TAK BENDA KALIMANTAN TENGAH
(DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN)

Sebagai Mata Kuliah Wajib


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
( STIE Indonesia ) Banjarmasin

Oleh :
Nama : Fauzan Nur Bestari
NPM : 2018220140
Jurusan : Manajemen
Program studi : S1 Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


( STIE INDONESIA ) BANJARMASIN
2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG MAHASISWA

1. Judul Laporan : Strategi Promosi Media Sosial Untuk Warisan


Budaya Tak Benda Kalimantan Tengah Pada
Direktorat Jenderal Kebudayaan
2. Nama : Fauzan Nur Bestari
3. N P M : 2018220140
4. Jurusan : Manajemen
5. Program Studi : Manajemen
6. Tempat Magang : Direktorat Jenderal Kebudayaan
7. Masa Magang : 3 bulan (TMT: 1 Maret 2022 s.d. 29 Mei 2022)
8. Dosen Supervisi : Dr. Saifhul Anuar Syahdan, S.E,M.Si,Ak,CA

Banjarmasin, 04 Juni 2022


Dosen Supervisi, Mahasiswa,

Dr. Saifhul A. Syahdan, SE, M.Si, Ak, CA Fauzan Nur Bestari


NIDN : 1112046801 NPM : 2018220140

Mengetahui
Ketua STIE Indonesia, Ketua Panitia Pelaksana Magang,

Dr. Yanuar Bachtiar, S.E., M.Si RR. Siti Munawarah, S.Si., M.M.
NIDN : 0023016801 NIDN : 1114047101

Kordinator Penggiat Budaya,

Harris Wijaya

ii
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PEJABAT KUASA PENGGUNA ANGGARAN
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
NOMOR : 1520/F1/KP/2021
TENTANG KELOMPOK KERJA PENGELOLA SOSIAL
MEDIA DAERAH (SAHABAT PANDU) DIREKTORAT
JENDERAL KEBUDAYAAN.

SUSUNAN KEANGGOTAAAN
KELOMPOK KERJA PENGELOLA SOSIAL MEDIA DAERAH
(SAHABAT PANDU) DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

NO NAMA ASAL AKUN


1. Arini Izzati Aceh @budaya.geutanyoe
2. Renzi Saputra Lampung
3. Gede Andika Bali @budaya_iraga
4. Tiara Dwi Ristanti Banten @budayaainggeh
5. Kornelius Sembiring Bengkulu @budaya.sayo
6. Farras Hasna Taqiyya D.I Yogyakarta @sedulurberbudaya
7. Dini Oktaviani Jakarta @sobibudayajkt
8. Nafri Dwi Boy Jambi @budaya_kito
9. Lutfiyantina Nazhar Jawa Barat @budaya.kuring
10. Lena Sutanti Jawa Tengah @budayainyong
11. Ainin Zahro Jawa Timur @budayaaku
12. Alzri Parwansyah Kalimantan Barat @budayekamek
13. Aida Fitriah Kalimantan Selatan @budayaulun
14. Fauzan Nur Besari Kalimantan Tengah @budaya.isenmulang
15. Noni Aprili Kalimantan Timur @budayasebubuhan
16. Prayoga Bayu
Widiautama Kalimantan Utara @budayapagun
17. Ego Bangka Belitung @budayaseperadik
18. Edi Saputra Kepulauan Riau @budayeencikpuan
19. Agung Naser Maluku Utara @ngohibudaya
20. Robi Supianto Nusa Tenggara Barat @budayasasambo
21. Anggelina Juliana Mawar
Seran Nusa Tenggara Timur @budayabeta
22. Hana Franis Kareth Papua Barat @sapubudaya
23. Austa Mia Ike Papua
24. Ariful Fikri Algoni Riau @sayebudaye
25. Muhammad Hapsari
Dapi Sulawesi Tenggara
26. Fathul Khair Tabri Sulawesi Selatan @budayamaraja
27. Ardianto Englen Sulawesi Tengah @yaku.budaya
28. Muhammad Andes Sumatera Barat @budayaawak
29. Rambo Saputra Sumatera Selatan @sanakbudaya
iii
30. Umma Mawaddah Sumatera Utara @sumut.berbudaya

Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Setditjenbud,

Fitra Arda
NIP. 196601231994021001

iv
v
PELAKSANA MAGANG MAHASISWA STIE
INDONESIA BANJARMASIN
--------------------------------------------------

NILAI AKHIR MAGANG


(untuk Dosen Supervisi)

NAMA MAHASISWA : ................................................


NPM : ................................................
TEMPAT MAGANG : ................................................

BOBOT NILAI AKHIR


NO UNSUR YANG DINILAI (%) SKOR
SKOR x
BOBOT
1 2 3 4 5
A Sikap dan Proses Pembuatan
Laporan Magang
A1. Kehadiran/keaktifan konsultasi 5
A2. Ketepatan waktu penyelesaian 5
laporan
A3. Integritas/kejujuran pembuatan 10
laporan
B Laporan Magang
B1. Kualitas analisis 10
instansi/perusahaan
B2. Kualitas analisis situasi khusus 10
B3. Kualitas ide/pemikiran identifikasi 25
masalah
B4. Kualitas pemikiran dan 25
pembahasan pemecahan masalah
B5. Tata bahasa dan kerapian 10
penulisan laporan
TOTAL 100

vi
Cara pemberian nilai:

1. Perhitungan:
Untuk memperoleh nilai akhir, skor masing-masing butir penilaian
(kolom 4) dikalikan dengan bobot masing-masing butir (kolom 3) dan
hasilnya (kolom 5) dijumlahkan.
2. Nilai diberikan berdasarkan acuan relatif sebagai berikut:
80,00 – 100,00 = A (4,0)
75,00 – 79,99 = AB (3,5)
72,00 – 74,99 = B (3,0)
68,00 – 71,99 = BC (2,5)
55,00 – 67,99 = C (2,0)
41,00 – 54,99 = D (1,0)
0,00 – 40,99 = E (0,0)

Penggabungan nilai akhir:


1. Persentase nilai praktik magang dari tempat magang = 50% x .....= .....
2. Persentase nilai laporan akhir dari dosen supervisi = 50% x .....= .....
Nilai Akhir = ...................

Banjarmasin, …………….2022
Dosen Supervisi,

(Dr. Saifhul A. Syahdan, SE, M.Si, Ak, CA)


NIDN. 0023016801

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang
ini yang berjudul “Strategi promosi di media sosial untuk warisan budaya tak benda
Kalimantan Tengah pada DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN” dapat
terselesaikan.
Hal ini tentunya tak lepas dari beberapa hal yaitu bantuan, dorongan serta
bimbingan yang sangat berguna bagi penulis maupun pihak lain. Penulis menyadari
bahwa penulisan laporan magang ini tidak berhasil tanpa bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Yanuar Bachtiar, S.E., M.Si, selaku Ketua STIE Indonesia
Banjarmasin.
2. Bapak Dr. Saifhul Anuar Syahdan, SE, M.Si, Ak, CA, selaku dosen
supervisi pada program magang.
3. Ibu RR. Siti Munawarah, S.Si., M.M, selaku ketua pelaksana program
magang STIE Indonesia Banjarmasin.
4. Bapak Harris Wijaya selaku Koordinator Daerah Kalteng PB Kalteng dari
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbudristek RI.
5. Semua pihak yang telah berkontribusi pada penyusunan laporan magang,
baik pada STIE Indonesia Banjarmasin dan Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kemdikbudristek RI.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan magang ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun
diharapkan akan menyempurnakan penulisan laporan magang ini serta bermanfaat
bagi penulis dan pembaca untuk laporan magang selanjutnya.

Banjarmasin, Juni 2022


Penulis

Fauzan Nur Bestari

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
SURAT KETERANGAN TEMPAT MAGANG.......................................... iii
DAFTAR NILAI AKHIR MAGANG .......................................................... v
DAFTAR NILAI PRAKTIK MAGANG DARI DOSEN ........................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR BAGAN........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup Bidang Kegiatan Magang ...................... 3
1.3. Tujuan Kegiatan Magang .................................................. 3
1.4 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Magang................................ 4
BAB II ANALISIS SITUASI UMUM
2.1 Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Kebudayaan............... 6
2.2 Visi, Misi,dan Tujuan Organisasi ...................................... 8
2.3 Produk Organisasi............................................................... 9
2.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kebudayaan......... 10
BAB III ANALISIS SITUASI KHUSUS
Sistem Kerja Direktorat Jenderal Kebudayaan ................ 14
BAB IV IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
4.1 Kendala yang Dihadapi....................................................... 18
4.2 Cara Mengatasi Kendala ................................................... 18
BAB V ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
5.1 Aspek Kajian yang Terdapat di Objek Magang................. 20
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................ 24
6.2 Saran.................................................................................. 25

x
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN KEGIATAN MAGANG

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan I Struktur Organisasi PT Direktorat Jenderal Kebudayaan............ 10

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hawkins (2012) menjelaskan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang

meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta

kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian

masyarakat.. Dengan adanya budaya semua terasa lebih indah karena Setiap

daerah punya budaya,  yang berarti setiap daerah punya karya masing

masing, dan hal itu memperkaya budaya Indonesia di mata dunia.

Dalam hal tersebut tak luput dari keperdulian masyarakat terkhususnya

anak muda penerus bangsa di daerah masing-masing dalam mengetahui

kebudayaan yang dimiliki di daerahnya, dimana tanpa seseorang tahu apa

kebudayaannya maka kebudayaan itu bisa hilang bahkan dicuri oleh negara

lain. Seringkali hal itu terjadi bahkan hal itu seolah menjadi hal yang biasa

dikalangan masyarakat.

Kotler (2012) menjelaskan bahwa media sosial merupakan sarana bagi

konsumen untuk berbagi teks, gambar, audio, dan video informasi dengan

satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Untuk mendekati

anak muda maka Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek RI

berinisiatif dalam membuat content creator yang bergelut dimedia sosial

untuk warisan budaya dan cagar budaya di setiap provinsi, dimana ini

menjadi penyambung lidah dari Direktorat Jenderal

1
Kebudayaan Kemdikbudristek RI dalam menyampaikan informasi tentang

kebudayaan di daerah masing-masing.

Neti (2011) menjelaskan bahwa social media marketing terdiri dari upaya

untuk menggunakan media sosial untuk membujuk konsumen oleh suatu

perusahaan, produk atau jasa yang berarti, social media marketing

merupakan pemasaran yang menggunakan komunitas-komunitas online,

jejaring sosial, blog pemasaran dan yang lainnya. Hal yang banyak

dilakukan oleh anak muda sekarang adalah bergelut dengan media sosial dan

internet, oleh karena itu para content creator daerah ini menyampaikan

infomasi melalu media sosial dan internet supaya informasi bisa ditangkap

dan disukai oleh anak muda, dimana bukan hanya memberikan informasi

melalui media sosial para content creator ini juga dituntut dalam

berkomunikasi dengan bahasa dan gaya anak muda sekarang.

RR Siti Munawarah (2016:10) menunjukan bahwa Promosi merupakan

salah satu variabel yang terdapat dalam bauran pemasaran yang memiliki

peranan penting untuk mengkomunikasikan keberadaan dan nilai produk

kepada calon pelanggan. Menurut Ginting (2011:86) dalam RR Siti

Munawarah (2016:10) promosi adalah aktivitas pemasaran yang berusaha

menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau

mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia

menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

dituangkan dalam bentuk laporan magang dengan judul “Strategi Promosi

2
Media Sosial Untuk Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Tengah

Pada Direktorat Jenderal Kebudayaan”

1.2 Ruang lingkup Bidang Kegiatan Magang

Dalam pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan ini, penulis

ditempatkan pada bagian penggiat budaya Content Creator daerah

Kalimantan Tengah untuk warisan budaya tak benda dan cagar budaya pada

Direktorat Jenderal Kebudayaan, yang merupakan direktorat dibawah

naungan Kemdikbudristek RI untuk membidangi kebudayaan di Indonesia.

1.3 Tujuan kegiatan magang

Untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi pemasaran

informasi warisan budaya tak benda m e l a l u i m e d i a s o s i a l yang

dilakukan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek RI dalam

pencapaian Visi dan Misi organisasi.

Manfaat yang diharapkan dalam melakukan Magang antara lain :

a. Bagi mahasiswa.

1. Mahasiswa bisa mempraktikkan dan menerapkan ilmu

pengetahuan perkuliahan secara langsung di lapangan kerja.

2. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan di lapangan

kerja mengenai dunia kerja sesuai dengan bidangnya.

3
b. Bagi Institusi

Terciptanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara

kedua belah pihak, yaitu dapat menempatkan mahasiswa yang potensial

untuk mendapatkan pengalaman.

c. Bagi Instansi yang Bersangkutan

1. Instansi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang berwawasan

akademik dari program magang tersebut.

2. Instansi dapat melihat tenaga kerja yang potensial dikalangan

mahasiswa sehingga apabila suatu saat membutuhkan karyawan bisa

merekrut mahasiswa tersebut.

1.4 Waktu pelaksanaan Magang

Praktik magang yang dilaksankan di Direktorat Jenderal Kebudayaan

Kemdikbudristek RI dimulai dari tanggal 01 Maret sampai dengan 29 Mei

2022, dengan tujuan untuk mengaplikasikan teori yang telah penulis dapat

selama perkuliahan dengan kenyataan praktik yang ada ditempat magang.

Dalam waktu 1 (satu) minggu, pelaksanaan kerja adalah 7 (tujuh) hari kerja,

yakni dari hari senin sampai hari minggu.

4
Tabel 1 Jam Direktorat Jenderal Kebudayaan
Hari kerja Senin s.d. Minggu 07.30 – 15.00 WIB

Istirahat 12.00 – 13.30 WIB

Sumber : Direktorat Jenderal Kebudayaan

5
BAB II

ANALISIS SITUASI UMUM

2.1. Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek RI. berdiri pada tahun

1778 di Batavia oleh VOC yang dulunya bernama Bataviaasch Genootschap

van Kunsten en Wetenschappen yang didirikan oleh suatu himpunan

masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap kesenian dan

kebudayaan. Selanjutnya pada tanggal 7 Juli 1914 berganti nama menjadi

Bataviaasch Kunstkring atau Lingkarseni Batavia yang bertujuan ntuk

memajukan kesenian hias, sei rupa, seni musik dan seni drama di Batavia.

Kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan konser kesenian rakyat,

mengadakan pameran-pameran karya seni hias dan rupa, menyelenggarakan

ceramah tentang kesusastraan dan seni tari. Lembaga ini masih terus

berjalan sampai masa Pergerakan Nasional sejak awal abad ke-20.

Pada masa awal kemerdekaan priode 1945–1967, kebudayaan belum

menjadi prioritas utama pemerintahan kala itu. Hal ini dibuktikan dengan

belum adanya kementerian yang menaungi kebudayaan secara eksplisit

maupun inplisit. Namun demikian kebudayaan dimasukkan ke dalam

Kementerian Pengajaran. Adapun yang menjabat sebagai Menteri

Pengajaran pada kabinet pertama adalah Ki Hajar Dewantara. Unsur

kebudayaan dimasukkan ke dalam instansi pemerintahan pada masa kabinet

Syahrir III. Pada masa itu, Menteri Pengajaran dijabat oleh Mr. Suwandi
6
dengan Menteri Muda Pengajaran Ir. Gunarso. Pada masa ini dibentuk

lembaga yang menjadi cikal bakal masuknya kebudayaan ke dalam

pemerintahan, yaitu Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia yang

diketuai Ki Hajar Dewantara. Dasar Pembentukan dari lembaga ini adalah

keputusan Rapat Badan KNIP pada 27 Desember 1945. Hal ini

membuktikan bahwa untuk membangun masyarakat dan memperkokoh

suatu negara dibutuhkan dukungan dari kualitas manusai di dalamnya.

Nama kebudayaan pertama kali dimasukkan ke dalam instansi pemeritahan

secara resmi pada masa Kabinet Moh. Hatta. Nama kementerian Pengajaran

diperluas menjadi Kementerian Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan

atau disingkat Kementerian PP dan K dengan M. Ali sebagai menteri. Pada

13 Juli 1949, dibentuk tiga jawatan baru di bawah Kementerian PP dan K,

yaitu Jawatan Inspeksi Pengajaran, Jawatan Pendidikan Masyarakat, dan

Jawatan Kebudayaan.

Pada masa Kabinet Ampera I, susunan kabinet mengalami perubahan yang

mendasar, yaitu perubahan dari status departemen yang dipimpin oleh

seorang Deputi Menteri menjadi sebuah departemen yang dipimpin oleh

seoran Menteri. Nomenklatur Kementerian PP dan K berubah menjadi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan hasil penyatuan

dari Departemen Pendidikan Dasar, Departemen Perguruan Tinggi,

Departemen Olahraga dan Departemen Kebudayaan. Sarino Mangunpranoto

menjabat sebaga menterinya. Dalam Departemen baru tersebut untuk

pertama kali dibentuk lembaga baru yang disebut dengan ‘Direktorat

7
Jenderal’ yang salah satunya adalah Direktorat Jenderal Kebudayaan. Pada

saat itu yang ditunjuk sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan adalah

Indrosoegondho. Indrosoegondho menjabat sebagai Direktur Jenderal

Kebudayaan pertama samai dengan 1 Juni 1968. Selanjutnya pada masa

Kabinet Ampera II nama departemen masih tidak berubah nama dan yang

ditunjuk sebagai menteri adalah Sanusi Hardjadinata.

Pada tahun 1986, Pokok-pokok Kebijakan versi 1980 diperbaiki lagi dan

dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Kebudayaan No.

0151/F1.IV/N.86 tanggal 15 Maret 1986 dengan judul Pokok-pokok

Kebijakan Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan dan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (versi 1986). Aspek budaya

yang ditangani mencakup: (1) Kepurbakalaan; (2) Kesejarahan; (3) Nilai

Tradisional; (4) Kesenian; (5) Kebahasaan dan Kesastraan; (6) Penghayat

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (7) Permuseuman; serta (8)

Perpustakaan dan Perbukuan. Kedelapan unsur kebudayaan itulah yang

diterima sebagai ‘definisi kerja’ bagi keberadaan kelembagaan lebudayaan

di pemerintahan. Dalam perkembangannya, unsur perpustakaan, perbukuan,

arsip, bahasa dan kerja sama kebudayaan berada pada instansi lain bukan

dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan lagi.

2.2 Visi, Misi dan Tujuan Organisasi

Direktorat Jenderal Kebudayaan mempunyai Visi, Misi, dan Tujuan

dengan tujuan sebagai pedoman Perusahaan untuk mencapai suatu tujuan

8
perusahaan. Berikut Visi, Misi, dan Tujuan Direktorat Jenderal

Kebudayaan:

 Visi :

Terbentuknya Insan dan Ekosistem Kebudayaan yang Berkarakter

Dengan Berlandaskan Gotong Royong

 Misi :
a) Mewujudkan insan budaya yang kuat, tangguh dan berkarakter.

b) Mewujudkan pelestarian nilai sejarah dan warisan budaya yang


berkelanjutan.

c) Mewujudkan inovasi dan kreativitas karya budaya yang berdaya


saing.

d) Mewujudkan diplomasi budaya yang efektif dan produktif.

e) Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektifitas


birokrasi dan pelibatan publik.

 Tujuan Perusahaan

a) Peningkatan kapasitas dan peran insan budaya dalam melestarikan


kebudayaan.
b) Peningkatan pelestarian warisan budaya (benda dan tak benda).

c) Peningkatan daya saing karya budaya melalui inovasi dan kreativitas.

d) Peningkatan diplomasi budaya yang efektif dan produktif.

e) Peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntebel dengan


melibatkan publik.

9
2.3 Produk Organisasi

Yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan adalah warisan

budaya takbenda dan cagar budaya perfilman organisasi kepercayaan dan

adat museum-museum serta unsur kebudayaan lainnya yang sudah masuk

dalam data di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2.4. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kebudayaan

Direktorat Jenderal Kebudayaan harus mempunyai struktur organisasi

yang berfungsi sebagai kejelasan tanggung jawab, kedudukan, alur

hubungan, dan uraian tugas. Berikut struktur organisasinya :

2.4.1. Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi

1. Direktur Jenderal Kebudayaan


10
Direktur adalah Pimpinan Direktorat Jenderal Kebudayaan yang

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan.

Memimpin, mengelola, mengkordinasikan dan mengarahkan serta

menjamin berjalannya kegiatan perusahaan. Adapun tugas-tugas dari

Direktur adalah :

a. Perumusan kebijakan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian,

tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan

kebudayaan lainnya;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan dan pelestarian

kesenian, sejarah, dan tradisi;

c. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemahaman nilai-

nilai kesejarahan dan wawasan kebangsaan;

d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan lembaga kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengelolaan cagar budaya,

warisan budaya nasional dan dunia, dan museum nasional,

pembinaan dan perizinan perfilman nasional, promosi, diplomasi,

dan pertukaran budaya antar daerah dan antar negara, serta

pembinaan dan pengembangan tenaga kebudayaan;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya,

permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

11
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kebudayaan,

perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman,

warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kebudayaan,

perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman,

warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan; dan

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2. Sekretaris Direktorat Jenderal

a. Koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan

anggaran di bidang pengelolaan kebudayaan.

b. Pengelolaan data dan informasi di bidang pengelolaan kebudayaan.

c. Pengelolaan dan pengembangan sistem pendataan kebudayaan.

d. Koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang pengelolaan

kebudayaan.

e. Koordinasi pengelolaan dan laporan keuangan Direktorat.

f. penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan penelaahan

dan fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Direktorat Jenderal.

g. pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan

Direktorat Jenderal.

h. Pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal.

12
i. Koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan

masyarakat di bidang pengelolaan kebudayaan.

j. Pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat

Jenderal.

k. Koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,

rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pengelolaan

kebudayaan.

l. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal.

3. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

a. Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa.

4. Direktorat Perlindungan Kebudayaan

a. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelindungan objek

pemajuan kebudayaan dan cagar budaya.

b. Melaksanakan penyusunan laporan di bidang pelindungan objek

pemajuan kebudayaan dan cagar budaya.

5. Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan

a. melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis

dan supervisi, pendataan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

dibidang pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan objek

pemajuan kebudayaan

13
b. Pemberian izin pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan

kebudayaan, dan urusan ketatausahaan Direktorat.

6. Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru

a. Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis

dan supervisi, pendataan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di

bidang perfilman, musik, dan media baru

b. Pemberian izin perfilman, dan urusan ketatausahaan Direktorat.

14
BAB III
ANALISIS SITUASI KHUSUS

Sistem kerja Direktorat Jenderal Kebudayaan meliputi empat divisi:

1. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat

Adat dipimpin oleh Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktur Jenderal. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat menyelenggarakan tugas:

a. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
masyarakat adat.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat
adat.
e. Pelaksanaan pendataan di bidang pembinaan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat.
f. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembinaan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat
adat.

15
2. Direktorat Perlindungan Kebudayaan

Direktorat Pelindungan Kebudayaan merupakan unit organisasi

Direktorat Jenderal Kebudayaan di bidang pelindungan

kebudayaan. Direktorat Pelindungan Kebudayaan dipimpin oleh

Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Direktur Jenderal. Direktorat Pelindungan Kebudayaan

menyelenggarakan tugas:

a. Perumusan kebijakan di bidang pelindungan cagar budaya


dan objek pemajuan kebudayaan.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pelindungan cagar budaya
dan objek pemajuan kebudayaan.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pelindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pelindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan.
e. Pelaksanaan pendataan di bidang pelindungan cagar budaya
dan objek pemajuan kebudayaan.
f. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelindungan
cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan.

3. Direktorat Pengembangan Dan Pemanfaatan Kebudayaan

Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan

merupakan unit organisasi Direktorat Jenderal Kebudayaan di

bidang pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan. Direktorat

Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan dipimpin oleh

Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

16
Direktur Jenderal. Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan

Kebudayaan menyelenggarakan tugas:

a. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan dan


pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan dan
pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan objek
pemajuan kebudayaan.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan objek
pemajuan kebudayaan.
e. Pelaksanaan pendataan di bidang pengembangan dan
pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan.
f. Penyiapan pemberian izin pemanfaatan cagar budaya dan
objek pemajuan kebudayaan.
g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan
dan pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan
kebudayaan.

4. Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru

Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru merupakan unit

organisasi Direktorat Jenderal Kebudayaan di bidang Perfilman,

Musik dan Media Baru. Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru

dipimpin oleh Direktur yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Direktur Jenderal. Direktorat Perfilman, Musik dan

Media Baru menyelenggarakan tugas:

17
a. Perumusan kebijakan di bidang perfilman, musik, dan media
baru.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perfilman, musik, dan
media baru.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
perfilman, musik, dan media baru.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perfilman, musik, dan media baru.
e. Pelaksanaan pendataan di bidang perfilman, musik, dan media
baru;
f. Penyiapan pemberian izin perfilman.
g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
perfilman, musik, dan media baru.

18
BAB IV

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

4.1 Kendala Yang Dihadapi Direktorat Jenderal Kebudayaan


Masalah yang ada di Direktorat Jenderal Kebudayaan saat ini adalah

1. Kurangnya ketertarikan akan budaya pada generasi milenial

sekarang ini yang berdampak pada punahnya pengetahuan

budaya Indonesia.

2. Masalah yang lain adalah semakin sedikit generasi pencinta

kebudayaan yang tertarik dalam kegiatan kebudayaan,

sedangkan kegiatan budaya adalah kegiatan yang memberikan

ilmu dan seni kepada anggotanya tentang kebudayaan yang ada

di daerah seperti Festival Budaya Daerah dan Gerakan Seniman

Masuk Sekolah.

4.2 Cara Mengatasi Kendala di Direktorat Jenderal Kebudayaan

1. Menumbuhkan ketertarikan dengan budaya daerah yaitu dengan

cara mengadakan event-event give away dan diskusi tentang isu

budaya daerah yang lagi hangat di media sosial. Membuat media

sosial yang dapat menarik generasi muda tertarik dengan budaya

daerah seperti Instagram, Twitter, Tiktok dan Facebook.

19
2. Mmemberikan edukasi serta pengumuman ke sekolah-sekolah

tentang kegiatan kebudayaan selain itu gencar melakukan

sosialisasi di media sosial dalam informasi kegiatan kebudayaan.

20
BAB V
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

5.1. Aspek Kajian yang Terdapat di Objek Magang

Aspek kajian yang terdapat di objek magang adalah sebagai berikut :

5.1.1 Strategi Pemasaran Digital

Untuk mentransformasikan strategi pemasaran dengan media sosial

maka dibuatlah strategi pemasaran digital, Menurut Kotler dan Keller

(2005:5) pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan

manusia dan sosial, salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran

adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”.

Pemasaran ialah aktivitas suatu perusahaan atau organisasi dalam

menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan dan bertukar penawaran

yang memiliki nilai bagi konsumen atau masyarakat. Sedangkan Internet

merupakan media yang diciptakan secara digital. Dalam kehidupan, internet

sangat mudah dalam mencari informasi yang dibutuhkan, pembelian barang,

dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan melalui media internet.

Sehingga kini internet menjadi sebuah media yang penting bagi perusahaan

atau pelaku bisnis dalam bertukar penawaran. Dari penjelasan tersebut nama

digital marketing telah hadir di era modern saat ini. Jadi digital marketing

merupakan pemasaran melalui media digital dalam menawarkan brand dan

produk yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau organisasi.


21
Digital marketing merupakan kegiatan dibidang pemasaran yang

memanfaatkan platform yang ada di internet dalam menjangkau para target

konsumen, selain itu digital marketing diartikan sebagai pemasaran produk

atau jasa melalui internet atau disebut dengan pemasaran-i, web marketing,

online marketing, e-marketing, atau e-commerce (Hermawan , 2012).

Digital marketing merupakan pemasaran dengan pemanfaatan

teknologi digital. Peran digital marketing menjadi hal penting sesuai

perkembangan teknologi digital dan mengembangkan rencana untuk

menarik pelanggan serta mengarahkannnya pada perpaduan antara

komunikasi elektronik maupun konvensional (Chaffey D, 2015).Strategi

pelaku bisnis dengan memanfaatkan digital marketing terutama melalui

media sosial dapat memberikan bagaimana cara dan langkah memperbanyak

jaringan konsumen dalam memasarkan produknya sehingga pelaku bisnis

dapat meningkatkan keunggulan pesaingnya.

Ada 6 kategori yang terbagi didalam media sosial diantaranya

(Chaffey, 2015) :

a. Sosial networking,jejaring sosial adalah mendengarkan ppelanggan dan

berbagi konten yang menarik. Disini facebook dan twitter cenderung

paling penting untuk konsumen.

b. Sosial knowledge atau pengetahuan sosial ialah media sosial informasi

seperti Yahoo! Answers, dimana pelaku bisnis bisa membantu khalayak

22
dalam memecahkan masalah serta menunjukkan bahwa produk tersebut

telah membantu orang lain.

c. Sosial sharing, ini adalah situs bookmark social seperti pinterest yang

berguna dalam memahami konen yang menarik bisa dalam bentuk

gambar, video yang diberi judul untuk mempermudah pengguna lain

menemukannya.

d. Sosial news, twitter ialah bagian yang paling popular dala berbagai

persoalan berita.

e. Social steaming, situs social media yang dapat mengirim foto, video dan

podcast secara terus menerus dan real time seperti youtube.

f. Company use-generted content and community, berbeda dengan yang lain

dari kehadiran sosial media yang independen dari perusahaan, ini adalah

ruang sosial perusahaan yang bisa diintegrasikan ke dalam konten

produk, komunitas dukungan pelanggan atu blog yang berisi ulasan dari

pengguna.

Promosi kebudayaan melalui media sosial berhubungan dengan

aktivitas komunikasi serta publikasi yang bertujuan membangun citra

tentang kebudayaan. Produk kebudayaan merupakan sesuatu yang dapat

ditawarkan kepada generasi muda baik lokal maupun mancanegara. Dalam

kegiatan promosi kebudayaan melalui media sosial dapat dilihat bahwa

promosi merupakan proses untuk menyampaikan informasi terhadap target

23
pasar, mengenai hal-hal yag berkaitan dengan produk, harga, tempat produk

yang dijual dengan melakukan ajakan atau persuasi yang bertujuan supaya

target bersedia melakukan pembelian (Yoeti, 2008). Pada dasarnya maksud

dari kata promosi ialah untuk memberitahukan, membujuk atau

mengingatkan lebih mendalam (Yoeti, 2008).

Tujuan Digital Marketing (Coviello, Milley, dan Marcollin, 2001)

berpendapat bahwa digital marketing merupakan penggunaan media internet

dan teknologi interaktif lainnya untuk tujuan menghubungkan konsumen

dan perusahaan atau organisasi serta dapat secara langsung berbagi

informasi dan berkomunikasi.

24
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan,

keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lain

yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat.. Dengan

adanya budaya semua terasa lebih indah karena Setiap daerah

punya budaya,  yang berarti setiap daerah punya karya masing masing, dan

hal itu memperkaya budaya Indonesia di mata dunia.Agar kebudayaan

daerah dapat dikenal dan dipakai semua generasi muda ditentukan oleh

bagaimana pendekatan terhadap generasi muda tersebut. Pendekatan yang

dilakukan yaitu dengan menggunakan media sosisal karean hampir semua

generasi muda sudah memilikinya terlebih lagi para generasi muda banyak

meluangkan waktunya di media sosial. Strategi pemasaran informasi

kebudayaan di media sosial memiliki peran penting dalam perkembangan

kebudayaan dimasa sekarang dimana itu menjadi tolak ukur dari

keberhasilan penyampaian informasi kebudayan kepada generasi muda.

25
6.2 Saran

Bagi Direktorat Jenderal Kebudayaan melihat semakin banyaknya

budaya luar yang masuk dan mempengaruhi generasi muda di daerah

diharapkan agar tetap mempertahankan strategi pemasaran informasi

kebudayaan melalui media sosial karena menurut perkembangan era saat ini,

strategi yang dijalankan wajib dipertahankan ataupun ditingkatkan untuk

terus berinovasi pada mempertahankan daan melestarikan kebudayaan

daerah serta persaingan dengan kebudayaan luar. Karena strategi bauran

pemasaran informasi kebudayaan di media sosial ini sangat penting dan

berkontribusi dalam peningkatan target.

26
DAFTAR PUSTAKA

A.Yoeti, H. Oka. (2008). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata.


Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya. Moleong, J Lexy.
2012

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran


Edisi Tiga

Ms sisira Neti.(2011).Social media and its role marketing.interntional


journal of entrerprise computing and business
system.ISSN(online) : 2230-8849.

Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management,14th


Edition. United States of America : Pearson

Hawkins, P. (2012). Creating a Coaching Culture. New York: Bell and


Bain Ltd.

Agus Hermawan.(2012).Komunikasi Pemasaran Jasa.Erlangga:Jakarta.


CAPS:Yogyakarta.

Chaffey, D, Ellis-Chadwick, F. (2015). Internet marketing: strategy,


implementation and practice. Harlow: Pearson.

Munawaroh, RR Siti. 2016. Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan


Volume Penjualan Pada Pt Indocitra Niaga Jaya Banjarmasin.
Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Volume 17 Nomor. 1. April..
Hal 10-11

Untari, Dewi. 2018. Strategi Pemasaran Melalui Media Sosial


Instagram Pada Akun @Subur_Batik. Jurnal Sekretaris dan
Manajemen. Volume 2 No. 2. September. Hal 275

STIE Indonesia.2022. Pedoman Magang, Banjarmasin : STIE

Indonesia

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek RI


DAFTAR LAMPIRAN

1. Content Cretor kebudayaan seluruh daerah

2. Komunikasi kebudayaan dengan Dinas daerah


3. Menjadi Pemateri dalam seminar kebudayaan

4. Instagram dan Tiktok yang dipegang


5. Daftar Hadir

Anda mungkin juga menyukai