Discounted Cash
Flow
Discounted Cash Flow (DCF), disebut juga arus kas yang didiskon, adalah
metode analisis yang digunakan untuk menilai bisnis. Metode ini
memperkirakan pendapatan yang akan dihasilkan perusahaan dengan
menghitung arus kas bebas dan net present value dari arus kas bebas.
Dengan kata lain, arus kas yang didiskon memberi tahu investor berapa nilai
bisnis pada waktu tertentu berdasarkan semua uang tunai yang dapat
disediakan untuk investor di masa depan.
Mengapa Menghitung Discounted
Cash Flow?
Salah satu alasan utama untuk menghitung arus kas yang didiskontokan dari
suatu bisnis adalah untuk dapat menentukan nilainya. Sebagian besar investor
dan analis keuangan menggunakan metode DCF saat meningkatkan modal
atau untuk menegosiasikan merger atau pengambilalihan.
Dalam bisnis, metode DCF juga memberikan indikator untuk membuat
keputusan mengenai investasi tertentu (peluncuran produk baru, pembelian unit
produksi baru, dll.). Ini juga memungkinkan dua atau lebih peluang untuk
dibandingkan berdasarkan potensi pengembalian investasi.
Dengan menghitung arus kas yang didiskontokan dari suatu bisnis, seorang
direktur atau investor akan memiliki gambaran yang akurat tentang nilai saham.
Oleh karena itu, metode DFC memiliki keuntungan dengan
memperhitungkan profitabilitas masa depan perusahaan sekarang, dan
menawarkan pandangan yang lebih baik tentang prospeknya .
Satu keuntungan terakhir adalah bahwa analisis DFC mengoreksi efek dari
penilaian yang berlebihan atau kurang dari suatu sektor atau pasar dengan
hanya memprediksi nilai intrinsik yang paling akurat.
Tingkat diskonto ini sesuai dengan biaya modal rata-rata tertimbang, yang
bergantung pada profitabilitas yang dibutuhkan oleh penyedia modal untuk
membiayai bisnis, baik itu pembiayaan utang atau ekuitas.
Tingkat Diskonto = cost des equity capital X (equity capital / (financial
debts + equity capital)) + cost of debt X (1 – tarif pajak penghasilan
badan) X (financial debts / (financial debts + equity capital))
Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan prakiraan antara empat dan
sepuluh tahun. Untuk perkiraan lima tahun misalnya, ambil arus kas aktual
perusahaan Anda untuk lima tahun ke depan, dan arus kas “stabil” untuk tahun
keenam dan seterusnya.
Perhatikan bahwa: nilai terminal sesuai dengan nilai aset ekonomi yang
diperkirakan pada tahun terakhir dari rencana bisnis. Untuk menghitung nilai
diskonto, bisa menggunakan rumus Gordon dan Shapiro:
TV = CF / (WACC – g)
Berdasarkan angka yang diberikan oleh tim keuangan perusahaan Anda, ini
menghasilkan arus kas bebas Rp. 400.000.000/tahun dan memiliki tingkat
konstan 5% setiap tahun.
Untuk menghitung arus kas, mulailah dengan mengalikan arus kas bebas
dengan tingkat konstan: 400.000.000 x 0,05 = Rp. 20.000.000. Kemudian
tambahkan Rp. 20.000.000 ini ke Rp. 400.000.000 awal Anda, setara dengan
arus kas Anda untuk tahun berikutnya: 20.000.000 + 400.000.000 = Rp.
420.000.000.
Peritungan arus kas untuk tahun ketiga adalah: (420.000.000 x 0,05) +
420.000.000 = Rp. 21.000.000 + Rp. 420.000.000 = Rp. 441.000.000
Katakanlah tingkat diskonto Anda adalah 15% per tahun (tercatat r dalam
rumus DCF). Ini memberi kita perhitungan:
DCF = (400.000.000 / (1+0.15)^1) + (420.000.000 / (1+0.15)^2) +
(441.000.000 / (1+0.15)^3)
DCF = 347.826.000 + 317.580.000 + 289.965.000
DCF = Rp. 955.371.000
Tingkat Pertumbuhan
Pertanyaan kedua menyangkut tingkat pertumbuhan domestik bruto (PDB) di
negara atau wilayah geografis yang bersangkutan. Karena dihitung dengan
jumlah semua nilai tambah pelaku pasar, PDB karenanya mengintegrasikan
pertumbuhan perusahaan Anda. Oleh karena itu, dalam jangka panjang,
perusahaan Anda harus tumbuh secara logis pada tingkat yang sama dengan
PDB.
Argumen ini dapat dilawan dengan menunjukkan perbedaan antara sektor dan
bidang kegiatan. Perusahaan baru di sektor digital tidak memiliki tujuan
pertumbuhan yang sama dengan bisnis dalam ekspor dan impor. Selain
memasukkan perkiraan pertumbuhan Anda, Anda perlu mencari tahu tentang
prospek sektor aktivitas Anda.
Kekurangan Metode DCF
Meskipun model arus kas yang didiskon dapat menjadi alat yang sangat
berguna untuk menilai bisnis, model ini juga memiliki beberapa batasan yang
perlu dipertimbangkan:
Model Ini Sangat Sensitif terhadap Asumsi. Sekarang, memprediksi masa depan
seringkali rumit, terutama di masa yang sangat tidak stabil seperti yang telah
ditunjukkan oleh krisis kesehatan. Oleh karena itu, membuat asumsi tidak
mengarah pada perkiraan yang akurat.
Banyak faktor eksternal yang dikecualikan dari formula arus kas yang
didiskontokan. Seperti persaingan atau perkembangan pasar, analis merasa
sulit untuk memprediksi dan mengintegrasikan faktor-faktor ini yang dapat
memiliki dampak yang cukup besar pada bisnis.
Perhitungan yang relatif rumit dari formula awal untuk menghitung DCF (arus
kas bebas, tingkat diskonto, nilai terminal) mungkin hanya mencerminkan
sebagian hasil yang akurat. Meskipun sangat berguna dan digunakan secara
luas, metode arus kas yang didiskontokan dapat digabungkan dengan analisis
akuntansi dan keuangan lainnya untuk mendapatkan indikasi yang paling
akurat.
Kesimpulan
Demikian pembahasan mengenai discounted cash flow yang perlu Anda ketahui.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa discounted cash
flow merupakan metrik perhitungan yang digunakan untuk memperkirakan
jumlah kas perusahaan di masa mendatang.
Perhitungan ini sangat berguna untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan
untuk melakukan investasi. Dengan begitu, perusahaan dapat memaksimalkan
perolehan keuntungan yang diinginkan.