PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tahapan remaja madya, remaja sangat membutuhkan teman
tersebut, pengaruh dari teman tidak datang secara langsung melalui ajakan
(Desmita, 2008).
Zaman saat ini banyak remaja yang melakukan seks bebas, penggunaan
jelas, perilaku ini sering disebut dengan hedonis remaja. Anggapan mereka
akan terlihat keren dan diterima oleh masyarakat. Gaya hidup hedonis akan
membawa dampak yang sangat buruk jika dilakukan terus-menerus (Nadzir &
Ingarianti, 2015).
Sebuah trend kalangan remaja yang cukup dikenal saat ini adalah
perilaku hedonis. Banyak remaja yang tertarik untuk melakukan ini dengan
munculnya berbagai fenomari yang baru akibat adanya gaya hidup ini. Dari
gaya hidup ini, remaja banyak yang lebih memilih untuk hidup dengan
kemewahan, enak, dan semua serba ada tanpa harus ada sebuah
perjuangan(Gushevinalti, 2010).
Menurut Kotler dan Amstrong (1994) faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan perilaku adalah adanya gaya hidup dari masyarakat itu.
Gaya hidup inilah yang akan memperlihatkan bagaimana pola hidup yang
(Anggraini, 2017).
Gaya hidup yang hedonis ini memiliki karakteristik antara perilaku dan
memuaskan dirinya sendiri, sehingga tujuan akhir dari kehidupan ini adalah
Kondisi yang dapat terjadi jika gaya hidup hedonis dalam kondisi baik
lebih tertata. Dan tidak terlalu boros dalam membeli suata barang (Bernatta,
2017).
Jika gaya hidup hedonis dapat dikendalikan atau dalam keadaan baik,
menata keuangan dengan baik. Sehingga perilaku konsumtif kita dapat kita atur
sesuai dengan kebutuhan saja. Karena gaya hidup yang hedonis dapat
(Bernatta, 2017).
Berdasarkan study awal yang telah dilakukan oleh penulis, penulis telah
merasa senang jika memiliki kesamaan dengan orang lain dan sebanyak 84,6%
tersebut mahal. Dari data tersebut, penulis tertarik untuk meneliti perilaku
kota Makassar.
Kotler (1997) menyatakan bahwa gaya hidup hedonisme ini dapat terjadi
faktor eksternal (faktor dari luar) contohnya adalah social, keluarga, dan
Dari data Survey yang telah dilakukan terhadap siswa, ada beberapa
faktor yang membuat siswa melakukan perilaku modeling. Yaitu faktor tren,
yang ingin secara terus-menerus mengikuti tren yang ada. Kemudian ada faktor
responden ( 30 %), dan faktor korban mode sebanyak 6 responden (20 %).
anak-anak yang terkena penipuan. Dari hasil yang didapatkan, bahwa penipuan
ini terjadi karena adanya pengamatan mengenai perilaku terhadap orang yang
ditiru dengan pengalaman yang akan dilakukan. Proses belajar semacam ini
1997).
Penelitian terdahulu oleh Sella Y. P. (2013) menunjukkan bahwa dari
menyatakan ketertarikan yang berlebih pada fashion. Dalam hal ini mengenai
busana yang didapatkan dari menonton tayangan drama seri Korea secara rutin,
sehingga akan muncul perilaku modeling yang tanpa disadari akan membawa
para remaja berpenambilan seperti tokoh yang ada pada drama dan jauh dari
Penelitian pada tahun 2016 yang dilakukan oleh Yudi menjelaskan bahwa
idolanya. Slamet (dalam Yudi, 2016) menyatakan bahwa adanya rasa puas
pada diri seseorang dengan munculnya sifat hedonisme untuk menirukan gaya
mengenai adanya pengaruh budaya Korea yang membawa pengaruh bagi para
remaja. Hal ini akan membawa dampak positif yaitu membawa remaja untuk
bisa menabung dengan apa yang ingin dia beli. Namun, juga membawa
dampak negatif seperti hidup menjadi boros karena ingin meniru gaya dari
A. RUMUSAN MASALAH
C. MANFAAT
1. Manfaat teoritis:
perilaku tokoh yang disukai dengan gaya hidup hedonisme yang terjadi
2. Manfaat praktis:
remaja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dengan hal yang tidak bermanfaat. Hedonisme ini ada dengan memandang
hidup(Pontania, 2016).
muncul dari diri individu seseorang hanya untuk mencari kesenangan dan
Menurut Well & Tigert (Misbahun Nadzir & Tri Muji Ingarianti,
Minat berarti apa yang menarik dari lingkungan individu dalam proses
peristiwa, atau topik yang lebih mendorong pada kesenangan hidup saja.
Dalam hal ini bisa berupa pakaian, makanan, benda mewah, tempat
nyata dan terlihat. Contohnya, remaja akan sering pergi keluar rumah
terjadi karena adanya faktor eksternal dan faktor internal dari seseorang.
a. Sikap
Sikap merupakan suatu keadaan yang ada dipikiran untuk memberikan
buruk.
c. Kepribadian
d. Konsep Diri
Dengan adanya konsep diri seharusnya hal ini bisa digunakan untuk
e. Motif
sesuatu hal yang akan dilakukan. Motif ini menjadi point penting pada
f. Persepsi
2. Faktor Eksternal
a. Kelompok Referensi
pada sikap dan perilaku seseorang inilah yang biasa disebut dengan
b. Keluarga
Keluarga merupakan peran penting dalam proses terbentuknya sikap
ketika anak dari kecil dimanjakan oleh fasilitas yang lengkap dan
c. Kelas sosial
d. Kebudayaan
Kebudayaan seperti kesenian, moral, hukum, adat istiadat yang ada akan
aspek sikap hedonisme, yang mengacu pada teori Enggel, dkk (1995)
spending.
membeli dari konsumen merupakan salah satu stimulus yang muncul dari
kebutuhan saja, namun pada tanda yang akan menunjukkan diri mereka
adanya dorongan dari beberapa orang yang bukan dari batin, melainkan itu
S. (2016).
B. Perilaku Modeling
merupakan pokok dari teori yang dipopulerkan oleh Albert Bandura. Teori
bisa diartikan mengenai perilaku yang bisa terjadi dengan melalui berbagai
mengembangkan presepsi fanatis oleh minat dan perhatian, dari gaya hidup
remaja untuk menirukan tingkah laku yang dilakukan oleh model yang
tertentu yang disukainya dan mereka akan beranggapan bahwa gaya hidup
dan penampilan seperti apa yang diidolakan adalah suatu pedoman yang
Adanya rasa penghargaan sosial yang tinggi. Hal inilah yang nantinya
teori pembelajaran yang lebih berfokus pada tanda perubahan yang terjadi
pada perilaku dan proses mental seseorang. Teori ini juga menjelaskan
kurang baik, dan orang yang sedang melakukan proses belajar melalui
pertama tidak dibahas secara rinci oleh para teoretikus karena, pada
telah belajar membuat respons yang tepat. Copying, Miller dan Dollard
F.,2016).
perilaku yang kurang baik, seperi penipuan atau menirukan gaya hidup
yang buruk. Pokok pemahaman teori ini mengenai adanya langkah penting
dan pembelajaran tertentu. Bisa dilihat pada saat remaja pertama kali
akan dilakukan yang merupakan efek dari adanya perilaku modeling adalah
perilaku konsumtif sehingga gaya hidup menjadi hedonis. Disini efek media
sosial ataupun lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan perilaku gaya
hidup yang hedonis dengan menimbulkan perhatian antara individu yang akan
melihat adanya pengaruh gaya hidup yang dilakukan sehari-hari dengan gaya
Salah satu faktor eksternal terjadinya gaya hidup hedonis yaitu kelompok
menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu termasuk gaya
(2017), faktor eksternal yang mendasari gaya hidup hedonis salah satunya
idolanya. Alasan dapat terjadinya perilaku menirukan itu berasal dari adanya
Gaya hidup yang hedonis inilah yang menjadikan salah satu aktivitas
hidup demi mencari kesenangan hidup dan hanya bermain-main tanpa adanya
manfaat yang jelas atau hanya membeli barang-barang mewah yang hanya
dengan kesukaan bukan kegunaan. Dari sinilah dapat dilihat bahwa bentuk
dari adanya gaya hidup ini dapat berupa gaya hidup dari penampilan dengan
melalui iklan baik sosial media atau yang lainnya. Selain itu modeling ini bisa
muncul dari keinginan untuk menirukan idolanya dengan gaya hidup yang
Contohnya ada pada foto di instagram seorang artis atau influencer dimana
mereka pasti akan memperlihatkan suatu yang memiliki daya tarik lebih untuk
contohnya pada postingan tasya farasya yang banyak bertanya “Kak beli
seepatunya dimana?” disitulah para remaja akan bisa menirukan gaya para
modeling ini bisa berupa semua yang dipakai oleh sang idola, baik pakaian,
sekarang. Keinginan remaja untuk menjadi trend yang modern inilah yang
bagaimanapun caranya untuk bisa mencapai apa yang dia inginkan. Selain itu,
mereka juga akan meluangkan waktunya untuk mencari barang yang dia
inginkan. Selain itu, kebiasaan gaya hidup para idolanya juga akan ditiru
D. Kerangka Teori
Remaja
Lingkungan
Perilaku
Modeling
Gaya Hidup
Hedonis Tinggi Hedonis Hedonis Rendah
modeling dan gaya hidup hedonis pada remaja, menurut beberapa ahli
mengatakan bahwa gaya hedonis yang tinggi khususnya pada remaja akan
sebanding dengan tingginya perilaku modeling yang akan dilakukan, begitu juga
sebaliknya.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan yang signifikan antara
hedonis
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
variabel adalah orang atau obyek yang menjadi karakteristik dalam penelitian,
atau suatu kejadian yang mengandung berbagai nilai yang akan dijumapai
(Yusuf, 2015). Variabel independen atau bebas dalam penelitian ini yaitu
imitasi.
untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Azwar, 2011).
B. Operasionalisasi Variabel
Definisi operasional atau sering disebut dengan definisi yang didasarkan pada
1. Modeling dalam penelitian ini bermakna minat atau dukungan dalam remaja
1. Populasi
menghasilkan suatu data yang dapat dipercaya dan digunakan sebagai bahan
bahwa populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapa berupa
makhluk hidup, gejala nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya. Azwar
2. Sampel
dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut (Yusuf, 2015).
antara satu cluster dengan cluster lain terdapat perbedaan. Dalam penelitian
kelas X, XI, dan XII. Peneliti kemudian menentukan sebanyak 10 orang dari
kelas XII, 10 orang dari kelas XI, dan 11 orang dari kelas X.
skala kepada sampel yang telah ditentukan oleh peneliti. Skala yang
menyebutkan bahwa likert adalah aspek yang cocok untuk dipilih dalam
menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
aspek yang ada dalam perilaku modeling oleh Gerungan (Kusuma, 2014).
Sistem pada skala dibagi menjadi dua kategori yaitu bersikap mendukung
dengan melihat kategori aitem, yaitu untuk kategori favorable bergerak dari
aspek-aspek gaya hidup hedonis yang dikemukakan oleh Well dan Tigert
alternatif jawaban. Aitem pada skala dibagi menjadi dua kategori yaitu
kategori favorable bergerak dari satu (Sangat Tidak Setuju) sampai dengan
berupa skor hasil persepsi suatu variabel baik variabel bebas maupun variabel
merupakan salah satu teknik untuk meningkatkan reliabilitas skor tes. Daya
digunakan untuk perbedaan antara individu dengan individu yang lainnya baik
aitem dan skor total tes. Analisis koefisien korelasi menggunakan bantuan
program aplikasi SPSS 22.0 (Statistical Package for Social Science). Kriteria
koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk skala perilaku
modeling adalah 0,20, sehingga aitem yang memiliki koefisien korelasi < 0,20
5, 6, 7, 8, 13, 14, 16, 18, 20, 23, 26, 27, 28, 31, 32, 33, dan 38.
1. Uji Normalitas
3. Uji Hipotesis
Variabel X Variabel Y r p
Gaya hidup
Perilaku Modeling ,452* .011
hedonis
G. Tahapan Penelitian
adanya data awal sangat membantu penulis dalam menyusun BAB 1 dalam
untuk BAB 1 dan BAB 2 yang tidak sesuai dengan penulisan ataupun
muatan yang seharusnya ada pada BAB 1 dan BAB 2. Setelah melakukan
revisi BAB 1 dan BAB 2, penulis kemudian menyusun BAB 3 dan mulai
data uji coba untuk mengetahui aitem yang gugur dan juga aitem yang
diterima.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Demografi
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berada pada kelas 10,
Usia f %
18 tahun
2 6,5
17 tahun 25,8
8
16 tahun 11 35,5
15 tahun 10 32,3
Total 31 100%
Dilihat pada table diatas bahwa usia 15 tahun terdapat 6 sampel dengan
32,3%, dan pada usia 16 tahun terdapat 11 sampel dengan 35,5%, dan
pada usia 17 tahun terdapat 8 subjek dengan 25,8%, dan pada usia 18
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 15 48,4
Perempuan 16 51,6
Total 31 100%
Dapat dilihat pada table diatas menunujukkan bahwa terdapat 15 subjek
Kelas f %
Kelas 10 10 32,3
Kelas 11 10 32,3
Kelas 12 11 35,5
Total 136 100%
Dapat dilihat pada table diatas yang menunjukkan bahwa subjek yang
tinggi.
Interval Kategori f %
30 ≤ , <40 Tinggi 4 12,9
Sedang - -
Sangat 87,1
>60 27
tinggi
Total 31 100%
Selanjutnya pada tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 4 orang dengan
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan sebagai bentuk untuk mengetahui bahwa data
yang digunakan terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansi >
signifikansi nya < 0.05 maka data penelitian tidak terdistribusi normal
b. Uji Linieritas
bersifat linear atau tidak. Variable dapat diktakan linear apabila memiliki
nilai p >0.05 dan dapat dikatakan tidak normal apabila memiliki nilai p
<0.05 (Widhiarso, 2010). Hasil dari uji linearitas yang dilakukan peneliti
3. Uji Hipotesis
digunakan dalam penelitian ini bisa ditolak atau diterima. Variabel dapat
kedua variable lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan uji normalitas yang
uji hipotesis yang dilakukan adalah korelasi pearson. Hasil uji hipotesis
Variabel X Variabel Y r p
Gaya hidup
Perilaku Modeling ,452* .011
hedonis
Berdasarkan hasil uji korelasi pearson yang telah dilakukan, didapat nilai
korelasi pearson = ,011 karena dibawah dari 0.05. Hal ini menunjukkan
B. Pembahasan
dalam bentuk google form melalui sosial media. Responden yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 31 orang responden. Pada penelitian ini terdapat
perilaku gaya hidup hedonis yang relatif tinggi, sedangkan 27 orang dengan
Modeling dengan Gaya Hidup Hedonis pada remaja di kota Makassar. Dengan
nilai koefisien korelasi antara variabel sebesar Sig. (2-tailed) = ,011. Maka
C. Keterbatasan Penelitian
aitem pada skala. Namun, penulis sangat terbantu dengan adanya kakak-kakak
analisis SPSS.
BAB V
A. Kesimpulan
yang disebarkan dalam bentuk google form melalui sosial media. Jumlah
16 subjek dengan presentase 51,6%. Dan subjek yang berada pada kelas
35,5%.
Makassar. Dengan nilai koefisien korelasi antara variabel sebesar Sig. (2-
B. Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian perilaku modeling berhubugan
dengan gaya hidup hedonis. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti
bermaksud untuk memberikan saran kepada orang tua maupun untuk peneliti
selanjutnya
Diharapkan para orang tua untuk mengotrol dengan baik pergaulan maupun
Bagi peneliti selanutnya yang tertarik untuk meneliti hubungan antara perilaku
modeling dengan gaya hidup hedonis adapun beberapa saran yang dapat
referensi dan sumber yang terkait dengan perilaku modeling maupun gaya
hidup hedonis agar hasil penelitiannya dapat lebih lengkap dan lebih baik
lagi.