Anda di halaman 1dari 19

AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp.

83–101
p-ISSN 2406-8268, e-ISSN 2580-2984, DOI: 10.25139/ayumi.v7i2.2697

Fenomena Kasus Bunuh Diri Akibat Ijime pada Anak SMP di


Jepang

Yenny Aristia Nasution


Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
Email: yenny.aristia@lecturer.unri.ac.id

Abstrak

Ijime adalah sebuah fenomena yang terbentuk akibat ditemukannya fenomena seseorang
yang mem-bully dan seseorang yang menjadi korban dari ijime tersebut. Di Jepang, ijime
menjadi salah satu masalah serius dalam dunia pendidikan sejak tahun 1970-an dan alasan
utamanya dilatarbelakangi oleh kenaikan angka persentase bunuh diri anak usia sekolah.
Hal ini dapat dilihat pada persentase jumlah kasus ijime yang terjadi pada setiap tahunnya
dan juga berdasarkan dari bentuk ijime sekolah yang sering dilaporkan ke media massa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk bunuh diri yang diakibatkan oleh ijime
pada anak SMP di Jepang, memaparkan alasan kasus bunuh diri akibat ijime yang banyak
terjadi pada anak SMP di Jepang, dan memaparkan penyebab perilaku ijime yang
mengakibatkan bunuh diri pada anak SMP di Jepang. Peneliti menggunakan teori
strukturisasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens dalam menganalisis tindakan anak
yang di-bully atau mendapat perlakuan ijime yang menyebabkan keinginan untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode kajian pustaka. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa
ijime lebih banyak terjadi pada anak-anak di kalangan SMP, karena masa SMP adalah suatu
masa anak-anak mulai menginjak usia remaja dan para korban ijime lebih banyak
melakukan tindakan bunuh diri dengan cara menggantung diri dan terjun dari atas atap
apartemen. Jenis bunuh diri yang banyak terjadi pada kasus ini adalah bunuh diri anomik
dan jenis bunuh diri yang paling sedikit terjadi pada kasus ini adalah bunuh diri egoistik
dan bunuh diri anomik, dan para korbannya banyak meninggalkan surat (suicide note)
sebelum melakukan bunuh diri.
Kata kunci: anak SMP; bunuh diri; ijime; suicide note

The Phenomenon of Suicidal Cases Occur as of Ijime among of Junior High


School Student in Japan

Abstract

Ijime is a phenomenon that is formed where there is someone who ijime and someone who
is a victim of that ijime. In Japan, ijime has become a serious problem in the world of
education since the 1970s and the main reason is the increase in the suicide rate of school
age children. This can be seen in the percentage of ijime cases that occur each year and
also based on school ijime which is often reported to the mass media. The purpose of the
research is to determine the causes of suicide ijime committed by junior high school
students in Japan, to be able to distinguish the types of suicidal ijime cases that occur
among junior high school students in Japan, to know why suicide ijime was so many
happens among junior high school in Japan. In this study, researchers used the
structurization theory proposed by Anthony Giddens in analyzing the actions of children
who were ijime causing the desire to commit suicide. This research uses qualitative
research methods using literature review methods. Based on the results of this study it was

83
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

found that ijime was more prevalent among junior high school students because junior high
school was when children began to be adolescence and the victims of ijime committed
suicide by hanging themselves and jumping from the roof of the apartment, and the victims
left a lot of letters (suicide notes) before their doing suicide.
Keywords: ijime; the student of Junior High School; suicide; suicide note

A. Pendahuluan banyak siswa merasa depresi.


Jepang adalah salah satu negara Masalah-masalah ini tidak jarang
di dunia yang memiliki reputasi baik menimbulkan dampak buruk, sampai
dalam penyelenggaraan pendidikan “kematian” bagi para siswa dan sudah
berdasarkan kurikulum dan hasil tentu menjadi masalah serius yang
belajar. Kementerian menjalankan dihadapi oleh sekolah, orang tua dan
kontrol atas penyelenggaraan negara.
pendidikan, mulai dari jenjang Salah satu masalah yang terjadi
sekolah dasar sampai pendidikan atas dalam dunia pendidikan di Jepang
dan substansinya sekolah-sekolah adalah bullying atau dalam istilah
harus mengikuti panduan lengkap bahasa Jepang ijime (いじめ). Ijime
tentang apa yang akan diajarkan dan adalah sebuah fenomena yang
bagaimana mengajar di kelas setiap terbentuk dari seorang yang mem-
hari (Sugimoto dalam Surajaya, 2019). bully dan seseorang yang menjadi
Walaupun demikian, dalam korban dari ijime tersebut. Menurut
pelaksanaan pendidikan ternyata Riauskina et al (dalam Madubrangti,
masih banyak terjadi masalah, 1993), ada beberapa karakter yang
terutama yang berkaitan dengan dimiliki oleh orang yang terkena ijime
perilaku dan tekanan sosial untuk yaitu mudah cemas, gelisah, kurang
pencapaian hasil belajar para siswa. percaya diri, memiliki kemampuan
Masalah yang terkait dengan bersosialisasi yang kurang dan
pendidikan di Jepang antara lain ijime mempunyai fisik yang lemah. Begitu
(bullying), taibatsu (hukuman fisik), pula sebaliknya orang yang
dan futōkō (ketidakhadiran di sekolah melakukan ijime mempunyai karakter
atau bolos sekolah). Tekanan merasa dirinya paling kuat, cenderung
terhadap hasil belajar yang harus hiperaktif, impulsive dan overactive.
bagus juga terkadang membuat Dilihat dari fenomena tersebut baik

84
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

pelaku maupun korban, salah satu ke media massa. Bentuk-bentuk ijime


faktor yang mempengaruhinya adalah seperti kekerasan fisik, mencaci maki,
tipe kepribadian. dan memboikot siswa-siswa tertentu.
Menurut Siagian kepribadian Sebuah teori mengatakan bahwa hal
seseorang menampakkan dirinya tersebut dapat terjadi karena
dalam berbagai bentuk sikap, cara pendidikan Jepang mengutamakan
berpikir dan cara bertindak. Sikap, identitas kelompok dan bekerja sama
cara berpikir dan cara bertindak itu daripada individualitas para siswa
dapat dipastikan selalu sama antara yang menonjol dalam beberapa
individu yang satu dengan yang lain kebiasaan akan sangat mudah
(Priyatna, 2010:85). Dampak buruk menjadi target dari ijime (Gilhooly,
yang dapat terjadi pada anak yang 2004:162). Kementerian Pendidikan,
menjadi korban tindakan ijime, antara Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan
lain adalah; kecemasan, merasa dan Teknologi Jepang
kesepian, rendah diri, tingkat (Monbukagakusho) merangkum
kompetensi sosial yang rendah, jumlah kasus ijime secara
depresi, penarikan sosial, keluhan keseluruhan berdasarkan pengakuan
pada kesehatan fisik, meninggalkan pihak sekolah dan hasilnya masih
rumah, penggunaan alkohol dan obat, tetap sama, sehingga komite sekolah
bunuh diri, penurunan performansi menghentikan laporannya.
akademik (Priyatna, 2010:4) Kenyataannya banyak kasus ijime
Di Jepang ijime menjadi salah yang diungkapkan jumlahnya secara
satu masalah serius dalam dunia statistik, bunuh diri akibat ijime
pendidikan sejak tahun 1970-an dan merupakan suatu masalah dalam
alasan utamanya dilatarbelakangi masyarakat yang muncul secara tiba-
oleh kenaikan angka persentase tiba. Kasus ijime mulai mendapat
bunuh diri anak usia sekolah. Hal ini perhatian publik pada tahun 80-an,
dapat dilihat dari persentase jumlah dengan adanya sorotan media massa
kasus ijime yang terjadi pada setiap terhadap beberapa kasus bunuh diri
tahunnya dan juga berdasarkan dari yang disebabkan oleh ijime.
ijime sekolah yang sering dilaporkan

85
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

Peristiwa ini terjadi pertama kali terhadap yang lemah yang dapat
pada bulan Februari tahun 1986, meninggalkan luka yang dalam bagi
seorang siswa SMP Nakano Fujimi korban. Ijime di lingkungan sekolah
Tokyo, yang bernama Shikagawa merupakan masalah yang dapat
Hirofumi yang berusia 13 tahun memberikan dampak negatif bagi
melakukan bunuh diri dengan cara iklim sekolah pada umumnya dan
gantung diri di toilet stasiun kereta api bagi hak siswa pada khususnya untuk
Morioka. Dalam surat yang belajar di lingkungan yang aman
ditinggalkannya, dituliskan bahwa: tanpa rasa takut. Ijime juga dapat
“Saya tidak ingin mati tetapi ini memberikan dampak jangka panjang
seperti hidup di neraka bagiku.”
baik bagi siswa yang menjadi pelaku
Dalam suratnya juga, dia ijime maupun korbannya. Dengan
menceritakan tentang pengalamannya kata lain ijime merupakan suatu
mendapatkan perlakuan ijime dan masalah yang membahayakan bagi
mengungkapkan nama dari dua ketua pelaku dan korbannya.
kelompok ijime yang terdiri atas Satu hal yang sulit untuk
beberapa anak laki-laki. Catatan yang dilakukan dalam mengetahui kasus-
dibuat oleh para korban ijime sebelum kasus ijime yang terjadi di kalangan
melakukan tindakan bunuh diri siswa-siswa tersebut adalah kurang
disebut dengan istilah suicide note terbukanya para siswa dalam
(dalam buku The Japanese High memberitahukan peristiwa ijime yang
School: Social and Resistence, terjadi di sekolah mereka. Hal ini
2001:157). disebabkan karena mereka
Peristiwa tersebut membuka menganggap bahwa jika mereka
mata pemerintah Jepang bahwa ijime mengatakan tentang ijime kepada
telah menjadi sebuah masalah sosial teman mereka, maka akan sangat
dan pemerintah mulai melakukan membahayakan mereka sendiri. Para
penyelidikan mengenai ijime tersebut. orang tua dan guru tidak akan
Kementerian Monbukagakusho mengerti mereka dalam berbagai hal.
Jepang mendefinisikan ijime sebagai Oleh karena itu, mereka hanya dapat
serangan secara fisik dan psikologis menceritakan peristiwa yang mereka

86
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

alami melalui surat kepada editor karena mereka selalu ada di dalam
yang dapat mereka tinggalkan dengan setiap kelompok pertemanan dengan
tanpa nama. Jadi, meskipun mereka jenis dan bobot kekerasan yang
meninggalkan surat dan membiarkan berbeda (Madubrangti, 2008:72).
surat tersebut terpublikasi ke Nojuu Shinsaku (1989:44)
masyarakat tetapi mereka tetap tidak (dalam Madubrangti, 1993) dari Pusat
menginginkan identitasnya diketahui. Penelitian Bimbingan Kehidupan
Dalam peristiwa ijime anak-anak Anak di Jepang menyatakan bahwa
yang menjadi korban ijime biasanya ijime merupakan suatu perbuatan dan
tidak akan menceritakan kepada perilaku seseorang yang mempunyai
orang lain bahwa dia sedang beberapa bentuk kekuatan untuk
mendapat perlakuan ijime, termasuk dapat melakukan penyerangan searah
kepada orang tuanya. Para korbannya terhadap seseorang yang menjadi
cenderung memilih untuk tidak pergi lawannya. Tindakannya berbeda
ke sekolah (toukoukyohi), atau dengan perkelahian. Orang yang
mengambil jalan pintas dengan cara melakukan perbuatan ijime merasa
bunuh diri (jisatsu) apabila ijime itu senang bila lawannya berada dalam
berlangsung berkepanjangan. posisi yang lemah baik secara fisik
Biasanya tindakan ijime yang maupun mental, sehingga mudah
berkepanjangan berakhir setelah anak diserang dan membuat seseorang
yang mendapat perlakuan ijime keluar yang dikenai perbuatan tersebut
dari kelompok pertemanan itu. Ada menjadi kesal. Ijime mempunyai ciri
yang keluar dengan cara pindah bukan dilakukan dengan berakhir
sekolah, pindah ke kelompok lain, dalam satu kali perbuatan seperti
membuat kelompok pertemanan yang halnya dalam suatu perkelahian tetapi
lain, bunuh diri, atau ada pula yang dilakukan dalam masa yang panjang.
berakhir dengan sendirinya karena Ijime yang dilakukan oleh anak
kenaikan kelas. Ijime lebih sering sekolah di Jepang sekarang dalam
terjadi pada anak sekolah di tingkat bentuk shuudan ijime. Bentuk ijime
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah ini dilakukan dengan cara melakukan
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), ijime kepada satu atau dua orang

87
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

teman yang berada di dalam berperilaku di sekolah. Morita et al


kelompok dari kelas yang sama. (1999: 41) (dalam Takashi dan Gielen,
Tindakan yang dilakukan kelompok 2006). Sebuah penelitian
itu terlihat menunjukan menunjukkan bahwa 80% ijime yang
kecenderungan ikatan kebersamaan terjadi di antara siswa-siswa sekolah
kolektif yang kuat dalam melakukan di Jepang adalah bersifat kolektif dan
tindakan demi kepentingan laporan kelompok ijime berjumlah di
kelompoknya. atas 90% berakhir dalam kurun waktu
Ijime meliputi pelecehan secara lebih dari seminggu. Hampir setengah
lisan, ancaman untuk melakukan dari kasus-kasus ijime di sekolah-
tindakan kekerasan terhadap orang sekolah Jepang terjadi di antara
lain secara fisik, atau metode kelompok teman-teman dekat. Satu
kekerasan yang lebih lembut seperti sama lain secara tidak langsung
memanipulasi. Ada beberapa faktor berperan sebagai pelaku kejahatan
yang melatarbelakangi terjadinya dan bergantian menjadi korban, yang
ijime yaitu, faktor karakteristik berarti sebagian besar siswa-siswa
masyarakat Jepang, faktor keluarga yang terlibat dalam ijime adalah para
dan juga faktor lingkungan sekolah. korbannya itu sendiri (Yoneyama,
Menurut Morita ada empat pihak 1999). Selanjutnya, hubungan antara
yang terlibat dalam ijime yaitu, siswa yang berbuat ijime dan
pelaku yang melakukan ijime korbannya juga tidak harus dalam
terhadap seseorang yang disebut satu kebencian yang dalam. Artinya,
korban, kemudian penggembira yang ijime dapat saja terjadi di antara
mendukung pelaku ijime pada saat “teman dekat” dan “teman sekelas
ijime terjadi, dan terakhir penonton biasa”. Beberapa siswa lainnya juga
yang tidak melakukan apa-apa pada dapat menjadi target dari ijime
saat ijime terjadi (dalam Takashi dan (Yoneyama, 1999:198).
Gielen, 2006). Berdasarkan latar belakang yang
Sebagian besar kasus ijime di telah diuraikan di atas maka masalah
Jepang melibatkan siswa-siswa baik penelitian ini ada 3 yakni,
yang tidak begitu bermasalah dalam mengidentifikasi bagaimana bentuk

88
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

bunuh diri yang diakibatkan oleh dilakukan adalah penelitian mengenai


ijime pada anak SMP di Jepang, ijime oleh Madubrangti (1993) dalam
mencari alasan kasus bunuh diri tesis yang berjudul Konsep
akibat ijime banyak terjadi pada anak- Solidaritas yang Ada di Dalam dan
anak SMP di Jepang dan mencari Melalui Dochokodo sebagai
penyebab perilaku ijime yang Landasan Kemunculan Ijime Masa
mengakibatkan bunuh diri pada anak- Kini pada Anak Sekolah di Jepang.
anak SMP di Jepang. Tujuan dari Tujuannya adalah menunjukkan
penelitian ini adalah untuk bahwa kuatnya solidaritas pada
mengetahui bentuk bunuh diri yang masyarakat anak sekolah di Jepang
diakibatkan oleh ijime pada anak mendorong dochokodo terhadap
SMP di Jepang, memaparkan kemunculan shuudan ijime yang
mengapa kasus bunuh diri akibat dilakukan oleh anak sekolah di
ijime banyak terjadi pada anak SMP Jepang sebagai ijime masa kini. Pada
di Jepang dan memaparkan penyebab tesis ini anak sekolah yang dibahas
perilaku ijime yang mengakibatkan adalah anak SD di Jepang. Berbeda
bunuh diri pada anak SMP di Jepang. dengan penelitian sebelumnya, di sini
Banyak penelitian yang telah penulis akan meneliti tentang
membahas tentang ijime tetapi bagaimana ijime bunuh diri yang
penulis belum menemukan literatur terjadi pada anak-anak SMP di Jepang
yang membahas tentang ijime yang dengan menggunakan teori
dilakukan oleh anak-anak SMP di strukturisasi yang dikemukakan oleh
Jepang yang dapat mengakibatkan Giddens menganalisis tindakan anak
korbannya melakukan tindakan yang di-bully atau menerima
bunuh diri dengan meninggalkan perlakuan ijime, sehingga
surat sebelum melakukan tindakan menyebabkan keinginan untuk
tersebut. melakukan tindakan bunuh diri.
Penelitian yang dijadikan acuan Strukturisasi adalah pembentukan
tambahan untuk mengetahui relasi-relasi sosial lintas ruang dan
hubungan antara penelitian terdahulu waktu, dari sudut dualitas struktur.
dengan penelitian yang akan Dualitas struktur adalah struktur

89
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

sebagai sarana dan hasil perilaku yang perubahan struktur itu pada saat yang
dibentuknya secara berulang-ulang. sama saat mereproduksinya
Ciri-ciri struktural sistem sosial tidak (Saifuddin, 2009: 240-241).
hadir di luar aksi namun terus Penggunaan teori strukturisasi
menerus terlibat dalam produksi dan dalam kasus bunuh diri pada
reproduksi (Maufur & Daryanto, penelitian ini lebih mengarah kepada
2010:586). Struktur itu tidak hanya bagaimana dualitas struktur tersebut
menghambat dan menentukan bekerja. Dalam hal ini, kasus-kasus
bentuk-bentuk tertentu perilaku, bunuh diri tersebut terdapat hubungan
tetapi juga memberikan kemampuan antara pelaku ijime dengan korban
bagi perilaku, struktur memberikan ijime. Hubungan keduanya dapat
kesempatan dan pembatasan berakibat terjadinya Tindakan bunuh
sekaligus. Selanjutnya, kondisi- diri yang dilakukan si korban.
kondisi struktural lewat tindakan Peneliti juga menggunakan
manusia diwujudkan atau yang konsep bunuh diri yang dikemukakan
disebut Giddens sebagai “agensi”, oleh Durkheim (2006). Durkheim
direproduksi, atau didefinisikan mengemukakan bahwa fenomena
kembali oleh tindakan ini. Jadi, ketika bunuh diri merupakan suatu indeks
suatu tindakan terjadi dalam suatu integrasi individu dalam kelompok
konteks struktural, konteks ini sosial dan masyarakat dalam skala
selanjutnya dapat diregenerasi atau besar. Durkheim memberikan
ditransformasi oleh tindakan tersebut. klasifikasi bunuh diri dalam tiga tipe
Ada hubungan dialektik antara utama yaitu: bunuh diri egoistik,
struktur atau tindakan. Begitulah bunuh diri altruistik dan bunuh diri
Giddens meringkaskan konsep yang anomik (Durkheim, 2006: 121).
dia sebut “dualitas struktur”; setiap
tindakan yang menyumbang bagi B. Metode Penelitian
reproduksi struktur juga merupakan Penelitian ini menggunakan
tindakan konstruksi, suatu upaya yang metode penelitian kualitatif dengan
secara sengaja dilakukan. Oleh karena menggunakan metode kajian pustaka.
itu, hal ini dapat mengawali Metode penelitian dalam penelitian

90
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

kualitatif cenderung bersifat seperti musik, gambar dan benda-


deskriptif, naturalistik, dan benda (Irawan, 2007:52). Pada
berhubungan dengan “sifat data” penelitian ini penulis mengambil data
yang murni kualitatif (Irawan, dari surat kabar Jepang yang
2007:52). Instrumen pengumpulan berjumlah sebanyak 3 buah dan dari
data dalam metodologi kualitatif tidak buku yang berisi tentang kasus bunuh
bersifat terstruktur, terfokus, “rigid”, diri di Jepang. Sumber data diambil
dan spesifik, seperti dalam penelitian dari surat kabar Kisei Minhou tanggal
kuantitatif, tetapi lebih bersifat 2 Desember 2009 edisi 09, surat kabar
longgar, fleksibel, dan dapat berubah Yamagata tanggal 4 Desember 2009
sewaktu-waktu tergantung pada edisi 10 dan 11, Education Clipping
kebutuhan (Irawan, 2007:52). News Flash tahun 2009 edisi 12 dan
Metode kajian pustaka adalah 2010 edisi 01. Buku yang digunakan
penelaahan terhadap bahan bacaan sebagai sumber data sebanyak dua
yang secara khusus berkaitan dengan buah buku yang berjudul The
objek yang sudah dilakukan oleh Japanese High School (Silence and
orang lain. Bahan bacaan yang Resistance) dan buku yang berjudul
dimaksudkan pada umumnya Kousureba Kokufuku Dekiru [Ijime]
berbentuk makalah, skripsi, tesis dan Mondai 『こうすれば克服できる
disertasi baik yang belum maupun 「いじめ」問題』
yang sudah diterbitkan (Ratna,
2010:276). Pada metode kepustakaan C. Hasil dan Pembahasan
terdapat metode analisis yang 1. Ijime yang Berakibat pada
berhubungan langsung dengan Tindakan Bunuh Diri
metode ini yaitu analisis isi (content Altruistik
analysis). Hasil yang diperoleh dari
Analisis isi adalah bentuk teknik penelitian ini ada terdapat tiga jenis
analisis terhadap berbagai sumber bunuh diri yang dilakukan oleh anak
informasi termasuk bahan cetak SMP di Jepang yaitu, bunuh diri
(buku, artikel, novel, koran, majalah, altruistik, bunuh diri anomik, serta
dan sebagainya) dan bahan non cetak, bunuh diri anomik dan bunuh diri

91
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

egositik. Bunuh diri altruistik dapat “Ayah, Ibu, Kakak mohon maaf.
Saya telah bolos sekolah. Di sekolah,
terlihat di antara orang-orang yang saya telah dijauhi oleh teman-teman.
mempunyai kewajiban yang Saya tidak mengerti alasannya.
Hanya satu hal yang saya mengerti,
berlebihan kepada masyarakat. saya kelihatan seperti orang jahat.
Oleh karena itu, saya meminta maaf.
Artinya, kehidupan pribadi dan Sementara itu pergi ke sekolah tidak
kehidupan sosial merupakan pertalian menarik lagi buat saya dan
sekarang perasaan untuk bangun
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi pagi menjadi berat. Sehingga saya
tidak suka. Saya benar-benar minta
dalam kehidupan masyarakat. maaf.”
Dengan kata lain, bunuh diri altruistik (Shunsuke, 2007:120)
merupakan suatu jenis bunuh diri Dari data 1 di atas, terdapat
dengan beberapa keanekaragaman hubungan antara struktur dan
(Durkheim, 2006:180). Altruisme tindakan yang terangkum dalam
didefinisikan sebagai kecenderungan dualitas struktur. Siswi tersebut
yang bertujuan untuk mendapatkan melakukan tindakan bunuh diri
kesenangan bagi sesama manusia di karena ijime yang dialaminya. Siswi
luar diri si pelaku (Durkheim, tersebut mendapat ijime dengan cara
2006:185). Pada jenis bunuh diri dijauhi oleh teman-temannya. Pada
altrusitik ini terdapat 4 data kasus data ini dapat kita lihat bahwa si
bunuh diri karena ijime (seperti korban memiliki pengetahuan
tampak pada data 1 sampai dengan terhadap alasan dan apa yang telah
data 4) dengan cara bunuh diri yang dilakukannya. Semua tindakan yang
berbeda-beda. dilakukannya tersebut diperoleh
(1) Data 1 dengan kesadaran praktis. Meskipun
Korban ijime melakukan bunuh siswi tersebut tidak mengetahui
diri dengan cara melompat dari atas dengan pasti alasan mengapa teman-
atap apartemen. Peristiwa ini terjadi temannya menjauhi dirinya. Sebelum
pada tanggal 10 Oktober 1992 melakukan tindakan bunuh diri siswi
seorang siswi kelas 3 SMP di tersebut meninggalkan surat yang
Fukuoka. Korban ijime pada data 1 ini berisi tentang permintaan maaf
meninggalkan sebuah surat (suicide kepada seluruh teman-temannya.
note) sebelum bunuh diri yang berisi:

92
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

Pada analisis data 1 ini, terdapat Pada surat bunuh diri (suicide
konsep moral keterikatan kelompok note) ini tidak terdapat motif atau
dan konsep moral otonomi. Siswi tujuan yang berhubungan dengan
tersebut merasa dirinya sudah tidak penjelasan tentang alasan mengapa
berguna lagi bagi teman dia melakukan bunuh diri. Akan
sekelompoknya tanpa dia mengetahui tetapi, para guru menjelaskan bahwa
dengan jelas apa penyebabnya, pada akhir semester bulan Oktober,
sehingga ia mengambil tindakan siswa tersebut kelihatan konsentrasi
bunuh diri untuk mengakhiri tindakan penuh untuk meluluskan mata
ijime yang telah dialaminya. pelajaran olahraga. Pada bulan
Keputusan untuk melakukan bunuh Oktober ini, tepatnya tanggal 6
diri inilah yang kita sebut sebagai seorang siswa dari kelas yang sama
konsep moral otonomi. mengelilingi dirinya sambil berteriak
dengan keras dan mengatakan gomen
(2) Data 2 ‘maaf’ dan menangis. Kepala sekolah
Korban ijime melakukan bunuh pada waktu diwawancarai media
diri dengan cara melompat dari atas menceritakan tentang dua peristiwa,
sekolahnya. Peristiwa ini terjadi pada yaitu memberikan bimbingan sebagai
tanggal 3 Februari. seorang siswa langkah untuk mengetahui gejala
kelas 1 SMP yang berumur 12 tahun ijime dan memikirkan pembentukan
telah melakukan bunuh diri dengan solusi dan lain-lain serta melakukan
cara terjun dari lantai atas sekolahnya. pembuktian kebenaran (Tetsunari,
Di atas meja belajar kamarnya 2007:8).
terdapat surat yang ditulis oleh siswa Dari kasus tersebut di atas
tersebut yang ditujukan untuk kedua diketahui bahwa terdapat beberapa
orang tuanya, yang berisi: alasan yang menyebabkan siswi
“Watashi wa jisatsushimasu. tersebut melakukan tindakan bunuh
Sayounara.”
‘Saya melakukan bunuh diri diri dan menunjukkan adanya
dan selamat tinggal.’ hubungan dualitas struktur. Pertama,
(Tetsunari, 2007:8)
setiap tindakan akan menyumbang
bagi reproduksi struktur dan kedua

93
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

setiap tindakan juga merupakan Unsur hakiki dari watak adalah


tindakan konstruksi. Suatu upaya kemampuan untuk mengendalikan
yang sengaja dilakukan sehingga diri dalam hal mengendalikan nafsu,
dapat mengawali perubahan struktur keinginan dan kebiasaan-kebiasaan
itu pada saat yang sama yang mengarahkan kita sesuai dengan
mereproduksinya (Saifuddin, kaidah yang berlaku. Sedangkan pada
2009:240-241). konsep moral keterikatan kelompok
Analisis data 2 ini mengandung terlihat dalam hal tujuan tindakan
ketiga unsur konsep moral yaitu, yang dilakukan oleh si korban. Dalam
semangat disiplin, keterikatan hal ini, korban tetap menuliskan
kelompok, dan juga otonomi. Pada ucapan permintaan maaf dan ucapan
data 2 ini menunjukkan bahwa si terima kasihnya terhadap teman-
siswa tersebut masih tetap teman, orang tua dan para guru dalam
menjalankan kewajibannya sebagai surat yang ditinggalkannya.
seorang siswa yaitu berkonsentrasi Meskipun teman-temannya telah
penuh agar lulus mata pelajaran berbuat ijime terhadap dirinya, tetapi
olahraga. Siswa tersebut terlihat siswa tersebut masih tetap
memiliki rasa tanggung jawab yang menunjukkan sikap baik terhadap
tinggi terhadap apa yang telah semua orang, dan dia juga
diberikan oleh gurunya. memberikan kesan yang baik
Kewajiban ini tertuang dalam terhadap para gurunya. Selanjutnya,
konsep semangat disiplin. Semangat pada konsep moral otonomi dari data
disiplin adalah unsur fundamental 2 tersebut terdapat suatu otoritas yang
dari moralitas. Biasanya disiplin memiliki pengaruh yang memaksa
dianggap berguna karena berkaitan siswa tersebut untuk mengambil
dengan perilaku yang membawa keputusan melakukan bunuh diri.
akibat yang berguna pula. Pada Keputusan tindakan bunuh diri
umumnya, peran disiplin moral tersebut merupakan keputusan pribadi
sangat menentukan dalam dari siswa itu sendiri dengan
pembentukan watak dan kepribadian. mengetahui segala konsekuensi-
konsekuensinya.

94
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

(3) Data 3 Kasus ijime bunuh diri seperti ini


Bunuh diri yang kasusnya tidak menunjukkan adanya hubungan
diketahui oleh pihak sekolah. antara struktur dan tindakan. Artinya,
Peristiwa bunuh diri terjadi pada si korban menceritakan apa yang telah
tanggal 23 Oktober dan korbannya terjadi pada dirinya dan tindakan apa
adalah seorang siswi kelas 2 SMP yang dilakukannya untuk mengakhiri
yang berusia 14 tahun (Tetsunari, penderitaan yang telah dialaminya.
2007:6-7). Siswi tersebut melakukan Semua tindakan yang dilakukan
bunuh diri dengan cara menggantung diperoleh dalam kesadaran praktis.
diri di rumahnya. Siswi tersebut juga Tingkat pengetahuan yang melekat
meninggalkan surat bunuh diri yang dalam kesadaran praktis
ditujukan untuk orang tuanya dan memperlihatkan kompleksitas yang
menyebut ijime sebagai penyebabnya. luar biasa yaitu, sebuah kompleksitas
Pihak sekolah yang diwawancarai yang sering kali sepenuhnya tidak
oleh media melakukan konfirmasi tereksploitasi dalam berbagai
dengan mengatakan bahwa kejadian pendekatan sosiologis ortodoks,
tersebut tidak ada hubungannya terutama pendekatan yang berkaitan
dengan ijime. Dengan kata lain ijime dengan objektivisme. Para pelaku
tidak terjadi di sekolah tersebut. ijime pada umumnya mampu
Kemudian pada tanggal 28 mendeskripsikan secara diskursif
Oktober ada laporan berikutnya perbuatan dan alasan mengapa
tentang kejadian yang sama, sehingga mereka melakukan perbuatan tersebut.
pihak sekolah mengatakan kepada Namun, sebagian besar kemampuan
orang yang melindungi perbuatan ini diarahkan pada arus perilaku
ijime untuk mengakui perbuatannya sehari-hari.
terhadap siswi tersebut dan juga Pada data di atas pihak sekolah
segera meminta maaf kepada siswi tidak mengakui adanya tindakan ijime,
tersebut . Pada kasus ini korbannya tetapi setelah ada laporan tindakan
tidak meninggalkan surat (suicide ijime berikutnya barulah pihak
note) (Tetsunari, 2007:6-7). sekolah mengakui adanya tindakan
tersebut. Hal ini sebabkan oleh

95
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

adanya sikap bungkam dari para dengan mengejek dan mengatakan


siswa yang menjadi korban ijime. bahwa:
Para korban lebih mau “Sampo yang dipakainya
menimbulkan bau yang kuat dan
mengungkapkan apa yang telah tidak sedap.”
dialaminya melalui sebuah surat yang
2. Ijime yang Berakibat pada
mereka tinggalkan sebelum bunuh
Tindakan Bunuh Diri Anomik
diri. Karena para korban menganggap
(5) Data 5
bahwa jika mereka mengatakan hal
Data ini merupakan jenis bunuh
tersebut kepada guru maka para guru
diri anomik yang korbannya
tidak akan melakukan apa-apa untuk
melakukan tindakan bunuh diri
mencari jalan keluar. Para guru hanya
dengan cara menggantung diri di
akan bersikap tidak ikut campur
rumahnya (Yoneyama, 1999:158-
(vested interest).
159). Korban merupakan seorang
siswa SMP Negeri Nishio Tobu yang
(4) Data 4
bernama Ohkochi Kiyoteru yang
Data ini merupakan contoh jenis
berusia 13 tahun. Sebelum melakukan
bunuh diri altruistik yang gagal
tindakan bunuh diri, korban
dilakukan. Pada data ini seorang
meninggalkan surat yang berisi cerita
siswa kelas 2 SMP di Hokkaido
singkat tentang penderitaannya akibat
korban ijime gagal melakukan bunuh
dari ijime. Di dalam surat tersebut dia
diri karena digagalkan oleh dewan
juga menyebutkan empat nama teman
penyuluhan pencegahan ijime yang
yang telah berbuat ijime terhadap
dibuat oleh pihak sekolah (Tetsunari,
dirinya.
2007:7).
Bersama dengan rincian rekaman
Meskipun si korban tidak
pemerasan sejumlah uang kepadanya
melakukan bunuh diri tetapi si korban
yang dilakukan oleh sekelompok
tetap saja mengalami ketidakstabilan
temannya. Rekaman yang Kiyoteru
mental akibat dari tindakan ijime yang
sebut sebagai “pengakuan dosa
diperolehnya. Korban mengalami
kepada Ibu” tersebut memuat
tindakan ijime dari teman-temannya
pemerasan yang berjumlah lebih dari

96
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

1,1 juta yen. Dalam catatan tersebut perbuat dan alasan kenapa mereka
dia menjelaskan bahwa dia hampir berbuat serta kemampuan yang telah
tenggelam di sungai. Kiyoteru mereka miliki tersebut diperoleh
merupakan seorang “tsukaippa” yaitu, dengan kesadaran praktis. Data 5
orang suruhan bagi para anggota termasuk ke dalam jenis bunuh diri
kelompok yang mempunyai anomik dengan cara gantung diri,
kekuasaan (Yoneyama, 1999:158- karena pada jenis bunuh diri ini
159). menunjukkan adanya keberadaan
Pada kasus di atas terdapat yang disebabkan oleh kekurangan
hubungan dialektik antara struktur pengaturan aktivitas manusia dan
dan tindakan. Artinya, korban mempunyai akibat.
mengalami perbuatan ijime dengan
bentuk pemerasan yang dilakukan 3. Ijime yang Berakibat pada
oleh teman sekelasnya sebesar 1,1 Tindakan Bunuh Diri Anomik
juta yen. Pada kasus data 5, si korban dan Bunuh Diri Egoistik
meninggalkan surat yang berisi (6) Data 6
tentang bagaimana teman-temannya Data ini merupakan jenis bunuh
mem-bully dirinya serta menyebutkan diri ijime online yang termasuk ke
nama-nama teman yang telah berbuat dalam bunuh diri anomik dan bunuh
ijime terhadap dirinya. Selain itu, si diri egoistik dengan cara gantung diri
korban juga membuat sebuah (Tetsunari, 2007:8). Pada akhir bulan
rekaman pengakuan yang ditujukan Oktober tahun 2006 di kota Saitama
untuk ibunya. Pada kasus ini juga, seorang anak perempuan melakukan
selain siswa tersebut mengalami bunuh diri setelah menjadi korban
tindakan ijime pemerasan, dia juga dari ijime online yang dilakukan oleh
menjadi orang suruhan bagi teman sekelasnya melalui internet.
kelompok yang memiliki kekuasaan. Korban meninggalkan surat yang
Dari pernyataan ini, dapat kita mengatakan bahwa dia ingin
ketahui bahwa si korban melakukan membalas dendam terhadap teman
tindakan bunuh diri karena memiliki sekelasnya yang telah mem-posting
pengetahuan tentang apa yang mereka pesan yang menghinanya di tempat

97
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

profile online-nya. Korban Pada data kasus ini, awalnya


merupakan siswa pindahan dari pihak sekolah menyangkal bahwa si
Yokohama. korban telah melakukan bunuh diri
Pada kasus di atas terdapat unsur dikarenakan tindakan ijime yang
otonomi. Otonomi menyangkut dialami oleh si korban. Tetapi,
keputusan pribadi dengan mengetahui akhirnya pihak sekolah mengakui
konsekuensi-konsekuensi dari setelah terjadi kasus bunuh diri
berbagai tindakan. Bunuh diri anomik berikutnya dengan motif yang sama.
dan bunuh diri egoistik terjadi di Siswa tersebut mendapatkan tindakan
antara orang-orang yang memiliki ijime dengan cara menyuruhnya
karakteristik individualisme yang melepaskan celana secara paksa di
berlebihan dan paling sedikit toilet. Pada kasus ini sekolah
berinteraksi dalam kelompok sosial mengakui bahwa si korban mendapat
dalam hal ikatan dan hubungan sosial. tindakan ijime dari wali kelasnya
sendiri.
(7) Data 7 Bunuh diri yang dilakukan oleh
Data ini merupakan jenis bunuh siswa tersebut termasuk dalam jenis
diri anomik dan bunuh diri egoistik. bunuh diri egoistik dan bunuh diri
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 2 anomik. Si korban melakukan
Oktober 2006 di Fukuoka oleh tindakan bunuh diri guna mengakhiri
seorang siswa yang bernama Mori segala tindakan ijime yang
Kesuke yang berusia 13 tahun. dialaminya untuk kesenangannya
Korban melakukan bunuh diri dengan belaka dan karena siswa tersebut
cara menggantung diri di rumahnya. merasa bahwa dia telah kehilangan
Sebelum melakukan bunuh diri kontrol terhadap norma sosial dan
korban meninggalkan surat yang norma masyarakatnya dalam
berisi: kelompok. Hal ini disebabkan karena
“Karena tidak dapat bertahan dia telah mendapatkan tindakan ijime
lebih lama lagi terhadap ijime.”
(Shunsuke, 2007: 45, 196) dari wali kelasnya sendiri. Pada data
di atas dapat kita lihat bahwa seorang
guru dapat juga menjadi pelaku ijime.

98
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

Seharusnya, kedudukan seorang guru berkesinambungan yang diteruskan


dapat mengajarkan dan membimbing dari kelompok terdahulu kepada
para siswanya agar tidak terlibat kelompok yang menjadi juniornya.
dalam tindakan ijime. Peraturan itu digunakan sebagai
Hubungan guru dengan siswa di strategi menghadapi masalah yang
Jepang lebih bersifat negatif. Para sedang dihadapinya. Pada masa ini
siswa merasa lebih sedikit terjadi berbagai gejolak masalah atau
diperhatikan, lebih sedikit dipercaya kemelut. Gejolak masalah atau
dan lebih sedikit pengertian. Selain kemelut ini terutama berkenaan
itu, mereka lebih sedikit dihormati dengan segi afektif, sosial, intelektual
serta lebih sedikit mampu juga moral. Hal itu terjadi terutama
mendiskusikan masalah pribadi karena adanya perubahan-perubahan
dengan para gurunya. Para siswa di baik fisik maupun psikis yang sangat
Jepang lebih merengangkan cepat yang mengganggu kestabilan
hubungannya dengan para gurunya kepribadian anak.
karena sistem pendidikan di Jepang Pemerintah Jepang melalui
lebih otokratis dan berpusat pada guru Monbusho dan Pusat Penelitian
(Yoneyama, 1999:71-72). Keluarga dan Anak-Anak di Jepang
berusaha untuk menanggapi
D. Simpulan peningkatan kejadian ijime yang
Ijime lebih banyak terjadi pada terjadi di kalangan anak-anak sekolah
anak-anak di kalangan SMP karena di Jepang. Usaha keduanya
masa SMP adalah suatu masa anak- menambah tingkat reaksi peningkatan
anak mulai menginjak usia remaja. pengertian, membentuk keanggotaan
Masa remaja atau adolesen adalah untuk memudahkan kemampuan para
suatu masa anak mulai mengalami peneliti asing dalam meneliti masalah
perubahan fisik dan mental menuju ke ijime. Naskah ini memberitahukan hal
arah dewasa. Mereka mempunyai yang umum dan tipe-tipe yang
aturan-aturan yang dibuatnya dalam berhubungan dengan tingkah laku,
kelompok pertemanan. Aturan-aturan dan menemukan yang berhubungan
ini berlangsung secara dengan interview dan fokus pada

99
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101

tingkah laku dalam kelompok di sekali dampak buruk yang dapat


Jepang. Perbedaan dalam tingkah terjadi pada anak yang menjadi
laku pada anak-anak SD, SMP, dan korban tindakan ijime dan yang
SMA adalah tingkat pendidikan yang menjadi pelaku ijime. Dari penjelasan
dibicarakan. Bentuk-bentuk dan tersebut di atas dapat dikatakan
ungkapan-ungkapan yang sering bahwa fenomena meningkatnya kasus
dipakai dalam ijime dari tahun 1980- bunuh diri anak-anak SMP di Jepang
an sampai sekarang tidak mengalami yang dilatarbelakangi oleh ijime yang
perubahan. mereka alami. Selain teori
Melalui teori strukturisasi, strukturisasi yang digunakan dalam
peneliti menganalisis data-data kasus menganalisis, di sini peneliti juga
bunuh diri yang terjadi di kalangan menggunakan konsep bunuh diri
anak SMP di Jepang. Dari teori ini dalam mengelompokkan jenis-jenis
dihasilkan bahwa para korban banyak bunuh diri yang terjadi dan juga
melakukan tindakan bunuh diri menggunakan konsep moral dalam
dengan cara menggantung diri dan menganalisis kasus ijime bunuh diri.
terjun dari atas atap apartemennya. Anak-anak yang menjadi korban
Jenis bunuh diri yang banyak terjadi dari ijime lebih mudah mengalami
pada kasus ini adalah bunuh diri cemas, depresi, kesepian dan stres
anomik dan jenis bunuh diri yang pascatrauma, dan mereka pun berada
paling sedikit terjadi pada kasus ini pada risiko yang lebih tinggi untuk
adalah bunuh diri egoistik dan bunuh melakukan tindakan bunuh diri,
diri anomik. Kebanyakan para korban dibandingkan dengan anak yang tidak
ijime meninggalkan surat sebelum mengalami ijime. Sementara anak
mereka melakukan bunuh diri. Surat- yang menjadi pelaku ijime sangat
surat tersebut berisi tentang alasan- rawan mengalami penolakan dalam
alasan mereka melakukan bunuh diri, pergaulan, menjadi biang kerok,
bagaimana tindakan ijime yang terjadi kecemasan, kesulitan dalam belajar
pada mereka, serta mereka juga dan melakukan perbuatan yang
mencantumkan nama-nama yang melanggar aturan lainnya.
menjadi pelaku dari ijime. Banyak

100
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...

Daftar Pustaka Mengatasi Bullying. Jakarta:


Elex Media Komputindo.
Durkheim, Emile. 2006. Durkheim
Suicide A Study in Sociology.
Saifuddin, Achmad Fedyani (PIP
London: Routledge.
Jones). 2009. Pengantar Teori-
Teori Sosial: dari Teori
Giddens, Anthony. 1984. The
Fungsionalisme hingga Post-
Constitution of Society. Los
Modernisme. Jakarta: Yayasan
Angeles: University of California
Obor Indonesia.
Press.
Shunsuke, Serizawa. 2007. Ijime ga
------. 2010. Teori Strukturisasi:
Owaru Toki Konponteki e Teigen
Dasar-Dasar Pembentukan
Struktur Sosial Masyarakat. 『いじめが終わるとき根本的
Terjemahan Maufur & Daryatno. への提言』. Jepang: Sairyusha.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surajaya, I. Ketut. 2019. Jepang Kini
Gilhooly, Helen. 2004. Teach Isu Sosial dan Budaya Populer.
Yourself: World Cultures: Japan. Depok: Penerbit Yayasan Galung.
British: Helen Gilhooly.
Takashi, Naito and Uwe Gielen
Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian (2006). Bullying and Ijime in
Kualitatif dan Kuantitatif untuk Japanese Schools. Violence in
Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: Schools, 2006, pp. 169-190. DOI:
Departemen Ilmu Administrasi 10.1007/0-387-28811-2_9
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia. Tetsunari, Kawase. 2007. Ijime ga
Owaru Toki Konponteki e no
Madubrangti, Diah. 1993. Konsep Teigen 『いじめが終わるとき
Solidaritas yang Ada di Dalam 根本的解決への提言』.
dan Melalui Dochokodo Sebagai Jepang: Sairyusha.
Landasan Kemunculan Ijime
Masa Kini pada Anak Sekolah di Yoneyama, Shoko. 1999. The
Jepang (Tesis). Depok: Fakultas Japanese High School (Silence
Pascasarjana Program Kajian and Resistance). London:
Wilayah Jepang Universitas Routledge.
Indonesia.
------. 2001. The Japanese High
------. (2008). B. Herry Priyono, School; Silence and Resistence.
Anthony Giddens: suatu
pengantar. Jurnal Wacana, jilid
10, 2008, pp. 168-172. DOI:
https://doi.org/10.17510/240768
99-01001011

Priyatna, Andri. 2010. Let’s End


Bullying: Memahami, Mencegah,

101

Anda mungkin juga menyukai