“SI PITUNG”
NAMA ANGGOTA :
Abiyasa Satria Lintang (01)
Arjuna Satria Bintang (05)
Bagus Dwi Cahya (06)
Raja Zaenal Ikhwan (28)
Sung Sang Chandra Wijaya (34)
PERAN :
- Narator : Arjuna Satria Bintang
- Pitung : Raja Zaenal Ikhwan
- Haji Naipin : Sung Sang Chandra Wijaya
- Kompeni : Abiyasa Satria Lintang
- Komandan Kompeni : Arjuna Satria Bintang
- Udin : Bagus Dwi Cahya
Cerita “Si Pitung” berasal dari tanah Betawi pada abad ke-18 tepatnya pada tahun 1800-
an. Alkisah hiduplah seorang pemuda dari batavia (betawi) bernama Pitung yang menurut
legenda ia kebal dibacok dan ditembak. Pitung adalah seorang pemuda yang baik, tekun
beribadah dan suka menolong rakyat miskin. Karena kesaktiannya itu, ia sering merampok harta
benda milik Kompeni Belanda.
Pada suatu hari Pitung menemui temannya yang bernama Udin, Udin dikenal sebagai
tukang cukur langganan si Pitung.
Udin : “Pitung ini rambut lo yang keras apa gunting gua yang kagak tajem si”
Pitung : “Gunting lo kali yang ga tajem, coba ulang lagi”
Udin : “Oke deh gue coba lagi nih ye”
Udin pun mulai mencoba memotong rambut si Pitung lagi, tetapi lagi-lagi Udin tidak
mampu dan rambut Pitung tidak bisa terpotong.
Pitung pun melepaskan jimatnya dan akhirnya rambut Pitung bisa terpotong dengan
mudah. Setelah mengetahui kejadian ini, Udin membocorkan rahasia Pitung kepada kompeni
untuk mendapatkan hadiah yang sepantasnya.
Setelah memotong rambutnya si pitung, Udin langsung bergegas memberi tahu rahasia
Pitung ke Kompeni.
Setelah mengetahui hal itu kompeni langsung memberikan hadiah yang besar kepada
Udin. Pada suatu hari Pitung sedang mandi di sungai dan suatu ketika Udin tidak sengaja melihat
Pitung yang sedang mandi di sungai, Udin pun segera memberitahu hal ini kepada Kompeni.
Udin : “Wah gue harus cepet kasih tau ke kompeni nih”
(Udin pun segera pergi ke tempat kompeni)
Udin : “Kompeni, pitung sedang mandi di sungai dan dia melepaskan jimatnya”
Kompeni : “Hah…. Benarkah?”
Udin : “Iye, coba sono lo liat sendiri deh”
Kompeni : “Baiklah, aku akan melihat ke sungai untuk membunuh si pitung”
Akhirnya Kompeni tersebut pun bergerak cepat kesungai dan pada akhirnya kompeni itu
melihat Pitung yang sedang mandi di sungai.
Kompeni itu menembakan peluru emas ke tubuh si pitung, tapi itu tidak mempan. Lalu
Pitung pun lari menjauh dari kompeni itu.
Dan akhirnya Udin pun dibawa menghadap komandan kompeni dan dilemparkan ke
penjara.
Suatu hari Pitung pun mulai merampas harta benda milik kompeni kembali, tetapi Haji
Naipin yaitu guru Pitung mengetahui perbuatan si Pitung itu. Ia kesal karena kelakuan Pitung
yang telah menyelewengkan janji.
Haji Naipin pun segera meninggalkan pitung dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan
kompeni. Guru pitung itu langsung ditangkap oleh kompeni.
Kompeni itu langsung membawa Guru Pitung itu ke markas dan menyiksanya
Kompeni : “Sekarang you jawab! Kenapa pitung kebal peluru” (sambil menyiksa
guru pitung itu)
Haji Naipin : “Yaa gue akan beri tahu kelemahan si pitung, tapi lo harus berjanji lo
tidak akan menindas rakyat miskin lagi” (sambil kesakitan)
Kompeni : “Ha Ha Ha… bagus akhirnya you menyerah, oke ai berjanji”
Haji Naipin : “Kelemahannya adalah jika dia tidak memakai jimat lalu dilemparin telur
busuk lalu di tembak ia akan mati”
Kompeni pun langsung mencari keberadaan si pitung. Dan pada suatu hari si Pitung
berhasil ditemukan. Si Pitung berusaha melakukan perlawanan, namun hari itu hari yang naas
bagi si Pitung, ia berhasil ditangkap dan rahasia kekebalan tubuhnya yang selama ini membuat
tetap hidup diketahui oleh kompeni itu.
Kompeni : “Ha Ha Ha… akhirnya hari ini you Pitung bisa ai tangkap”
Pitung : “Lepaskann!!” (sambil berontak)
Pitung pun pada saat itu tubuhnya diikat dan dilemparin dengan telur-telur busuk serta
kompeni itu menembak pitung berkali-kali sampai akhirnya pitung pun menghembuskan napas
terakhirnya sebagai pembela rakyat dan kompeni-kompeni itu telah berjanji tidak akan menindas
rakyat miskin lagi.