Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan
olehpenggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan
untukmelihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi
pandangan yang tidak nyaman (Firmansyah, 2010).
Mata lelah adalah kondisi saat mata anda mengalami kelelahan akibat
penggunaan yang intens, seperti mengendarai mobil dengan waktu yang panjang,
membaca, atau bekerja di depan komputer. Kelelahan mata jarang merupakankondisi
yang serius. Pencegahan umum di rumah, tempat kerja dan di luar ruangan dapat
membantu mencegah atau mengurangi kelelahan mata. Namunkadang kelelahan mata
adalah pertanda dari kondisi lain yang memerlukanperawatan medis (dr. Tania Savitri
2017), dibawah ini merupakan tanda-tandamata lelah :
1. Mata yang lelah, perih atau gatal.
2. Mata berair atau kering.
3. Penglihatan kabur atau ganda.
4. Sakit kepala.
5. Nyeri pada leher dan bahu atau punggung.
6. Bertambahnya sensitivitas pada cahaya.
7. Kesulitan berkonsentrasi.
8. Merasa seperti tidak dapat membuka mata.

1.2 GEJALA MATA LELAH


Gejala-gejala mata lelah (astenopia) digolongkan sebagai berikut :
- Gejala Ocular, merupakan gejala dimana mata merasa tidak nyaman, panas, terasa
nyeri, cepat lelah, merah, dan berair.
- Gejala Visual, terjadi akibat mata mengalami gangguan untuk memfokuskan
bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini dapat
mengakibatkan pengelihatan ganda atau kabur pengelihatan yang kabur biasanya
berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk memfokuskan atau
mengalami kelelahan.
- Gejala umum, lainnya yang biasa menjadi keluhan akibat kelelahan mata adalah rasa
sakit kepala, sakit punggung dan pinggang, sampai mengalami vertigo.
(Bimrew Sendekie Belay, 2022).
1.3 PATOFISIOLOGI
Kelelahan mata atau stenopia merupakan gangguan fungsi penglihatan dengan
penyebab dan gejala-gejala yang majemuk yang melibatkan faktor fisik, fisiologis,
psikologis, bahkan faktor sosial. Astenopia adalah gejala-gejala yang diakibatkan oleh
adanya upaya berlebihan untuk memperoleh ketajaman hinokuler yang sebaik- baiknya
dari sistem penglihatan yang berada dalam keadaan kurang sempurna. WHO sendiri
mengungkapkan bahwa astenopia merupakan keluhan atau kelelahan visual subjektif atau
keluhan-keluhan yang dialami seseorang akibat menggunakan matanya. Istilah lain yang
dapat digunakan untuk kelelahan mata selain astenopia adalah Eye Strain, Visual
Discomfort, dan Ocular Fatigue (Farras, 2017).
Astenopia terjadi karena gangguan yang komplek dan saling mempengaruhi pada
proses sistem penglihatan seperti tidak cukupnya cahaya yang masuk ke mata dari benda
yang dilihat, pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna, mekanisme
penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan yang lebih sentral (otak), dan
upaya untuk mempertahankannya tidak memadai. Kecukupan cahaya dipengaruhi oleh
faktor ekstrinsik, yaitu keadaan iluminasi dan obyek yang dilihat. Kuantitas kualitas, dan
distribusi iluminasi yang mengakibatkan cahaya terlalu terang atau redup, berfluktuasi,
arah yang miring, dan menyilankan dapat mengurangi daya sensifitas retina Obyek
berukuran kecil, bentuk yang tidak teratur, dan kurang kontras atau bergerak, ternyata
juga memudahkan timbulnya astenopia (Farras, 2017).
Pemfokuskan cahaya terganggu bila terjadi kelelahan otot siliaris dan otot-otot haar
bola mata (faktor intristik) Kelela siliaris terjadi pada penggunaan kacamata yang tidak
sesuai ukurannya yang menyebabkan kelemahan akomodasi dan konvergensi. Selain itu,
gangguan oleh masalah fusi dapat terjadi bila bayangan pada kedua mata tidak sama
besuar akibat perbedaan ukuran kacamata kanan dan kiri terlalu besar (anisometropia)
(Farras, 2017).
Faktor intristik lainnya selain faktor okular (mata) adalah faktor konstitusi. Keadaan
tersebut adalah kelelahan umum, kurang sehat, bekerja dibawah tekanan (under pressure),
kurang tidur, pemakaian obat-obatan, kelainan emosi dan gangguan psikogenik lainnya.
Selain orang yang berbakat neurotik, orang yang sehat pun (terurginisis baik
kepribadiannya), terutama jika mereka bergerak di bidang kehidupan intelektual, dan
selalu terus menerus meningkatkan dan memperbaiki diri, dapat kehilangan sebagian
energi kehidupannya yang akhirnya dapat mengalami kondisi kelelahan (Bidakara
Medical Center, 2017), Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan
temporer tonus akulomotorius dan meningkatnya tonus parasimpatis pada penderita
astenopia. Hal tersebut menyokong adanya hubungan antara astenopia dengan gangguan
gangguan akomodasi dan konvergens. Meningkatnya tonus parasimpatis terlihat dengan
adanya diameter pupil yang lebih kecil pada penderita astenopia dan lebih lemahnya
akomodasi dibandingkan dengan orang normal. Tomus parasimpatis yang meningkat
merupakan dasar beberapa keluhan pada pendenta astenopia (Farras, 2017).
Penggunaan komputer sendiri menunjukkan meningkatnya kejadian astenopia.
Kelelahan mata akibat penggunaan komputer disebut sebagai Computer Vision Syndrom
yang sering disingkat CVS. CVS sering terjadi karena mata tidak terlalu cocok untuk
menatap layar monitor. Mata tidak dapat lama berfokus pada pixel atau titik kecil yang
membentuk bayangan pada layar monitor. Seorang pengguna komputer harus terus-
menerus memfokuskan matanya untuk menjaga agar gambar tetap tajam. Proses tersebut
mengakibatkan timbulnya stress yang berulang-ulang pada otot mata, Apalagi setelah
lama menggunakan komputer, frekuensi berkedip berkurang dan mata menjadi kering dan
perih. Akibatnya, kemampuan untuk memfokuskan diri berkurang dan penglihatan bisa
menjadi buram serta timbul sakit kepala. Karena arah tatapan ke arah atas, pengguna
komputer sering terpaksa beristirahat dengan menurunkan kepala mereka yang
menyebabkan postur tubuh menjadi buruk dan leber menjadi sakit (Farras, 2017).

1.4 FAKTOR RESIKO


Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan mata adalah faktor lingkungan,
pekerjaaan, dan pekerja itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi ;
a. Faktor lingkungan, meliputi :
1. Intensitas Pencahayaan (Ilumination level)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri,
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Pencahayaan di tempat kerja yang memadai memegang peran sangat
penting dalam upaya peningkatan kesehatan, keselamatan produktivitas
tenaga kerja (Bimrew Sendekie Belay, 2022).
Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan membantu
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja. Telah diketahui bahwa setiap
pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, dimana sering kita temui
jenis pekerjaan yang membutuhkan tingkat penerangan tertentu agar
tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati objek yang sedang dikerjakan
(Bimrew Sendekie Belay, 2022). Tujuan dari pencahayaan yaitu sebagai
berikut:
 Memberikam kenyamanan dan efesiensi dalam melaksanakan
pekerjaan.
 Memberi lingkungan kerja yang aman.
2. Kekontrasan Area Kerja
Intensitas penerangan yang diperlukan tergantung dari tingkat
ketelitian suatu pekerjaan, bagian yang perlu diamati, warma dari objek
dan kemampuan dari objek tersebut untuk memantulkan cahaya. Kontras
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesilauan. Untuk melihat suatu
benda yang berwarna gelap dan kontras antara objek dan sekitarnya juga
diperlukan intensitas penerangan yang tinggi (beberapa ribu lux) (Bimrew
Sendekie Belay, 2022).
3. Kondisi Sumber Pencahayaan
Setiap sumber cahaya mempunyai satu fluk cahaya yang dipancarkan
ke segala arah. Jika suatu benda mendapatkan satu fluk cahaya maka dapat
dikatakan mendapatkan penerangan (Iluminasi). Iluminasi adalah
banyaknya cahaya yang jatuh pada permukaan yang dinyatakan dengan
satuan Lux. Terangnya sebuah ruangan akan ditentukan oleh sumber
cahaya. Baik tidaknya pencahayaan disuatu tempat kerja selalin ditentukan
oleh kuantitas atau tingkat iluminasi yang menyebabkan objek dan
sekitarnya terlihat jelas dan mempunyai peranan yang begitu penting
dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamatan dan produktivitas
tenaga kerja (Bimrew Sendekie Belay, 2022).
4. Kenyamanan Kondisi Suhu Lingkungan
Ketidaknyamanan area kerja yang dapat disebabkan oleh temperatur
juga akan mempengaruhi penyelesaian pekerjaan dari seorang pekerja.
Panas yang berlebihan di tubuh baik akibat proses metabolism tubuh itu
sendiri ataupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menyebabkan
masalah kesehatan. Kondisi panas sekeliling yang berlebihan akan
menyebabkan rasa mudah lelah dan kantuk, kondisi tersebut
mengakibatkan ketidakstabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan
saat bekerja. Seorang tenaga kerja akan bekerja secara efesien dan
produktif bila tenaga kerja berada dalam tempat yang nyaman (comfort)
atau dapat dikatakan efesiensi kerja yang optimal dalam daerah yang
nikmat kerja, yaitu suhu yang sesuai, tidak dingin dan tidak panas
(Bimrew Sendekie Belay, 2022).
b. Faktor Pekerjaan, meliputi :
1. Jenis Pekerjaan
Kebutuhan intensitas pencahayaan tergantung dari jenis pekerjaan
yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan
bila keadaan cahaya dalam tempat kerja tidak memadai. Selain intensitas
pencahayaan untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian ketejaman
pengelihatan dipengaruhi juga faktor usia, ukuran dari objek yang diamati,
beban kerja, dan posisi melihat objek yang diamati (Bimrew Sendekie
Belay, 2022).
2. Ukuran Objek Kerja
Ukuran objek berkaitan dengan kemampuan pengelihatan, makin besar
ukuran suatu objek semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan
untuk melihat benda tersebut, sedangkan untuk ukuran objek yang kecil
diperlukan kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat, akibatnya
ketegangan akomodasi konvergensi akan bertambah sehingga akan
menimbulkan kelelahan visual. Saat mata melihat objek maka mata akan
melakukan kegiatan akomodasi dengan tujuan agar mata dapat melihat
objek dengan jelas. Kegiatan akomodasi yang dilakukan oleh otot mata ini
yang akan menimbulkan kelelahan mata, hal tersebut disebabkan oleh
akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak
stabil (Bimrew Sendekie Belay, 2022).
3. Posisi Monitor
Meletakkan monitor pada level yang lebih rendah dari mata dapat
mengurangi 18 kelelahan mata. Dengan melihat ke bawah berarti lebih
luas permukaan mata yang tertutup oleh kelopak mata, sehingga secara
tidak sadar mata akan lebih sering berkedip. Hal tersebut memungkinkan
mata akan mudah menghasilkan cairan (Lubrikasi) sehingga permukaan
mata tetap basah dan licin. Letak komputer sebaiknya diletakkan lebih
rendah dari garis horizontal mata dengan membentuk sudut kurang lebih
30 derajat agar memudahkan membaca objek dengan nyaman. Situasi
tersebut dapat dicapai bila layar monitor terletak sekitar 15 cm hingga 25
cm di bawah garis horizontal mata sehingga mata akan mengarah ke
bawah, yaitu ke arah monitor (Bimrew Sendekie Belay, 2022).
4. Jarak Melihat Objek Kerja
Pekerjaan dengan komputer merupakan pekerjaan melihat dalam jarak
dekat. Proses melihat jarak dekat memerlukan suatu mekanisme
akomodasi sehingga mata dapat memfokuskan objek penglihatan ke retina
dan terbentuk bayangan yang jatuh tepat di retina. Mekanisme tersebut
menyebabkan objek yang terlihat menjadi jelas. Mata manusia
mempunyai garis sudut pandang normal sebesar 15⁰ dan dapat melebar
sampai 16⁰ sedangkan kemampuan mata normal untuk membaca huruf
hasil printer sejauh kurang lebih 400 (±50) mm (Bimrew Sendekie Belay,
2022).
c. Faktor Pekerja, meliputi :
1. Usia
Semua makhluk hidup akan mengalami kemunduran dalam hidupnya
sesuai dengan bertambahnya usia. Demikian juga dengan mata dapat
mengalami perubahan kemunduran karena usia. Bertambahnya usia
menyebabkan lensa mata berangsurangsur kehilangan elastisitasnya, dan
agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan
ketidaknyamanan pengelihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak
dekat, demikian pula pengelihatan jauh. Makin tua, jarak titik dekat makin
panjang. Objek-objek nampak kabur atau timbul perasaan tidak enak atau
kelelahan pada waktu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan dekat timbul
perasaan tidak enak atau kelelahan pada waktu mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan dekat (Bimrew Sendekie Belay, 2022).
1.5 TERAPI FARMAKOLOGI
Secara farmakologi, penatalaksanaan untuk nyeri pada mata yaitu dengan obat tetes
mata (lubricating eye drop), dimana kandungan obat tetes mata tersebut yaitu antibiotik,
antiinflamasi, analgesik, dan senyawa lainnya. Ketika diabsorpsi pada aliran darah, obat
tetes tersebut dapat menimbulkan efek samping pada bagian tubuh lainnya. Efek samping
yang muncul dapat berupa penglihatan kabur, atrofi saraf optik, demam, dll (Sucipto,
Asmarani and Nurrohmah, 2020).

1.6 TERAPI NON-FARMAKOLOGI


Secara non farmakologi, nyeri mata lelah dapat diatasi dengan senam mata (eye
exercises), blink (kedipan mata), terapi madu, dan kencur. Lestari (2016) mengungkapkan
bahwa kencur dapat digunakan untuk mengatasi mata pegal atau nyeri mata. Senam mata
merupakan teknik yang digunakan agar bola mata terbiasa lentur dan bergerak sesuai
dengan jangkauan mata, serta membuat otot mata dan sekitarnya menjadi elastis dan kuat.
Sedangkan kencur mengandung senyawa ethyl-pmethoxycinnamate yang bersifat sebagai
analgesik. Cara penggunaannya yaitu dengan membelah kencur menjadi dua bagian,
kemudian menggosokkan bagian sisi yang masih basah pada pelupuk mata. Reaksi panas
yang ditimbulkan dapat memperlancar aliran darah sehingga mengurangi penumpukan
asam laktat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi senam mata dan
pemberian kencur dalam menurunkan tingkat nyeri mata lelah pada penjahit (Sucipto,
Asmarani and Nurrohmah, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Bimrew Sendekie Belay (2022) ‘FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KELUHAN KELELAHAN MATA (ASTENOPIA) PADA KARYAWAN DINAS
KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN KABUPATEN SINJAI’, ,‫הארץ‬
)8.5.2017(, pp. 2003–2005.

Dr. Tania Savitri, 2017 Berbagai Hal yang Dapat Menyebabkan Kehamilan Anda Beresiko
Tinggi.

Farras, P.A. (2017) ‘Faktor-faktor yang Berpengaruh dengan Kelulahan Kelelahan Mata pada
Pekerja Pengguna Komputer. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/36396%0Ahttp://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36396/1/Farras Putri Arianti-
FKIK.pdf.

Firmansyah, Fathoni. 2010.Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pada


Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT. IKAPHARMINDO. Putramas Jakarta Timur.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Lestari, P. (2016). Studi Tanaman Khas Sumatera Utara yang Berkhasiat Obat. Jurnal
Farmanesia, 1(1), 11– 21.

Sucipto, A., Asmarani, F.L. and Nurrohmah, N. (2020) ‘Kombinasi Senam Mata dan
Pemberian Kencur Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri Mata Lelah Pada Penjahit’,
Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(2), pp. 173–182. doi:10.37341/interest.v9i2.214.

Anda mungkin juga menyukai