Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT DALAM


SINDROMA KORONER AKUT

Oleh:
Esa Putri Azzahra, dr.

Pembimbing :
Rien Afrianti, dr., Sp.JP, Sp.PD, FIHA.

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN/
RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3

2.1 Sindroma Koroner Akut...........................................................................3

2.1.1 Klasifikasi...........................................................................................3

2.1.2 Diagnosis............................................................................................4

2.1.3 Patofisiologi Iskemik Miokardial dan Infark Miokardial………….. 6

2.2 Elektrolit...................................................................................................7

2.2.1 Natrium………………………………………………………………..8

2.2.2 Kalium…………………………………………………………………9

2.3 Ketidakseimbangan Elektrolit pada Infark Miokardial Akut...................10

BAB III KESIMPULAN................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

Sindroma koroner akut merupakan istilah yang diberikan pada kejadian

iskemik myocardial akut atau infark miokardial akut. Sindroma koroner akut

sendiri dapat berupa angina pektoris tidak stabil, Non-ST-Elevation Myocardial

Infarction (NSTEMI), dan ST-elevation Myocardial Infarction (STEMI). Tercatat

di US, angka kejadian infark miokardial meningkat tajam baik pada wanita

ataupun pria seiring denan bertambahnya usia. 1

Elektrolit sangat berperan penting bagi sebagian besar aktivitas organ tubuh

kita. Berbagai elektrolit dibutuhkan oleh tubuh kita seperti natrium, kalium,

kalsium, dan magnesium. Tidak banyak diketahui, proses infark miokardial dapat

menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit pada tubuh kita melalui beberapa

proses.

Pada referat ini dibahas mengenai ketidakseimbangan elektrolit dalam infark

miokardial akut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sindroma Koroner Akut

Sindroma koroner akut merupakan istilah yang diberikan pada kejadian

iskemik myocardial akut atau infark miokardial akut. Sindroma coroner akut

sendiri dapat berupa angina pektoris tidak stabil, Non-ST-Elevation Myocardial

Infarction (NSTEMI), dan ST-elevation Myocardial Infarction (STEMI). Tercatat

di US, angka kejadian infark miokardial meningkat tajam baik pada wanita

ataupun pria seiring denan bertambahnya usia. 1

Sindroma koroner akut terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu angina pektoris

tidak stabil, Non-ST-Elevation Myocardial Infarction, dan ST-elevation

Myocardial Infarction. Klasifikasi dari sindroma akut sendiri ditentukan

berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang.1

2.1.1 Klasifikasi Sindroma Koroner Akut

Klasifikasi sindroma koroner akut adalah1 :

a. Angina pektoris tidak stabil

Angina pektoris tidak stabil adalah bentuk dari iskemik miokardial. Angina

pektoris tidak stabil ditandai dengan adanya klinis sindroma koroner akut yang

tidak membaik dengan istirahat, disertai adanya perubahan gelombang

elektrokardiografi baik berupa depresi segmen ST ataupun incersi gelombang T,

dan tidak diikuti dengan perubahan nilai troponin.

3
b. Non-ST-Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)

Non-ST-Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) merupakan adanya klinis

sindroma koroner akut yang serupa dengan angina pektoris tidak stabil, namun

pada pemeriksaan troponin didapatkan hasil yang meningkat atau perubahan nilai

troponin menjadi meningkat pada pemeriksaan berikutnya.

c. ST-elevation Myocardial Infarction (STEMI).

ST-elevation Myocardial Infarction (STEMI) merupakan adanya klinis sindroma

koroner akut diikuti dengan perubahan gelombang elektrokardiografi, yaitu

adanya elevasi dari segmen ST diikuti dengan peningkatan dari troponin.

2.1.2 Diagnosis

Penegakan diagnosis dari sindroma koroner akut sendiri dilakukan

berdasarkan klinis, perubahan gelombang elektrokardiografi, dan juga

pemeriksaan kadar troponin.1

4
Gambar 1 Algoritma Diagnosis Sindroma Koroner Akut1

Selain pemeriksaan utama yang telah disebutkan sebelumnya,pemeriksaan

lain juga dilakukan sebagai alat diagnostic untuk penegakan sindroma koroner

akut, terutama pada kasus NSTEMI dimana memberikan klinis yang tidak

signifikan.1

5
Gambar 2 Algoritma Diagnosis NSTEMI berdasarkan kadar cTn 1

2.1.3 Patofisiologi Iskemik Miokardial dan Infark Miokardial

Gambar 3 Patofisiologi, Klinis, dan Penunjang dari Iskemik Miokardial dan Infark Miokardial 1

6
Iskemik miokardial dan infark miokardial terjadi dari berbagai macam

penyakit koroner, termasuk vasospasme, peningkatan kebutuhan miokardial pada

kasus lesi koroner permanen, dan erosi atau rupture dari plak aterosklerosis yang

mengakibatkan terbentuknya formasi thrombus akut dan terjadinya iskemia. Hal-

hal tersebut mengakibatkan ketidaksesuaian antara kebutuhan dan suplai oksigen

miokardial dan dapat mempresipitasi simtom iskemik, dan jika berlangsung dalam

jangka waktu lama, dapat mengakibatkan nekrosis miokardial atau infark.

Kejadian yang tidak dimediasi oleh kejadian non-trombotik biasanya munccul

tanpa elevasi segmen ST, namun dapat meningkatkan biomarker dari jantung jika

iskemik terjadi berat dana dalam jangka waktu yang lama. Lesi aterotrombotik

merupakan penanda kejadian patologis dari sindroma koroner akut. Penurunan

dari aliran darah dapat mengakibatkan thrombus oklusif total atau thrombus

oklusif subtotal. Ketidaknyamana iskemik dapat timbul dengan atau tanpa elevasi

segmen ST pada elektrokardiografi. Pada pasien dengan elevasi ST segmen,

gelombang Q biasanya akan terbentuk pada Sebagian besar kasus, namun tidak

seluruhnya, tergantung dari ada atau tidaknya dari penanda jantung serum atau

plasma dalam darah, infark miokardial tanpa gelombang Q biasanya berkembang

pada kebanyakan pasien dengan NSTEMI pada elektrokardiografi; gelombang Q

juga dapat terbentuk pada beberapa kasus.1

2.2 Elektolit

Elektrolit merupakan salah satu komponen yang ada dalam tubuh manusia.

Elektrolit memegang banyak peranan penting bagi aktivitas sehari-hari. Elektrolit

7
bekerja dalam mengatur neutralitar elektrik dalam sel dan jga mengkonduksi

banyak potensial aksi saraf dan juga otot.2

2.2.1 Natrium

Natrium merupakan kation aktif dan merupakan salah atu elektrolit paling

penting di cairan ekstraseluler. Natrium berperan dalam mengatur volume cairan

ekstraseluler dan juga sebagai regulator dari potensial membrane sel. Natrium

berpindah bersama kalium melewati sel membrane sebagai bagian dari transport

aktif.2

Gambar 4 Regulasi Natrium dalam Tubuh3

Regulasi natrium terjadi di ginjal, dimana mayoritas reabsorpsi antrium

terjadi di tubulus proksimal. Pada tubulus pengumpul distal, natrium juga

8
mengalami reabsorpsi. Transport natrium menggunakan simporter natrium-

klorida, dimana diaktivasi oleh hormone aldosterone.2

Kelainan natrium merupakan kelainan pling sering dari elektrolit.

Hyponatremia didagnosis apabila kadar natriumkurang dari 135 mmol/L.

Hiponatremia memberikan manifestasi neurologis seperti nyeri kepala,

kebingungan, nausea, dan delirium. Hypernatremia didiagnosis apabila karar

natrium lebih dari 145 mmol/L dengan tanda gejala takipnea, kesulitan tidur, dan

merasa bersemangat. Koreksi dari kelainan natrium yang cepat dapat

mengakibatkan efek samping serius seperti edema serebral atau sindroma

demyelinasi osmosis.2

2.2.2 Kalium

Gambar 5 Proses Transport antara Natrium dan Kalium3

9
Kalium merupakan elektrolit yang mayoritas berupa ion intraseluler.

Pompa kalium adenosis trifosfat-natrium memiliki peran primer dalam regulasi

homeostasis antara natrium dan kalium, dimana memompa keluar natrium sebagai

pengganti kalium, yang kemudian berpindah ke dalam sel.dalam ginjal, giltrasi

dari kalium mengambil tempat pada tubulus pengumpul proksimal dan lengkung

Henle pars asending tebal. Sekresi kalium terjadi pada tubulus pengumpul distal.

Aldosterone juga meningkatkan dari sekresi kaloiu,. Gerbangan kalium dan

kotransporter kalium-klorida pada membrane apical juga mensekresi kalium.2

Kelainan kalium berhubungan dengan aritmia jantung. Hipokalemia

munccul jika kadar kalium serunm dibawah 3.6 mmol/L, dimana dapat

mengakibatkan aritmia. Keram otot, kelemahan otot, rabdomiolisis, dan

myoglobinuria merupakan tanda dan gejala dari hiperkalemia.2

2.3 Ketidakseimbangan Elektrolit Pada Sindroma Koroner Akut

Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa banyak dari penderita sindroma

koroner akut, terutama pada kasus infark miokardial, mengalami

ketidakseimbangan elektrolit, terutama natrium dan kalium. Ketidakseimbangan

elektrolit pada sindroma koroner akut terjadi akibat beberapa

mekanisme.3,4,5,6,7,8,9,10,11,12

10
2.3.1 Hiponatremia

Gambar 6 Proses Reabsorpsi, Sekresi, dan Eksresi Pada Tubulus Ginjal3

Hiponatremia ditemukan pada banyak pasien dengan sindroma koroner akut.

Hal ini disebabkan oleh beberapa mekanisme, yaitu :

a. Adanya pelepasan non osmotic dari vasopressin karena perkembangan akut

dari disfungsi ventricular kiri baik karena nyeri, muntah, stress major, atau

pemberian diuretic dan analgetic, mempengaruhi dari terjadinya

11
hyponatremia pada pasien. Vasopressin akan mempengaruhi ekskresi dari air

sehingga mengakibatkan hyponatremia dilusional

b. Aktivasi konkomitan dari renin-angiotensin-aldosterone system dan

peningkatan katekolamin yang berpengaruh dalam permeabilitas sel dalam

reabsorpi cairan dan menurunkan kadar natrium dalam darah. 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12

2.3.2 Hipokalemia

Gambar 7 Proses Terjadinya Ventrikular Takikardi akibat Hipokalemia13

12
Hipokalemia juga ditemukan dalam banyak kejadian sindroma koroner akut.

Hal ini disebabkan oleh aktivasi dari sistemsaraf simpatetik mengakibatkan influx

kalium dari ekstraseluler ke intraseluler. Aktivasi dari sistem saraf simpatetik

meningkatkan kadar katekolamin plasma yang kemudian memodulasi sinyal

reseptor β adrenergic. Hal ini mengakibatkan influx dari kalium ekstraseluler ke

intraseluler sehingga mengakibatkan penurunan dari kadar kalium. Kadar kalium

yang menurun di intraseluler kemudian dapat menyebabkan hiperpolaritas seluler

yang kemudian meningkatkan resting potential. Hal ini meningkatkan

automatisasi dan eksitasi sel jantung, memanjangkan potensial aksi seluler dan

meningkatkan disperse gelombang QT, sehingga beresiko mengakibatkan aritmia

ventricular yang dapat mengakibatkan kematian mendadak. 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12

2.3.3 Hipokalsemia

Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa kalsium dan magnesium juga

mengalami penurunan kadar dalam sindroma akut koroner, namun mekanismenya

belum pasti. Disebutkan pada salah satu penelitian, kemungkinan penyebab dari

hipokalsemia pada pasien dengan sindroma koroner akut disebabkan bersamaan

dengan proses terjadinya hipokalemia dan hyponatremia pada pasien. 2

Ca2+ ATPase adalah pompa Ca aktif. Ada dua jenis kalsium ATPase; 1.

Membran plasma Ca2+ ATPase (PMCA) dan 2. retikulum sarkoplasma Ca2+

ATPase (SERCA). PMCA berfungsi untuk mengeluarkan Ca dari sitoplasma sel.

Sangat penting untuk mengatur jumlahnya Ca2+ di dalam sel sehingga

konsentrasi ion Ca intraseluler harus dipertahankan. Penukar PMCA dan

13
Na+/Ca2+ bersama-sama merupakan pengatur utama konsentrasi Ca2+

intraseluler. Dalam miosit, Ca2+ biasanya diasingkan ke dalam retikulum

sarkoplasma (SR). SERCA mentransfer Ca2+ dari sitosol sel ke lumen SR dengan

mengorbankan satu ATP selama relaksasi otot Penukar Na+/Ca2+ adalah protein

membran antiporter yang menghilangkan Ca dari sel. Ini menggunakan energi

yang disimpan dalam elektrokimia gradien Na+ dengan membiarkan Na+

mengalir menuruni gradiennya melintasi membran plasma dalam pertukaran

untuk counter transport Ca2+. Satu Ca2+ tunggal dikeluarkan untuk mmemasukan

3 Na+. Proses tersebut bisa mengangkut ion dengan cepat (memiliki kapasitas

tinggi dan afinitas rendah), mengangkut hingga lima ribu ion Ca2+ per detik. 2

Dalam miosit jantung, saluran kalsium tipe-L (tipe tahan lama) melewati arus

Ca2+ ke dalam dan memicu pelepasan kalsium dari SR dengan mengaktifkan

reseptor ryanodine 2 (RyR2). Fosforilasi ini saluran meningkatkan

permeabilitasnya terhadap kalsium dan meningkatkan kontraktilitas miosit

jantung.12 Saluran kalsium tipe-T rendah saluran kalsium yang diaktifkan

tegangan memungkinkan masuknya kalsium ke jantung miosit, memulai kontraksi

secara langsung dengan membiarkan konsentrasi Ca2+ meningkat. Saluran

kalsium tipe-T mengontrol aktivitas kecepatan SANode. 2

Pada sindroma koroner akut, hipokalsemia kemungkinan terjadi akibat dari

saluran ion mungkin tidak dapat berfungsi dengan baik untuk mempertahankan

homeostasis elektrolit normal karena iskemia selama episode ACS. Mereka

menyimpulkan bahwa mungkin mekanisme untuk konsentrasi rendah Na dan K di

14
pasca AMI adalah kerusakan pompa Na⁺/K⁺-ATPase dan penukar Na-Ca di studi

mereka tentang aritmia jantung ganas setelah AMI. 2

2.3.4 Prevalensi Kejadian Imbalans Elektrolit pada Sindroma Koroner Akut

Tabel 1 Perbandingan Kadar Natrium dan Kalium pada Kelompok Kontrol dan Subjek dengan

Infark Miokard Akut. 7

Sebagian besar penelitian menemukan bahwa pada pasien dengan

sindroma koroner akut sebagian besar mengalami hyponatremia dan hipokalemia.

Salah satu penelitian menyebutkan pada penelitian ditemukan kadar natrium

131.48 ± 6.31 mEq/L dengan kadar kalium 3.57 ± 0.81 mEq/L. 7

Gambar 8 Perbandingan Elektrolit antara Kelompok Kontrol dan Subjek dengan Sindroma Akut

Koroner10

15
Gambar 8 Perbandingan Elektrolit antara Kelompok STEMI dan NSTEMI10

Beberapa penelitian juga mencantumkan penelitian mengenai kadar

kalsium pada pasien sindroma koroner akut. Didapat penurunan kadar kalsium

yang lebih dominan dibandingkan dengan penurunan natrium dan kalium. Pada

kasus STEMI, imbalans elektrolit lebih dominan dibandingkan dengan kasus

NSTEMI. Hal tersebut diperkirakan karena tingkat iskemik jaringan lebih tinggi

pada STEMI dibandingkan dengan NSTEMI. 10

Pada penelitian, tidak disebutkan intervensi terkait imbalans elektrolit dan juga

nilai potong imbalans elektrolit yang diberikan intervensi. Pada penelitian

disebutkan, penurunan kadar natrium disebut memiliki prognosis buruk bagi

pasien dengan sindroma koroner akut dan penurunan kadar kalium memiliki

kemungkinan terjadinya aritmia ventricular dan kematian mendadak yang tinggi.


3,4,5,6,7,8,9,10,11,12

16
BAB III

KESIMPULAN

Sindroma koroner akut merupakan istilah yang diberikan pada kejadian


iskemik myocardial akut atau infark miokardial akut. Sindroma koroner akut
sendiri dapat berupa angina pektoris tidak stabil, Non-ST-Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI), dan ST-elevation Myocardial Infarction (STEMI). Tercatat
di US, angka kejadian infark miokardial meningkat tajam baik pada wanita
ataupun pria seiring denan bertambahnya usia.
Pemantauan pemeriksaan penunjang harus dilakukan secara baik pada pasien
dengan sindroma koroner akut, salah satunya adalah pemeriksaan elektrolit. Pada
pasien dengan sindroma koroner akut, ketidakseimbangan elektrolit yang sering
terjadi adalah hyponatremia dan hipokalemia akibat berbagai macam proses.
Penurunan kadar natrium disebut memiliki prognosis buruk bagi pasien

dengan sindroma koroner akut dan penurunan kadar kalium memiliki

kemungkinan terjadinya aritmia ventricular dan kematian mendadak yang

tinggi.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Libby, Bonow, Mann, Tomaselli, Bhatt, Solomon. Braunwald’s Heart Disease


: A Textbook of Cardiovascular Medicine. Elsevier. 2022. 603.e2.
2. Shrimanker I, Bhattarai S. Electrolytes. 2021 Jul 26. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 31082167.
3. Singh S, Kumari A, Mahajan S, Singh N. Study of Electrolyte Imbalance in
Acute Coronary Syndrome Patients; A Hospital Based Study. International
Journal of Scientific Research. 2020.
4. Jacobsen M, Jabbari R, Glinge C, Stampe N, et al. Potassium Disturbance and
Risk of Ventricular Fibrillation Among Patients with ST-Segment Elevation
Myocardial Infarction. American Heart Association. 2020.
5. Meghwal K. A Study to Evaluate the Role of Hypokalemia in Acute
Myocardial Infarction Patients : A Prospective Hospital Based Study. Asian
Journal of Medical Research. 2019.
6. Ali M, Umer M, Butt U, Tawwab S, Qureshi M, Akram Z. Frequency of
Ventricular Arrythmias in acute Myocardial Infarction and its Relationship
with Hypokalemia. Journal of Cardiovascular Medicine and Cardiology 2018.
7. Rathire V, Singh N, Mahat R. Electrolyte Imbalance in Patients of Acute
Myocardial Infarction: A Study from Central India. Journal of Medical
Science and Clinical Research . 2018.
8. Sherwood L. Human physiology from cells to systems Ninth Edition.
Appetite. 2016
9. Hariprasad S., Basavaraj M. Electrolyte dysfunction in myocardial infarction
patients. International Journal of Advances in Medicine. 2018 Oct;5(5):1172-
1176.
10. Patil s, Gandhi S, Prajapati P, Afzalpurkar S, Patil O, et al. A Study of
Electrolyte Imbalance in Acute Myocardial Infarction Patients at A Tertiary
Care Hospital in Western Maharashtra. International Journal of Contemporary
Medical Research. 2016.
11. Wali V, Yatiraj S. Study of Serum sodium and Potasion in Acute Myocardial
Infarction. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2014 Nov, Vol-8(11)
12. Goyal A, Spertus J, Gosch K, Venkitachalam L, Jones P, et al. Serum
Potassium Levels and Mortality in Acute Myocardial Infarction. Journal of
American Medical Association. 2012
13. Skogestad, Jonas & Aronsen, Jan. (2018). Hypokalemia-Induced Arrhythmias
and Heart Failure: New Insights and Implications for Therapy. Frontiers in
Physiology. 9. 10.3389/fphys.2018.01500.

18

Anda mungkin juga menyukai