PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan
umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap
diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono,
2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai
90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).
Laksmanan (1986) memberitahukan alasan masuk rumah sakit yang disebabkan oleh
penyakit iatogrenik (akibat dari pengobatan) dimana sebanyak 47 kejadian iatogrenik yang
muncul, ditemukan 35 kasus drug related illness. Kasuskasus tersebut diantaranya terjadi pada
antihipertensi 8 kasus, antikonvulsan 4 kasus, pengobatan jantung 2 kasus, antibiotik 2 kasus dan
miscellaneous 1 kasus (Cipolle et al., 1998).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit yang
keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan
berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap
fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi
(Rochmah, 2006). Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan
yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi
perubahan penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring dengan
bertambahnya umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi insulin pada usia
lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan komposisi tubuh, komposisi
tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral
menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan
mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga
kecepatan transkolasi GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah
perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga
prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor 3 keempat adalah perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron
(DHtAS) plasma (Rochmah, 2006). Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung
meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi
faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri
dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Dari jumlah tersebut
dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun (Gustaviani, 2006).
Rumusan masalah
1. Definisi diabetes militus pada geriatri
2. Apa saja gejala diabetes militus pada geriatri
3. Bagaimana cara pencegahan diabetes militus pada geriatri
Tujuan
Untuk mengetahui definisi diabetes militus pada geriatri
Untuk mengetahui penyebab diabetes militus pada geriatri
Untuk mengetahui cara pencegahan diabetes militus pada geriatri
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan
kadar gula darah (hiperglikemia) kronik. Keadaan hiperglikemia kronik tersebut dapat mengenai
banyak orang pada semua lapisan masyarakat di seluruh dunia (Waspadji, 1995). Diabetes
Mellitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan-gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang bertalian dengan defisiensi absolut atau relativ aktivitas dan atau sekresi
insulin. Karena itu meskipun diabetes asalnya merupakan endokrin, manifestasi pokoknya adalah
penyakit metabolik (Anonim, 2000).
Diabetes mellitus seperti juga penyakit menular lainnya akan berkembang sebagai suatu
penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia. Penyakit ini akan merupakan beban yang
besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui komplikasi-komplikasinya.
Langkah III : Melakukan terapi dan rehabilitas pada penderita DM geriatri. Target yang ingin
dicapai tetap sama dengan usia dewasa muda yaitu HbA1c <7% dan ini sangat sulit pada geriatri
karena terdapat berbagai macam kendala :
- Adanya polifarmasi , meningkatkan efek samping dan interaksi obat lain dengan obat-obat
antihiperglikemik.
Pilihan utama terapi diabetes pada lansia adalah terapi tanpa ibat atau sering disebut sebagai
perubahan gaya hidup yang meliputi :
Diet
Diberikan diet dengan jumlah kalori sesuai BMI, dengan pembatasan sesuai penyakit
komorbid atau faktor resiko atherosklerosis lain yang ada. Komposisi normal biasanya 60-65%
karbohidrat komplek, 20% protein dan 15-20% lemak. Disamping itu juga diberikan suplemen
dan vitamin A, C, B komplek, E, Ca, selenium, zinc dan besi. Untuk hasil yang baik pada terapi
diet ini perlu perhatian khusus pemberian makanan pada lansia dengan diabetes:
- Disabilitas fungsional
o Keterampilan menyapkan makanan yang kurang/jelek
- Asupan makanan:
Olahraga
Disesuaikan dengan kapasitas fungsionalnya. Bila masih bisa berjalan disuruh berjalan,
bila hanya bisa duduk olahraga dengan duduk. Apabila tidak dapat, bisa dilakukan dengan
gerakan atau latihan pasif di tempat tidur. Prinsip terapi olahraga adalah dengan memperbaiki
aktifitas fisik, menurunkan kadar gula darah, mencegah terjadinya imobilitas yang mempercepat
munculnya kompliasi makrovaskuler diabetes. Apabila dengan terapi tanpa obat di atas gula
darah atau HbA1c belum turun atau terkendali, sesuai dengan target makan diberikan terapi
dengan obat antihiperglikemik.
Obat
Terutama obat untuk menurunkan gula darah harus dipilih yang bekerja pendek,
mempertimbangkan kapasitas ginjal, hepar dan saluran cerna agar tidak terjadi efek samping.
Patut juga diperhatikan status sosial ekonomi penderita dalam memilih obat mengingat obat ini
biasanya dipakai dalam jangka waktu lama bahkan dapat seumur hidup. Obat yang dipilih
apakah obat anti diabetik oral atau insulin disesuaikan dengan klisifikasi DMnya dan keadaan
klinisnya seperti penyakit komorbid atau BMI nya.
Untuk penderita diabetes lansia gemuk, obat hiperglikemik oral yang dipilih adalah
inhibitor alfa Glukosidase (acarbose), biguanide atau thiazolidinedione, karena obat-obat ini
selain menurunkan kadar gula darah juga dapat menuurnkan berat badan, tetapi bila terdapat
ganguan fungsi hati atau ginjal baik biguanide atau thiazolodinedione tidak boleh dipakai.
Sebaliknya penderita yang kurus sebaiknya dipilih terapi dengan insulin karena dapat
menungkatkan berat badan. Sulfoniuria dan non sulfoniuria insulin secretagoue
(repaglinide/nateglinide) lebih tepat dipilih untuk penderita dengan berat badan normal.
Indikasi penggunaan insulin pada penderita diabetes antara lain: DM tipe 1, DM tipe 2
yang tidak bisa dikontol dengan obat oral, DM tipe 2 dengan penyakit akut berulang dan
berhubungan dengan hiperglikemi, DM tipe 2 dengan penyakit komorbid yang merupakan
kontraindikasi OHO, DM tipe 2 dengan operasi yang lama (pre/pascaoperatif), DM tipe 2 dengan
malnutrisi/kurus dan malaise berat, koma diabetik (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar
nonketotik dan asidosis laktat) dan perempuan hamil. (Martono dkk, 2007; Darmono, 1991;
Sidartawan, 2002).
Penatalaksanaan DM pada lanjut usia tidak akan berhasil bila tidak melakukan langkah
beriuktnya setelah diet, olahraga dan obat, yaitu melakukan edukasi, evaluasi dan rehabilitasi
pada penderita.
Edukasi: memberikan penjelasan mengania DM dan komplikasi yang akan terjadi sampai
kepada apa yang mesti dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh penderita dan
keluarganya. Pada edukasi perlu dibuat komitmen antara dokter, penderita dan keluarganya
mengenai tujuan akhir terapi yang diberikan, bukan hanya sekedar mengontrol gula darah tetapi
juga mencegah komplikasi dengan mengeliminir semua faktor resiko atherosclerosis yang
dimiliki oleh penderita dan sekaligus menerapi komorbid yang ada.
Rehabilitasi: sangat penting dilakukan dengan program individual untuk tiap penderita,
tergantung kepada kapasitas fungsional penderita, komplikasi DM dan penyakit komorbid yang
diderita. Pada prinsipnya rehabilitasi harus dilakukan secepatnya tidak perlu menunggu kondisi
pasien stabil, tetapi harus sesuai dengan keadaan penderita saat itu.
Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan
insulin.
Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang
berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur yang berkaitan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas, banyak
makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan,
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang sering muncul
adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Prinsip
penatalaksanaan DM lansia adalah Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya, Menghilangkan gejala-gejala akibat
hiperglikemia,Lebih bersifat konservatif, Mengendalikan glukosa darah dan berat badan.
DAFTAR PUSTAKA
Martono H, Pranaka K, Rahayu RA, Joni B, Huda IS, Murti Y. Diabetes melitus pada lanjut
usia. Dalam : Darmono, Suhartono T, dkk (editor). Naskah lengkap diabetes melitus. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007 : 301-16
Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B,
dkk (editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
2006: 1879-1885
Rochmah W. Diabetes melitus pada usia lanjut. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, dkk
(editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006:
1937-9
Sidartawan, Pradana, Imam Subekti, dkk. Petunjuk praktis pengelolaan diabetes mellitus tipe 2.
Jakarta : PB Perkeni, 2002.
TUGAS AKM
DISUSUN OLEH:
Npm : 15700117
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018/2019