Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGENDALIAN


KEUANGAN

Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si.,
Ak., C.A.

Disusun Oleh: Kelompok 7


I Gede Candra Kusuma (2007531185)
Dewa Ayu Meilia Santi Dewi (2007531210)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
Kelompok 7 dapat menyelesaikan tugas Ringkasan Mata Kuliah (RMK) yang berjudul “Aspek
Keperilakuan Pada Pengendalian Keuangan” dengan tepat waktu.

Ringkasan Mata Kuliah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi
Keberlanjutan. Selain itu, Ringkasan Mata Kuliah ini bertujuan menambah wawasan tentang
Aspek Keperilakuan Pada Pengendalian Keuangan bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si., Ak.,
C.A. selaku dosen mata kuliah Akuntansi Keberlanjutan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya Ringkasan Mata Kuliah ini. Kelompok 7 menyadari Ringkasan Mata Kuliah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun di harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 21 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3

BAB 1. PENDAHULUAN 4

1.1. Latar Belakang 4

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Tujuan Ringkasan 4

BAB 2. PEMBAHASAN 6

2.1. Pengertian Pengendalian Keuangan 6

2.2. Pengendalian Terpadu 7

2.3. Faktor-faktor Kontekstual 8

2.4. Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan 10

2.5. Case Study 11

BAB 3. PENUTUP 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.

1.1. Latar Belakang

Fungsi keuangan dalam organisasi biasanya dipisahkan menjadi dua jabatan, yaitu
bendahara dan administrasi pembukuan atau akuntansi. Bendahara bertanggung jawab atas
perolehan dan penggunaan dana. Bidang tanggung jawab kontroler meliputi akuntansi
(accounting), pelaporan (reporting), dan pengendalian (controlling).

Pengendalian keuangan merupakan aspek yang komplek, melibatkan pikiran dan


tindakan manusia secara langsung dalam upaya mengatur investasi, alokasi biaya, dan
perolehan laba berjalan sesuai dengan rencana organisasi. Pengendalian keuangan berada
dalam setiap tahap kegiatan yang menyangkut implementasi kegiatan keuangan dari
proses awal hingga tercapainya tujuan organisasi. Tujuannya adalah menjamin
terealisasinya sebuah perencanaan.

Manajer menggunakan berbagai cara dan pendekatan untuk melaksanakan


pengendalian keuangan. Untuk mempermudah pelaksanaan pengendalian keuangan yang
baik, maka standard pun harus ditetapkan sebelumnya, dengan harapan keuangan mudah
dikendalikan.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan pengendalian keuangan?

2) Apa yang dimaksud dengan pengendalian terpadu ataupun komprehensif dalam


pengendalian keuangan?

3) Apa sajakah faktor-faktor kontekstual dalam pengendalian keuangan?

4) Apa saja pertimbangan-pertimbangan dalam rancangan pengendalian keuangan?

1.3. Tujuan Ringkasan

1) Mengetahui yang dimaksud dengan pengendalian keuangan?

2) Mengetahui pengendalian terpadu ataupun komprehensif dalam pengendalian


keuangan?

3) Mengetahui faktor-faktor kontekstual dalam pengendalian keuangan?

4
4) Mengetahui pertimbangan-pertimbangan dalam rancangan pengendalian
keuangan?

5
BAB 2. PEMBAHASAN

2.

2.1. Pengertian Pengendalian Keuangan

Pengendalian keuangan adalah tahap dimana rencana keuangan diimplementasikan,


yaitu menyangkut umpan balik dan proses penyesuaian yang diperlukan untuk menjamin
bahwa rencana terlaksana atau untuk mengubah rencana yang ada sebagai tanggapan
terhadap berbagai perubahan dalam lingkungan operasi. Definisi pengendalian telah
didasarkan pada konsep “kepercayaan” dan “kemungkinan”. Para manajer membutuhkan
suatu keyakinan tentang cara dunia mereka bekerja dan dampak-dampak yang mereka
harapkan dari suatu inisiatif dipilih. Bagaimanapun, para manajer secara khusus memiliki
peluang untuk dapat mendeteksi hasil-hasil keperilakuan.

2.1.1. Umpan balik Mekanikal VS Respon Perilaku

Fokus utama dalam pengendalian keuangan adalah perilaku dari orang -


orang yang ada dalam organisasi dan bukan pada mesin. Aplikasi mekanikal
dari pengendalian seperti termometer yang mengendalikan temperatur tubuh,
lebih menekankan pada sifat mekanik dari pada sifat perilaku.

2.1.2. Perluasan Konsep - Konsep Tradisional

Konsep - konsep pengendalian dalam akuntansi sering kali berarti hasil


dari informasi akuntansi adalah langkah akhir dari peran akuntan. Ketika sistem
pengendalian dirancang secara tepat untuk menghasilkan informasi yang akurat
dan andal, fokus sistem pengambilan secara tradisional terletak pada tujuh
faktor berikut :

1) Mempekerjakan karyawan yang akan melaksanakan tanggung jawabnya


dengan kompeten dan penuh integritas.

2) Menghindari fungsi - fungsi yang tidak harmonis dengan memisahkan


tugas dan tanggung jawab

3) Mendefinisikan wewenang yang terkait dengan suatu posisi sehingga


kesesuaian dari suatu transaksi dilaksanakan dan dapat dievaluasi.

4) Menetapkan metode yang sistematis guna memastikan bahwa transaksi


telah dicatat dengan akurat.

6
5) Memastikan bahwa dokumentasi memadai.

6) Menjaga aset dengan mendesain prosedur yang membatasi akses


terhadap aset.

7) Mendesain pengecekan independen untuk meningkatkan akurasi.

Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain pengendalian internal


mencerminkan pengalaman dari profesi audit. Pengalaman yang tak ternilai
tersebut dapat digunakan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem
pengendalian keuangan melalui perluasan seperangkat tujuan yang dimiliki
guna melalui informasi akuntansi guna mencakup proses administratif.
Perluasan lingkup keterlibatan akuntan dalam proses administratif tidak dapat
disangkal lagi adalah suatu yang paling penting dalam suatu pengendalian
akuntansi.

2.2. Pengendalian Terpadu

Secara formal, sistem pengendalian komprehensif merupakan suatu konfigurasi


yang saling melengkapi, yaitu subsistem formal yang didukung proses administratif.
Untuk dapat diformalkan suatu sub-sistem pengendalian seharusnya terstruktur dan
berkelanjutan, serta didesain dengan suatu proses yang tepat untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Untuk bisa menjadi pengendalian yang komprehensif, suatu sistem pengendalian
seharusnya mencakup aktivitas perencanaan, operasional, dan fungsi umpan balik

2.2.1. Perencanaan

Proses perencanaan dalam organisasi juga ditandai dengan istilah perilaku


penetapan tujuan. Aspek - aspek terpenting dari proses penetapan tujuan adalah
dasar dari organisasi dan komunikasi. Masalah pokok dari perencanaan dapat
menjadi kunci pengendalian yang efektif. Suatu perencanaan yang terlalu teknis
atau terlalu dapat menimbulkan kerusakan pada pengendalian bagi mereka yang
kurang waspada, karena tidak ada perhatian yang utuh pada implikasi
pengendalian terhadap implementasi rencana.

2.2.2. Operasi

Dalam organisasi yang terstruktur, fungsi - fungsi organisasi menyadari


keberadaan dari rencana manajemen walaupun perencanaan tersebut bersifat
tidak formal atau tidak tertulis. Batasan operasi mengacu pada pelaksanaan

7
aktivitas aktivitas organisasi, termasuk didalamnya provisi atau jasa pelayanan
dan produksi produk yang sama pentingnya dengan menjaga fungsi operasi.
Pengendalian operasi merupakan proses perantara dan proses perbaikan
terhadap aktivitas - aktivitas operasi proses implementasi atas rencana - rencana
manajemen.

2.2.3. Umpan Balik

Umpan balik dalam organisasi berasal dari sumber formal dan informal
yang disusun dari komunikasi non - verbal. Komunikasi tersebut dihasilkan
secara rutin dan statistic yang ditabulasikan sebagai dasar untuk evaluasi
penyusunan. Evaluasi ini akan mempengaruhi distribusi kompensasi,
pemberian sanksi dan perubahan atas prose perencanaan serta operasi sebagai
akibat dari umpan balik.

2.2.4. Interaksi Pengendalian

Perencanaan, operasi dan aktivitas - aktivitas umpan balik telah


diidentifikasi sebagai tiga aspek dari proses administratif yang sangat didukung
oleh rancangan sistem pengendalian terpadu. Hubungan ini dapat ditata untuk
menciptakan kumpulan besar jika suatu organisasi dapat menghubungkan sub-
sub sistem pengendalian yang baik guna mendukung perencanaan, operasi dan
umpan balik.

2.3. Faktor-faktor Kontekstual

Konteks dapat menjadi menjadi penting untuk keberhasilan dalam mendesain dan
mengimplementasikan sistem pengendalian keuangan. Konteks mengacu serangkaian
karakteristik yang menentukan susunan empiris dalam sistem pengendalian yang akan
ditetapkan. Proses dalam mengidentifikasikan faktor - faktor kontekstual yang penting
merupakan subjek tertinggi dan sangat temporer, Semua daftar dari faktor -faktor
kontekstual kritis merupakan subjek untuk melakukan perbaikan secara menyeluruh.

2.3.1. Ukuran

Ukuran dapat dipandang sebagai suatu peluang dan juga suatu hambatan.
Ukuran dipandang sebagai pemberi manfaat ekonomi dan bukan sebagai
strategi pengendalian. Ukuran dapat menjadi hambatan apabila pertumbuhan
ekonomi menyebabkan eliminasi terhadap strategi pengendalian. Ketika ukuran

8
menjadi suatu yang penting dalam melakukan pembatasan konteks, ukuran juga
banyak dikaitkan dengan variabel – variabel lainnya. Kondisi ini menyebabkan
ukuran tidak dapat memisahkan diri menjadi suatu variabel saja. Sebagai contoh
struktur-struktur stabilitas lingkungan dan proses dapat dikaitkan dengan
ukuran.

2.3.2. Stabilitas Lingkungan

Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dari


desain pengendalian dari lingkungan yang selalu berubah. Stabilitas dari
lingkungan eksogen dapat dilihat dari kekuatan gerakan yang secara eksternal
menghasilkan produk - produk yang memerlukan suatu tanggapan. Suatu
lingkungan eksogen yang stabil diasumsikan dalam banyak pembahasan sistem
biaya standar dan analisis hubungan atas varians biaya. Dengan
membandingkan biaya aktual yang terjadi dengan standar yang ditetapkan, sub
sistem biaya standar menjadi penting untuk ditinjau

2.3.3. Motif Keuntungan

Keberadaan motif keuntungan tentunya bukanlah suatu penghalang untuk


menggunakan ukuran-ukuran penilaian akuntansi terhadap produktivitas. Pada
sisi lain, jelas bahwa sistem pengendalian yang didasarkan pada motif dan
ukuran ukuran profitabilitas seringkali tidak dapat diterjemahkan secara
langsung pada konteks nirlaba (non-profit).

Manfaat terbesar yang berkaitan dengan indikator-indikator berbasis laba


adalah bahwa indikator indikator tersebut secara statistik akan nampak jelas bila
diringkas Ringkasan-ringkasan tersebut sering diartikan sebagai suatu
ringkasan atas keseluruhan keberhasilan dari sub-sistem yang kompleks dan
sukar dipahami, dimana subsistem tersebut meliputi seluruh organisasi. Ketika
motif laba tidak muncul, indikator-indikator lain dari organisasi dan
keberhasilan individu seharusnya didasarkan pada hal yang tersebut diatas.

2.3.4. Faktor – Faktor Proses

Telah diketahui bahwa tujuan proses terhadap pengendalian akuntansi


dapat menjadi suatu penentu yang penting dalam desain pengendalian.
Beberapa karakteristik proses organisasi dapat menjadi penting bagi tujuan

9
pengendalian, sementara karakteristik lainnya mungkin bersifat terbatas dan
tidak membuat perbedaan.

Proses sederhana maupun kompleks dan proses biaya variabel maupun


biaya tetap akan diperlihatkan secara singkat. Proses sederhana adalah salah
satu yang dapat dikarakteristikkan dengan memahami hubungan sebab akibat
secara baik. Suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai hubungan yang
tidak dapat dipahami dengan baik. Biaya-biaya yang sulit dihindari terjadi pada
unit-unit dalam perusahaan. seperti riset dan pengembangan, pemasaran, dan
administrasi karyawan. Hal ini sering menjadi kesulitan dalam mendesain
inisiatif-inisiatif pengendalian terhadap aplikasi biaya yang tidak bisa dihindari
karena ketidakpastian dalam pengaruh pengendalian.

2.4. Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan

Pengendalian telah didefinisikan sebagai suatu inisiatif karena diyakini bahwa


kemungkinan pencapaian hasil yang diharapkan tinggi. Untuk memperbaiki kemungkinan
keberhasilan, para desainer akan mencari cara untuk menghubungkan yang dipercaya
bersifat nyata dalam lingkungan.

2.4.1. Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis.

Antisipasi terhadap konsekuensi logis merupakan komponen-komponen


inti dalam mendesain pengendalian. Kondisi ini merupakan hal yang penting
bagi seorang manajer keuangan yang terbiasa membuat pertimbangan
berdasarkan apakah suatu hasil itu baik atau buruk. Suatu pengendalian akan
berhubungan dengan hasil atau konsekuensi baik yang tepat maupun tidak.

Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan Perilaku pekerja yang rasional,


dapat diprediksi dan logis merupakan konsekuensi logis yang sering dikaitkan
terhadap pengenalan dengan sistem biaya standar. Para manajer yang
berpengalaman seringkali mengantisipasi berbagai output yang berkaitan
dengan proses pengendalian yang mereka pahami. Salah satu hal yang sangat
berharga dari desentralisasi atau pendelegasian wewenang dalam pengambilan
keputusan adalah jika seorang manajer mendelegasikan suatu keputusan kepada
seorang karyawan, maka karyawan tersebut dapat mengambil keputusan yang
berbeda dengan manajernya.

10
2.4.2. Relevansi dengan teori agensi

Teori agensi menyangkut persoalan biaya, dimana suatu pendelegasian


dengan asumsi keputusan-keputusan tertentu bersifat tidak nyata atau
dipengaruhi secara bersama-sama agar menjadi tidak nyata. Ide-ide mengenai
teori agensi dapat diilustrasikan dengan perjalanan seorang tenaga penjualan
yang secara terus menerus berada jauh dari kantor. Manajer penjualan akan
memiliki sedikit gagasan mengenai tingkat usaha yang dilakukan oleh agen
tersebut, oleh karena itu perjanjian kerja dari tenaga penjualan akan didasarkan
pada prestasi penjualan.

2.4.3. Pengelolaan Perubahan

Pengelolaan perubahan adalah sesuatu yang penting dalam menentukan


rancangan rancangan pengendalian. Para manajer melaksanakan pengendalian
untuk mencapai tujuan-tujuan yang sering kali dihadapkan pada satu atau lebih
dilema bisnis. Suatu tantangan yang lebih logis dan lebih menimbulkan
ketegangan adalah ketika manajer tidak tanggap terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi. Banyak organisasi menggunakan konsultan dari luar atau fungsi
audit internalnya sebagai bagian dari pengendalian yang baru. Dalam jangka
panjang akan memelihara lingkungan pengendalian lewat suatu proses
perubahan dan kompensasi.

2.5. Case Study

Salah satu artikel yang membahas aspek keperilakuan pada pengendalian keuangan
adalah artikel yang berjudul “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan,
Sistem Pengendalian Internal Dan Kompetensi Staf Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah” oleh Endang (2022). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dalam bentuk kuesioner, populasi dalam penelitian ini
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa pengaruh sistem
pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah pada SKPD Kota Bandung. Maka hal ini dapat dikatakan
bahwa semakin meningkatnya sistem pengendalian internal dalam hal ini lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan

11
pemantauan maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada
SKPD Kota Bandung.

12
BAB 3. PENUTUP

Pengendalian keuangan merupakan aspek yang komplek, melibatkan pikiran dan


tindakan manusia secara langsung dalam upaya mengatur investasi, alokasi biaya, dan
perolehan laba berjalan sesuai dengan rencana organisasi. Pengendalian keuangan berada
dalam setiap tahap kegiatan yang menyangkut implementasi kegiatan keuangan dari proses
awal hingga tercapainya tujuan organisasi. Tujuannya adalah menjamin terealisasinya sebuah
perencanaan.
.

13
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Keperilakuan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai