Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengaruh Paparan Komputer Terhadap Kelelahan Mata
1. Definisi
Astenopia adalah gangguan fungsi penglihatan dengan penyebab dan
gejala-gejala yang sangat majemuk yang melibatkan faktor fisik, fisiologis
psikologis bahkan faktor sosial. Astenopia atau kelelahan pada mata sering
pula disebut sebagai Computer Eye Syndrome adalah suatu keadaan mata yang
bermanifestasi tidak spesifik seperti lelah, nyeri, penglihatan kabur, diplopia
dan sakit kepala.5,6
Astenopia menurut US National Research Council/WHO adalah keluhan
atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami seseorang
akibat menggunakan matanya. Astenopia atau kelelahan mata adalah
ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan
dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka
waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak
nyaman. Gejala-gejala yang ditimbulkan diakibatkan oleh adanya upaya
berlebihan mata untuk memperoleh ketajaman binokuler yang sebaik-baiknya.
Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti
terhadap otot- otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara
teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras. Istilah lain dari
astenopia adalah eye strain, visual discomfort, dan ocular fatigue.7
2. Etiologi
Keluhan astenopia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang melibatkan
faktor fisik, fisiologis, psikologis, bahkan faktor sosial. Antara lain,7,8

Menggunakan komputer dan alat elektronik lain yang terlalu lama


Membaca

Aktivitas yang membutuhkan fokus dan konsentrasi dalam waktu yang

lama, misal berkendara


Terpapar cahaya terlalu terang atau silau
Berusaha untuk melihat dalam cahaya yang redup

Penggunaan computer dalam jangka waktu yang lama merupakan


penyebab tersering eye strain atau disebut dengan computer vision syndrome.6
3. Epidemiologi
Astenopia dapat terjadi baik pada orang yang tergolong normal ataupun
dengan faktor-faktor resiko tertentu. Keluhan ini lebih banyak dijumpai pada
umur lebih dari 40 tahun, para pemakai kacamata dan mereka yang bekerja
menggunakan penglihatan dekat dalam waktu lama. Wanita lebih sering
menderita astenopia daripada laki-laki.
Faktor risiko astenopia meliputi:

Aktivitas yang memerlukan fokus dan konsentrasi dalam waktu yang


lama seperti menggunakan komputer, membaca ataupun berkendara.

Adanya masalah pada mata seperti kelaian pada otot mata maupun
adanya kelaian refraksi.

Stress dan kelelahan

Perubahan suhu yang drastis6

4. Faktor Risiko
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelelahan mata adalah:6
a. Usia
Daya akomodasi menurun pada usia 45- 50 tahun
b. Lamanya melihat

melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia.
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan
kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan disertai
dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman.
c. Jarak pandang
Jarak pandang akan mempengaruhi akomodasi mata. melihat ke layar
dengan jarak 20 inchi dirasakan terlalu dekat, jarak yang sesuai adalah
40 inchi.
d. Masa kerja
masa kerja yang lama akan mempengaruhi kelelahan mata yang
muncul.
e. Bentuk dan ukuran objek kerja
5. Patofisiologi
Astenopia

terjadi

karena

gangguan

yang

komplek

dan

saling

mempengaruhi pada proses sistem penglihatan seperti berikut:5,6,7

Cahaya yang masuk ke dalam mata dari benda yang dilihat tidak

cukup.
Pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna.
Mekanisme penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan
yang lebih sentral (otak) dan upaya untuk mempertahankannya tidak
memadai.

Kecukupan cahaya dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, yaitu keadaan


iluminasi dan obyek yang dilihat. Kuantitas, kualitas, dan distribusi iluminasi
yang mengakibatkan cahaya terlalu terang atau redup, berfluktuasi, arah yang
miring dan menyilaukan dapat mengurangi daya sensifitas retina. Obyek
berukuran kecil, bentuk yang tidak teratur dan kurang kontras atau bergerak,
ternyata juga memudahkan timbulnya astenopia.
Pemfokuskan cahaya terganggu bila terjadi kelelahan otot siliaris dan otototot luar bola mata (Faktor intristik). Kelelahan otot siliaris terjadi pada
penggunaan kacamata yang tidak sesuai ukurannya yang menyebabkan

kelemahan akomodasi dan konvergensi. Selain itu, gangguan oleh masalah


fusi dapat terjadi bila bayangan pada kedua mata tidak sama besar akibat
perbedaan ukuran kacamata kanan dan kiri terlalu besar (anisometropia).
Faktor intristik lainnya selain faktor okular (mata) adalah faktor konstitusi.
Keadaan tersebut adalah kelelahan umum, kurang sehat, bekerja dibawah
tekanan (under pressure), kurang tidur, pemakaian obat-obatan, kelainan
emosi dan gangguan psikogenik lainnya. Selain orang yang berbakat neurotik,
orang yang sehat pun (terorginisis baik kepribadiannya), terutama jika mereka
bergerak di bidang kehidupan intelektual, dan selalu terus menerus
meningkatkan dan memperbaiki diri, dapat kehilangan sebagian energi
kehidupannya yang akhirnya dapat mengalami kondisi kelelahan.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan temporer
tonus akulomotorius dan meningkatnya tonus parasimpatis pada penderita
astenopia. Hal tersebut menyokong adanya hubungan antara astenopia dengan
gangguan-gangguan akomodasi dan konvergensi. Meningkatnya tonus
parasimpatis terlihat dengan adanya diameter pupil yang lebih kecil pada
penderita astenopia dan lebih lemahnya akomodasi dibandingkan dengan
orang normal. Tonus parasimpatis yang meningkat merupakan dasar beberapa
keluhan pada penderita astenopia
Kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi
penglihatan. Stres pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi
pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil dan
pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otototot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan.
Ketegangan otot- otot pengakomodasi (korpus siliaris) makin besar sehingga
terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata,
stres pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam
lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama.

6. Gejala Klinis
Keluhan astenopia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Okular, misalnya mata terasa pegal, berat, cepat lelah, pedas, panas,
tak nyaman atau sakit sekitar mata.
b. Visual, misalnya penglihatan menjadi kabur rangkap atau penglihatan
warna berkurang.
c. Referal, misalnya sakit kepala, bahu dan punggung.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat individual, dapat meningkatkan dan
biasanya menghilang bila istirahat atau bangun tidur.
Gejala-gejala kelelahan mata penyebab utamanya adalah penggunaan otototot di sekitar mata yang berlebihan, kelelahan mata dapat dikurangi dengan
memberikan pencahayaan yang baik di tempat kerja. Sedangkan sidharta,
menyebutkan bahwa gejala kelelahan mata antara lain:
a. Iritasi pada mata (mata pedih, merah berair)
b. Penglihatan ganda
c. Sakit sekitar mata
d. Berkurangnya kemampuan akomodasi
e. Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatam
persepsi.5,8
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan astenopia adalah dengan menghindari penggunaan
mata yang berlebihan dalam waktu yang lama. Untuk mengatasi astenopia bisa

digunakan obat tetes air mata (artificial tears), dan mengobati kelainan yang
ada misal kelainan refraksi dengan menggunakan kaca mata. Astenopia dapat
dicegah dengan cara memberikan penerangan yang cukup di ruang kerja,
menggunakan prinsip 20-20-20 ketika bekeja, setiap bekerja 20 menit, lihat ke
arah horizontal dengan jarak sekitar 20 kaki selama 20 detik, istirahat secara
reguler ketika bekerja dengan komputer. Dapat pula diberikan kompres air
hangat dengan mata tertutup, dan berikan artificial tears untuk menyegarkan
mata. Bila gejala eye strain atau astenopia berlangsung terus menerus perlu
dilakukan pemeriksaan mata lengkap untuk mengetahui adanya kelaian
refraksi.6
B. Pencahayaan Di Lingkungan Kerja
1. Pengertian Penerangan Di Tempat Kerja
Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas
permukaan. Penerangan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga, pertama
penerangan alami yaitu penerangan yang berasal dari cahaya matahari, kedua
penerangan buatan yaitu penerangan yang berasal dari lampu, dan yang ketiga
adalah penerangan alami dan buatan yaitu penggabungan antara penerangan
alami dari sinar matahari dengan lampu/penerangan buatan. 9,10
Ada tiga metode penerangan, yaitu : penerangan umum, penerangan lokal
dan penerangan cahaya aksen. Penerangan umum atau baur menerangi
ruangan secara merata dan umumnya terasa baur. Penerangan lokal atau
penerangan untuk kegunaan khusus, menerangi sebagian ruang dengan
sumber cahaya biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi.
Sedangkan penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang
berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau obyek seni atau
koleksi berharga lainnya.9,11
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan adalah pertama
faktor usia. Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-

angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak


dekat.11
Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika
mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Kedua
faktor penerangan. Luminansi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan
oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga
mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat luminansi
juga akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada
usia tua diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek
gambar. Semakin besar luminansi dari sebuah objek, rincian objek yang dapat
dilihat oleh mata juga akan semakin bertambah. Ketiga adalah faktor silau
(glare). Silau adalah suatu proses adaptasi yang berlebihan pada mata sebagai
akibat dari retina terkena sinar yang berlebihan. Keempat adalah faktor ukuran
pupil. Agar jumlah sinar yang diterima oleh retina sesuai, maka otot iris akan
mengatur ukuran pupil. Lubang pupil juga dipengaruhi oleh memfokusnya
lensa mata, mengecil ketika lensa mata memfokus pada objek yang dekat.
Kelima adalah faktor sudut dan ketajaman penglihatan. Sudut penglihatan
(visual angle) didefinisikan sebagai sudut yang berhadapan dengan objek pada
mata.12
Ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, luminansi
dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan
pada arah si pengamat, serta lamanya melihat.9
2. Sistem Pencahayaan
Ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu :
1) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda
yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur
pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya

10

serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung


maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan
langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi
warna cerah agar tampak menyegarkan.
2) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang
perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding. Dengan sistem ini kelemahan system pencahayaan langsung
dapat dikurangi. Diketahui bahwa langitlangit dan dinding yang diplester
putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara
5%-90%.

11

3) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)


Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang
perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Dalam pencahayaan sistem ini termasuk system direct-indirect yakni
memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem
ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting).
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan
dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk
hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta
dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada
serta kesilauan dapat dikurangi.
5) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langitlangit dan
dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh
ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu
diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini
adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya
mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
3. Standart Pencahayaan di Ruangan
Kebutuhan intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang
dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila
keadaan cahaya di tempat kerja tidak memadai.

12

Tabel 1. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun


2002 13

Jenis Pekerjaan

Tingkat
Pencahayaan
Minimal ( Lux )

Pekerjaan kasar dan


tidak terus-menerus

100

Pekerjaan kasar dan


terus-menerus

200

Pekerjaan rutin

300

Pekerjaan agak halus

500

Pekerjaan halus

1000

Pekerjaan amat
Halus

1500
Tidak menimbulkan
bayangan

Pekerjaan terinci

3000
Tidak menimbulkan
bayangan

Keterangan

Ruang penyimpanan dan ruang


peralatan/instalasi
yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Ruang
administrasi,
ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/ penyusun
Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin, kantor, pekerja
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan
mesin.
Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus &
perakitan
halus.
Mengukir
dengan
tangan
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat halus

Pemeriksaan
pekerjaan
perakitan sangat halus.

13

Anda mungkin juga menyukai