Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEJARAH PARA NABI

NABI YUSUF DAN SYU’AIB

Dosen Pengampu : yuhaswita , MA

Disusun Oleh:

Leonardo (2111430028)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO


BENGKULU

2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama dipanjatkan angayu bagya, puji syukur kehadapan Tuhan YME,
sebagai pencipta dari segala realitas yang berawal dari “tiada” menjadi “ada” dan
kembali menjadi “tiada”. Demikian pula dengan makalah ini, yang berjudul “Hak
Asasi Manusia (HAM)” menjadi “ada” semata-mata karena kehendak-Nya. Shalawat
beriring salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat
berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.

Bengkulu, 07 April 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
BAB 2......................................................................................................................................5
Istilah dan Pengertian HAM...................................................................................5
Sejarah Singkat Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Dunia.................................8
1. Perkembangan Teoritis dan Konteks Sosial Kemasyarakatan...........................8
A. Perkembangan Pengaruh Teori Hukum Alam (Kodrat) tentang HAM................8
a. tiga generasi HAM...............................................................................................9
Generasi Pertama HAM.............................................................................................9
Generasi Kedua HAM..............................................................................................10
Generasi Ketiga HAM.............................................................................................10
A. Prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia.....................................................................12
1. Prinsip Kesetaraan.............................................................................................12
2. Prinsip Non Diskriminasi..................................................................................12
3. Kewajiban Negara.............................................................................................12
2. Macam- Macam Hak Asasi Manusia (HAM) dan Ciri-ciri HAM....................14
Macam-maam HAM..............................................................................................14
BAB III.................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................21
Kesimpulan.............................................................................................................21
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup
tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain alam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan. Hak asasi dapa dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat
kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup
sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata karna ia manusia,
bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi
manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau
negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari penciptanya, yaitu Tuhan YME dan
merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
BAB 2
PEMBAHASAN

Istilah dan Pengertian HAM


Istilah HAM dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai hak-hak dasar
manusia atau hak dan kewajiban dasar manusia 1. Sedangkan dalam bahasa asing
dikenal berbagai istilah, misalnya human rights (bahasa inggris), droit de
I’homme (bahasa prancis) dan menselijkerechten atau grondrechten (bahasa
belanda)2.

Pengertian HAM dapat dikemukakan sebagai “Seperangkat hak yang


bersifat sangat mendasar yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugerah-Nya
yang wajid dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Mengacu pada pengertian di atas, menjadi dapat disadari bahwa HAM itu
sesungguhnya hak-hak absolut yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia (inherent dignity) dan wajib dihormati, dijunjung tinggi dan diproteksi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang. Ini mengandung konsekuensi,
bahwa hak-hak yang melekat secara absolut tersebut tidak dapat dicabut
(inaliable), tidak boleh dikesampingkan (inderogable) dan tidak boleh dilanggar
(inviolable) oleh siapa pun. Pencabutan dan pelanggaran secara sengaja dan
melawan hukum terhadap hak-hak dasar kemanusiaan merupakan “kejahatan
berat terhadap HAM”. Sebagai hak dasar yang secara kodrat melekat pada setiap
diri manusia yang ada di muka bumi ini, maka HAM bersifat universal dan
langgeng (eternal).
1
Kuntjoro Purbopranoto, Hak-hak Dasar Manusia dan Pancasila Negara Republik Indonesia, PN.
Pradnya Paramita, Jakarta, 1960, hlm.28.
2
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,1986,hlm.28.
Sebagai pengetahuan dikemukakan pengertian HAM berikut ini. Menurut
The United Nations Centere for Human Rights, HAM adalah,”Human rights as
those rights which are in our nature and without which we can not live as human
beings.”

Di dalam The United Nations Centere for Human Rigths , dirumuskan bahwa,’
Human rights have also be defined as moral rights of the higher order stemming
from socially shared moral conception of the nature of the human person and the
condition necessary for a life dignity.”

Soedjono Dirdjosisworo mendefinisikan bahwa, “HAM merupakan hak-hak


yang melekat pada setiap manusia sejak lahir, tidak dapat dibatasi, dikurangi atau
diingkari oleh siapa pun juga, karena merupakannilai-nilai dan martabat
kemanusiaan setiap individu.

Sedangkan menurut Jan Martenson, HAM adalah, “Human right could be


generally defined as those rights which are inherent in our nature and without
which we can not live as human beings.”

Senada dengan pendapat ini adalah pendapat Wolhoff, HAM adalah


sejumlah hak yang seakan-akan berakar dalam setiap oknum pribadi manusia
justru karena kemanusiaannya., tidak dapat dicabut oleh siapapun juga, karena
bila dicabut hilang juga kemanusiaanya3.

Kuntjoro Purbopranoto dengan mengacu pada mukadimah Declaration


deL’Homme et du Citoyen mengatakan, “HAM sebagai hak-hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya dank arena itu
bersifat suci”.

Secara yuridis, menurut pasal 1 butir 1 UU No.39 Tahun 1999 tentang


Hak Asasi Manusia, dirumuskan bahwa HAM adalah,
3
G.J. Wolhoff, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Timun Mas, 1955, hlm.124.
“Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan diindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Mengingat eksistensi HAM sedemikian absolut kemelakatannyapada diri


individu manusia, dan bersifat universal, sehingga tidak dapat dipisahlepaskan
dari hakikat dan keberadaan manusia itu sendiri, maka menurut Paul Sieghart,

“Sangat diharamkan adanya diskriminasi dalam bentuk apapun (race, colour, sex,
language, religion, political order opinion, national or social origin, property, birth, or
other status). Namun demikian, apabila negara dalam keadaan darurat pembatasan
terhadap HAM, menurut ketentuan HAM diatas untuk sementara diperkenankan,
yaitu dalam keadaan perang atau dalam keadaan darurat umum (public emergency)
yang mengancam keselamatan negara. Demikian pula yang mengenai tindakan yang
akan diberlakukan untuk membatasi HAM, harus dibatasi sejauh hal itu memang
benar-benar diperlukan karena gawatnya keadaan. Namun demikian, terdapat
beberapa hak yang tidak dapat dibatasi dan dikurangi, misalnya the rights of life, the
freedom from torture and other illtreatment, the freedom from slavery and servitude,
and the imposition of retroactive penal laws 4.

Sejarah Singkat Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Dunia


1. Perkembangan Teoritis dan Konteks Sosial Kemasyarakatan
HAM sebagaimana dikatakan di atas, eksistensinya bukan karena diberikan
oleh negara, hukum atau pun oleh manusia lain, tetapi HAM dimiliki manusia
semata-mata karena ia manusia. Pemikiran teoritis demikian itu telah melalui

4
Paul Siegrath, The Lawful Rights of Mankind, Oxford, 1986.
berbagai telaah teoritis-teoritis dan perubahan sesuai dengan konteks sosial yang
melatarbelakanginya. Hal ini dapat diverifikasi secara historis, bahwa
sesungguhnya pemikiran dan wacana HAM telah muncul sejak zaman Yunani
Kuno dan Romawi ketika terjadi perdebatan kontroversial yang menggeser hak
objektif dan hak subjektif. Ketika itui sudah dikenal dengan konsep hak, namun
hak ini tidak melekat pada semua orang, melainkan hanya dimiliki sebagian orang
sesuai status, kolektivitas dan kelas. Adalah Magna Carta ketika pada tahun 1215
yang menekankan ha katas kepemilikan melampaui kelas Baron (Freeman 2002).
Secara historiskal dan sangat dipengaruhi dan berakar dari pemikiran teori hak
kodrati (natural rights theory)yang dicetuskan Thomas Aquinas yang kemudian
dikembangkan oleh Hugo Grotius serta John Locke dalam teori kontrak sosial
miliknya.

A. Perkembangan Pengaruh Teori Hukum Alam (Kodrat) tentang HAM


Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (1776) mengekspresikan
gagasan Locke yang menyebut,”Setiap laki-laki diciptakan setara dan mereka
memiliki hak yang tidak bisa dicabut, terkait dengan hidup, kebebasan, dan
kebahagiaan. Guna mengamankan hak-hak ini, pemerintah dibentuk oleh laki-laki
. Jika pemerintah merusak hak-hak ini, maka rakyat berhak untuk mengubah atau
menghapus pemerintahan.” Di Amerika juga lahir The Virginia Declaration of
Rights yang mencantumkan “kebebasan pers, kebebasan beragama dan hak-hak
yang diturunkan dari proses hukum sebagai kebebasan khusus yang dilindungi
dari intervensi pemerintah”. Ada pula Bill of Rights (1791) yang memasukkan
serangkaian hak, mulai dari hak atas kebebasan beragama, kebebasan pers,
kebebasan ekspresi dan berkumpul, perlindungan dan penangkapan tidak sah,
hingga hak-hak hukum lainnya.

Pada PD I ditandai dengan kejahatan perang dilakukan oleh Williem II dari


Hobenzollern,bekas kaisar Jerman untuk pelanggarannya terhadap moralitas
internasional (Perjanjian Versailes) yang substansinya sarat dengan
penghormatan,pengakuan dan perlindungan terhadap prinsip-prinsip HAM5.
Sedangkan pada PD II, pelanggaran berat HAM lebih dahsyat terjadi seperti pada
peristiwa Holocaust Nazi yang ditokohi oleh Hitler sebagai kanselir jerman pada
waktu itu termasuk para perwira militernya, dan juga oelh tentara jepang untuk
kawasan Timur jauh. Para pejabat PD II ini kemudian diadili berdasarkan
International Military Tribunal (IMT). Sarana yang didirikan untuk mengadili
penjahat PD II Jerman ini berkedudukan di Nurmberg (1945), sedangkan untuk
Jepang dibentuk “IMT for the Far East” yang berkedudukan di Tokyo(1946).
Masing-masing mahkamah ini memiliki Piagam tersendiri, yakni Charter of the
International Military Tribunal for the Far East Tokyo (1946). Kejahatan-
kejahatan yang diadili adalah crimes against peace, crimes against humanity dan
war crimes6.

a. tiga generasi HAM


Generasi Pertama HAM
Hak-hak yang dilahirkan pada generasi pertama adalah hak kebebasan” di
bidang hak sipil dan politik (hak sipol). Hak ini muncul sebagai tuntutan dari
rakyat untuk melepaskan diri dari kekuasaan absolutisme negara dan kekuasaan-
kekuasaan sosial lainnya yang muncul dalam revolusi hak di Amerika Serikat dan
Perancis pada abad ke-17 dan 18. Oleh karena itu, hak-hak ini disebut dengan
hak-hak klasik, yang diperjuangkan untuk melindungi kehidupan pribadi manusia

5
Namun terhadap penjahat PD I tidak berhasil dilakukan penuntutan dan penjatuhan pidana menurut
HI, karena Perjanjian Versailes yang telah disepakati untuk mengakhiri PD I pada Pasal 221-nya telah
gagal diaplikasikan, pada pasal tersebut memberikan kewenangan untuk menuntut dan memidana para
penjabat perang. Pemidanaan tidak dapat dilakukan, karena William II melarikan diri ke Belanda dan
negara ini menolak untuk mengekstradisinya.
6
IMT untuk mengadili penjahat PD II dibentuk oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Uni Soviet
sebagai negara-negara pemenang PD II. Negara-negara ini menyelenggarakan Konferensi
Internasional di London pada tahun 1945, dan pada tanggal 8 Agustus 1945 menghasilkan The Treaty
of London. Salah satu substansi perjanjian tersebut adalah kesepakata untuk membentuk “pengadilan
pidana internasioanl” diberi nama International Military Tribunal yang berkedudukan di Nurmberg,
Jerman pada tahun 1945, dan untuk kawasan Timur Jauh dibentuk International Miitary Tribunal for
the Far East yang berkedudukan di Tokyo, Jepang pada tahun 1946.
atau untuk menghormati otonomi setiap orang, sehingga oang yang bersangkutan
memiliki kedaulatan secara pribadi (kedaulatan individual).

Generasi Kedua HAM


Hak-hak yang dilahirkan paa generasi kedua adalah hak “persamaan” di
bidang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob). Hak-hak ini diperjuangkan
sebagai tuntutan agar negara menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar
setiap orang, mulai dari makan sampai kesehatan. Oleh karena itu negara dituntut
berperan lebih aktif agar hak-hak tersebut bisa terpenuhi dan tersedia.

Generasi Ketiga HAM


Hak-hak yang dilahirkan pada genersi ketiga adalah hak “ persaudaraan” yang
diperjuangkan sebagai tuntutan “hak solidaritas” atau “hak bersama”. Berkaitan
dengan konsepsi HAM di Barat, menurut Jimly Asshiddiqie, menyebutkan ada
tiga generasi dalam perkembangan HAM, yaitu:

1) Generasi I

Tahapan ini dimulai dari peristiwa penandatanganan naskah UDHR


berdasarkan piagam PBB pada tahun 1948 yang ditetapkan oleh Majelis Umum
(MU) dalam revolusi 217 A (III) tertanggal 10 Desember 1948. Revolusi Perancis
menjadi penyebab dirumuskannya deklarasi ini serta berhasil menetapkan HAM,
di antaranya terumus dalam semboyan Revolusi Perancis, yaitu Liberte
(kemerdekaan), Egalite(Kesamarataan), dan Fraternite(Kerukunan atau
persaudaraan). Dalam konsepsi generasi pertama ini elemen dasar konsepsi HAM
mencakup soal prinsip integritas manusia, kebutuhan dasar manusia, dan prinsip
kebebasan sipil dan politik.

2) Generasi II
Tahapan ini dimulai dari peristiwa penandatanganan ICCPR dan ECOSOC,
ditetapkan dan dinyatakan terbuka untuk ditandatangani dan diratifikasi. Disetujui
oleh resolusi MUPBB 2200 A (XXI) pada tanggal 16 desember 1966. Kovenan
ini telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 12. Tahun 2005 tentang
Pengesahan Internasional Covenant on Civil and Political Rigths ( Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) LN Tahun 2005 No. LN 119
TLN No. 4558. Sedangkan ECOSOC ditetapkan dan dinyatakan terbuka untuk
ditandatangani dan diratifikasi serta disetujui oleh resolusi MU 2200 A (XXI)
pada 16 desember 1966. Konvenan ini diratifikasi Indonesia melalui UU No. 11
Tahun 2005 No. 119 TLN No. 4557. Piagam PBB, ICCPR, dan ECOSOC
selanjutnya menjadi dasar pengembangan pemikiran rumusan HAM7.

3) Generasi III

Pada tahun 1986, muncul konsepsi baru HAM, yaitu mencakup pengertian
mengenai hak untuk pembangunan atau rigths to development. Hak ini mencakup
persamaan hak atau kesempatan untuk maju yang berlaku bagi segala bangsa,
termasuk hak setiap orang yang hidup sebagai bagian dari kehidupan bangsa
tersebut. Ha katas pembangunan ini antara lain meliputi hak untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan hak untuk menikmati hasil-hasil pembangunan,
menikmati hasil-hasil dari pekembangan ekonomi, sosial dan kebudayaan,
pendidikan, kesehatan, distribusi pendapatan, kesempatann kerja dan lain-lain.

Generasi I,II, dan III, pada pokoknya mempunyai karakteristik dalam konteks
hubungan kekuasaan yang bersifat vertikal, antara rakyat dan pemerintahan dalam
suatu negara. Setiap pelanggaran selalu melibatkan peran pemerintah yang biasa
7
A. Widiada Gunakarya, HUKUM HAK ASASI MANUSIA, CV. ANDI OFFSET, Yogyakarta,2017,
hlm.23
dikategorikan sebagai crime by government, termasuk ke dalam pengertian ini
adalah political crime against government (kejahatan terhadap kekuasaan resmi).8

A. Prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia


1. Prinsip Kesetaraan
Prinsip kesetaraan merupakan prinsip yang paling mendasari fundamental dari
hak asasi manusia. Prinsip kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang
setara, yang pada situasi sama harus diperlukan dengan sama, dan dengan
perdebatan, pada situasi tertentu (yang berbeda) diperlakukan dengan berbeda
pula.

2. Prinsip Non Diskriminasi


Prinsip non diskriminasi adalah suatu konsep sentral dalam kaidah hak asasi
manusia. Prinsip tersebut dapat dikemukakan dalam instrument umum hak asasi
manusia. Komite Hak Asasi Manusia telah menyatakan bahwa dengan mengacu
pada persamaan jenis kelamin Kovenan International mengenai hak sipil dan
politik tidak hanya memerlukan perlindungan tetapi juga memerlukan tindakan
penguat yang dimaksudkan untuk menjamin perolehan positif hak-hak yang sama.

3. Kewajiban Negara
Prinsip kewajiban negara timbul sebagai konsekunesi logis dari adanya
prinsip ketentuan menurut hukum hak asasi manusia internasional bahwa individu
dalam pihak yang memegang hak asasi manusia sedangkan negara berposisi
sebagai pemegang kewajiban terhadap hak asasi manusia, yaitu kewajiban untuk:
Melindungi, Menghormati, dan Memenuhi.

Menurut hukum internasional, kewajiban di atas merupakan kewajiban bagi


seluruh negara jika menyangkut norma-norma hak asasi manusia yang berkategori
8
A. Widiada Gunakarya, HUKUM HAK ASASI MANUSIA, CV. ANDI OFFSET, Yogyakarta,2017,
hlm.24.
sebagai jus cogens (peremptory norm). Misalnya larangan melakukan
perbudakan, genosida, dan penyiksaan.

1. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

Perkembangan hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan negara


hukum, karena salah satu indikasi untuk disebut sebagai negara hukum, antara
lain ditegakkannya hak asasi manusia, karenanya negara hukum tanpa mengakui,
menghormati sampai melaksanakan sendi-sendi hak asasi manusia tidak dapat
disebut sebagai negara hukum9.

Negara hukum menurut konsep rechtsstaat dibangun berdasarkan sistem


hukum civil law, menurut Phlipus M. Hadjon, konsep rechtsstaat lahir dari suatu
perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya revolusioner. Sebaliknya
konsep the rule of law berkembang secara revolusioner.

Konsep the rule of law menurut Albert Venn Dicey dalam magnum opus-nya,
Itroduction to the law of the Constitution, ada tiga unsur fundamental dalam rule
of law, yaitu:

1) Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-


wenang dalam arti, seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar
hukum
2) Kedudukan yang sama didepan hukum, petunjuk ini berlaku baik bagi
masyarakat biasa maupun para pejabat, dan
3) Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan
pengadilan.

Sedangkan konsep negara hukum formal rechtsstaat menurut Julius Stahl


menyebutkan adanya empat unsur dari rechtsstaat yaitu:

9
Mansyur Effendi,Dimensi Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasioanl,
Ghalia Indonesia,Jakarta, 2008, hlm.32.
1) Adanya pengakuan hak asasi manusia
2) Adanya pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut
3) Pemerintahan berdasar peraturan-peraturan
4) Adanya Peradilan Tata Usaha Negara.

Sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia Indonesia
mengatur hak asasi manusia di dalam konstitusinya yaitu UUD 1945, sebagaimana
halnya juga konstitusi negara-negara di dunia10. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 tercantum pernyataan bahwa Indonesia adalah negara hukum, kemudian
di dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pernyataan bahwa
Indonesia berdasarkanatas hukum (rechtsstaat), tidak atas kekuasaan belaka
(machtsstaat). Dari prinsip yang dimuat dalam hukum dasar tersebut mengandung
arti, kekuasaan tertinggi di dalam negara Indonesia adalah hukum yang dibuat oleh
rakyat melalui wakil-wakilnya.

2. Macam- Macam Hak Asasi Manusia (HAM) dan Ciri-ciri HAM


Macam-maam HAM
A. Hak Asai Pribadi (Personal Human Rights)

Hak ini merupakan hak yang berhubungan dengan kehidupan pribadi


setiap orang. Contoh dari personal human rights ini adalah kebebasan untuk
menyampaikan pendapat ,kebebasan untuk berpergian, bergerak , berpindah
keberbagai tempat dan lain sebagainya.

B. Hak Asasi Politik (Politic Rights)

Hak ini merupakan hak asasi dalam kehidupan politik seseorang .


contohnya hak dipilih dan memilih ,hak dalam keikutsertaan kegiatan pemerintah,
hak dalam membuat petisi dan sebagainya.

10
Kuntjoro Purbopranoto, Hak-hak Asasi Manusia dan Pancasila , Pradnya Paramita,1979,hlm.64
C. Hak Asasi Ekonomi (property rights)

Hak ini menyangkut hak individu dalam hal perekonomian. Contohnya


kebebasan dalam hal jual beli, perjanjian kontrak, penyelenggaraan sewa-
menyewa, memiliki sesuatu dan memiliki pekerjaan yang pantas.

D. Hak Asasi Peradialan (procedural rights)

Hak dalam memperoleh perlakuan sama dalam tata cara pengadilan.


Contonya adalah hak untuk mendapatkan pembelaan hukum, hak untuk
mendapatkan perlakuan pemeriksaan, penyidikan, penangkapan, penggeledahan
dan penyidikan antar muka.

E. Hak Asasi Sosial Budaya

Hak terkait dalam kehidupan masyarakat. Contonya adalah hak untuk


menentukan,memilih,dan melakukan pendidikan.hak untuk pengajaran untuk
mendapatkan budaya sesuai dengan bakat dan minat.

F. Hak Asasi Hukum (legal equality rights)

Hak untuk mendapatkan kependudukan yang sama dalam hal hukum dan
pemerintahan. Contohnya adalah mendapatkan perlakuan yang sama dalam
bidang hukum dan pemerintahan,menjadi pegawai sipil,perlindungan dan
pelayaan hukum.

1. Ciri-ciri HAM
a. Ham tidak diberikan kepada seseorang, melainkan merupakan hak semua
orang, baik itu hak sipil,politik,ekonomi,soasial dan hak budaya.
b. Hak tidak dapat dicabut,dihilangkan,atau diserahkan.
c. Ham bersifat hakiki yaitu hak yang sudah da sejak manusia dalam
kandungan.
d. Ham sifatnya universal sehingga berlaku bagi semua manusia tanpa
memandang status,suku,gender,dan perbedaan lainya.

2. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional


Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM.Pertama, dalam konstitusi (UUD
Negara).Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR).Ketiga, dalam Undang-
undang.Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat
kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti
dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan
panjang, antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan
kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang
masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih
bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-
undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan
seringnya mengalami perubahan.

Undang-undang yang mengatur hak asasi manusia diindonesia

a. Pasal 28 A mengatur tentang hak hidup.


b. Pasal 28 B mengatur t entang hak berkeluarga.
c. Pasal 28 C mengatur tentang hak memperoleh pendidikan.
d. Pasal 28 D mengatur tentang kepastian hukum.
e. Pasal 28 E mengatur tentang kebebasan beragama.
f. Pasal 28 F mengatur tentang komunukasi dan informasi.
g. Pasal 28 G tentang kesejahteraan dan jaminan sosial.
3. Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk
pelanggaran HAM berat itu. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan
genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok,mengakibatkan
penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok,
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang
bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara
paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000
tentang pengadilan HAM). Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah
satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan,
pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan
atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar
(asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan,
perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal
sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang
secara paksa, dan kejahatan apartheid.

Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara


maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM).Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya
ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan
oleh aparatur negara.Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari
penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi
harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.Pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum. Penaggung
jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion), perlindungan
(protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.Tanggung jawab pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan kepada negara,
melainkan juga kepada individu warga negara.Artinya negara dan individu sama-
sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja
dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada
rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal.

4. Pelanggaran HAM Di Dunia


1. Rezim Benito Mussolini di Italia
Rezim otoriter pernah berkuasa di Italia sejak 1924. Aktor utamanya
adalah Benito Mussolini, pemimpin faham fasisme di Italia. Mussolini
memerintah di Italia dalam periode 1924-1943. Selama 19 tahun dalam masa
pemerintahannya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin otoriter dan tidak
segan membunuh orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Kekejaman
Mussolini ini berlaku kepada siapa pun tanpa pandang bulu.
2. Rezim Adolf Hitler di Jerman
Adolf Hitler dianggap sebagai salah satu pemimpin terkejam yang
pernah ada di bumi. Hitler yang merupakan pimpinan Nazi di Jerman pada
medio 1930-an terlibat dalam salah satu contoh pelanggaran HAM berat. Ia
melakukan banyak kejahatan kemanusiaan, seperti menangkap tokoh-tokoh
politik yang menentangnya dan melakukan pembasmian pada orangorang
Yahudi. Hitler dikenal sebagai anti-Yahudi.

3. Konflik Israel dan Palestina


Sengketa Israel dan Palestina menjadi salah satu konflik
berkepanjangan. Hal ini bermula ketika Israel memperluas wilayahnya dengan
menguasai sebagian besar wilayah Palestina. Dengan bantuan Amerika
Serikat, Israel beberapa kali melancarkan serangan ke wilayah Palestina.
Ratusan ribu warga Palestina, termasuk anak-anak, wanita bahkan relawan
dari negara lain menjadi korban akibat konflik ini. Dunia pun mengutuk
tindakan Israel tersebut meski tindakan sewenang-wenang Israel masih
berlanjut hingga saat ini.
4. Perang Sipil di Bosnia
Perang sipil antara Bosnia dengan Serbia terjadi di periode 1992-1995
setelah pecahnya negara Yugoslavia. Dalam perang itu, terjadi pembunuhan
massal terhadap sekitar 800 warga muslim Bosnia yang bermukim di Kota
Srebenica yang didominasi warga muslim Bosnia. Hal ini sempat
menimbulkan reaksi keras banyak negara. Kasus ini menjadi salah satu kasus
pelanggaran HAM berat. Bahkan dua orang yang berperan besar di perang ini
yakni Slobodan Milosevic, Radovan Karadzic, dan Ratko Mladic sudah
diseret ke pengadilan HAM dunia di Belanda.
5. Kekerasan Etnis Rohingya Myanmar
Situs Myanmar Times pada Maret 2018 mempublikasi pernyataan
Dewan HAM PBB yang menyebut adanya pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh aparat keamanan Myanmar. Tudingan itu berdasarkan bukti temuan
sejumlah kuburan masal pada Februari 2018, tindak perkosaan terhadap
perempuan etnis Rohingya, pembakaran rumah-rumah penduduk dan
pencabutan hak-hak dasar etnis Rohingya seperti disaksikan oleh sejumlah
Komisi Penasehat pada 2017.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam
Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam
dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits
yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan
umat Islam. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara
akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Ubaedillah Rozak.

 Pendidikan Kewarganegaraan

. Jakarta: ICE UIN Jakarta. 2009El, Muhtas Madja.

 Dimensi Dimensi HAM.

 Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2008.Hamidi, Jazim, dan Mustafa Lutfi.

Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya.

 Jakarta: Gramedia. 2010Hidayat, Eko.

 Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia

. ASAS :Jurnal Hukum dan Hukum Islam. Vol. 8 No. 2. Juni. 2016

Selyawati, Ni Putu, Dewi, Maharani Chandra. “Implementasi Nilai

-Nilai HAM UniversalBerdasarkan

Universal Declarion of Human Rights di Indonesia

”, Lex Scientia Law

Review. Volume 1 No. 1, November. 2017Sunarso.

 Pendidikan Kewarganegaraan: Buku Pegangan Mahasiswa

. Yogyakarta: UNY.2011Suparlan Al Hakim, dkk.

 Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia.

Malang:Madani. 2016Sutoyo.

 Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi

. Yogyakarta: Graha Ilmu.2011Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi ManusiaUndang-Undang RI nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
HAMhttps://en.wikipedia.org/wiki/Self-determination diakses pada tanggal 26 Mei
2019 pukul18.30 WIBhttps://id.wikipedia.org/wiki/Magna_Carta diakses pada
tanggal 16 Mei 2019 pukul 09.17WIBhttp://www.habibullahurl.com/2015/08/bentuk-
pelanggaran-ham.html diakses pada tanggal26 Mei 2019 pukul 17.47 WIB

Anda mungkin juga menyukai