Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA DI NEGARA REPUBLIK


INDONESIA
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPUN: H.ACHMAD HOZAINI, SH., MM.

Nama: Anton Ardian Firmansyah

NIM:2183207010

PROGAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA

STKIP PGRI PACITAN

P a g e 1 | 19
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang Hak-Hak Asasi Manusia di Negara Republik
Indonesia. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat
menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki
akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya
kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon
maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan
oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama.

P a g e 2 | 19
DAFTAR ISI

Daftar isi............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

Latar Belakang ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)..........................................................................

Macam-macam Hak Asasi Manusia(HAM)…………………………………………..

Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM).................................................................................

Sejarah HAM di Dunia.......................................................................................................

Sejarah HAM di Indonesia .............................................................................................

Sejarah Penegakan HAM di Indonesia Pasca Kemerdekaan.........................................

Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia ...............................................................

Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Perundang-Undangan Indonesia.............................

Undang-Undang yang Mengatur HAM di Indonesia .....................................................

Undang-undang yang melindungi korban kejahatan HAM………….………………….

Pelangaran HAM dan Peradilan HAM..............................................................................

Contoh Pelanggaran HAM di Indonesia .........................................................................

BAB III PENUTUP ................................................................................................................

Kesimpulan........................................................................................................................

Saran .............................................................................................................................
P a g e 3 | 19
Daftar Pustaka............................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas
terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan
hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai
kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.Hak
asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang
bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh
manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau
pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi
manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya
berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini
dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga
digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.

P a g e 4 | 19
BAB 2
PEMBAHASAN

PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts dalam bahasa prsncis droits
de i’homme jadi Hak asasi manusia adalah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak melekat pada dirinya karna ia adalah seorang manusia Hak asai
manusia berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal.
HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan
dan saling bergantung.

Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut
‘’dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Sementara itu,
mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia
merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang
menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat
yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali dan
menyatakan bahwa hak asasi manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan
membicarakan konsep tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia
sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya
harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu
masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan pecahnya perang pun belum mencukupi
syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex specialis.
Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan apapun,
seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.

PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) MENURUT PARA AHLI

hak asasi manusia sudh memiliki cabang ilmu sendiri untuk mempelajarinya. Untuk itu ada
beberapa pengertian hak asasi manusia dari para ahli yang mengemukakan cabang ilmu
tentang hak asasi manusia.

P a g e 5 | 19
• HAM menurut Jhon Locke Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan Tuhan
kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan di dunia ini
yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang mendasar dan suci.

• HAM Menurut Jan Materson Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB.
Menurutnya HAM adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia
mustahil hidup sebagai manusia.

• HAM menurut miriam budiarjo HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir
didunia. Hak itu sifatnya universal,karna hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik itu ras,
jenis kelamin, suku dan agama.

• HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto HAM adalah suatu hak yang bersipat
mendasar. Hak yang dimiliki manusia sesuai dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak bisa
dipisahkan.

• HAM menurut undang-undang nomer 39 tahun 1999 HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada diri manusia sebagai ciptaan tuhan yang maha esa. Hak tersebut merupakan
anugrah yang wajib dilindungi dan dihargai oleh setiap manusia. Kesimpulan dari berbagai
pengertian HM diatas adalah suatu kebutuhan mendasar yang harus dimiliki oleh manusia
sejak dirinya dalam kandungan.

MACAM-MACAM HAK ASASI MANUSIA (HAM)

• Hak Asai Pribadi (Personal Human Rights) Hak ini merupakan hak yang berhubungan
dengan kehidupan pribadi setiap orang. Contoh dari personal human rights ini adalah
kebebasan untuk menyampaikan pendapat ,kebebasan untuk berpergian, bergerak , berpindah
keberbagai tempat dan lain sebagainya.

• Hak Asasi Politik (Politic Rights) Ini merupkan hak asasi dalam kehidupan politik
seseorang . contohnya hak dipilih dan memilih ,hak dalam keikutsertaan kegiatan pemerintah,
hak dalam membuat petisi dan sebagainya.

• Hak Asasi Ekonomi (property rights) Hak ini menyangkut hak individu dalam hal
perekonomian. Contohnya kebebasan dalam hal jual-beli,perjanjian kontrak,penyelenggaraan
sewa-menyewa,memiliki sesuatu dan memiliki pekerjaan yang pantas.

P a g e 6 | 19
• Hak Asasi Peradialan (procedural rights) Hak dalam memperoleh perlakuan sama dalam
tata cara pengadilan. Contonya adalah hak untuk mendapatkan pembelaan hukum,hak untuk
mendapatkan perlakuan pemeriksaan,penyidikan,penangkapan,penggeledahan dan
penyidikan antar muka.

• Hak Asasi Sosial Budaya Hak terkait dalam kehidupan masyarakat. Contonya adalah hak
untuk menentukan,memilih,dan melakukan pendidikan.hak untuk pengajaran untuk
mendapatkan budaya sesuai dengan bakat dan minat.

• Hak Asasi Hukum (legal equality rights) Hak untuk mendapatkan kependudukan yang sama
dalam hal hukum dan pemerintahan. Contohnya adalah mendapatkan perlakuan yang sama
dalam bidang hukum dan pemerintahan,menjadi pegawai sipil,perlindungan dan pelayaan
hukum.

SEJARAH HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Sejarah HAM dimulai pada saat berakhirnya Perang Dunia II. Negara-negara penjajah
berusaha menghapuskan segi-segi kebobrokan dari penjajahan, sehingga pemikir-pemikir
barat mencetuskan konsep "Declaration of Human Rights" (DUHAM) pada tahun 1948.
Semula konsep HAM ini secara sukarela dijual ke semua negara yang sedang berkembang
atau Negara bekas jajahan namun tidak banyak mendapat respon. Banyak Negara tidak
bersedia menandatangani "Declaration of Human Rights".

Hak Asasi Manusia dilahirkan oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin Eleanor Roosevelt,
dan pada 10 Desember 1948 secara resmi diterima oleh PBB sebagai ―Universal Declaration
of Human Rights‖. Universal Declaration of Human Rights (1948) memuat tiga puluh pasal,
menjelaskan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan yang fundamental yang
harus dinikmati oleh manusia di dunia ini. Hal itu sesuai dengan pasal 1 piagam PBB,
menegaskan salah satu tujuan PBB adalah untuk mencapai kerjasama internasional dalam
mewujudkan dan mendorong penghargaan atas hak-hak asasi manusia dan kemerdekaan yang
mendasari bagi semua orang, tanpa membedakan suku bangsa, kelamin, bahasa maupun
agama.

Pada awalnya deklarasi ini hanya mengikat secara formal dan moral anggota PBB, tetapi
sejak tahun 1957 dilengkapi 3 (tiga) perjanjian :

1. International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights

P a g e 7 | 19
2. International Covenant em civil and political rights

3. Optional Protocol to the International covenant on civil and Political Rights

Ketiga dokumen tersebut diterima Sidang Umum PBB 16 Desember 1966, dan kepada
anggota PBB diberi kesempatan untuk meratifikasinya. Setiap Negara yang meratifikasi
dokumen tersebut, berarti terikat dengan ketentuan dokumen tersebut. Kovenan tersebut
bertujuan memberi perlindungan atas hak-hak (rights) dan kebebasan (freedom) pribadi
manusia.

Setiap Negara yang meratifikasi kovenan tersebut, menghormati dan menjamin semua
individu di wilayah kekuasaannya, dan mengakui kekuasaan pengadilan hak-hak yang diakui
dalam kovenan tersebut, tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pendapat politik, asal-usul kebangsaan atau social, harta milik, kelahiran atau status lainnya.
Meskipun telah disepakati secara aklamasi oleh sejumlah anggota PBB, baru 10 tahun
kemudian perjanjian itu dapat diberlakukan. Ini disebabkan pada tahun 1976, baru 35 negara
bersedia meratifikasi. Bahkan tidak berbeda dengan Indonesia, Negara yang merasa dirinya
sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia seperti USA dan Inggris hingga awal dekade
1990-an belum meratifikasi kedua kovenan tersebut.

SEJARAH HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI INDONESIA

Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sakral, diperjuangkan sepenuh jiwa, serta sangat
sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.Indonesia telah ikut bersama negara lain
untuk memperjuangkan HAM, memasukan rasa kemanusian dalam perundangan, sebab hal
tersebut merupakan fundamental.Pancasila sebgai dasar negara Indonesia sepenuhnya
mendukung dan menjungjung tinggi penegakan Hak Asasi Manusia. Diawal kemerdekaan
Indonesia, tokoh seperti Mochammad Hatta merupakan orang yang paling vocal dalam
menyuarakan HAM.Indonesia dalam memperjuangkan haknya sebagai bangsa harus
melewati beberapa fase, seperti halnya pembentukan organisasi. Organisasi yang didirikan
tersebut mewadahi banyak orang dimana untuk merasa sadar bersama – sama memiliki hak –
hak yang harus diperjuangkan dan dicapai.

Organisasi – oraganisasi yang dibangun memperjuangkan hak – hak masyarakat dengan cara
berbeda, namum pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama untuk menghapuskan
kolonialisme di tanah Indonesia. Sehingga dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat
menjadi manusia yang seutuhnya karena hak kemanusiaannya terpenuhi.Sebagai contoh,
P a g e 8 | 19
Budi Oetomo memperjuangkan hak masyarakat dan kemanusian lewat petisi – petisi dan
surat yang disampaikan kepada kolonial belanda waktu itu. Kemudian ada Sarekat Islam
yang berusa memperjuangkan hak – hak kemanusiaan dan menghilangkan diskriminasi
secara rasial.

PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA

1. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )


Boedi Oetomo
Dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah memperlihatkan
adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi yang
dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar
goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Perhimpunan Indonesia
Lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib diri sendiri.
Sarekat Islam
Menekankan pada usaha – usaha untuk memperoleh penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial.
Partai Komunis Indonesia
Sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih condong pada hak – hak
yang bersifat social dan menyentuh isu – isu yang berkenan dengan alat produksi.
Indische Partij
Pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan
serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
Partai Nasional Indonesia
Mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.
Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia
Menekankan pada hak politik yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk
menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka
hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara. Pemikiran HAM
sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno
dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada
pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan

P a g e 9 | 19
dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat,
hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.
2. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )
Periode 1945 – 1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka,
hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak
kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di 7 parlemen. Pemikiran
HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan
dan masuk kedalam hukum dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45. Komitmen
terhadap HAM pada periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan
kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945.
Periode 1950 – 1959
Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan
periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini mendapatkan
momentum yang sangat membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi
semangat demokrasi liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat di
kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan bahwa pemikiran
dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami bulan madu kebebasan.
Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin
banyak tumbuh partai – partai politik dengan beragam ideologinya masing – masing.
Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul – betul menikmati
kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung
dalam suasana kebebasan, adil dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan
perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan
kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif
terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan 8 pemikiran tentang HAM mendapatkan
iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang
kebebasan.
Periode 1959 – 1966 Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah
system demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem
P a g e 10 | 19
demokrasi Parlementer. Pada system ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat
pada dan berada ditangan Presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin, Presiden
melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik maupun
dalam tataran infrastruktur politik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi
pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan hak politik.
Periode 1966 – 1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat
untuk menegakkan HAM.Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar
tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang
merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM,
pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada
pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan
perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna melindungi HAM.
Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS
melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam
piagam tentang hak – hak asasi Manusia 1 Bagir Manan, “Pemikiran dan pengaturan
hak asasi manusia di Indonesia”, Yayasan HAM, Demokrasi, dan Supremasi Hukum,
Jakarta, 2001. 9 dan hak – hak serta kewajiban warga Negara .
Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an
persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati,
dilindungi dan ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat defensive dan represif
yang dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap
defensive pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk
pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai –nilai luhur budaya bangsa yang
tercermin dalam Pancasila serta bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal
HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang terlebih dahulu
dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah
ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara –
negara barat untuk memojokkan pemerintah Indonesia pada saat itu. Negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia. meskipun dari pihak pemerintah persoalan
HAM ini seperti jalan di tempat bahkan mengalami kemunduran, pemikiran soal
HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat, yang
dimotori oleh LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) dan masyarakat akademisi
P a g e 11 | 19
yang fokus terhadap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat
melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran
HAM yang terjadi seperti kasus Tanjung Priok, kasus Kedung Ombo, kasus DOM di
Aceh, kasus di Irian Jaya, dan sebagainya.Upaya yang dilakukan oleh masyarakat
menjelang periode 1990- an tampak memperoleh hasil yang menggembirakan karena
terjadi pergeseran strategi pemerintahan dari represif dan defensive menjadi ke
strategi akomodatif 10 terhadap tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM.
Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah
dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan
KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk
memantau dan menyelidiki pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat,
pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal pelaksanaan HAM.
Periode 1998 – sekarang Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998
memberikan dampak yang sangat besar pada kemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan
pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan perlindungan HAM.
Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan
dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di
Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan
ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi
dari hukum dan instrument Internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap
status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap penentuan
telah ditetapkan beberapa peraturan perundang–undangan tentang HAM seperti
amandemen konstitusi Negara (Undang–undangDasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP
MPR ), Undang – undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang–
undangan lainnya

HAM DALAM PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA INDONESIA

Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat
aturan tentang HAM.Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara).Kedua, dalam ketetapan MPR
(TAP MPR).Ketiga, dalam Undang-undang.Keempat, dalam peraturan pelaksanaan

P a g e 12 | 19
perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan
pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena
perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di
Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen
dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya
memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang
masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan
peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami
perubahan.

UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR HAM DI INDONESIA

• Pasal 28 A mengatur tentang hak hidup.

• Pasal 28 B mengatur t entang hak berkeluarga.

• Pasal 28 C mengatur tentang hak memperoleh pendidikan.

• Pasal 28 D mengatur tentang kepastian hukum.

• Pasal 28 E mengatur tentang kebebasan beragama.

• Pasal 28 F mengatur tentang komunukasi dan informasi.

• Pasal 28 G tentang kesejahteraan dan jaminan social

UNDANG-UNDANG YANG MELINDUNGI KORBAN KEJAHATAN HAM

Perlindungan terhadap korban sebenarnya telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-
undangan nasional serta peraturan pemerintah. Dalam peraturan perundang-undangan
nasional, masalah tentang perlindungan korban juga diatur dalam :

Undang-undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-undang No.26
Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM, Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2002 Tentang
Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi terhadap korban pelanggaran HAM yang berat, serta
Undang-undang No.13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban. Sesuai dengan
yang di amanatkan dalam pasal 3 ayat (3) Undang-undang No.19 tahun 1999 tentang HAM
yang menegaskan tentang hak setiap orang untuk mendapatkan perlindungan hak asasi

P a g e 13 | 19
manusia dan kebebasan manusia tanpa diskriminasi.4 Dalam pasal 34 ayat (1) Undang-
undang No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia 15 menerangkan secara
jelas bahwa setiap korban dan saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat berhak
atas perlindungan fisik dan mental serta ancaman, gangguan, terror, dan kekerasan dari pihak
manapun

PELANGGARAN HAM DAN PENGADILAN HAM

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM
berat itu.

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota
kelompok,mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota
kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari
kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).

Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan,
perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan
atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas)
ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran
secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap
suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara

P a g e 14 | 19
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara
paksa, dan kejahatan apartheid.

Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan
aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).Karena itu penindakan terhadap
pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga
pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara.Penindakan terhadap pelanggaran
HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang
terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.Pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.

Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion), perlindungan


(protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM tidak saja dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu
warga negara.Artinya negara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya
tidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat
yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal.

CONTOH-CONTOH PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

1. Kasus tragedi partai komonis indonesia (pki) 1965-1966 Sejumlah jenderal dibunuh dalam
peristiwa 30 September 1965. Pemerintahan orde baru kemudian menuding Partai Komunis
Indonesia sebagai biang keroknya. Lalu pemerintahan saat itu membubarkan organisasi
tersebut, dan melakukan razia terhadap simpatisannya.Razia itu dikenal dengan operasi
pembersihan PKI. Komnas HAM memperkirakan 500.000 hingga 3 juta warga tewas
dibunuh saat itu. Ribuan lainnya diasingkan, dan jutaan orang lainnya harus hidup
dibawahbayang-bayang ‘cap PKI’ selama bertahun-tahun.Dalam peristiwa ini, Komnas HAM
balik menuding Komando Operasi Pemulihan Kemanan dan semua panglima militer daerah
yang menjabat saat itu sebagai pihak yang paling bertanggung-jawab.Saat ini, kasus ini masih
ditangani oleh Kejaksaan Agung. Namun penanganannya lamban. Tahun 2013 lalu,
Kejaksaan mengembalikan berkas ke Komnas HAM, dengan alasan data kurang lengkap.

2. Kasus penembakan misterius (Petrus) tahun 1982-1985 Penembakan misterius atau sering
disingkat Petrus alias operasi clurit adalah operasi rahasia yang digelar mantan Presiden
Soeharto dengan dalih mengatasi tingkat kejahatan yang begitu tinggi.Operasi ini secara

P a g e 15 | 19
umum meliputi operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap
mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat, khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah.
Pelakunya tak jelas, tak pernah tertangkap, dan tak pernah diadili.Hasil dari operasi clurit ini,
sebanyak 532 orang tewas pada tahun 1983. Dari jumlah itu, 367 orang antaranya tewas
akibat luka tembakan. Kemudian pada tahun 1984, tercatat 107 orang tewas, di an--taranya
15 orang tewas ditembak. Setahun kemudian, pada 1985, tercatat 74 orang tewas, 28 di an-
taranya tewas ditembak. 'Korban ‘Tembakan Misterius’ ini selalu ditemukan dalam kondisi
tangan dan lehernya te-ri-kat. Sebagian besar korban juga dimasukkan ke dalam karung yang
ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, atau dibuang ke sungai, la-ut, hutan, dan kebun.'

3. Tragedi Semanggi dan Kerusuhan Mei 1998 Pada 13-15 Mei 1998, terjadi kerusuhan
massif yang terjadi hampir di seluruh sudut tanah air. Puncaknya di Ibu Kota Jakarta.
Kerusuhan ini diawali oleh kondisi krisis finansial Asia yang makin memburuk. Serta dipicu
oleh tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tertembak dalam demonstrasi pada
12 Mei 1998.Dalam proses hukumnya, Kejaksaan Agung mengatakan, kasus ini bisa
ditindaklanjuti jika ada rekomendasi dari DPR ke Presiden. Karena belum ada rekomendasi,
maka Kejaksaan Agung mengembalikan berkas penyelidikan ke Komnas HAM.Namun
belakangan, Kejaksaan Agung beralasan kasus ini tidak dapat ditindaklanjuti karena DPR
sudah memutuskan, bahwa tidak ditemukan pelanggaran HAM berat.Dalih lainnya,
Kejaksaan Agung menganggap kasus penembakan Trisakti sudah diputus oleh Pengadilan
Militer pada 1999, sehingga tidak dapat diadili untuk kedua kalinya.

4. Kasus terbunuhnya aktivis HAM Munir Said Thalib Munir ditemukan meninggal di dalam
pesawat jurusan Jakarta-Amsterdam, pada 7 September 2004 . Saat itu ia berumur 38 tahun.
Munir adalah salah satu aktivis HAM paling vokal di Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah
Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial Saat
menjabat Dewan Kontras (Komite Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan),
namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada
masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar
dari Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia. Setelah Soeharto jatuh,
penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya
para anggota tim MawarNamun, hingga hari ini, kasus itu hanya mampu mengadili seorang
pilot maskapai Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly mendapat vonis hukuman 14
tahun penjara karena terbukti berperan sebagai pelaku yang meracuni Munir dalam

P a g e 16 | 19
penerbangan menuju Amsterdam. Namun banyak pihak yang meyakini, Polly bukan otak
pembunuhan.Belum juga selesai pengungkapan kasusnya, Polly malah dibebaskan bersyarat
sejak Jumat kemarin (28/11). 'Pada Juli 2004, Komnas HAM mengeluarkan laporan
penyelidikan Projusticia atas dugaan adanya kejahatan terhadap kemanusiaan di Wamena.
Kasus tersebut dilaporkan setelah 9 orang terbunuh.

5. Tragedi Wamena Berdarah pada 4 April 2003 Tragedi itu terjadi pada 4 April 2003 pukul
01.00 waktu Papua. Sekelompok massa tak dikenal membobol gudang senjata Markas Kodim
1702/Wamena. Penyerangan ini menewaskankan dua anggotaKodim, yaitu Lettu TNI AD
Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana (penjaga gudang senjata). Kelompok penyerang diduga
membawa lari sejumlah pucuk senjata dan amunisi.Dalam rangka pengejaran terhadap
pelaku, aparat TNI-Polri diduga telah melakukan penyisiran, penangkapan, penyiksaan,
perampasan secara paksa, sehingga menimbukan korban jiwa dan pengungsian penduduk
secara paksa.Pada pemindahan paksa ini, tercatat 42 orang meninggal dunia karena
kelaparan, serta 15 orang jadi korban perampasan. Komnas juga menemukan pemaksaan
penanda tanganan surat pernyataan, serta perusakan fasilitas umum.Proses hukum atas kasus
tersebut hingga saat ini buntu. Terjadi tarik ulur antar Komnas HAM dan Kejaksaan
Agung.Sementara para tersangka terus menikmati hidupnya, mendapat kehormatan sebagai
pahlawan, menerima kenaikan pangkat dan promosi jabatan tanpa tersentuh hukum.

P a g e 17 | 19
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN HAM

adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa
Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi oleh
HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam
tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan
Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI,
dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

B. SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.

P a g e 18 | 19
DAFTAR PUSTAKA

Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi


Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-
asasi-manusia

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusiahttps://international.sindonews.com/read/
1371410/45/kasus-pelanggaran-ham-besar-internasional1547736836

https://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/77617-lima-kasus-besar-
pelanggaran-ham-di-indonesia.

Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi


Manusia26k.Diakses 02 Desember 2011

Surbakti, K. (2018). FOSTERING OF FEMALE PRISONERS IN TANJUNG GUSTA


PENITENTIARY OF MEDAN. PROCEEDING: THE DREAM OF MILLENIAL
GENERATION TO GROW, 216-225.

Surbakti, K., & Si, M. (2019). KAJIAN MENGENAI PENTINGNYA BASIS DATA BAGI
SEKOLAH SAAT INI. JURNAL CURERE, 2(2).

P a g e 19 | 19

Anda mungkin juga menyukai