83–101
p-ISSN 2406-8268, e-ISSN 2580-2984, DOI: 10.25139/ayumi.v7i2.2697
Abstrak
Ijime adalah sebuah fenomena yang terbentuk akibat ditemukannya fenomena seseorang
yang mem-bully dan seseorang yang menjadi korban dari ijime tersebut. Di Jepang, ijime
menjadi salah satu masalah serius dalam dunia pendidikan sejak tahun 1970-an dan alasan
utamanya dilatarbelakangi oleh kenaikan angka persentase bunuh diri anak usia sekolah.
Hal ini dapat dilihat pada persentase jumlah kasus ijime yang terjadi pada setiap tahunnya
dan juga berdasarkan dari bentuk ijime sekolah yang sering dilaporkan ke media massa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk bunuh diri yang diakibatkan oleh ijime
pada anak SMP di Jepang, memaparkan alasan kasus bunuh diri akibat ijime yang banyak
terjadi pada anak SMP di Jepang, dan memaparkan penyebab perilaku ijime yang
mengakibatkan bunuh diri pada anak SMP di Jepang. Peneliti menggunakan teori
strukturisasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens dalam menganalisis tindakan anak
yang di-bully atau mendapat perlakuan ijime yang menyebabkan keinginan untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode kajian pustaka. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa
ijime lebih banyak terjadi pada anak-anak di kalangan SMP, karena masa SMP adalah suatu
masa anak-anak mulai menginjak usia remaja dan para korban ijime lebih banyak
melakukan tindakan bunuh diri dengan cara menggantung diri dan terjun dari atas atap
apartemen. Jenis bunuh diri yang banyak terjadi pada kasus ini adalah bunuh diri anomik
dan jenis bunuh diri yang paling sedikit terjadi pada kasus ini adalah bunuh diri egoistik
dan bunuh diri anomik, dan para korbannya banyak meninggalkan surat (suicide note)
sebelum melakukan bunuh diri.
Kata kunci: anak SMP; bunuh diri; ijime; suicide note
Abstract
Ijime is a phenomenon that is formed where there is someone who ijime and someone who
is a victim of that ijime. In Japan, ijime has become a serious problem in the world of
education since the 1970s and the main reason is the increase in the suicide rate of school
age children. This can be seen in the percentage of ijime cases that occur each year and
also based on school ijime which is often reported to the mass media. The purpose of the
research is to determine the causes of suicide ijime committed by junior high school
students in Japan, to be able to distinguish the types of suicidal ijime cases that occur
among junior high school students in Japan, to know why suicide ijime was so many
happens among junior high school in Japan. In this study, researchers used the
structurization theory proposed by Anthony Giddens in analyzing the actions of children
who were ijime causing the desire to commit suicide. This research uses qualitative
research methods using literature review methods. Based on the results of this study it was
83
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
found that ijime was more prevalent among junior high school students because junior high
school was when children began to be adolescence and the victims of ijime committed
suicide by hanging themselves and jumping from the roof of the apartment, and the victims
left a lot of letters (suicide notes) before their doing suicide.
Keywords: ijime; the student of Junior High School; suicide; suicide note
84
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
85
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
Peristiwa ini terjadi pertama kali terhadap yang lemah yang dapat
pada bulan Februari tahun 1986, meninggalkan luka yang dalam bagi
seorang siswa SMP Nakano Fujimi korban. Ijime di lingkungan sekolah
Tokyo, yang bernama Shikagawa merupakan masalah yang dapat
Hirofumi yang berusia 13 tahun memberikan dampak negatif bagi
melakukan bunuh diri dengan cara iklim sekolah pada umumnya dan
gantung diri di toilet stasiun kereta api bagi hak siswa pada khususnya untuk
Morioka. Dalam surat yang belajar di lingkungan yang aman
ditinggalkannya, dituliskan bahwa: tanpa rasa takut. Ijime juga dapat
“Saya tidak ingin mati tetapi ini memberikan dampak jangka panjang
seperti hidup di neraka bagiku.”
baik bagi siswa yang menjadi pelaku
Dalam suratnya juga, dia ijime maupun korbannya. Dengan
menceritakan tentang pengalamannya kata lain ijime merupakan suatu
mendapatkan perlakuan ijime dan masalah yang membahayakan bagi
mengungkapkan nama dari dua ketua pelaku dan korbannya.
kelompok ijime yang terdiri atas Satu hal yang sulit untuk
beberapa anak laki-laki. Catatan yang dilakukan dalam mengetahui kasus-
dibuat oleh para korban ijime sebelum kasus ijime yang terjadi di kalangan
melakukan tindakan bunuh diri siswa-siswa tersebut adalah kurang
disebut dengan istilah suicide note terbukanya para siswa dalam
(dalam buku The Japanese High memberitahukan peristiwa ijime yang
School: Social and Resistence, terjadi di sekolah mereka. Hal ini
2001:157). disebabkan karena mereka
Peristiwa tersebut membuka menganggap bahwa jika mereka
mata pemerintah Jepang bahwa ijime mengatakan tentang ijime kepada
telah menjadi sebuah masalah sosial teman mereka, maka akan sangat
dan pemerintah mulai melakukan membahayakan mereka sendiri. Para
penyelidikan mengenai ijime tersebut. orang tua dan guru tidak akan
Kementerian Monbukagakusho mengerti mereka dalam berbagai hal.
Jepang mendefinisikan ijime sebagai Oleh karena itu, mereka hanya dapat
serangan secara fisik dan psikologis menceritakan peristiwa yang mereka
86
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
alami melalui surat kepada editor karena mereka selalu ada di dalam
yang dapat mereka tinggalkan dengan setiap kelompok pertemanan dengan
tanpa nama. Jadi, meskipun mereka jenis dan bobot kekerasan yang
meninggalkan surat dan membiarkan berbeda (Madubrangti, 2008:72).
surat tersebut terpublikasi ke Nojuu Shinsaku (1989:44)
masyarakat tetapi mereka tetap tidak (dalam Madubrangti, 1993) dari Pusat
menginginkan identitasnya diketahui. Penelitian Bimbingan Kehidupan
Dalam peristiwa ijime anak-anak Anak di Jepang menyatakan bahwa
yang menjadi korban ijime biasanya ijime merupakan suatu perbuatan dan
tidak akan menceritakan kepada perilaku seseorang yang mempunyai
orang lain bahwa dia sedang beberapa bentuk kekuatan untuk
mendapat perlakuan ijime, termasuk dapat melakukan penyerangan searah
kepada orang tuanya. Para korbannya terhadap seseorang yang menjadi
cenderung memilih untuk tidak pergi lawannya. Tindakannya berbeda
ke sekolah (toukoukyohi), atau dengan perkelahian. Orang yang
mengambil jalan pintas dengan cara melakukan perbuatan ijime merasa
bunuh diri (jisatsu) apabila ijime itu senang bila lawannya berada dalam
berlangsung berkepanjangan. posisi yang lemah baik secara fisik
Biasanya tindakan ijime yang maupun mental, sehingga mudah
berkepanjangan berakhir setelah anak diserang dan membuat seseorang
yang mendapat perlakuan ijime keluar yang dikenai perbuatan tersebut
dari kelompok pertemanan itu. Ada menjadi kesal. Ijime mempunyai ciri
yang keluar dengan cara pindah bukan dilakukan dengan berakhir
sekolah, pindah ke kelompok lain, dalam satu kali perbuatan seperti
membuat kelompok pertemanan yang halnya dalam suatu perkelahian tetapi
lain, bunuh diri, atau ada pula yang dilakukan dalam masa yang panjang.
berakhir dengan sendirinya karena Ijime yang dilakukan oleh anak
kenaikan kelas. Ijime lebih sering sekolah di Jepang sekarang dalam
terjadi pada anak sekolah di tingkat bentuk shuudan ijime. Bentuk ijime
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah ini dilakukan dengan cara melakukan
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), ijime kepada satu atau dua orang
87
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
88
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
89
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
sebagai sarana dan hasil perilaku yang perubahan struktur itu pada saat yang
dibentuknya secara berulang-ulang. sama saat mereproduksinya
Ciri-ciri struktural sistem sosial tidak (Saifuddin, 2009: 240-241).
hadir di luar aksi namun terus Penggunaan teori strukturisasi
menerus terlibat dalam produksi dan dalam kasus bunuh diri pada
reproduksi (Maufur & Daryanto, penelitian ini lebih mengarah kepada
2010:586). Struktur itu tidak hanya bagaimana dualitas struktur tersebut
menghambat dan menentukan bekerja. Dalam hal ini, kasus-kasus
bentuk-bentuk tertentu perilaku, bunuh diri tersebut terdapat hubungan
tetapi juga memberikan kemampuan antara pelaku ijime dengan korban
bagi perilaku, struktur memberikan ijime. Hubungan keduanya dapat
kesempatan dan pembatasan berakibat terjadinya Tindakan bunuh
sekaligus. Selanjutnya, kondisi- diri yang dilakukan si korban.
kondisi struktural lewat tindakan Peneliti juga menggunakan
manusia diwujudkan atau yang konsep bunuh diri yang dikemukakan
disebut Giddens sebagai “agensi”, oleh Durkheim (2006). Durkheim
direproduksi, atau didefinisikan mengemukakan bahwa fenomena
kembali oleh tindakan ini. Jadi, ketika bunuh diri merupakan suatu indeks
suatu tindakan terjadi dalam suatu integrasi individu dalam kelompok
konteks struktural, konteks ini sosial dan masyarakat dalam skala
selanjutnya dapat diregenerasi atau besar. Durkheim memberikan
ditransformasi oleh tindakan tersebut. klasifikasi bunuh diri dalam tiga tipe
Ada hubungan dialektik antara utama yaitu: bunuh diri egoistik,
struktur atau tindakan. Begitulah bunuh diri altruistik dan bunuh diri
Giddens meringkaskan konsep yang anomik (Durkheim, 2006: 121).
dia sebut “dualitas struktur”; setiap
tindakan yang menyumbang bagi B. Metode Penelitian
reproduksi struktur juga merupakan Penelitian ini menggunakan
tindakan konstruksi, suatu upaya yang metode penelitian kualitatif dengan
secara sengaja dilakukan. Oleh karena menggunakan metode kajian pustaka.
itu, hal ini dapat mengawali Metode penelitian dalam penelitian
90
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
91
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
egositik. Bunuh diri altruistik dapat “Ayah, Ibu, Kakak mohon maaf.
Saya telah bolos sekolah. Di sekolah,
terlihat di antara orang-orang yang saya telah dijauhi oleh teman-teman.
mempunyai kewajiban yang Saya tidak mengerti alasannya.
Hanya satu hal yang saya mengerti,
berlebihan kepada masyarakat. saya kelihatan seperti orang jahat.
Oleh karena itu, saya meminta maaf.
Artinya, kehidupan pribadi dan Sementara itu pergi ke sekolah tidak
kehidupan sosial merupakan pertalian menarik lagi buat saya dan
sekarang perasaan untuk bangun
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi pagi menjadi berat. Sehingga saya
tidak suka. Saya benar-benar minta
dalam kehidupan masyarakat. maaf.”
Dengan kata lain, bunuh diri altruistik (Shunsuke, 2007:120)
merupakan suatu jenis bunuh diri Dari data 1 di atas, terdapat
dengan beberapa keanekaragaman hubungan antara struktur dan
(Durkheim, 2006:180). Altruisme tindakan yang terangkum dalam
didefinisikan sebagai kecenderungan dualitas struktur. Siswi tersebut
yang bertujuan untuk mendapatkan melakukan tindakan bunuh diri
kesenangan bagi sesama manusia di karena ijime yang dialaminya. Siswi
luar diri si pelaku (Durkheim, tersebut mendapat ijime dengan cara
2006:185). Pada jenis bunuh diri dijauhi oleh teman-temannya. Pada
altrusitik ini terdapat 4 data kasus data ini dapat kita lihat bahwa si
bunuh diri karena ijime (seperti korban memiliki pengetahuan
tampak pada data 1 sampai dengan terhadap alasan dan apa yang telah
data 4) dengan cara bunuh diri yang dilakukannya. Semua tindakan yang
berbeda-beda. dilakukannya tersebut diperoleh
(1) Data 1 dengan kesadaran praktis. Meskipun
Korban ijime melakukan bunuh siswi tersebut tidak mengetahui
diri dengan cara melompat dari atas dengan pasti alasan mengapa teman-
atap apartemen. Peristiwa ini terjadi temannya menjauhi dirinya. Sebelum
pada tanggal 10 Oktober 1992 melakukan tindakan bunuh diri siswi
seorang siswi kelas 3 SMP di tersebut meninggalkan surat yang
Fukuoka. Korban ijime pada data 1 ini berisi tentang permintaan maaf
meninggalkan sebuah surat (suicide kepada seluruh teman-temannya.
note) sebelum bunuh diri yang berisi:
92
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
Pada analisis data 1 ini, terdapat Pada surat bunuh diri (suicide
konsep moral keterikatan kelompok note) ini tidak terdapat motif atau
dan konsep moral otonomi. Siswi tujuan yang berhubungan dengan
tersebut merasa dirinya sudah tidak penjelasan tentang alasan mengapa
berguna lagi bagi teman dia melakukan bunuh diri. Akan
sekelompoknya tanpa dia mengetahui tetapi, para guru menjelaskan bahwa
dengan jelas apa penyebabnya, pada akhir semester bulan Oktober,
sehingga ia mengambil tindakan siswa tersebut kelihatan konsentrasi
bunuh diri untuk mengakhiri tindakan penuh untuk meluluskan mata
ijime yang telah dialaminya. pelajaran olahraga. Pada bulan
Keputusan untuk melakukan bunuh Oktober ini, tepatnya tanggal 6
diri inilah yang kita sebut sebagai seorang siswa dari kelas yang sama
konsep moral otonomi. mengelilingi dirinya sambil berteriak
dengan keras dan mengatakan gomen
(2) Data 2 ‘maaf’ dan menangis. Kepala sekolah
Korban ijime melakukan bunuh pada waktu diwawancarai media
diri dengan cara melompat dari atas menceritakan tentang dua peristiwa,
sekolahnya. Peristiwa ini terjadi pada yaitu memberikan bimbingan sebagai
tanggal 3 Februari. seorang siswa langkah untuk mengetahui gejala
kelas 1 SMP yang berumur 12 tahun ijime dan memikirkan pembentukan
telah melakukan bunuh diri dengan solusi dan lain-lain serta melakukan
cara terjun dari lantai atas sekolahnya. pembuktian kebenaran (Tetsunari,
Di atas meja belajar kamarnya 2007:8).
terdapat surat yang ditulis oleh siswa Dari kasus tersebut di atas
tersebut yang ditujukan untuk kedua diketahui bahwa terdapat beberapa
orang tuanya, yang berisi: alasan yang menyebabkan siswi
“Watashi wa jisatsushimasu. tersebut melakukan tindakan bunuh
Sayounara.”
‘Saya melakukan bunuh diri diri dan menunjukkan adanya
dan selamat tinggal.’ hubungan dualitas struktur. Pertama,
(Tetsunari, 2007:8)
setiap tindakan akan menyumbang
bagi reproduksi struktur dan kedua
93
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
94
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
95
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
96
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
1,1 juta yen. Dalam catatan tersebut perbuat dan alasan kenapa mereka
dia menjelaskan bahwa dia hampir berbuat serta kemampuan yang telah
tenggelam di sungai. Kiyoteru mereka miliki tersebut diperoleh
merupakan seorang “tsukaippa” yaitu, dengan kesadaran praktis. Data 5
orang suruhan bagi para anggota termasuk ke dalam jenis bunuh diri
kelompok yang mempunyai anomik dengan cara gantung diri,
kekuasaan (Yoneyama, 1999:158- karena pada jenis bunuh diri ini
159). menunjukkan adanya keberadaan
Pada kasus di atas terdapat yang disebabkan oleh kekurangan
hubungan dialektik antara struktur pengaturan aktivitas manusia dan
dan tindakan. Artinya, korban mempunyai akibat.
mengalami perbuatan ijime dengan
bentuk pemerasan yang dilakukan 3. Ijime yang Berakibat pada
oleh teman sekelasnya sebesar 1,1 Tindakan Bunuh Diri Anomik
juta yen. Pada kasus data 5, si korban dan Bunuh Diri Egoistik
meninggalkan surat yang berisi (6) Data 6
tentang bagaimana teman-temannya Data ini merupakan jenis bunuh
mem-bully dirinya serta menyebutkan diri ijime online yang termasuk ke
nama-nama teman yang telah berbuat dalam bunuh diri anomik dan bunuh
ijime terhadap dirinya. Selain itu, si diri egoistik dengan cara gantung diri
korban juga membuat sebuah (Tetsunari, 2007:8). Pada akhir bulan
rekaman pengakuan yang ditujukan Oktober tahun 2006 di kota Saitama
untuk ibunya. Pada kasus ini juga, seorang anak perempuan melakukan
selain siswa tersebut mengalami bunuh diri setelah menjadi korban
tindakan ijime pemerasan, dia juga dari ijime online yang dilakukan oleh
menjadi orang suruhan bagi teman sekelasnya melalui internet.
kelompok yang memiliki kekuasaan. Korban meninggalkan surat yang
Dari pernyataan ini, dapat kita mengatakan bahwa dia ingin
ketahui bahwa si korban melakukan membalas dendam terhadap teman
tindakan bunuh diri karena memiliki sekelasnya yang telah mem-posting
pengetahuan tentang apa yang mereka pesan yang menghinanya di tempat
97
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
98
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
99
AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101
100
Yenny Aristia Nasution, Fenomena Kasus Bunuh Diri...
101