Anda di halaman 1dari 7

Malaria Falsiparum : Mampukah Semua Internist Mengenalinya?

Esa Putri Azzahra1, Ruldof Andean Manulang1, Yovita Hartantri1


Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran / RS Hasan
Sadikin Bandung

ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama
pada rakyat yang hidup di daerah terpencil. Total kasus malaria di Indonesia tahun 2019
sebanyak 250.644. Terdapat 300 kabupaten/kota (58%) yang sudah mencapai eliminasi.
Sekitar 208,1 juta penduduk Indonesia (77,7%) telah hidup di daerah bebas malaria. Tidak
semua masyarakat di Indonesia memiliki kemungkinan terkena malaria karena distribusi dari
vektor malaria sendiri tidak tersebar luas di Indonesia.
Wanita berusia 23 tahun datang dengan keluhan demam yang dirasakan naik turun setiap 2
hari disertai dengan menggigil. Pasien diketahui baru pulang dari Papua dan memiliki riwayat
terkena malaria sebelumnya. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan hematologi dengan
hasil anemia dan trombositopenia. Saat demam turun, pasien dilakukan pemeriksaan sediaan
apus darah tebal dengan hasil negatif. Hasil menjadi positif saat dilakukan apus darah tebal
ulang dalam kondisi pasien demam tinggi. Pasien diberikan terapi primakuin 1x1 tablet
selama 1 hari dan DHP 1x4 tablet selama 3 hari. Keluhan demam pasien perbaikan dan
pasien dipulangkan.
Kasus ini merupakan kasus kompetensi 4 bagi seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam,
namun tidak semua Dokter pernah menemui kasus malaria. Kasus ini menarik untuk dibahas
untuk menambah wawasan mengenai tanda gejala malaria dan tatalaksananya
Kata kunci: Malaria, apus darah tebal, primakuin, DHP

PENDAHULUAN Terdapat 300 kabupaten/kota (58%) yang


Malaria merupakan salah satu penyakit sudah mencapai eliminasi. Sekitar 208,1
menular yang disebabkan oleh parasit juta penduduk Indonesia (77,7%) telah
Plasmodium. Plasmodium ini dibawa oleh hidup di daerah bebas malaria. Tidak
vektor nyamuk Anopheles. Di Indonesia, semua masyarakat di Indonesia memiliki
Malaria masih merupakan suatu ancaman kemungkinan terkena malaria karena
terhadap status kesehatan masyaraat, distribusi dari vektor malaria sendiri tidak
terutama pada rakyat yang hidup di daerah tersebar luas di Indonesia.
terpencil. Secara global, terdapat 228 juta Berdasarkan Buku Saku Tatalaksana
kasus malaria di dunia, dengan 3.5% kasus Kasus Malaria yang dikeluarkan oleh
terjadi di Asia Tenggara, termasuk Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Total kasus malaria di Indonesia tahun 2017, terdapat beberapa
Indonesia tahun 2019 sebanyak 250.644. kriteria diagnosis seseorang dicurigai

1
sebagai malaria. Pasien yang tinggal di mengenai. Keluhan prodormal lainnya bisa
daerah endemik malaria yang menderita dialami pasien seperti menggigil,
demam atau memiliki riwayat demam berkeringat, dan dapat disertai sakit
dalam 48 jam terakhir atau tampak anemil kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot
wajib diduga malaria tanpa atau pegal-pegal. Pada anamnesis penting
mengesampingkan penyebab demam yang didapatkan riwayat sakit malaria dan
lain. Pada individu yang tinggal di daerah minum obat malaria, riwayat riwayat
non endemik malaria yang menderita berkunjung ke daerah endemis malaria,
demam dalam 7 hari terakhir atau memiliki dan riwayat tinggal di daerah endemis
risiko tertular malaria juga wajib diduga malaria. Tanda dan gejala yang timbul
malaria. Risiko tertular malaria termasuk pada awalnya serupa dengan infeksi virus
dengan riwayat bepergian ke daerah lainnya, kecuali pola demam. Pada malaria
endemik malaria atau adanya kunjungan berat, tanda dan gejala lebih berat munncul
indvidu dari daerah endemik malaria di seperti penurunan kesadaran, kelemahan
lingkungan tempat tinggal penderita (1). otot berat, kejang, distres pernafasan, syok,
jaundice, hemoglobinuria, perdarahan
spontan abnormal, dan edema paru (1, 2, 3,
4, 5). Pada laporan kasus ini, dilaporkan
seorang perempuan berusia 23 tahun yang
terkonfirmasi malaria dari sediaan apus
darah tebal.
Gambar 1 Peta sebaran Malaria di Indonesia tahun
2018 ILUSTRASI KASUS
Seorang wanita usia 23 tahun datang
Terdapat berbagai jenis malaria. Jenis ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan
dari malaria tergantung dari jenis keluhan demam sejak 2 hari sebelum
Plasmodium yang menyerang. Malaria masuk rumah sakit. Pada saat pasien
falsiparum merupakan jenis malaria yang datang sudah dalam keadaan demam mulai
diakibatkan oleh Plasmodium falciparum, turun. Awalnya keluhan demam diawali
yang merupakan penyebab paling sering dengan menggigil, kemudian disusul
dari malaria berat dan menyebabkan demam tinggi. Demam menurun dengan
kematian. Malaria vivaks merupakan pemberian obat demam, namun kembali
malaria yang disebabkan oleh Plasmodium meningkat beberapa jam kemudian.
vivaks. Beberapa kasus malaria berat Keluhan demam disertai dengan keluarnya
disebabkan oleh malaria vivaks. Malaria darah dari jalan lahir pasien. Pasien baru
ovale merupakan malaria yang disebabkan selesai haid 2 minggu sebelumnya. Saat
oleh Plasmodium ovale dan biasanya klinis datang, haid dirasakan tidak terlalu
pasien ringan dan menyerupa malaria banyak, hanya menghabiskan 1 buah
vivaks. Dua jenis malaria lainnya adalah pembalut. Demam disertai dengan keluann
Malaria malariae yang disebabkan olehy mual disertai muntah setiap diisi makanan.
Plasmodium malariae dan Malaria Sebelum keluhan demam muncul, pasien
knowlesi yang disebabkan oleh baru pulang dari Papua 10 hari sebelum
Plasmodium Knnowlesi (1, 2, 3). masuk rumah sakit. Pasien menetap di
Malaria memiliki tanda gejala yang Papua selama 1 bulan tanpa meminum
hampir serupa dengan infeksi bakteri dan obat profilaksis malaria. Pasien juga
virus lainnya, namun memiliki memiliki riwayat terkena malaria
karakteristik yang dapat membedakan sebelumnya, yaitu malaria tertiana pada 3
hanya dari anamnesis dan pemeriksaan bulan yang lalu dan malaria falsiparum 1
fisik. Demam pada malaria memiliki pola tahun yang lalu. Pasien mengkonsumsi
tergantung dari jenis malaria yang obat malaria pada kedua kejadian malaria

2
tersebut, namun tidak sampai tuntas dan
tidak kontrol kembali dikarenakan demam
perbaikan setelah meminum obat.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan
pasien tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis dengan tekanan darah
90/60 mmHg pada awal datang, nadi 110
kali per menit, pernapasan 20 kali per
menit, suhu 38.5 C dan saturasi oksigen
perifer 98% tanpa suplementasi oksigen.
Pada pasien ditemukan konjungtiva tidak
anemis dan tidak ikterik, dan tidak ada
pembesaran hepar ataupun lien.
Hasil pemeriksaan rontgen thoraks tidak
ada tanda efusi pleura. Dari hasil Gambar 3 Hasil elektrokardiografi pasien
elektrokardiografi didapatkan hasil
sinustakikardia. Hasil laboratorium pasien Berdasarkan hasil anamnesis,
didapatkan hemoglobin 12.2 gr/dL, pemeriksaan fisik, dan penunjang
hematokrit 36.4%, leukosit 75.000/mm3 laboratorium pada pasien dicurigai malaria
dan trombosit 75.000/mm3 tanpa tanda falsiparum, malaria tertiana dan demam
perdarahan. dengue dengan tanda bahaya. Pada pasien
kemudian dilakukan pemeriksaan apus
darah tebal dan NS1.
Pemeriksaan NS1 dilakukan
dengan hasil negatif. Pasien dilakukan
pemeriksaan apus darah tebal pada hari
kedua demam saat demam turun. Hasil
pemeriksaan apus tebal pertama tidak
didapatkan adanya parasit Plasmodium.
Pada hari kedua perawatan, pasien kembali
demam tinggi saat malam hari dan
perdarahan jalan lahir pasien masih ada.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan
apus darah tebal pada saat pasien demam
tinggi. Pada pemeriksaan apus darah tebal
yang kedua, ditemukan tropozoit seperti
Gambar 2 Hasil rontgen thoraks pasien cincin. Pada apus darah tipis pasien juga
ditemukan tropozoit seperti cincin.

3
parasit malaria pada hari perawatan
keenam dengan hasil negatif. Pasien
kemudian dipulangkan pada hari rawat
ketujuh setelah 3 hari bebas demam.
Pasien diberikan edukasi untuk kontrol ke
poli infeksi pada hari ketiga setelah rawat
jalan.

Tabel 1 Laboratorium Pasien Intra Perawatan

Gambar 4 Apus darah tepi pasien dengan tropozoit


berbentuk cincin

PEMBAHASAN
Malaria merupakan salah satu
penyakit menular yang disebabkan oleh
parasit Plasmodium. Plasmodium ini
dibawa oleh vektor nyamuk Anopheles. Di
Indonesia, Malaria masih merupakan suatu
Gambar 5 Apus darah tipis pasien dengan tropozoit ancaman terhadap status kesehatan
berbentuk cincin masyarakat, terutama pada rakyat yang
hidup di daerah terpencil (1).
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan Terdapat berbagai jenis malaria.
fisik, laboratorium dan apus darah tepi, Jenis dari malaria tergantung dari jenis
pasien kemudian dibuat dengan diagnosis Plasmodium yang menyerang. Malaria
kerja malaria falsiparum. Pada pasien falsiparum merupakan jenis malaria yang
dilakukan pemberian terapi primakuin 1x1 diakibatkan oleh Plasmodium falciparum,
tablet selama 1 hari dan DHP 1x4 tablet yang merupakan penyebab paling sering
selama 3 hari. Pasien dilakukan dari malaria berat dan menyebabkan
pemeriksaan hematologi serial per 24 jam kematian. Malaria vivaks merupakan
selama pasien masih mengalami malaria yang disebabkan oleh Plasmodium
perdarahan jalan lahir. vivaks. Beberapa kasus malaria berat
Selama perawatan tanda vital pasien disebabkan oleh malaria vivaks. Malaria
stabil. Perdarahan berhenti pada hari rawat ovale merupakan malaria yang disebabkan
keenam dengan trombosit 90.000/mm3. oleh Plasmodium ovale dan biasanya klinis
Pasien dilakukan pemeriksaan indeks
4
pasien ringan dan menyerupa malaria Pada pemeriksaan fisik pasien,
vivaks. Dua jenis malaria lainnya adalah didapatkan peningkatan suhu 38.5 C
Malaria malariae yang disebabkan oleh dengan keterangan sebelumnya suhu
Plasmodium malariae dan Malaria pasien lebih tinggi daripada saat datang ke
knowlesi yang disebabkan oleh IGD. Pasien juga mengalami perdarahan
Plasmodium Knnowlesi (1, 2, 3, 4, 5) jalan lahir diluar siklus normal haid pasien.
Malaria khususnya malaria falsiparum, Tidak ada penurunan kesadaran atau tanda
atau malaria tropika, disebabkan oleh syok pada pasien. Pada pemeriksaan fisik
Plasmodium falciparum. Jenis malaria ini juga tidak didapatkan sklera ikterik
merupakan malaria yang paling sering ataupun hepatosplenomegali. Pada
menyebabkan kematian. Malaria pemeriksaan fisik pasien saat datang,
falsiparum memiliki siklus demam setiap pasien masih belum dicurigai ke arah
36-48 jam, namun juga bisa bersifat malaria berat.
kontinyu. Malaria falsiparum memiliki Pasien kemudian dilakukan
pola demam yang serupa dengan malaria pemeriksaan apus darah tebal juga
tertiana, namun diakibatkan oleh jenis pemeriksaan NS1. Hasil NS1 kemudian
Plasmodium yang berbeda (1, 2, 3, 4, 5). didapatkan negatif. Hasil dari pemeriksaan
Pada pemeriksaan apus darah tepi pada apus darah tebal juga didapatkan negatif,
malaria, biasanya ditemukan bentuk namun sampel darah diambil saat demam
tropozoit berupa bentuk cincin. Selain dari pasien turun. Pemeriksaan apus darah tebal
pemeriksaan apus darah tebal, kemudian diulang 1 hari kemudian saat
pemeriksaan tes cepat malaria juga bisa demam pasien meningkat. Dari hasil
dilakukan sebagai alat diagnostik, namun pemeriksaan apus darah tebal kedua,
tidak bisa digunakan sebagai alat evaluasi didapatkan gambaran tropozoit berbentuk
terapi (11, 12). Pasien dengan diagnosis cincin yang sesuai dengan Malaria
malaria berat perlu diwaspadai adanya Falciparum.
tanda dan gejala malaria berat, yaitu
adanya perubahan kesadaran, kelemahan
otot berat, kejang, distres pernafasan, syok,
tampak kuning, hemoglobinuria,
perdarahan spontan abnormal, dan edema
paru (1, 2, 6, 7).
Pada kasus ini pasien dicurigai suatu
malaria dikarenakan pasien datang dengan
keluhan demam, menggigil, mual dan
muntah setelah pulang dari Papua tanpa
mengkonsumsi obat profilaksis malaria.
Pasien juga sebelumnya memiliki riwayat
terkena malaria tertiana dan malaria Gambar 6 Spesies Plasmodium di tiap tahapan
perkembangannya
falsiparum, namun dengan evaluasi
pengobatan yang tidak selesai. Pasien
Diagnosis kerja pasien kemudian
mengalami demam naik turun setiap 2
ditegakan sebagai malaria falsiparum dan
hari, sehingga pasien dicurigai malaria
diberikan terapi malaria falciparum, yaitu
falsiparum dan malaria tertiana. Pasien
pemberian primakuin 1x1 tablet selama 1
juga dicurigai demam berdarah
hari dan DHP 1x4 tablet selama 3 hari.
dikarenakan dengan demam hari kedua
Selama perawatan pasien dilakukan
memasuki hari ketiga disertai dengan
pemantauan klinis dan pemeriksaan
trombositopenia dan tinggal di daerah
hematologi serial untuk memantau
endemik demam berdarah.
terjadinya tanda dan gejala malaria berat
(1, 2, 13).
5
Tropozoit matur ini yang kemudian akan
Tabel 2 Terapi Malaria Falsiparum ditemukan pada pemeriksaan apus darah
tebal dan dijadikan sebagai dasar diagnosis
malaria pada pasien. Masing-masing
malaria memberikan gambaran tropozoit
yang berbeda sebagai penentu dari
pemberian terapi (1, 2, 8, 9, 10).
Selama perawatan, perdarahan pasien Selain pemberian terapi yang tepat
terus berlangsung dan semakin banyak, pemantauan paska terapi juga menjadi
namun tidak disertai dengan tanda gejala penting. Pasien diharuskan untuk
syok. Trombosit pasien masih terus turun melakukan evaluasi pada hari ketiga,
dengan trombosit terendah 52.000/mm3 ketujuh, keempat belas, kedua puluh satu,
pada hari perawatan ke empat dan dan kedua puluh delapan terhitung dari
hemoglobin di 9.8 pada hari perawatan didapatkannya hasil negatif dari
kelima. Demam pasien berhenti di hari oemeriksaan klinis, darah malaria secara
perawatan ke empat dan perdarahan pasien kuantitatif, dan secara mikroskopis. Hal ini
berhenti di hari perawatan ketujuh dan dikarenakan pengobatan malaria yang
pasien pulang pada hari perawatan ke tidak tuntas dalam eradikasi
delapan. Hasil pemeriksaan indeks parasit plasmodiumnya dapat mengakibatkan
pada hari keenam didapatkan negatif. kembalinya muncul tanda gejala dari
Pasien kemudian diedukasi untuk kontrol malaria bahkan hingga perburukan. Pada
ke poli infeksi pada hari ketiga setelah pasien yang mengalami perburukan tanda
pulang rawat untuk evaluasi klinis dan dan gejala dianjurkan kembali datang
juga sediaan darah. tanpa menunggu waktu evaluasi dan
Diagnosis yang tepat untuk jenis dari kembali dilakukan rawat inap (1, 2,
malaria sangat penting untuk pemberian 13).Pada pasien ini telah diedukasi untuk
terapi. Pada pemeriksaan apus darah tebal, kembali melakukan kontrol via poli infeksi
plasmodium tidak selalu didapatkan pada tiga hari setelah perawatan untuk
pemeriksaan pertama. Pemeriksaan apus pemeriksaan kembali apus darah tebal dan
darah tebal direkomendasikan dilakukan indeks parasit malaria, namun pasien tidak
pada saat pasien demam. Hal tersebut datang kembali sehingga pasien loss to
dilakukan sesuai dengan patogenesis dan follow up.
patofisiologi dari malaria. Malaria
memiliki 3 siklus, yaitu siklus sporogonik,
siklus eksoeritrosit, dan siklus eritrosit.
Pada eksoeritrosit, Plasmodium
menginfeksi sel hepatosit dalam bentuk
sporozoit, kemudian berkembang emnjadi
skizont. Saat skizont pecah, maka sel
skizont tersebut akan menginfeksi dari sel
eritrosit. Siklus ini kemudian disebut
sebagai siklus eritrosit. Siklus eritrosit ini
yang kemudian akan menginduksi
keluarnya respon inflamasi yang akan
ditandai dengan keluhan prodormal seperti
demam, mual, muntah, dan lemah badan.
Skizont yang menginfeksi dari sel eritrosit
kemudian berkembang menjadi tropozoit
imatur yang kemudiian akan berkembang
menjadi tropozoit matur dan gametosit.

6
Gambar 7 Algoritma Diagnosis dan Tatalaksana Red Blood Cell. Journal of Cell
Malaria
Biology. 2012;198 (6): 961–71.
9. Tran T, Samal B, Kirkness E, Crompton
KESIMPULAN
P. Systems Immunology of Human
Malaria merupakan penyakit yang
Malaria. Trends in Parasitology.
masih menjadi ancaman kesehatan bagi
2012;28 (6): 248–57.
daerah endemik malaria, salah satunya
10. Tilley L, Dixon MW, Kirk K. The
adalah Indonesia. Tidak semua wilayah di
Plasmodium Falciparum-Infected Red
Indonesia masih terdapat kasus malaria.
Blood Cell. International Journal of
Kasus yang jarang di beberapa daerah,
Biochemistry and Cell Biology.
klinis yang menyerupai banyak bentuk
2012;43 (6): 839–42.
infeksi virus lain, dan juga pengetahuan
11. Abba K, Deeks J, Olliaro P, Naing C,
mengenai diagnosis, terapi, dan komplikasi
Jackson S, et al. Rapid Diagnostic
malaria menentukan dari keberhasilan dari
Tests For Diagnosing Uncomplicated
terapi pada pasien malaria. Selain terapi
P. Falciparum Malaria In Endemic
dari malaria, pengawasan paska pemberian
Countries. Cochrane Database of
terapi juga menjadi penting untuk
Systematic Reviews 2011;(7)
mencegah terjadinya komplikasi.
12. Wilson ML. Malaria Rapid Diagnostic
Tests. Clinical Infectious Diseases.
REFERENSI
2011;54 (11): 1637–41
1. Kementerian Kesehatan Republik
13. Keating GM.
Indonesia. Buku Saku Tatalaksana
Dihydroartemisinin/Piperaquine: A
Kasus Malaria. Direktorat Jenderal
Review Of Its Use In The Treatment
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Of Uncomplicated Plasmodium
Kementerian Kesehatan Republik
Falciparum Malaria. Drugs. 2012;72
Indonesia. 2020.
(7): 937–61.
2. WHO. WHO Guidelines for Malaria.
World Helath Organization. 2021.
3. CDC. Malaria. Center for Disease
control and Prevention. 2020.
4. Caraballo H. Emergency Department
Management of Mosquito-borne Illness:
Malaria, Dengue, and West Nile virus.
Emergency Medicine Practice. 2014;16
(5).
5. Nadjm B, Behrens R. Malaria: An
Update for Physicians. Infectious
Disease Clinics of North America.
2012;26 (2): 243–59.
6. Bartoloni A, Zammarchi L. Clinical
Aspects of Uncomplicated and Severe
Malaria. Mediterranean Journal of
Hematology and Infectious Diseases.
2012;4 (1): e2012026.
7. Taylor W, Hanson J, Turner G, White
N, Dondorp A. Respiratory
Manifestations of Malaria. Chest.
2012;142 (2): 492–505.
8. Cowman A, Berry D, Baum J. The
Cellular and Molecular Basis for
Malaria Parasite Invasion of the Human
7

Anda mungkin juga menyukai