Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Noken 3 (2) 2018

KEDUDUKAN AGAMA DAN KEBEBASAN BERKEYAKINAN


DALAM KONTEKS NEGARA HUKUM PANCASILA
Alwiyah Sakti Ramdhon Syah R
Email: ramdhansyah44@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to analyze how the position of religion position within the
constitutions of Indonesia and it’s implications for religious freedom in Negara
Hukum Pancasila (rule of law), as well as recognition and protection of law
against religion and religious activities in the constitution of Indonesia. Article 29
paragraph (1) declare about the state based on the divinity, and paragraph (2) that
the state guarantees the independence of every Indonesian citizen for embracing
and worshiping according to his belief. Explanation on article 1 of act No.
1/PNPS/ of 1965 states the existence of legal protection against the official
religions embraced by the Indonesian population (Islam, Christian, Catholic,
Hindu, Buddhist, Kong Hu Chu) and other beliefs as long as they obey the
Constitutions and the laws. However, in the domain of the Negara Hukum
Pancasila, there are still found the intervention of religion and religiosity in the
eingenritching form by society and even onrechtsmatig overheids daads form by
the government. In a Negara Hukum Pancasila, everything must be settled by law,
with consideration that the major fortune in a law constitutional not only in the
prestige of the law itself, but also against the sovereignty of the people,
particularly the issue of human rights.
Keywods: Agama, Kebebasan, Negara Hukum

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kedudukan agama dalam
ketatanegaraan Indonesia dan implikasinya terhadap kebebasan beragama dalam
konteks Negara Hukum Pancasila, serta pengakuan dan perlindungan hukum
terhadap agama dan kegiataan keberagamaan dalam ketatanegaraan Indonesia.
Pasal 29 ayat (1) menyebut negara berdasarkan Ketuhanan, dan ayat (2) bahwa
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk Indonesia memeluk dan
beribadat sesuai keyakinannya. Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 1/PNPS/ Tahun
1965 menyebutkan adanya perlindungan hukum terhadap agama-agama resmi
yang dianut penduduk Indonesia (Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, Kong
Hu Chu) juga aliran kepercayaan lainnya sepanjang tunduk terhadap Konstitusi
dan Peraturan Perundang-undangan. Namun demikian, dalam domain Negara
Hukum Indonesia masih saja ditemukan adanya intervensi terhadap agama dan
keberagamaan dalam bentuk eigenritching oleh masyarakat bahkan onrechtsmatig
overheidsdaads oleh pemerintah.Dalam negara hukum, segala sesuatu mesti
diselesaikan dengan hukum, dengan pertimbangan bahwa daulat utama dalam
suatu negara hukum bukan hanya ada pada wibawa hukum itu sendiri, tetapi juga
terhadap kedaulatan rakyat, khususnya masalah HAM.
Kata Kunci: Agama, Kebebasan, Negara Hukum

36 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

PENDAHULUAN administrasi. Adapun hal yang tak


Indonesia adalah negara kalah pentingnya dalam unsur sebuah
hukum, sebagaimana tertuang dalam negara hukum yakni perlindungan
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI HAM terhadap semua warga negara
1945.Sebelum perubahan, kedudukan tanpa memandang latar belakang
negara hukum yang dianut Indonesia agama, budaya, ras, suku, dan
bercirikan tipe negara hukum civil sebagainya. Dalam kajian-kajian
law atau yang biasa dikenal dengan ilmiah, diketahui bahwa HAM
istilah rechtstaat, dan bukan dengan merupakan suatu obyek yang mesti
kekuasaan atau machtstaat. Akan mendapatkan pengakuan dan
tetapi setelah perubahan, tidak perlindungan dikarenakan
disebutkan secara eksplisit dalam kedudukannya yang erat dengan
redaksi Pasal, apakah negara hukum keberadaan manusia itu sendiri.
Indonesia bertipe civil law system Terbukti dalam Konstitusi Indonesia,
(rechtstaat) ataupun bertipe common mengenai HAM diatur dalam Bab
law system (rule of law). Belakangan XA UUD NRI 1945 sebagai
kemudian ahli hukum hukum perwujudan dari daulat rakyat yang
Indonesia sepakat merumuskan suatu sebelumnya juga tertuang pula dalam
paham negara hukum yang memiliki Pasal 1 ayat (2).
kedudukan dan wibawa yang sama
Salah satu unsur terkait dengan
seperti tipe-tipe negara hukum di
HAM ialah mengenai kedudukan
dunia, yang kemudian dikenal
agama dan keberagamaan.Indonesia
dengan istilah Negara Hukum
adalah negara dengan rakyat yang
Pancasila (Atmadja, 2015:149).
pada umumnya merupakan
Karakteristik negara-negara masyarakat religius, sehingga
yang berlandaskan hukum secara aktifitas kehidupan masyarakat
mainstream diketahui melalui adanya Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
suatu wetmatig bestuur dan juga due unsur keagamaan sebagai salah satu
procees of law ataupun juga hak dan kebutuhan yang sifatnya
memiliki unsur peradilan otonom dari entitas bangsa Indonesia

37 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

itu sendiri. Respon negara terhadap Penjelasan Pasal ini, tidak tertutup
keberadaan aktifitas keagamaan kemungkinan agama atau aliran lain
masyarakat Indonesia dapat dilihat juga diberikan perlindungan oleh
melalui dibentuknya lembaga- negara sepanjang tunduk pada
lembaga yang khusus mengatur ketentuan dengan hukum yang
urusan masyarakat Indonesia, yang berlaku di Indonesia.
berkaitan dengan keagamaan seperti Akan tetapi, sekalipun adanya
misalnya Kementerian Agama, garansi dan jaminan perlindungan
ataupun juga Peradilan Agama yang hukum oleh Konstitusi dan Peraturan
berada dalam lingkungan Mahkamah perundangan terkait aktifitas
Agung. keberagaman kepada masyarakat,
Dalam Pasal 29 ayat (2) UUD kenyataannya persoalan yang
NRI 1945 disebutkan bahwa menyangkut masalah agama dan
“Negara menjamin kemerdekaan keagamaan masih terasa belum
tiap-tiap penduduk untuk memeluk mengakomodir seluruh aspirasi
agamanya masing-masing dan untuk masyarakat Indonesia yang akibatnya
beribadat menurut agamanya dan terjadi beberapa varian tafsir secara
kepercayaannya itu”. Hal ini subyektif mengenai kedudukan
merupakan sebuah konsekuensi dari agama-agama di Indonesia. Masalah
ayat sebelumnya yakni ayat (1) yang ini khususnya menyangkut kata
menyebutkan “Negara berdasar atas “Ketuhanan” dalam Pasal 29 UUD
Ketuhanan Yang Maha Esa”. NRI 1945.
Kedudukan Agama menurut Menurut Jimly Asshiddiqie,
Penjelasan Pasal 1 UU Nomor kata “Ketuhanan” hingga kini belum
1/PNPS/ Tahun 1965 menyebutkan diketemukan kesepahaman yang
bahwa umumnya agama-agama yang Universal. Ashiddiqie kemudian
dianut masyarakat Indonesia dan membagi 4 (empat) kemungkinan
mendapat perlindungan hukum klasifikasi hubungan antara Tuhan
adalah Islam, Kristen, Khatolik, dan Agama dalam praktik di dunia
Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu dan di Indonesia yakni, Pertama,
(Konfusius). Namun menurut pengertian bertuhan dipandang

38 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

identik dengan beragama.Kedua, kesan yang muncul ialah intinya


pengertian bertuhan tidak identik bertuhan, tak menjadi soal apakah
dengan agama.Ketiga, aliran yang beragama ataukah tidak.
percaya kepada aliran agama Dalam hal ini apa yang
tertentu, tetapi tidak mengenal disebutkan oleh Jimly Asshiddiqie
konsep ketuhanan.Keempat, tidak pada klasifikasi pertama dan kedua
percaya kepada Tuhan dan juga sesuai dengan pidato Bung Karno.
agama (Asshiddiqie, 2015:28). Disisi lain UUD NRI 1945 tidak ada
Klasifikasi yang terakhir yakni satupun Pasal yang secara spesifik
yang biasa dikenal dengan paham menyebut bahwa “Ketuhanan”
atheism, jelas tidak sesuai dengan negara Indonesia dipahami identik
tujuan dibentuknya negara Indonesia. dengan salah satu dari klasifikasi
Menurut Tahir Azhary (Azhary, tersebut, ataupun Tuhan yang
2003:93), sesuai dengan sila Pertama berdasarkan pada suatu agama
Pancasila dan Pasal 29 UUD NRI tertentu.
1945 jelas bahwa atheism tidak dapat Meskipun Penjelasan Pasal 1
diterima di Indonesia sehingga UU Nomor 1/PNPS/ Tahun 1965
dengan sendirinya tidak mendapat menyebut keberadaan agama-agama
pengakuan dan perlindungan hukum resmi yang disebutkan, dan memberi
di Indonesia. kemungkinan adanya pengakuan dan
Yang menarik adalah bila perlindungan terhadap aliran
diperhatikan bagaimana pidato Bung kepecayaan lainnya sepanjang
Karno menyangkut masalah tunduk dengan hukum yang berlaku
“Ketuhanan”. Dalam pidatonya, di Indonesia, akan tetapi perihal
Bung Karno menyebut bahwa masalah agama dan keberagamaan
“Bukan saja bangsa Indonesia belum sepenuhnya selesai dan selalu
bertuhan, tetapi hendaklah tiap-tiap saja menjadi persoalan yang hangat
orang Indonesia pada kalangan masyarakat terlebih
bertuhan….”(Kaelan, 2013:181) lagi pada kalangan ahli hukum di
yang apabila dikaitkan dengan Indonesia. Masalah ini diperparah
klasifikasi oleh Jimly Asshiddiqie, oleh keadaan cendikiawan di

39 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

Indonesia yang masih memandang lain, SKB tidak dikenal dalam


agama sebagai sesuatu yang hierarki peraturan perundang-
“sensitif” untuk dibahas.Padahal undangan. Bila menteri membuat
dalam kenyataannya, kebutuhan keputusan, seharusnya dengan
perihal kejelasan kedudukan agama pertimbangan Peraturan Pemerintah
dan ketuhanan semakin hari dan Undang-undang.
bertambah peminatnya. METODE PENELITIAN
Timbulnya kasus kekerasaan Metode penelitian yang
atas nama agama ataupun perilaku digunakan dalam pengumpulan data
eigenritching oleh masyarakat merupakan hal yang penting dalam
terhadap kegiatan keberagamaan mengumpulkan bahan materi
juga ada yang memakan korban. penelitian tesis.Dalam penelitian ini,
Sebut saja soal tragedi Sampang metode penelitian yang digunakan
Madura, dan juga soal aliran Sunda adalah sebagai berikut.
Wiwitan.Dan masih segar pula 1. Tipe Penelitian.
dalam ingatan kita soal SKB 3 (tiga) Tipe penelitian yang dipakai
menteri tentang pelarangan kegiatan dalam penulisan tesis ini adalah
aliran JAI (Jaringan Ahmadiyyah penelitian hukum normatif-yuridis.
Indonesia) yang buntutnya Penelitian ini merupakan penelitian
Pemerintah Daerah setempat yang mengacu pada norma hukum
memberlakukan suatu Keputusan segala peraturan perundang-
(beschikking) yang melarang undangan yang relevan dengan judul
kegiatan keagamaan aliran yang tesis ini. Penelitian tesis ini
bersangkutan. menggunakan pendekatan kualitatif
Padahal, dalam Undang- yaitu penelitian terhadap peraturan
undang Pemerintah Daerah perundang-undangan yang berkaitan
disebutkan bahwa Pemerintah tidak dengan agama, politik hukum,
boleh mengintervensi kehidupan pancasila, dan ketatanegaraan.
beragama, melainkan mengatur dan 2. Sifat Penelitian.
membuka ruang mediasi bila terdapat
sengketa mengenai agama. Disisi

40 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

Sifat penelitian yang digunakan tentang Hak Asasi Manusia;


dalam penulisan ini adalah bersifat Keppres Nomor 6 Tahun
deskriptif-analitis.Deskriptif-analitis 2000 tentang Pencabutan
merupakan metode yang dipakai Instruksi Presiden Nomor
untuk menggambarkan suatu kondisi 14 Tahun 1967 tentang
atau keadaan yang sedang terjadi Agama, Kepercayaan, dan
atau berlangsung yang tujuannya Adat Istiadat Cina, dan
agar dapat memberi data seteliti Putusan Mahkamah
mungkin mengenai obyek penelitian Konstitusi.
sehingga mampu menggali hal-hal b. Bahan Hukum Sekunder
yang bersifat ideal, kemudian Yaitu buku-buku, maupun
dianalisis berdasarkan teori hukum tulisan-tulisan ilmiah seperti
atau peraturan perundang-undangan skripsi, tesis, desertasi,
yang berlaku.Dalam penelitian ini jurnal, artikel, ataupun hasil
hal tersebut dilakukan dengan seminar yang mengulas
menguraikan masalah kedudukan tentang Pancasila, agama,
agama dalam konteks Politik Hukum dan, hukum tata negara
pancasila dan Ketatanegaraan. yang terkait dengan
3. Jenis dan Sumber Data. penelitian tesis ini.
Data penelitian yang digunakan c. Bahan Hukum Tersier
dalam penelitian tesis ini terdiri atas : Yaitu petunjuk yang
a. Bahan hukum primer. memberikan penjelasan
Yaitu bahan-bahan hukum mengenai bahan hukum
mengikat yang terdiri dari primer dan sekunder antara
peraturan perundang- lain yakni, kamus-kamus,
undangan dan kebiasaan. ensiklopedia, majalah, surat
Dalam hal ini penulis kabar, dan sebagainya.
menggunakan UUD NRI 4. Teknik Pengumpulan Data
Tahun 1945; UU Nomor 1 Metode yang digunakan dalam
/PNPS/ Tahun 1965; UU pengumpulan data untuk penelitian
Nomor 39 Tahun 1999 ini adalah dengan Penelitian

41 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

Kepustakaan.Metode pengumpulan atau peraturan perundang-


bahan dilakukan dengan penelitian undangan yang menyangkut
kepustakaan (library research). Studi agama, politik hukum
ini dilakukan dengan meneliti pancasila,dan
dokumen-dokumen yang ada yaitu ketatanegaraan yakni
dengan mengumpulkan data dan Undang-undang Dasar,
informasi yang baik berupa buku, Undang-undang, Peraturan
karangan ilmiah, peraturan Presiden, Keputusan
perundang-undangan dan bahan Presiden, Keputusan
tertulis lainnya yang berkaitan Menteri, Putusan
dengan penelitian ini, yaitu dengan Mahkamah Konstitusi, dan
cara mencari, mempelajari, mencatat sebagainya.
serta menginterpretasikan hal-hal 2. Melakukan penelusuran
yang berkaitan dengan obyek terhadap berbagai regulasi
penelitian. sebagaimana disebut diatas
5. Teknik Analisis Data dengan melakukan
Analisis data dalam penelitian pengamatan secara cermat
ini menggunakan metode analisis terhadap substansi atau isi
kualitatif.Analisis data kualitatif masing-masing regulasi.
dilakukan terhadap data yang tidak 3. Hasil penelusuran dan
dapat dikuantifikasikan, yakni semua pengamatan terhadap
bahan hukum primer, sekunder, dan berbagai regulasi
tersier, demikian juga bahan pustaka, selanjutnya akan dipaparkan
jurnal ilmiah hukum, dan peraturan secara deskriptif sebagai
perundang-undangan yang bentuk hasil penelitian dan
berhubungan dengan masalah Agama diikuti rekomendasi
dan Politik hukum Pancasila. penelitian.
Tahapan yang dilakukan dalam Pembahasan
analisis ini adalah : 1. Sekilas Tentang Negara Hukum
1. Melakukan inventarisasi Pancasila
terhadap semua regulasi

42 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

Dalam kajian ketatanegaraan diperintah dengan Konstitusi dan


apabila disebutkan kalimat “Negara berkedaulatan hukum. Menurutnya
Hukum”, maka dengan mudah ada tiga unsur pemerintahan yang
dipahami secara aksiomatis tentang berkonstitusi yakni (1) Pemerintahan
konsep Rechtstaat ataupun Rule of dilaksanakan untuk kepentingan
law, selain konsep atau tipe negara umum; (2) Pemerintahan
hukum lainnya seperti Socialist dilaksanakan menurut hukum yang
Legality dan Nomokrasi berdasarkan pada ketentuan-
Islam.Sebenarnya masih ada tipe ketentuan umum, bukan hukum yang
negara hukum lainnya seperti Negara dibuat secara sewenang-wenang; dan
hukum Cina, Hukum Hindu, Monarki (3) Pemerintahan berkonstitusi
Konstitusional,Negara Hukum berarti pemerintahan yang
Pancasila, dan sebagainya. dilaksanakan atas kehendak rakyat,
Ide tentang negara hukum buka oleh paksaan pemerintahan
secara embrionik disinyalir berasal despotik.
dari Yunani ketika Plato menulis Dalam konsep negara hukum
sebuah karya yaitu Nomoi sebagai Rechtstaat, menurut F.J Stahl ada 4
tulisan ketiganya setelah sebelumnya (empat) unsur pokok penting yakni,
iaPolitea dan Politicos yang belum (1) Pengakuan dan Perlindungan
muncul istilah negara hukum terhadap hak asasi manusia; (2) Trias
(Ridwan HR, 2006:2).Dalam Politica; (3) Pemerintahan
Nomoiplato mengemukakan bahwa berdasarkan Undang-undang
penyelenggaraan negara yang baik (wetmatig bestuur); dan (4) Peradilan
ialah yang didasarkan pada administasi negara. Sedangkan
pengaturan (hukum) yang baik. Rechtstaat menurut Scheltema unsur-
Gagasan tentang negara hukum ini unsurnya yakni, (1) Kepastian
semakin tegas ketika didukung oleh Hukum; (2) Persamaan; (3)
muridnya Aristoteles yang Demokrasi; dan (4) Pemerintahan
menuliskan buku berjudul Politea. yang melayani kepentingan umum.
Menurut Aristoteles, suatu Sementara itu dalam konsep
negara yang baik ialah negara yang negara hukum Rule of Law, menurut

43 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

A.V Dicey 3 (tiga) unsur utama Prinsip konsep Nomokrasi


yakni, (1) Supremasi Hukum Islam menurut Tahir Azhary ditandai
(supremacy of law); (2) Persamaan dengan 9 (Sembilan) unsur yakni (1)
didepan hukum (equality before the Prinsip kekuasaan sebagai amanah;
law); dan (3) Konstitusi didasarkan (2) Prinsip Musyawarah; (3) Prinsip
pada hak-hak perorangan (the keadilan; (4) Prinsip persamaan; (5)
constitutions based on individual Prinsip pengakuan dan perlindungan
rights). setiap hak-hak asasi manusia; (6)
Konsep Negara Socialist Prinsip peradilan bebas; (7) Prinsip
Legality unsur utamanya yakni (1) perdamaian; (8) Prinsip
Supremasi hukum (supremacy of kesejahteraan; dan (9) Prinsip
law); (2) Asas Legalitas (Principle of ketaatan rakyat (Azhary, 2003:
legality); (3) Kebebasan Hakim Loc.cit 85).
(Independence judge); dan (4) Dalam pasal 2 UU Nomor 12
Perlindungan Hak Asasi manusia Tahun 2011 disebutkan bahwa
(Protection of human rights). Pancasila merupakan segala sumber
Sementara itu dalam Warsawa hukum Negara. Hal ini berarti bahwa
Culloqium, unsur-unsur Socialist Negara hukum di Indonesia berciri
legality yakni (1) Perwujudan esensial khas Indonesia, yang setara
sosialisme; (2) Hukum sebagai alat dengan konsep Negara hukum
politik dibawah ideologi sosialisme; lainnya seperti konsep Rechtstaat,
dan (3) pengutamaan kewajiban Rule of Law, Socialist Legality,
kepada negara daripada perlindungan Nomokrasi Islam, dan lain
HAM (Atmadja, 2015: Op.cit 148). sebagainya.
Menurut beberapa ahli, supremacy of Menurut Oemar Senoadji,
law dalam konsep Socialist Legality Negara Hukum Pancasila memiliki
hanyalah “slogan” semata karena ciri-ciri khas Indonesia. Pancasila
pada dasarnya pada konsep ini dipandang sebagai dasar pokok
hukum disubordinasi oleh (grundnorm) hukum Indonesia
kepentingan sosialisme. dengan ciri-ciri yakni, (1) Hak asasi
sebagai unsur esensial Negara hukum

44 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

sesuai penghormatan kepada dari asas kekeluargaan sebagaiman


martabat manusia (human dignity) tercantum dalam pasal 33 ayat 1
ditekankan pada keseimbangan UUD NRI 1945 yang bercirikan, (1)
perlindungan kepentingan individu Mengutamakan kepentingan banyak
dan masyarakat dengan cerminan orang, namun harkat martabat
hukum adat Indonesia; (2) manusia tetap dihargai; (2)
Kebebasan beragama sesuai dengan Mengutamakan kemakmuran rakyat
sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang dan bukan kemakmuran individu; (3)
dijamin Konstitusi. Kendati Orang perseorangan berusaha
demikian, sila ini menolak dengan sepanjang tidak mengenai hajat
tegas propaganda anti agama dan hidup orang banyak; (4) Fungsi
atheism seperti di Negara-negara hukum pengayoman; dan (5)
barat; (3) Pengakuan dan Mengakui eksistensi hukum tidak
pengembangan hak-hak sosial, tertulis selain yang tertulis.
ekonomi, dan kultural dalam suatu Menurut Philipus M. Hadjon
Negara hukum; dan (4) Kondisi dalam desertasinya berjudul
keadaan darurat Negara harus benar- “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat”
benar terkualifikasi dalam hukum. bercirikan, (1) Keserasian hubungan
Menurut Soediman antara pemerintah dan rakyat
Kartohadiprodjo, pemikiran Negara berdasarkan asas kerukunan sosial;
Hukum Pancasila bercirikan, (1) (2) Hubungan fungsional dan
Jiwa kekeluargaan; (2) Musyawarah proposional antara kekuasaan
mufakat berlandaskan hukum adat; Negara; (3) Prinsip menyelesaikan
(3) Melindungi rakyat dari tindakan sengketa secara musyawarah dan
pemerintah yang sewenang-wenang; peradilan merupakan sarana terakhir;
dan (4) Mengutamakan tugas dan dan (4) Kesimbangan antara hak dan
tanggungjawab bagi lembaga- kewajiban.
lembaga Negara dan bukan Menurut Tahir Azhary, negara
mengutamakan kekuasaan. hukum Pancasila memiliki ciri-ciri
Menurut Padmo Wahjono, (1) Hubungan yang erat antara
Negara Hukum Pancasila bertolak Agama dan Negara; (2) Bertumpu

45 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

pada Ketuhanan Yang Maha Esa; (3) Sebagaimana penjelasan Pasal 1 UU


Kebebasan beragama dalam arti Nomor 1 PNPS Tahun 1965 selain 6
positif; (4) Atheisme tidak agama resmi yang dianut penduduk
dibenarkan dan komunisme dilarang; Indonesia, keberadaan agama-agama
dan (5) Asas keluarga dan lain juga mendapat perlindungan
kerukunan. Sedangkan unsur utama yang sama berdasarkan Pasal 29 ayat
negara hukum Pancasila yakni (1) 2 UUD NRI 1945, sepanjang tunduk
Pancasila; (2) MPR; (3) Sistem kepada peraturan perundangan-
Konstitusi; (4)Persamaan; dan (5) undangan Indonesia.
Peradilan bebas (Azhary, 2003: 2. Kedudukan Agama dan
Loc.cit 102). Keberagamaan, Pengakuan dan
Dari uraian diatas dapat Perlindungan Terhadap
diketahui bahwa unsur negara hukum Kebebasan Beragama dalam
Pancasila adalah (1) Berketuhanan Negara Hukum Pancasila
Yang Maha Esa; (2) Asas Merupakan hal yang telah
Kekeluargaan; (3) Pengakuan dan maklum diantara cendikiawan
Perlindungan HAM; (4) Musyawarah ataupun peminat kajian
Mufakat; (5) Mengakui hukum yang ketatanegaraan Indonesia bahwa niat
tidak tertulis disamping hukum yang awal The Founding Father’s bangsa
tertulis; (6) Toleransi; dan (7) Indonesia sepakat membangun
Pengakuan hak-hak sosial, ekonomi, negara Indonesia, selain untuk
dan kultural dalam suatu negara sebaik-baiknya menata kehidupan
hukum. rakyat Indonesia, adalah juga untuk
Kaitannya dengan persoalan membangun bangsa dan negara yang
kemerdekaan dan kebebasan bertuhan. Unsur ketuhanan dalam
beragama dalam konsep Negara Konsitusi Indonesia telah ada semasa
Hukum Pancasila, jelas bahwa hak sidang-sidang dalam forum BPUPKI
beragama adalah hak asasi yang tak dan PPKI, yang terus berlanjut
dapat dikurangi sedikitpun (Pasal 28I hingga pada forum Konstituante
ayat 1 UUD NRI 1945, dan Pasal 4 (Mahfud MD, 2009:5).Terlepas dari
UU Nomor 39 Tahun 1999). bagaimana alur perdebatan yang

46 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

terjadi semasa itu, yang pasti undangan. Hal ini sesuai juga dengan
mayoritas bahkan semua bangsa TAP MPRS Nomor III/MPRS/1960,
Indonesia sepakat membentuk negara lampiran A, Biidang 1, angka 6,
yang memiliki unsur “Ketuhanan”. dengan kata-kata “Kegiatan
Dalam Pasal 29 ayat (1) dan Keberagamaan” dimaksudkan segala
(2) UUD NRI 1945 disebutkan macam kegiatan yang bersifat
bahwa negara berdasarkan keagamaan, misalnya menamakan
Ketuhanan, dan menjamin suatu aliran sebagai agama,
kemerdekaan dan kebebasan mempergunakan istilah dalam
beragama bagi tiap-tiap pemeluknya. menjalankan atau mengamalkan
Hal ini sesuai dengan isi Pancasila ajaran-ajaran kepercayaan ataupun
terutama sila 1 (pertama) yakni melakukan ibadahnya dan
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagainya. Pokok-pokok ajaran
sebagai batang tubuh UUD NRI agama diketahui oleh Departemen
1945.Kusnardi & Harmaily Ibrahim ajaran agama yang untuk itu
melanjutkan, ketentuan ini menjadi mempunyai alat-alat/cara-cara untuk
dasar bagi Pemerintah dan alat menyelidikinya.
perlengkapan negara lainnya dalam Disisi lain, Mahfud MD
mengatur kegiataan keberagamaan menjelaskan jika dilihat dari
bagi penduduk Indonesia (Kusnardi, hubungan antara Agama dan Negara,
et.al, 1976:103). Indonesia dengan sistem hukum
Penjelasan Pasal 1 UU Nomor Pancasila yang prismatik bukanlah
/PNPS/ Tahun 1965 menyebutkan negara agama (teokrasi) yang
bahwa negara mengakui dan menjadikan suatu agama sebagai
melindungi 6 (enam) yang dipeluk agama resmi negara, dan pun juga
oleh penduduk Indonesia (Islam, buan negara sekuler yang
Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan mengabaikan agama-agama yang
Kong Hu Chu), dan juga menjamin dianut penduduknya (Mahfud MD,
keberadaan keyakinan lainnya 2010:29). Mahfud melanjutkan,
sepanjang tunduk dengan Konstitusi Indonesia adalah sebuah religious
dan peraturan perundangan- nation state yang menghormati dan

47 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

membina semua agama yang dianut negara sekuler, ataupun negara


oleh rakyatnya sepanjang dengan agama tertentu.
berkemanusiaan dan berkeadaban. Kaelan melanjutkan, negara
Pelayanan negara terhadap para tidak bisa memaksakan agama dan
pemeluk agama dalam hal kepercayaan terhadap Tuhan Yang
peribadatan haruslah adil dan tidak Maha Esa karena hal itu merupakan
memandang besar atau kecilnya suatu keyakinan bathin yang
jumlah penganut. Negara harus tercermin dalam hati sanubari
membina kehidupan beragama penganutnya dan tidak dapat
warganya tanpa ikut mengatur cara dipaksakan. Dengan perkataan lain
peribadatannya (Mahfud MD, 2010: negara menjamin kemerdekaan
Op.cit 30).Pada saat yang sama setiap warganya untuk memeluk dan
semua warga negara harus menyadari beribadat menurut kepercayaan
bahwa memeluk agama adalah agamanya tersebut.
sebuah Hak Asasi yang tak boleh Dalam menjalankan hak dan
dikurangi sedikitpun dan diganggu kewajiban, warga negara secara tidak
oleh siapapun. sadar tengah melakukan perbuatan
Kaitannya dengan asas hukum (rechthandeling) dan
Ketuhanan dalam sila 1 (kesatu) hubungan hukum
Pancasila, menarik apabila disimak (rechtbetrkkingen)(Soeroso,
uraian dari Prof. Kaelan MS. 1995:29).Ketika melakukan
Menurut Kaelan, Pancasila perbuatan hukum ataupun hubungan
merupakan causa matrealis, yakni hukum, masing-masing masyarakat
nilai-nilai yang telah ada pada tertentu memiliki kepentingan yang
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu berbeda-beda yang kadang-kadang
kala (Kaelan, 2013: Loc.cit 205). saling berhadapan atau
Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa berlawanan.Untuk mengatasi
dalam Pembukaan UUD NRI 1945 ketegangan dan konflik maka hukum
memberikan sifat yang khas bagi tampil untuk mengatur dan
negara Indonesia yaitu bukan sebagai melindungi kepentingan tersebut
sesuai dengan aturan-aturan

48 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

hukum.Hal ini dinamakan perlindungan hukum yang


perlindungan hukum.Namun pada diberikan pemerintah
dasarnya perlindungan hukum selalu dengan tujuan untuk
didahului dengan adanya suatu mencegah sebelum
pengakuan baik secara de facto terjadinya pelanggaran. Hal
ataupun de jure. ini terdapat dalam peraturan
Perlindungan hukum perundang-undangan
merupakan salah satu hal terpenting dengan maksud untuk
dalam unsur suatu Negara hukum mencegah suatu
dikarenakan dalam suatu Negara pelanggaran serta
hukum peraturan-peraturan yang memberikan batasan dalam
akan dibentuk untuk warganya melakukan suatu kewajiban.
dibentuk pula oleh hukum. Dalam 2. Perlindungan Hukum
perkembangannya, antara warga dan Represif, yakni merupakan
Negara akan terjalin suatu hubungan perlindungan akhir berupa
timbal balik, yang mengakibatkan sanksi seperti denda,
adanya hak dan kewajiban antara penjara, dan hukuman
satu sama lain. Perlindungan hukum tambahan yang diberikan
merupakan salah satu hak yang wajib apabila telah terjadi
diberikan oleh Negara kepada sengketa atau telah terjadi
seluruh warganya. suatu pelanggaran (Philipus
Perlindungan hukum M. Hadjon:38).
merupakan upaya melindungi Oleh karena itu sesuai dengan
subyek-subyek hukum melalui pokok pikiran yang terkandung
peraturan-peraturan yang berlaku dan dalam asas Ketuhanan dalam sila 1
dipaksakan pelaksanaannya dengan (kesatu) Pancasila dan pembukaan
suatu sanksi. Perlindungan hukum UUD NRI 1945, mewajibkan
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), pemerintah dan penyelenggaraan
yakni : negara untuk memegang budi pekerti
1. Perlindungan hukum yang luhur. Peraturan perundang-
Preventif, adalah undangan dan putusan-putusan

49 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

hakim dalam urusan keagamaan bagi kemajuan bangsa, tidak hanya


wajib menghormati dan sekedar kebutuhan privat primordial
memperhatikan kaidah imperatif tetapi juga memberi peran utama
Pancasila, terutama sila 1 (kesatu) yang menghidupkan ruh dari falsafah
tiang pancang keberadaan agama- Pancasila itu sendiri.
agama berasaskan Ketuhanan. B. REFERENSI
A. KESIMPULAN 1. BUKU
Berdasarkan asas negara Abdillah, Masykuri, 2015, Islam dan
hukum Pancasila, dapat disimpulkan Demokrasi : Respons Intelektual
kedudukan agama dan Muslim Indonesia Terhadap
keberagamaan, serta pengakuan dan Konsep Demokrasi 1966-1993,
perlindungan hukum terhadap Media Group, Jakarta.
kebebasan beragama di Indonesia Amin, Samir, et.al, 2004, Dialog
memperoleh jaminan pengakuan dan Agama dan Negara, PT
perlindungan hukum oleh negara LKiS Printing
sepanjang tunduk dan mengikuti Cemerlang, Yogyakarta.
Konstitusi dan peraturan perundang- Arif, Syaiful, 2016, Falsafah
undangan. Adapun mengenai kebudayaan Pancasila :
bagaimana politik hukum pemerintah Nilai dan Kontradiksi
terhadap agama dan keberagamaan Sosialnya, PT. Gramedia
ke depan harus lebih responsif serta Pustaka Utama, Jakarta.
meningkatkan kajian-kajian tentang Arifin, Bustanul, 2001,
agama dan keagamaan agar Transformasi Hukum
penduduk Indonesia dapat Islam ke Hukum
menjalankan aktifitas Nasional, Yayasan Al-
keberagamaannya dengan bebas Hikmah, Jakarta.
sesuai Konsitusi dan peraturan Asshiddiqie, Jimly, 2009,
perundang-undangan, demi Penghantar Hukum
meningkatkan persatuan dan Tata Negara, PT. Raja
kesatuan bangsa Indonesia. Agama Grafindo Persada,
harus mampu memberi kontribusi Jakarta.

50 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

_______________,2010, Konstitusi Periode Negara


dan Konstitusionalisme Madinah dan Masa
Indonesia, Sinar Grafika, Kini, Prenada Media
Jakarta. Group, Jakarta.
_______________,2015, Gagasan Azizy, Qodri, et.al, 2006,
Konstitusi Sosial : Menggagas Hukum
Institusionalisasi dan Progresif, Pustaka
Konstitusionalisasi Pelajar, Yogyakarta.
Kehidupan Sosial Durkheim, Emile, 2011, The
Masyarakat Madani, Elementary Forms of
Pustaka LP3ES, Jakarta. The Religious Life :
_______________,2015, Penguatan Sejarah Bentuk-bentuk
Sistem Pemerintahan Agama yang paling
dan Peradilan, Sinar Dasar, terj. oleh Inyiak
Grafika, Jakarta. Ridwan Muzir & M.
Atmadja, I Dewa Gede, 2015, Teori Syukri, IRCiSoD,
Konstitusi & Konsep Yogyakarta.
Negara Hukum, Setara Effendy, Bachtiar, 2009, Islam dan
Press, Malang. Negara, Graha
________________,2010, Hukum Paramadina, Jakarta.
Konstitusi : El Muhtaj, Majda, 2005, Hak Asasi
Problematika Konstitusi Manusia dalam
Indonesia Sesudah Konstitusi Indonesia :
Perubahan UUD 1945, Dari UUD 1945 Sampai
Setara Press, malang. dengan Perubahan
Azhary, Tahir, 2003, Negara UUD 1945 Tahun 2002,
Hukum : Suatu Studi Kencana Prenada Media
tentang Prinsip- Group, Jakarta.
prinsipnya Dilihat dari Hakim, Abdul Aziz, 2011, Negara
Segi Hukum Islam, Hukum dan Demokrasi
Implementasinya Pada

51 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

di Indonesia, Pustaka Aktualisasinya, PT.


Pelajar, Yogyakarta. Paradigma, Yogyakarta.
Hallaq, Wael B, 2013, Ancaman Kholiludin, Tedi, 2009, Kuasa
Paradigma Negara Negara atas Agama :
Bangsa : Islam, Politik, Politik Pengakuan,
dan Problem Moral Diskursus Agama Resmi
Moderenitas, terj. oleh dan Dikriminasi Hak
Akh. Minhaji, Suka- Sipil, RaSAIL Media
Press, Yogyakarta. Group, Semarang.
Hamka, 2015, Keadilan Sosial Kusnardi, et.al, 1976, Hukum Tata
dalam Islam, Germani Negara Indonesia, FH
Insani, Depok. UI dan CV Sinar Bakti,
Husen, Laode, 2009, Negara Jakarta.
Hukum, Demokrasi, dan Latif, Yudi, 2015, Revolusi
Pemisahan Kekuasaan, Pancasila, Mizan
PT. Umitoha Ukhuwah Pustaka, Bandung.
Grafika, Makassar. ________, 2014, Mata Air
Jafri, S.H Mohammad, 2012, Agama Keteladanan : Pancasila
dan Negara dalam Dalam Perbuatan,
Pandangan Imam Ali : Mizan Pustaka, Bandung.
Politik Islam yang Maarif, Ahmad Syafii, 2017, Islam
Bertumpu Pada dan Pancasila Sebagai
Masyarakat, Bukan Dasar Negara : Studi
Negara, terj. Oleh Ilyas tentang Perdebatan
Hasan, Rausyanfiqr dalam Konstituante,
Institut, Yogyakarta. Mizan Pustaka, Bandung.
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan MD, Mahfud, 2009, Konstitusi dan
Pancasila : Kultural, Hukum dalam
Historis, filosofis, Kontroversi Isu, PT.
Yuridis, dan Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

52 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

__________, 2010, Membangun Nusrati, Ali Asgar, 2003, Sistem


Politik Hukum, Politik Islam : Sebuah
Menegakkan Konstitusi, Pengantar, terj. oleh
PT. Raja Grafindo Musa Mouwasir, Nur
Persada, Jakarta. Al-Huda, Jakarta.
Menoh, Gusti A.B, 2015, Agama Prasetyo, Teguh, et.al, 2012,
Dalam Ruang Publik : Filsafat, Teori, dan Ilmu
Hubungan Antara Hukum : Pemikiran
Agama dan Negara Menuju Masyarakat
dalam Masyarakat yang Berkeadilan dan
Postsekuler menurut Bermartabat, PT. Raha
Jurgen Habermas, PT. Grafindo Persada,
Kanisius, Yogyakarta. Jakarta.
Muthahhari, Murtada, 2012, __________________, 2016, Sistem
Masyarakat &Sejarah : Hukum Pancasila,
Pandangan Dunia Islam Nusamedia, bandung.
tentang Hakikat Qamar, Nurul, et.al, 2016, Sosiologi
Individu dan Hukum, Mitra Wacana
Masyarakat dalam Media, Jakarta.
Gerakan Sosial berbasis Rahardjo, Satjipto, 2014, Ilmu
Agama, terj. oleh Arif Hukum, PT. Citra Aditya
Mulyadi, Rausyanfiqr Bakti, Bandung.
Institut, Yogyakarta. Rawls, John, 2006, Teori Keadilan
Natsir, Mohammad, 2014, Islam :Dasar-dasar Filsafat
sebagai Dasar Negara, politik untuk
Sega Arsy, Bandung. Mewujudkan
Nonet, Philippe, et.al, 2015, Hukum Kesejahteraan Sosial
Responsif, terj.oleh dalam Negara, terj. oleh
Raisul Muttaqien, Uzair Fauzan & Heru
Nusamedia, Bandung. Prasetyo, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

53 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

Setowara, Subhan, et.al, 2013, Hukum Islam, Padang


Agama dan Politik Raya Angkasa, Padang.
Moral, Intrans Thaib, Dahlan, et.al, 1999, Teori dan
Publishing, Malang. Hukum Konstitusi, PT.
Smith, Huston, 2015, Agama-agama Raja Grafindo Persada,
manusia : a Guide to Jakarta.
Our Wisdom traditions, Turner, Bryan S, 2012, Relasi
terj. oleh fx Dono Agama & Teori Sosial
Sunardi dan Satrio Kontemporer, terj. oleh
wahono, PT. Serambi Inyiak Ridwan Muzir,
Ilmu Semesta, Jakarta. IRCiSoD, Yogyakarta.
Soekarno, 2016, Filsafat Pancasila Unger, Roberto M, 2012, Teori
menurut Bung Karno, Hukum Kritis : Posisi
Media Press Indo, Hukum Dalam
Yogyakarta. Masyarakat Modern,
Soemantri, Sri HRT, 2014, Hukum terj. oleh Dariyatno dan
Tata Negara Indonesia : Derta Sri Widowatie, PT.
Pemikiran dan Nusamedia, Bandung.
Pandangan, PT. Remaja Ward, Ian, 2014, Pengantar Teori
Rosdakarya, Bandung. Hukum Kritis, terj. oleh
Syariati, Ali, 2011, Sosiologi Islam : Narulita Yusron dan M.
Pandangan Dunia Islam Khozim, Nusamedia,
dalam Kajian Sosiologi bandung.
untuk Gerakan Sosial 2. JURNAL
Baru, terj. oleh Hamid Andrianih, Aan, Perlindungan
Algar, Rausyanfiqr Negara Terhadap
Institut, Yogyakarta. Keyakinan
Syarifuddin, Amir, 1990, Beragama bagi
Pembaharuan Masyarakat
Pemikiran dalam Hukum Adat
Terkait

54 Kedudukan Beragama dan Kebebasan


Jurnal Noken 3 (2) 2018

Permasalahan
Kolom Agama
Pada Dokumen
Kependudukan,
Jurnal
Rechtsvinding
Online, Media
Pembinaan Hukum
Nasional BPHN.
Idami, Zahratul, 2016, Perlindungan
Hukum oleh
Negara Kepada
Pemeluk Agama di
Indonesia dan
Perbandingannya
dengan Ketentuan
dalam Islam,
Kanun Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 18,
No. 1, Banda Aceh.

55 Kedudukan Beragama dan Kebebasan

Anda mungkin juga menyukai