Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

PRAKTEK KEMAHIRAN HUKUM

PROSEDUR ALIH SETATUS ITK KE ITAS PENANAM MODAL ASING

OLEH:

I WAYAN EGIARTA PRAMUDANA

NPM: 1910121351

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2022
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KEMAHIRAN HUKUM

Laporan Yang Berjudul : Laporan Akhir Praktek Kemahiran Hukum

Mekanisme Barang Masuk Di Rumah Penyimpanan

Benda Sitaan Negara Kelas I Denpasar

Disusun Oleh : I Wayan Egiarta Pramudana

NPM : 1910121351

Program Studi : Ilmu Hukum

Denpasar, Agustus 2022

Menyetujui,

Pembimbing,

Ketut Adi Wirawan, SH.,MH.


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi

Wasa, karena berkat rahmat-Nya Laporan Akhir Praktek Kemahiran Hukum

Mekanisme Barang Masuk Di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas I

Denpasar ini dapat disusun sebagaimana mestinya.

Adapun tujuan penulisan dari laporan akhir ini adalah untuk memenuhi tugas

akhir Praktik Kemahiran Hukum di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

(RUPBASAN) Kelas I Denpasar. Selain itu, tugas akhir ini juga bertujuan untuk

mengetahui tentang tugas dan fungsi yang ada di RUPBASAN bagi pembaca dan

penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempuranaan mengingat

keterbatasan pengalaman dan kemmpuan dalam Menyusun laporan ini.


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kemahiran Hukum (PKH) merupakan usaha pembelajaran/Pendidikan

dan kegiatan pengabdian mahasiswa di bidang hukum untuk mengetahui, mendalami,

praktek hukum pada institusi hukum. Dengan mengikuti Praktek Kemahiran Hukum

diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa

dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Selain untuk

memenuhi kewajiban Akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi

penghubung antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. PKH diselenggarakan

secara sistematis dan terjadwal di bawah bimbingan dosen pembimbing yang

memenuhi syarat. PKH merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh

mahasiswa untuk mengikuti kegiatan akhir perkuliahan jenjang Strata 1 (S1) dan

Diploma III (D3).

Mencermati visi misi Program Ilmu Hukum, Program Studi llmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Warmadewa terus berupaya merancang kegiatan dalam

bentuk Praktek Kemahiran Hukum (PKH) yang lebih mengarah. pada

profesionalisme. Diadakannya kegiatan PKH adalah sebagai upaya meningkatkan

mutu sumber daya manusia pada penguasaan ilmu hukum dan praktik untuk

memecahkan masalah hukum yang dihadapi guna memperdalam pengertian dan

penghayatan terhadap ilmu hukum. Disamping itu, dengan adanya kemampuan

akademik dan profesional yang dimiliki mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Warmadewa diharapkan akan mampu bersaing dalam era global.

Alasan dilaksanakannya PKH di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

di Rumah Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I Denpasar yaitu praktikan ingin
mendapatkan pengalaman di dunia kerja. Selain itu Mahasiswa praktek ingin

menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu hukum khususnya ilmu

hukum pada situasi kerja yang sebenarnya dan membandingkannya antara ilmu yang

diperoleh di perkuliahan secara teori maupun praktek selama PKH. Selanjutnya

Mahasiswa ingin mengetahui kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh di Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia, di Rumah Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I

Denpasar serta dapat menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama di

perkuliahan.

1.2 Tujuan Dilaksanakannya PKH

Praktek Kemahiran Hukum (PKH) dilaksanakan Mahasiswa selama 1 Bulan terhitung

dari tanggal 25 Juli 2022 - 25 Agustus 2022 di di Kantor Wilayah Kementrian Hukum

dan Hak Asasi Manusia, di Rumah Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I Denpasar

dan bertujuan untuk, sebagai berikut :

a. Mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar berharga melalui pengabdian yang

langsung pada institusi hukum yang terkait.

b. Mahasiswa dapat belajar memecahkan masalah hukum dalam praktek berdasarkan

pada kerangka hukum yang didapatkan selama perkuliahan.

c. Menghasilkan Sarjana Hukum yang lebih memahami/mengerti dan mendalami

hukum dalam prakteknya

d. Untuk mendapatkan umpan balik dari institusi hukum tempat mahasiswa berPKH

guna menyelaraskan kebijakan akademis pengelolaan Fakultas Hukum dengan

kebutuhan masyarakat.

1.3 Manfaat Dilaksanakannya PKH :

Adapun manfaat pelaksanaan kegiatan Praktek Kemahiran Hukum yaitu :


a. Dengan mengikuti PKH mahasiswa dapat meningkatkan kemahiran dan

keterampilan hukum sehingga menjadi insanyang mampu memecahkan masalah

yang dihadapi

b. Memperdalam pengertian dan penghayatan terhadap ilmu Hukum.

c. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap tingkat kesulitan

pemecahan masalah-masalah/ kasus yang ada.

d. Mendewasakan cara berpikir serta meningkatkan daya nalar mahasiswa dalam

menghadapi kasus-kasus dalam masyarakat.

e. Memberikan pengalaman kerja dan bekerja sebagai insan hukum sehingga

terbentuk sikap dan rasa cinta serta dapat menerapkannya dalam kehidupan

bermasyarakat

1.4 Tempat Praktek Kemahiran Hukum

PKH dilaksanakan di instansi di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, di Rumah

Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I Denpasar yang beralamat di Jl. Ratna No.19,

Sumerta Kauh, Kec. Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali 80236 dapat dilihat pada

Gambar 1.1
Gambar 1.1 di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, di Rumah

Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I (Sumber : Gedung Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia, di Rumah Penyimpanan Benda Siaan Negara

Kelas I )

1.5 Jadwal Pelaksanaan PKH

Pelaksanakaan PKH pada intansi di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, di

Rumah Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I Denpasar dilaksanakan selama 1 bulan.

Mulai dari tanggal 25 Juli 2022 sampai dengan 25 Agustus 2022. Jam kerja yang

dilaksanakan pada intansi di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, di Rumah

Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I Denpasar dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Jadwal jam kerja pada di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, di

Rumah Penyimpanan Benda Siaan Negara Kelas I Denpasar :

NO Hari Jam Kerja Jam Istirahat

1 Senin 07.30 – 16.00 12.00 – 13.00

2 Selasa 07.30 – 16.00 12.00 – 13.00

3 Rabu 07.30 – 16.00 12.00 – 13.00

4 Kamis 07.30 – 16.00 12.00 – 13.00

5 Jumat 07.30 – 16.30 12.00 – 13.00


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Barang Masuk Di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas

I Denpasar

Mekanisme pada dasarnya sebuah kata serapan yang berasal dari Bahasa

Yunani yaitu kata “Mechane” yang artinya sebuah instrument, perangkat, bahan dan

peralatan. Dan kata “Merchos” yang artinya sebuah metode, sarana dan teknis untuk

menjalankan suatu fungsi.

Indonesia telah memiliki UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

KUHAP. Ini merupakan kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam arti meliputi

seluruh proses pidana dari awal penyidikan sampai pada kasasi di Mahkamah Agung,

bahkan sampai meliputi Peninjauan Kembali(Herziening) dan pelaksanaan putusan.

Dalam melaksanakan peranannya sebagai Hukum Acara, maka KUHAP mengatur

adanya upaya-upaya paksa dalam penyidikan yaitu penangkapan, penahanan,

penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan surat.Berkaitan dengan penyitaan, yang

menurut Pasal 1 butir 16 dinyatakan :“Penyitaan adalah serangkaian tindakanpenyidik

untuk mengambil alih danatau menyimpan dibawahpenguasaannya benda

bergerak atautidak bergerak, berwujud atau tidakberwujud untuk

kepentinganpembuktian dalam penyidikan,dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan

Negara”.penuntutan, dan peradilan”

Berkaitan lagi dengan penyitaan maka benda yang dapat disita antara lain :

1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau

sebagian diperoleh dari tindak pidana atau sebagian hasil dari tindak

pidana;

2. Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan tindak

pidana atau mempersiapkannya;


3. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak

pidana;

4. Yang dibuat khusus untuk melakukan tindak pidana;

5. Dan benda lain yang berhubungan langsung dengan tindak pidana yang

dilakukan

Benda yang telah disita tersebut dikategorikan sebagai alat bukti dan berfungsi

dalam proses pemeriksaan suatu perkara pidana, sehingga dalamproses

mendapatkan alat bukti dan menyitanya serta menempatkan barang sitaan

tersebut diperlukan suatu tempat yang merupakan pusat penyimpanan segala

macam barang sitaan. Mengenai tempat penyimpanan benda sitaan negara

sebagai barang bukti di dalam perkara pidana, di dalam Kitab UndangUndang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) terdapat dalam Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2).

RUPBASAN sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia merupakan

wahana yang penting dalam penegakan hukum. Hal ini tidak lepas dari peran

penting Rupbasan dalam menunjang proses peradilan yang sederhana, cepat, dan

dengan biaya yang ringan. Sebab pengelolaan benda sitaan sangat terkait

dengan kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang

pengadilan.Pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan negara di

RUPBASAN telah diatur dalam Peraturan Menteri Kehakiman Republik

Indonesia Nomor : M.05.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Pengelolaan Benda

Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda

Sitaan Negara, dimana sebagai pedoman pelaksanaannya telah diatur dalam

Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : E2.UM.01.06 Tahun

1986 tanggal 17 Februari 1986 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk

Teknis Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara di


Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, yang telah disempurnakan dengan

Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : E1.35.PK.03.10 Tahun

2002 tanggal 7 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis

Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara di Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara.Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor :

M.05.UM.01.06 Tahun 1986 ditetapkan dengan pertimbangan adanya keperluan

untuk mengatur secara jelas mengenai pengelolaan benda sitaan negara. Adapun

ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini adalah sebagai berikut

1. Penempatan, Penerimaan dan Pendaftaran;

2. Pemeliharaan dan Pengamanan;

3. Pengeluaran dan Pemusnahan.

Sedangkan menurut Jenderal Pemasyarakatan pada tahun 2002 disebutkan bahwa

pokok-pokok pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di

RUPBASAN mencakup :

1. Penerimaan;

2. Penelitian dan Penilaian;

3. Pendaftaran;

4. Penyimpanan;

5. Pemeliharaan;

6. Pemutasian;

7. Pengeluaran/Penghapusan;

8. Penyelamatan dan Pengamanan;

9. Pelaporan.
Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : E1.35.

PK.03.10 Tahun 2002, selain memuat tentang petunjuk pelaksanaan juga

memuat petunjuk teknis pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan

negara, disebutkan bahwa tujuan dari petunjuk teknis ini adalah agarpengelolaan

benda sitaan dan barang rampasan negara diseluruh unit RUPBASAN

dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dengan ruang lingkup yang ada pada petunjuk teknis ini adalah meliputi :

1. Penerimaan;

2. Penelitian dan Penilaian;

3. Pendaftaran;

4. Penyimpanan;

5. Pemeliharaan;.

6. Pemutasian;

7. Pengeluaran/Penghapusan, Pemusnahan;

RUPBASAN Kelas I Denpasar menerapkan prosedur/mekanisme penyimpanan

benda sitaan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Departemen Kehakiman RI Nomor : E1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan Negara

dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

Dengan adanya ketentuan-ketentuan yang jelas mengenai pelaksanaan

pengelolaan benda sitaan negara, diharapkan instansi terkait mau melaksanakan

penyimpanan benda sitaan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Karena selama ini

masih saja instansi hukum terkait tidak melaksanakan penyimpanan benda sitaan

sesuai dengan prosedur.


Mekaniseme barag masuk di RUPBASAN pada gambar (2.1.1) :

Gambar 2.1.1 Mekanisme Masuknya Barang di RUPBASAN , Sumber : Buku Profil


RUPBASAN Kelas 1 Denpasar

Berdasarkan : Peraturan Menteri Kehakiman Repubik Indonesia Nomor :

M.05.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Pengolaam Benda Sitaan Negara dan Barang

Rampasan Negeri di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara;


Aturan Hukum

2.2

o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

KUHAP

o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Permasyarakatan,

o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang

HAM,

o Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

KUHAP,

o Peraturan Menteri Kehakiman R.I. Nomor : M.05.UM.01.06 tahun 1983

tanggal 16 Desember 1983 tentang Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan

Barang Rampasan Negara di Rupbasan,

o Keputusan menteri Kehakiman R.I. Nomor : M.04.PR.076.03 tahun 1985

tanggal 20 September 1985 tentang Organiasai dan Tata Kerja Rutan

dan Rupbasan,

o Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan Nomor. E.2.UM.01.06.86 tanggal 17 Februari 1986

tentang Pengelolaan Benda sitaan dan Barang Rampasan Negara di

Rupbasan,

o Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor : E.

1.35.PK.03.10 tahun 2002 tentang Juklak dan Juknis Benda Sitaan dan

Barang Rampasan Negara di Rupbasan,

o Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan


o Kementerian Hukum dan HAM R.I. Nomor : PAS-140.PK.02.01 Tahun

2015 tentang petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan

Barang Rampasan Negara di Rupbasan,

o Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I. Nomor 16 Tahun 2014 tentang

Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang Tata Cara Pengelolaan

Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara pada Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

2.3 Penjelasan Hukum

o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

KUHAP :

Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) :

a. ayat (1) pasal ini memuat ketentuan bahwa benda sitaan harus disimpan

dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara. Dari ketentuan pasal

inilah dikenal nama lembaga baru “RUPBASAN” yang merupakan

singkatan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

b. ayat (2) pasal ini memuat ide dasar bagaimana cara menyimpan, pejabat

mana yang bertanggung jawab secara yuridis. Ayat ini juga memuat

larangan pemakaian / penggunaan benda sitaan secara tidak sah.

Pasal 45 terdiri dari ayat (1) sampai dengan ayat (4), memuat ketentan yang

berupa perlunya tindakan tertentu jika karena sesuatu hal benda sitaan tidak

mngkin disimpan di RUPBASAN, maka benda sitaan dapat dilelang, uang

hasil penjual lelang dijadikan sebagai barang bukti. Namun benda sitaan

tersebut harus disisakan sebagian kecil untuk keperluan pembuktian.

Pasal 46 terdiri atas dua ayat, yaitu: ayat (1) mengatur pengembalian benda

sitaan sebelum adanya keputusan Pengadilan. Sedangkan ayat (2)


menunjukan aturan pengembalian benda sitaan setelah adanya keputusan

Pengadilan.

o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang


Permasyarakatan, :
Bahwa sistem pemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam bahwa perlakuan

terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkansistem kepenjaraan tidak

sesuai dengan sistem pemasyarakatanberdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan,

merupakan rangkaian penegakan hukum yang bertujuan agar Warga Binaan

Pemasyarakatan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara

wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab;

o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang

HAM :

o jj

2.4 gg

Anda mungkin juga menyukai