1. Qalbun Mayyit.
Ini hati yang mati. Apa ciri orang yang hatinya mati? Ya seperti orang yang
mati tidak bisa dinasehati. Allah Ta'ala berfirman: "Mereka tuli, bisu dan
buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)."
(QS Al-Baqarah: 18)
Orang yang hatinya mati, bisikannya hanya mengikuti nafsu saja. Kalau
kata nafsu pukul ya pukul. Kata nafsu bunuh ya bunuh. Sehingga tidak ada
lagi hati nurani. Bahayanya apa? Pasti tidak akan punya iman, kalau
berbuat jahat bisa lebih keji dari binatang.
2. Qalbun Maridh.
Qalbun maridh ini adalah hati yang sakit. Tanda-tandanya hidupnya tidak
tenang. Meski rumah mewah, harta banyak, namun tidak bahagia. Kenapa
demikian? sekarang badan sakit saja kita sudah sengsara. Tapi ada yang
lebih menderita dari itu, yaitu yang hatinya berpenyakit. Tidak sedikit yang
badannya sehat tapi bunuh diri. Ada yang gagal menikah dia sehat,
ternyata yang lebih menderita hati. Berapa banyak yang badannya sehat
tapi hatinya sakit? Allah Ta'ala berfirman: "Maka nikmat Tuhan yang
manakah yang kamu Dustakan?" (QS. Ar-Rahman: 13)
3. Qalbun Salim.
Ini jenis hati yang selamat dan bersih. Apapun masalahnya dia tetap
anteng saja. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullaah SAW bersabda:
"Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu
baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang Mukmin. Jika mendapatkan
kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan
kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya." (HR. Muslim).
"Makanya orang yang suka stres itu karena kurang iman," kata Aa Gym.
Kedua, qolbun maridh atau hati yang sakit. Dia bisa saja beriman, tapi
penyakit hatinya banyak. Ciri khasnya tidak pernah tenteram, galau,
waswas, cemas, tidak menikmati hidup. "Badan berpenyakit saja
menderita, apa lagi kalau hatinya berpenyakit," tuturnya dalam acara yang
diha diri ratusan jamaah.
Ketiga, qolbun salim, atau hati yang sehat, bersih, selamat. "Inilah orang
yang hatinya bersih dan mulia, Orang yang bahagia hi dupnya karena tidak
ada penyakit di hatinya," ujarnya.
Contoh lain, Allah menjamin rezeki seorang bayi. "Mana yang hebat: bayi
cari rezeki, atau rezeki mendekati bayi? Rezeki yang mendekati bayi
melalui air susu ibu (ASI). Bahkan, kalaupun bayi minum susu sapi, bukan
bayi yang mencari susu sapi tersebut.
Menurutnya, ada empat hal yang harus kita takuti terkait rezeki. "Yang
penting yang harus kita takuti, jangan sampai rezeki kita tidak berkah.
Jangan iri dengan rezeki orang. Kerja itu yang lempang-lempang saja.
Rezeki tidak tertukar. Jangan takut tidak punya rezeki. Takutlah tidak pu
nya keberkahan," ujarnya.
Ia juga menegaskan, jangan takut tidak punya rezeki, tapi takutlah tidak
punya rasa syukur. Berapa banyak orang yang punya rezeki, tapi resah
dengan harta nya. Hal itu terjadi karena ia ti dak punya rasa syukur.
Ia mengemukakan, rezeki tidak bertambah karena keinginan bertambah,
tapi karena bersyukur. Seperti yang ditegaskan Alah SWT di dalam
Alquran, 'Jika kamu bersyukur, maka Aku akan menambah nikmat-Ku
kepadamu. Namun, jika kamu kufur akan nikmat-Ku, ingatlah
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih," ujar nya.