Anda di halaman 1dari 4

Naskah Teater

Kelompok 5
 Anggi Danu Purnomo
 Laila Maharani
 Aulia Hamidah Fitri
 Gita Rahmawati
 Hawila Sabrina Mulanda
 Adelia Charita Christy
 Aditya Saputra Setiawan

Penculikan

Di sebuah rumah mewah dengan dua Lamborghini tiga aerox dan dua vespa metic dengan
perabotan yang mahal, tampak dari ruang keluarga seorang pembantu yang tengah menyapu di
dapur. Tiba – tiba telepon berdering (ooooyyy kiyomasa). Dia langsung bergegas ke ruang tengah
untuk mengangkat telepon sambil memegang sapu berlapis emas di tangannya.

Bi’ Siti : (Mengangkat telepon) Halo…

Penculik : Apa benar ini kediaman Ibu Kiki?

Bi’ Siti : Ya, benar. Ini siapa ya?

Penculik : Saya penculik

Bi’ Siti : Oh…tunggu sebentar ya! Bu ada telepon dari penculik! Eh…tunggu dulu, yang nelpon
tadi…penculik…??? (Pingsan seketika)

Ibu Kiki : (Datang menghampiri Bi’ Siti) Ada apa sih Bi’? Ya ampun Bi’! Kok tidur disini sih?! (Sambil
menutup gagang telepon)

(Tiba – tiba telepon berdering (kring…kring…). Ibu Kiki langsung duduk dan mengangkat ulekan. Ia
mengira ulekan itu adalah telepon)

Ibu Kiki : (Mengangkat ulekan) Halo…halo…Aduh maaf ya, suaranya kurang ijelas nih…(Melihat
ulekan yang dipegangnya) Oh iya salah… i(Kemudian mengangkat gagang telepon) Halo…

Penculik : Ini dengan Ibu Kiki?

Ibu Kiki : Ya dengan saya sendiri. Ini siapa ya?

Penculik : Saya penculik!

Ibu Kiki : Pe…pe…penculik?!


Penculik: Ya, saya sudah berhasil menculik anak ibu. Kalau ingin anak ibu kembali, ibu harus
membayar uang tebusan sebesar Rp 1 Milyar!

Ibu Kiki : Apa! 1 Milyar?! Kenapa ga 2 milyar aja?

Penculik : Lah, gabisa gitu bu

Ibu Kiki : Yaudah berarti 1 millyar nih?

Penculik : Ya! Dan ingat, jangan laporkan hal ini pada polisi!

Ibu Kiki : I…iya…ya…ya…Dimana saya memberikan uang tebusan itu?

Penculiki: Di rumah kosong, Gg. Sukakaya. Saya tunggu sampai jam 03.00 sore. (Menutup telepon)

Bi’ Siti :i(Tiba – tiba siuman) Laporin aja ke polisi bu! 1 Milyar itu kan banyak bu!

Ibu Kiki : Lho? Kok kamu dengar sih? Kamu tidur atau nguping?

Bi’ Siti : Mmm…dua – duanya bu…(Sambil menggaruk kepala) Tapi, pokok – nya laporin aja deh bu!

Ibu Kiki : Mmm…gimana ya? Ya udah deh…(Menelepon polisi) Halo, ini Kantor Polisi? (Terdiam
sejenak)Tolong saya bu! Anak saya diculik. (Terdiam sejenak) Saya Ibu Kiki. Rumah saya di Jl.
Sukasepi no. 4. Ya, Terima kasih ya bu. (Menutup telepon)

(Beberapa saat kemudian, Ibu Kiki sudah berada di depan rumah kosong yang dimaksud si
penculik, bersama 2 orang polisi)

Polisi I : Ibu masuk dulu, kami akan mengawasi dari sini.

Polisi II: Ya. Kami akan mengintai dari sini. Jadi ibu nggak perlu khawatir.

Ibu Kiki : Iya…iya…( Masuk ke dalam rumah kosong itu).

(Kemudian si penculik itu keluar sambil membawa anak Ibu Kiki yang diculiknya)

Penculik : Anda Ibu Kiki?

Ibu Kiki : Iya benar, saya Ibu Kiki.

Penculik : Anda membawa uang tebusannya?

Ibu Kiki : Ya, saya membawanya. Kembalikan anak saya!

Penculik : Enak aja! Duitnya dulu dong! Baru anaknya saya kembalikan.

Ibu Kiki : Nih! (Menyerahkan kantong plastik yang dibawanya pada penculik)
Penculik : Ini isinya duit?!

Ibu Kiki : Ya iyalah…dah tau nanya!

Penculik : Nggak bermodal banget sih! Pake koper kek! Mana isinya duit receh lagi! (Sambil
menggoyang – goyangkan kantong plastik itu).

Ibu Kiki : Eh! Emang beli koper nggak pake’ duit apa?! Lagian kan yang penting isinya duit!

Penculik : Huh, ya udah deh nggak apa – apa. (Membuka kantong plastik itu) Hmm…niat banget nih
ibu – ibu ngasih gue duit…(Bicara dalam hati).

Ibu Kiki : Ya iyalah…secara gitu loh…orang kaya…(Bicara dalam hati).

Penculik : Nih! Anak ibu saya kembalikan! (Sambil mendorong Dian, anak Ibu Kiki ke arah Ibu Kiki).

Dian : Mama! (Sambil memeluk Ibu Kiki).

Ibu Kiki : Ya ampun Dian! Mama khawatir banget sama kamu sayang! Eh, ini dibuka dulu ya. (Sambil
membuka plastik yang menutupi kepala Dian) Ha…! Lho kok…anak saya jadi jelek kayak gini sih, ini
bukan anak saya!

Penculik : Lho?! Jadi ini bukan anak ibu?

Ibu Kiki : Ya…kayaknya sih dia emang anak saya, tapi dulu dia itu cantik. Nggak kayak gini! Ya udah
deh, dia saya ikhlasin aja buat kamu! (Sambil mendorong Dian ke arah penculik).

Penculik : Ogah ah! Anggap saja anak ini adalah kenang –kenangan dari saya untuk ibu dan uang ini
sebagai kenang – kenangan dari ibu untuk saya. (Sambil mendorong Dian ke arah Ibu Kiki)

(Tiba – tiba saja polisi muncul dengan mendobrak pintu)

Polisi I : Angkat tangan! (Sambil menodongkan pisang).

Polisi II : Eh! Itu…(Sambil menunjuk ke arah pisang itu).

Polisi I : Oh iya, maaf!

Polisi II : Angkat tangan!

Penculik : Iya, dari tadi juga dah angkat tangan kok!

Polisi I : Kalian berdua ditangkap!

Ibu Kiki : Lho! Kok saya juga ditangkap sih?! Kan yang nyulik anak saya itu dia! (Sambil menunjuk si
penculik) Saya ini kan ibunya! (Sambil menunjuk Dian)
Polisi II : Dia ditangkap karena menculik anak ibu dan ibu ditangkap karena menolak anak ibu
sendiri.

Ibu Kiki : Apa?! Tapi kan…

Polisi I : Sudah! Menjelaskannya nanti saja di Kantor Polisi!

Akhirnya polisi membawa Ibu Kiki dan si penculik ke Kantor Polisi. Sementara itu, Dian
dipulangkan ke rumahnya.

Pesan moral dari cerita ini adalah: Jangan pernah menyia – nyiakan sesuatu atau orang yang selama
ini kita miliki.

Anda mungkin juga menyukai