Disusun Oleh:
Leonardo (2111430028)
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama dipanjatkan angayu bagya, puji syukur kehadapan Tuhan YME,
sebagai pencipta dari segala realitas yang berawal dari “tiada” menjadi “ada” dan
kembali menjadi “tiada”. Demikian pula dengan makalah ini, yang berjudul “Hak
Asasi Manusia (HAM)” menjadi “ada” semata-mata karena kehendak-Nya. Shalawat
beriring salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat
berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
BAB 2......................................................................................................................................5
Istilah dan Pengertian HAM...................................................................................5
Sejarah Singkat Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Dunia.................................8
1. Perkembangan Teoritis dan Konteks Sosial Kemasyarakatan...........................8
A. Perkembangan Pengaruh Teori Hukum Alam (Kodrat) tentang HAM................8
a. tiga generasi HAM...............................................................................................9
Generasi Pertama HAM.............................................................................................9
Generasi Kedua HAM..............................................................................................10
Generasi Ketiga HAM.............................................................................................10
A. Prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia.....................................................................12
1. Prinsip Kesetaraan.............................................................................................12
2. Prinsip Non Diskriminasi..................................................................................12
3. Kewajiban Negara.............................................................................................12
2. Macam- Macam Hak Asasi Manusia (HAM) dan Ciri-ciri HAM....................14
Macam-maam HAM..............................................................................................14
BAB III.................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................21
Kesimpulan.............................................................................................................21
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup
tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain alam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan. Hak asasi dapa dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat
kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup
sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata karna ia manusia,
bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi
manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau
negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari penciptanya, yaitu Tuhan YME dan
merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
BAB 2
PEMBAHASAN
Mengacu pada pengertian di atas, menjadi dapat disadari bahwa HAM itu
sesungguhnya hak-hak absolut yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia (inherent dignity) dan wajib dihormati, dijunjung tinggi dan diproteksi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang. Ini mengandung konsekuensi,
bahwa hak-hak yang melekat secara absolut tersebut tidak dapat dicabut
(inaliable), tidak boleh dikesampingkan (inderogable) dan tidak boleh dilanggar
(inviolable) oleh siapa pun. Pencabutan dan pelanggaran secara sengaja dan
melawan hukum terhadap hak-hak dasar kemanusiaan merupakan “kejahatan
berat terhadap HAM”. Sebagai hak dasar yang secara kodrat melekat pada setiap
diri manusia yang ada di muka bumi ini, maka HAM bersifat universal dan
langgeng (eternal).
1
Kuntjoro Purbopranoto, Hak-hak Dasar Manusia dan Pancasila Negara Republik Indonesia, PN.
Pradnya Paramita, Jakarta, 1960, hlm.28.
2
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,1986,hlm.28.
Sebagai pengetahuan dikemukakan pengertian HAM berikut ini. Menurut
The United Nations Centere for Human Rights, HAM adalah,”Human rights as
those rights which are in our nature and without which we can not live as human
beings.”
Di dalam The United Nations Centere for Human Rigths , dirumuskan bahwa,’
Human rights have also be defined as moral rights of the higher order stemming
from socially shared moral conception of the nature of the human person and the
condition necessary for a life dignity.”
“Sangat diharamkan adanya diskriminasi dalam bentuk apapun (race, colour, sex,
language, religion, political order opinion, national or social origin, property, birth, or
other status). Namun demikian, apabila negara dalam keadaan darurat pembatasan
terhadap HAM, menurut ketentuan HAM diatas untuk sementara diperkenankan,
yaitu dalam keadaan perang atau dalam keadaan darurat umum (public emergency)
yang mengancam keselamatan negara. Demikian pula yang mengenai tindakan yang
akan diberlakukan untuk membatasi HAM, harus dibatasi sejauh hal itu memang
benar-benar diperlukan karena gawatnya keadaan. Namun demikian, terdapat
beberapa hak yang tidak dapat dibatasi dan dikurangi, misalnya the rights of life, the
freedom from torture and other illtreatment, the freedom from slavery and servitude,
and the imposition of retroactive penal laws 4.
4
Paul Siegrath, The Lawful Rights of Mankind, Oxford, 1986.
berbagai telaah teoritis-teoritis dan perubahan sesuai dengan konteks sosial yang
melatarbelakanginya. Hal ini dapat diverifikasi secara historis, bahwa
sesungguhnya pemikiran dan wacana HAM telah muncul sejak zaman Yunani
Kuno dan Romawi ketika terjadi perdebatan kontroversial yang menggeser hak
objektif dan hak subjektif. Ketika itui sudah dikenal dengan konsep hak, namun
hak ini tidak melekat pada semua orang, melainkan hanya dimiliki sebagian orang
sesuai status, kolektivitas dan kelas. Adalah Magna Carta ketika pada tahun 1215
yang menekankan ha katas kepemilikan melampaui kelas Baron (Freeman 2002).
Secara historiskal dan sangat dipengaruhi dan berakar dari pemikiran teori hak
kodrati (natural rights theory)yang dicetuskan Thomas Aquinas yang kemudian
dikembangkan oleh Hugo Grotius serta John Locke dalam teori kontrak sosial
miliknya.
5
Namun terhadap penjahat PD I tidak berhasil dilakukan penuntutan dan penjatuhan pidana menurut
HI, karena Perjanjian Versailes yang telah disepakati untuk mengakhiri PD I pada Pasal 221-nya telah
gagal diaplikasikan, pada pasal tersebut memberikan kewenangan untuk menuntut dan memidana para
penjabat perang. Pemidanaan tidak dapat dilakukan, karena William II melarikan diri ke Belanda dan
negara ini menolak untuk mengekstradisinya.
6
IMT untuk mengadili penjahat PD II dibentuk oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Uni Soviet
sebagai negara-negara pemenang PD II. Negara-negara ini menyelenggarakan Konferensi
Internasional di London pada tahun 1945, dan pada tanggal 8 Agustus 1945 menghasilkan The Treaty
of London. Salah satu substansi perjanjian tersebut adalah kesepakata untuk membentuk “pengadilan
pidana internasioanl” diberi nama International Military Tribunal yang berkedudukan di Nurmberg,
Jerman pada tahun 1945, dan untuk kawasan Timur Jauh dibentuk International Miitary Tribunal for
the Far East yang berkedudukan di Tokyo, Jepang pada tahun 1946.
atau untuk menghormati otonomi setiap orang, sehingga oang yang bersangkutan
memiliki kedaulatan secara pribadi (kedaulatan individual).
1) Generasi I
2) Generasi II
Tahapan ini dimulai dari peristiwa penandatanganan ICCPR dan ECOSOC,
ditetapkan dan dinyatakan terbuka untuk ditandatangani dan diratifikasi. Disetujui
oleh resolusi MUPBB 2200 A (XXI) pada tanggal 16 desember 1966. Kovenan
ini telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 12. Tahun 2005 tentang
Pengesahan Internasional Covenant on Civil and Political Rigths ( Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) LN Tahun 2005 No. LN 119
TLN No. 4558. Sedangkan ECOSOC ditetapkan dan dinyatakan terbuka untuk
ditandatangani dan diratifikasi serta disetujui oleh resolusi MU 2200 A (XXI)
pada 16 desember 1966. Konvenan ini diratifikasi Indonesia melalui UU No. 11
Tahun 2005 No. 119 TLN No. 4557. Piagam PBB, ICCPR, dan ECOSOC
selanjutnya menjadi dasar pengembangan pemikiran rumusan HAM7.
3) Generasi III
Pada tahun 1986, muncul konsepsi baru HAM, yaitu mencakup pengertian
mengenai hak untuk pembangunan atau rigths to development. Hak ini mencakup
persamaan hak atau kesempatan untuk maju yang berlaku bagi segala bangsa,
termasuk hak setiap orang yang hidup sebagai bagian dari kehidupan bangsa
tersebut. Ha katas pembangunan ini antara lain meliputi hak untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan hak untuk menikmati hasil-hasil pembangunan,
menikmati hasil-hasil dari pekembangan ekonomi, sosial dan kebudayaan,
pendidikan, kesehatan, distribusi pendapatan, kesempatann kerja dan lain-lain.
Generasi I,II, dan III, pada pokoknya mempunyai karakteristik dalam konteks
hubungan kekuasaan yang bersifat vertikal, antara rakyat dan pemerintahan dalam
suatu negara. Setiap pelanggaran selalu melibatkan peran pemerintah yang biasa
7
A. Widiada Gunakarya, HUKUM HAK ASASI MANUSIA, CV. ANDI OFFSET, Yogyakarta,2017,
hlm.23
dikategorikan sebagai crime by government, termasuk ke dalam pengertian ini
adalah political crime against government (kejahatan terhadap kekuasaan resmi).8
3. Kewajiban Negara
Prinsip kewajiban negara timbul sebagai konsekunesi logis dari adanya
prinsip ketentuan menurut hukum hak asasi manusia internasional bahwa individu
dalam pihak yang memegang hak asasi manusia sedangkan negara berposisi
sebagai pemegang kewajiban terhadap hak asasi manusia, yaitu kewajiban untuk:
Melindungi, Menghormati, dan Memenuhi.
Konsep the rule of law menurut Albert Venn Dicey dalam magnum opus-nya,
Itroduction to the law of the Constitution, ada tiga unsur fundamental dalam rule
of law, yaitu:
9
Mansyur Effendi,Dimensi Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasioanl,
Ghalia Indonesia,Jakarta, 2008, hlm.32.
1) Adanya pengakuan hak asasi manusia
2) Adanya pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut
3) Pemerintahan berdasar peraturan-peraturan
4) Adanya Peradilan Tata Usaha Negara.
Sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia Indonesia
mengatur hak asasi manusia di dalam konstitusinya yaitu UUD 1945, sebagaimana
halnya juga konstitusi negara-negara di dunia10. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 tercantum pernyataan bahwa Indonesia adalah negara hukum, kemudian
di dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pernyataan bahwa
Indonesia berdasarkanatas hukum (rechtsstaat), tidak atas kekuasaan belaka
(machtsstaat). Dari prinsip yang dimuat dalam hukum dasar tersebut mengandung
arti, kekuasaan tertinggi di dalam negara Indonesia adalah hukum yang dibuat oleh
rakyat melalui wakil-wakilnya.
10
Kuntjoro Purbopranoto, Hak-hak Asasi Manusia dan Pancasila , Pradnya Paramita,1979,hlm.64
C. Hak Asasi Ekonomi (property rights)
Hak untuk mendapatkan kependudukan yang sama dalam hal hukum dan
pemerintahan. Contohnya adalah mendapatkan perlakuan yang sama dalam
bidang hukum dan pemerintahan,menjadi pegawai sipil,perlindungan dan
pelayaan hukum.
1. Ciri-ciri HAM
a. Ham tidak diberikan kepada seseorang, melainkan merupakan hak semua
orang, baik itu hak sipil,politik,ekonomi,soasial dan hak budaya.
b. Hak tidak dapat dicabut,dihilangkan,atau diserahkan.
c. Ham bersifat hakiki yaitu hak yang sudah da sejak manusia dalam
kandungan.
d. Ham sifatnya universal sehingga berlaku bagi semua manusia tanpa
memandang status,suku,gender,dan perbedaan lainya.
Pendidikan Kewarganegaraan
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2008.Hamidi, Jazim, dan Mustafa Lutfi.
Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia
. ASAS :Jurnal Hukum dan Hukum Islam. Vol. 8 No. 2. Juni. 2016
Pendidikan Kewarganegaraan: Buku Pegangan Mahasiswa
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia.
Malang:Madani. 2016Sutoyo.
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi