Anda di halaman 1dari 2

Knowledge Management - Organisasi – Spiritualism

Organisasi mampu berkembang dengan baik bila didalamnya terdapat support system yang dapat
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya yang kemudian dimaksimalkan untuk memberikan
keuntungan maksimal. Support system yang dibentuk mejadi sebuah iklim yang menurut Alblooshi
& Shamsuzzaman (2020) Terdapat 3 (tiga) tipe iklim yaitu; (1) Organization Support Climate, (2)
Organization Rule Climate, dan (3) Organization Innovation Climate. Iklim ini akan mempengaruhi
proses yang berlangsung dalam sebuah organisasi dan menentukan langkah organisasi kedepannya.
Dari ketiga tipe iklim ini tersirat sebuah hubungan antara organisasi, knowledge management, dan
spirilualism.

Knowledge Management dalam sebuah bisnis sangat berkaitan dengan bagaimana mengcapture
pengetahuan, menemukan cara untuk membuat pengetahuan tacit menjadi eksplisit (misalnya,
mendokumentasikan praktik terbaik) atau membuat direktori untuk mendorong ahli untuk berbagi
pengetahuan. Kondisi-kondisi tersebut dapat terlaksana bila individunya memiliki sebuah
spiritualism yang menganggap pekerjaan bukan hanya menyelesaikan pekerjaan tetapi terdapat
tanggungjawab ilmu yang harus diwariskan dan disebarkan kepada pengganti sehingga dapat
memajukan dan melanggengkan bisnis.

Salah satu aspek yang paling penting dari Knowledge Management System adalah apa yang
disampaikan Thomas et al. (2001) yaitu komunitas pengetahuan: yang merupakan tempat di mana
orang menemukan, menggunakan, dan memanipulasi pengetahuan, dan dapat bertemu dan
berinteraksi dengan orang lain yang melakukan hal yang sama. Thomas dkk. menguraikan berbagai
teknik khusus yang dapat berkontribusi pada pendekatan yang realistis dan efektif untuk Knowledge
Management dimana ketika teknik tersebut dimasukkan ke dalam komunitas pengetahuan maka
menghasilkan peluang organisasi untuk membangun modal sosial, termasuk kepercayaan dan
kerjasama di antara rekan kerja. Dasar yang disampaikan dalam pemikiran thomas et al. adalah
bahwa knowlegdge management juga didukung oleh spiritualitas dari bagian organisasi yang
dipupuk dalam bekerja sama dan salaing berkontribusi dalam memecahkan masalah.

Tahapan awal dari pembentukan nilai knowledge management dalam organisasi yang berdasarkan
sipitualism adalah membuat kebijakan, diikuti dengan fokus utama pada bidang pengetahuan
setelah meningkatkan perhatian pada spiritualitas. Sangat penting untuk melakukan penyisipan
spiritualitas dalam manajemen dengan pandangan ilmiah dan kritis. Karena mampu menjadi pilar
untuk memperkokoh peran dari masing-masing sumber daya untuk dapat mampu melaksanakan
kewajiban yang dimilikinya secara konsisten dan sadar sehingga memberikan potensi terbaiknya.

Marcus Speh Birkenkrahe, seorang ahli dibidang knowledge management yang bekerja sama dengan
Shell International membuat tulisan tentang " Seven Spiritual Laws of Successful Knowledge
Management". Dia menyajikan upaya untuk menjelaskan tujuh hukum spiritual yang harus menjadi
dasar dari setiap inisiatif KM dimana hal ini dapat dipakai untuk menetapkan dasar spiritualism
dalam pelaksanaan Knowledge management dalam sebuah organisasi yaitu;

Pertama: Hukum Kesatuan yaitu menyerahkan penilaian terhadap individu masing-masing karena
secara natural manusia memiliki rasa, hal ini dilakukan alih-alih melakukan judgment. Kedua: Hukum
Memberi berarti Semua orang berbicara tentang memberi dan menerima sebagai kunci untuk
berbagi pengetahuan. Tapi hampir tidak ada orang yang siap untuk mendengarkan. Orang menerima
lebih banyak penghargaan karena menjadi orisinal daripada menjadi kooperatif. Dan sebagian besar
alat manajemen pengetahuan saat ini hanya mendorong pertukaran informasi; mereka sama sekali
tidak membahas masalah kepercayaan.

Ketiga: Hukum Sebab Akibat yang berarti organisasi tidak mendorong staf untuk bertanggung jawab
dan akuntabel dan menggunakan sistem sebagai alasan besar untuk tidak membuat pilihan bukan
untuk mengembangkan akal pikiran staf sehingga mendorong usaha terbaiknya. Manajemen
pengetahuan perlu ditarik kembali ke kontribusi setiap individu agar efektif. Keempat: Hukum Upaya
Terkecil memahami bahwa Inovasi radikal menjadi sumber dari semua kekayaan bagi organisasi.
Tidak akan ada inovasi radikal tanpa ada orang yang mempertanyakan praktik saat ini, dan tidak
akan ada pertanyaan tentang praktik saat ini jika tidak mampu menerima sudut pandang.

Kelima: Hukum Niat dan Keinginan Perlu lebih memperhatikan apa yang dilakukan dan apa yang
terjadi. Perlu menimbang setiap tindakan yang akan dilakukan. Keenam: Hukum Detasemen yaitu
Ketidakpastian mungkin mengancam, tetapi tidak menjadikan penyusun dari sebuah organisasi
sebagai penjudi untuk menyadari kekuatannya. Ketujuh: Hukum Tujuan Hidup berarti menghargai
bahwa tidak hanya setiap orang memiliki peran untuk dimainkan, tetapi setiap peran itu unik

Dari sisi sumber daya, Manusia menuntut bisnis yang lebih berkelanjutan. Meningkatkan spiritualism
dalam organisasi dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai strategi ini, dan knowledge
management merupakan metode yang efisien untuk menyebarkan nilai-nilai tingkat tinggi melalui
perusahaan. Spiritualism memiliki peran vital dalam teori dan praktik organisasi. Namun demikian,
hal ini juga memberikan beban berat bagi para top management dalam organisasi.

Top manajemen pada akhirnya perlu menyadari bahwa kesulitan yang mereka hadapi dalam
mempraktikan spiritualism dalam proses knowledge management di organisasinya akan
memberikan keuntungan yang sangat besar bagi organisasinya. karena proses tesebut mampu
mengikat sumber daya manusianya pada organisasi secara suka rela dan tetap memberikan potensi
terbaiknya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Knowledge Management – Organisasi –
Spiritualism merupakan tiga hal yang tidak dapat terpisahkan bagi sebuah organisasi untuk
mendapatkan iklim kerja yang mampu memberikan sumbangsih yang besar bagi perkembangan
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai