Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN DRAMA

A. Naskah Drama : ARLOJI (Karya P Haryanto)

Para Pemeran

Narator : Ade Puan Marani(Puan)

Jidul : Advensius Dasilva(Adven)

Pak Pikun : Arjesron Indrawan Umbu Zaza(Anyong)

Ibu : Anggrony Rambu Rauna Bela(Anggy)

Tritis : Astiana Kudu(Asti)

Tetangga 1: Adelia Tamo Ina(Adel)

Tetangga 2: Anggrini Mbali Mbandak(Anggrini)

ARLOJI

Narator: Di suatu hari yang cerah ,dengan penuh keriangan, si Jidul tekun membersihkan meja dan kursi-
kursi. Kepala melengut-lengut, pantatnya bergidal-gidul seirama dengan musik dangdut yang terdengar
meriah. Jidul terkejut ketika musik mendadak berhenti.

Pak Pikun : (Muncul, langsung menuju kearah Jidul) Ayo mana! Berikan kembali

kepadaku! Ayo! Mana!

Jidul : (Ber-ah-uh, sambil memberi isyarat ketidakmengertiannya)

Pak Pikun : Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang

mengambilnya? Ayo, Jidul, kamu sembunyikan dimana, heh?

Jidul : (Ber-ah-uh, semakin bingung dan takut)

Pak Pikun : Dasar maling! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah kambuh lagi,

ya? Dasar nggak tahu diri! Ayo, kembalikan kepadaku! Mana heh?

Jidul : (Meringkuk diam)

Pak Pikun : (Semakin besar suaranya) Jidul! Apa kamu mau kembalikan apa tidak?
Mau insaf apa tidak? Apa mau kupanggilkan orang-orang sekampung

untuk mencincangmu heh? Kamu mau dipukuli seperti dulu lagi?

Ayo! Mana?

Ibu : (Muncul tergesa-gesa) Eh, Ada apa Pak Pikun? Ada apa dengan si Jidul?

Pak Pikun : Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri lagi, Bu!

Ibu : Mencuri (tertegun) Kamu mencuri, Jidul?

Jidul : (Ber-uh-ah sambil mengoyang-goyangkan kepala dan tangan)

Pak Pikun : Mungkir, ya? padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu arloji

saya tertinggal di kamar mandi. Lalu dia masuk entah mengapa. Lalu

tidak ada lagi arloji saya, Bu.

Ibu : O, Jadi arloji Pak Pikun hilang, begitu?

Pak Pikun : Bukan hilang, Bu! Jelas dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu ngaku

saja. Jidul!

Jidul : (Ber-uh-ah, mencoba menjelaskan ketidaktahuannya)

Pak Pikun : Masih mungkir ya? Minta kupukul?

Ibu : Sabar!, Pak pikun, Sabar

Pak Pikun : Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri. Kamu baru mau ngaku kalau

dipukul, ya? Sini! (mau memukul si Jidul)

Jidul : (Meloncat, lari ke luar dikejar Pak Pikun)

Ibu : Sabar dulu! Pak Pikun! Diperiksa dulu! (Mendesah sendiri) Ya,

ampun. Orang sudah tua kok ya masih gelagapan, tidak sabaran begitu.

Tritis : (Muncul membawa buku dan alat tulis) Uh! pagi-pagi sudah mencuri

Nggangu orang belajar saja!

Ibu : Belum jelas, Tritis.

Tritis : Ah, Ibu sih, suka membela si Jidul! Siapa kalau bukan dia yang
mengambil arloji Pak Pikun? Apa Ibu lupa? Dia kan dulu dia

ketahuan ayam kita, ketahuan, mau dipukul orang sekampung malah

kemudian dibela ayah dan ditampung dirumah kita. Keenakan saja,

maka kini dia mencuri lagi!

Ibu : Ya, memang, dulu dia pernah mencuri, itu karena dia kelaparan.

Tetapi sekarang, belum tentu dia yang mencuri jam tangan Pak Pikun,

Tritis!

Tritis : Kalau bukan si Jidul, Apa ibu atau aku yang mengambil arloji itu,

Ibu! (tertawa).

Ibu : (Menemukan ide) Ah, mungkin masih dikamar mandi, Tritis, atau

mungkin ditempat jemuran. Pak Pikun kan pelupa! Mari kita coba

mencarinya (bersama Tritis melangkah ke kiri akan keluar, tetapi

kemudian terhenti)

Narator :Si Jidul kembali meloncat masuk ke dalam rumah Maunya berlari, tersanjung sesuatu. Ia jatuh
terguling mengejutkan Ibu dan Tritis, dan sebelum sempat bangkit, Pak Pikun sudah keburu masuk pula
dan menangkapnya dengan geram, dan terjadilah keributan yang akhirnya membuat 2 tetangga mereka
penasaran dan bergegas pergi ke rumah pak pikun. Sesampainya di sana mereka sangat kaget karena
melihat Pak Pikun yang sedang mencengkram leher baju Jidul, mereka pun berlari menghampiri pak
pikun dan berusaha melerai.

Pak Pikun : (Sambil mengacung-ngacungkan penggada besar, tangan kirinya tetap mencengkeram
leher baju si Jidul) Mau lari kemana heh, kupukul kamu sekarang!

Ibu : Sabar, Pak! Tunggu dulu!

Tetangga 1 : Sabar dulu pak, ini ada apa yah? kenapa bapak main tangan seperti ini?

Pak Pikun : Sabar? ,Sabar? diam kalian semua ini urusan saya dengan jidul,jangan ikut campur dia
sudah mencuri arloji saya, mana arlojinya mahal lagi. Anak yang ngga benar ini harus saya hajar biar dia
kapok dan tidak mencuri lagi. (Akan memukulkan penggadanya)

Tetangga 2 : Tunggu dulu pak, jangan langsung seenaknya dong siapa tahu Jidul benar tidak mencuri
dan Pak Pikun tidak benar menaruh arlojinya?
Pak Pikun : Tidak mungkin, Saya yakin, si brengsek ini pencurinya. Kamu

harus mampus. (Akan memukulkan penggadanya).

Tritis : (Melihat tangan Pak Pikun) Eh, Arlojinya ‘kan itu! Di pergelang

tangan kananmu, Pak Pikun. Lihat (tertawa ngakak)

Tetangga 2 : Nah, kan sekarang sudah terbukti bahwa Jidul tidak bersalah,Pak pikun nya saja yang
pikun, lain kali jangan main hakim sendiri dong pak.

Ibu : O, iya! dengar itu pak

Tetangga1&2,ibu,Tritis : Dasar pak Pikun, ya pikun! (Tertawa geli)

Pak Pikun : ( Tertegun memandang pergelangan tangannya yang kanan. Di lepasnya si Jidul. Diamat-
amatinya arlojinya itu).

Pengadanya sudah dijatuhkan. Dengan sangat malu, ia berjalan keluar tertegun-tegun diiringi gelak tawa
Ibu ,Tritis, dan 2 tetangganya Sementara itu, si Jidul pun tertawa terpingkal pingkal hingga sakit perut.

B. Amanat Dari Drama:

Pesan yang disampaikan dari naskah drama “ Arloji” adalah Jangan menuduh orang tanpa ada bukti
yabg kuat,tidak main hakim sendir.i Janganlah melihat orang lain dari segi masa lalunya sebab setiap
orang dapat merubah masa lalunya lalu memperbaikinya untuk masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai