Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Palestina Pra-Islam

Tanah Kan’an
Sejumlah ahli arkeologi berpendapat, bahwa suku Nathufiyyah
adalah manusia pertama yang mendiami wilayah utara Al-Quds,
wilayah pantai dan di goa-goa dekat gunung Karmel, kira-kira pada
14.000-8.000 tahun Sebelum Masehi.

Pada tahun 8.000-4.500 SM, mulailah manusia mendiami satu


wilayah dengan tidak berpindah-pindah yaitu di Kota Ariiha (Jericho).
Hal tersebut tampak dari tanda-tanda sebagaimana para pakar
arkeologi, seperti bangunan-bangunan kuno yang merupakan
bangunan pertama di dunia. Sementara itu, di desa Abu Syasyah, di
dekat Ramallah, tampak tanda-tanda keberadaan sejumlah suku
yang mendiami wilayah tersebut, kira-kira 3.500 SM.

Pada awal sejarah menunjukan bahwa kabilah-kabilah Arabiyyah


(bangsa Kan’an, Amuriyyah, Yabusiyyah, dan Finikiyyah) adalah
bangsa yang paling pertama mendiami wilayah
Palestina.Berdasarkan kesepakatan para ahli sejarah barat maupun
timur, yaitu kira-kira pada tahun 2.500 SM. Mereka menetap di
wilayah pantai dan gunung-gunung.

Adapun Yabusiah, mereka mendiami kawasan Al-Quds dan


membangun kota di sana yang dinamakan kota Yabus. Dengan
demikian bangsa Palestina saat ini adalah keturunan suku-suksu
tersebut. Suku Kan’an membangun 119 kota. Sementara bangsa
Yahudi tidak ada ada satupun tanda-tanda pernah mendiami
kawasan in. sebagaimana disebutkan kitab Taurat maupun Injil.

Pada tahun 2.000 s.d. 1200 SM, daerah ini dipimpin oleh Haksus
(Heksos). Wilayah ini bisa menyempit dan meluas, tergantung siapa
yang memerintahnya. Namun wilayahnya tidak sampai ke luar
kawasan Syam (Syam saat ini terdiri dari kawasan Palestina,
Lebanon, Suriah, Jordania, dan Mesir).

Nama Palestina
Nama Palestina waktu itu belum ada, yang ada adalah tanah
Kan’an (Ardhu Kan’an), karena yang mendiaminya adalah bangsa
Kan’an.
Hubungan nama Kan’an dengan Nabi Nuh memang tidak terdapat
secara eksplisit di dalam ayat Al-Quran, melainkan penafsiran saja.
Ayat-ayat yang menjelaskan interaksi Nabi Nuh dengan Kan’an tidak
terdapat dalam surat Nuh itu sendiri, melainkan di Surat Hud ayat 42
sampai 48.

Firman Allah, artinya: “Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke


dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan
berlabuhnya.” Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahtera itu berlayar
membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh
memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh
terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan
janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”

Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung


yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada
yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha
Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya;
maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan)
berhentilah,” Dan air pun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan
bahtera itu pun berlabuh di atas Bukit Judi, dan dikatakan: Binasalah
orang-orang yang lalim.”

Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku,


sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji
Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-
adilnya.”

Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk


keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya
(perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)
nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu
jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Q.S.
Huud [11] : 41-48).
Imam As-Suyuti menyebutkan bahwa nama Nuh bukan berasal dari
bahasa Arab, tetapi dari bahasa Suriah yang artinya “bersyukur” atau
“selalu berterima kasih”.

Imam Al-Hakim berkata dinamakan Nuh karena seringnya dia


menangis, nama aslinya adalah Abdul Ghafar (Hamba dari Yang
Maha Pengampun).
Di dalam Al-Quran disebutkan, “(yaitu) anak cucu dari orang-orang
yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah
hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (Q.S. Al Israa’ [17] :3).
Nabi Nuh ‘Alaihis Salam hidup sekitar 3993-3043 SM, atau berusia
sekitar 950 tahun. Nuh ‘Alaihis Salam diangkat menjadi Nabi sekitar
tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di Babylonia (wilayah selatan
dari Iraq sekarang). Namanya disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-
Quran.

Nabi Nuh ‘Alaihis Salam memiliki empat anak laki-laki yaitu: Kan’an,
Sem (Syam), Ham dn Yafet.

Pada tahun 1960, berita Life Magazine menyebutkan bahwa pesawat


Tentara Nasional Turki menangkap sebuah benda mirip perahu di
puncak Gunung Ararat (nama lainnya adalah Guardian, Armenia,
Judi).Panjangnya sekitar 500 kaki (150 meter) dan diduga perahu
Nabi Nuh ‘Alaihis Salam (The Noah’s Ark).
Dr. Salih Bayraktutan dari Universitas Attaturk Turki mengatakan, “Ini
adalah struktur (kapal) buatan manusia, dan pasti ini bahtera Nuh.
Situs ini langsung di bawah Gunung al-Judi, yang disebutkan dalam
Al-Qur’an sebagai tempat berlabuhnya kapal, seperti dalam Surat
Hud ayat 44”.

Dari keturunan Syam bin Nuh, melahirkan Nabi Ibrahim ‘Alaihis


Salam. Garis keturunannya adalah Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin
Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin
Syam bin Nuh.

Ibrahim (hidup sekitar tahun 1997-1882 SM), atau usianya sekitar 115
tahun. Menjadi Nabi sekitar tahun 1900 SM atau saat berumur 97
tahun. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam diutus untuk kaum Kaldan di
wilayah Ur, Babylonia (kawasan selatan Iraq sekarang).

Menurut teks kuno dan legenda, pendiri Babylonia adalah Raja


Namrud bin Kan’an bin Kush bin Ham bin Nuh. Ia memerintah
bersama Ratu Semiramis. Raja Namrud digambarkan sebagai tiran
perkasa yang dzalim dan mengaku dirinya sebagai dewa penguasa
alam.

Tanah Kan’an dan Nabi Ibrahim


Terusir oleh kedzaliman Raja namrud, Nabi Ibrahim bersama Nabi
Luth berhijrah dari Babylonia ke wilayah Kan’an (Ardhu Kan’an),
suatu daerah di barat daya Haran, meliputi daerah di lembah sungai
Jordania, Wilayah Syam (yang kemudian disebut dengan Palestina).

Buminya sangat subur dan indah. Dikuasakan kepada Ibrahim dan


keturunannya dengan syarat: mereka (keturunannya) tidak berbuat
dzalim (aniaya, baik pada Tuhan maupun pada manusia).

Dari Hajar, Nabi Ibrahim memperoleh keturunan Nabi Ismai’l ‘Alaihis


Salam (tinggal di Mekkah). Yang melahirkan keturunan hingga Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sedangkan dari Sarah, Nabi
Ibrahim ‘Alaihis Salam memperoleh anak Nabi Ishak ‘Alaihis Salam (di
Syam atau Palestina).

Sementara dari Nabi Ishak ‘Alaihis Salam memperoleh anak yang


dinamakan Nabi Ya‘qub ‘Alaihis Salam, yang diangkat Allah menjadi
Rasul-Nya dan bertugas meneruskan risalah kakeknya, Ibrahim
‘Alaihis Salam.
Nabi Ishak ‘Alaihis Salam mempunyai anak (sulung) yang bernama
Aishu (Essau). Aishu menikah dengan anak perempuan Nabi Ismail
‘Alaihis Salam dan menurunkan bangsa Romawi dan Yunani.

Nabi Ya‘qub ‘Alaihis Salam inilah yang digelari dengan “Israaiil”


(artinya hamba Allah) dan anak keturunannya disebut sebagai Bani
Ya’qub atau Bani Israil.

Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam (hidup sekitar 1837-1690 SM, atau berusia
sekitar 147 tahun) memiliki dua belas putera, yakni : Rubin, Syam’un,
Lawway, Yahuda, Zabulaon, Yasakir, Dann, Gad, Asyar, Naftali, Yusuf,
dan Bunyamin.

Sampai berkembang di sini pun nama Palestina belum muncul.


Namanya masih disebut dengan Ardhu Kan’an, tanahnya bangsa
Kan’an, anak keturunan Nabi Nuh ‘Alaihis Salam.

Nama Palestina
Pada masa 1550 – 1200 SM, bangsa Mesir menguasai beberapa
wilayah termasuk Tanah Kan’an (Ardhu Kanan), yang kemudian
dinamakan Palestina.

Awalnya, beberapa pendatang dari jazirah Kreet, di kepulauan


Yunani, terkenal sebagai bangsa pelaut, yang asal-usul nenek
moyangnya merupakan keturunan Nabi Ishaq bin Ibrahim, dari
putera sulungnya Aishu (Essau) yang menikah dengan puteri Nabi
Ismail ‘Alaihis Salam. Mereka datang dan mendiami selatan wilayah
tepi pantai antara Gaza dan Yafa, yang masa itu dalam kekuasaan
Fir’aun di Mesir. Suku-suku ini membangun kota. Mereka kemudian
bergaul dan berasimiliasi dengan warga setempat Ardhu Kan’aan.
Nama Ardhu Kan’aan (Tanah Kan’aan) adalah nama tertua untuk
daerah yang kemudian dikenal dengan tanah Palestina. Orang-orang
Kan’aan mendirikan sebagian besar kota-kota di wilayah tersebut.
Tidak kurang dari dua ratus kota kuno didirikan, seperti Beit She’an,
Ashkelon, Acre, Haifa, Hebron, Ashdod, Beersheba dan Betlehem.

Penduduk setempat kemudian menamakan daerah ini dalam


prasasti kuno dengan kata dalam bahasa Arab “ “ ‫( ب – ل – س – ت‬B-L-S-
T). Wilayahnya meliputi lima kerajaan kota-kota kuno : Ghaza, Asdod,
Gat, Ekron, dan Ashkelon.

Penyebutan “ “‫( ب – ل – س – ت‬B-L-S-T) berasal dari “Flisthyun” (‫)فلسطيون‬


dari akar kata “palah”

Orang-orang dari Yunani dan Romawi kuno, tempat asal sebagian


pendatang ke Tanah Kan’an (Ardhu Kan’an) menambahkan kata “n”
(nun), dengan alasan untuk kombinasi, dalam penyebutannya.
Sehingga mereka kemudian menyebutnya dengan “Filistin”.

Nama tersebut kemudian di-Inggris-kan menjadi Palestine (Palestina


–dalam bahasa Indonesia), diberikan kepada wilayah penyebaran
dari pantai Mediterania timur ke Lembah Yordan ke daerah meliputi
Galilea di utara dan selatan Gurun Negev.

Wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan Turki Ottoman


(Dinasti Utsmaniyyah) selama 400 tahun, dengan pusat administrasi
berada di Damaskus.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I, nama
Palestine dihidupkan kembali dan diaplikasikan di bawah Mandat
Inggris untuk Palestina.

Jadi, sejak adanya tanah Palestina dari Ardhu Kan’an adalah milik
orang-orang Arab asli dan pendatang dari Yunani yang kemudian
menetap di wilayah tersebut. Wilayah tersebut juga erat kaitannya
dengan diturunkannya Pata Nabi utusan Allah, yaitu Nabi Nuh dan
Nabi Ibrahim, yang mebawa risalah tauhid, mengajak menyembah
Allah Yang maha Esa, sebagai hamba-hamba yang berserah diri
kepada-Nya (sebagai seorang Muslim).

Daftar Pustaka

Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah.

Muqbil, Aly .Tarikh Filisthin al-Qadimah. Yaman. Mu’assasah al-Quds ad-Dauly


Shanaa
Tsani, Ali Farkhan. (2015) Mina News. Diakses pada 30 Oktober 2021, dari
https://minanews.net/sejarah-palestina-kuno-bagian-praislam/

Anda mungkin juga menyukai