Anda di halaman 1dari 32

TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA

DALAM PELAYANAN KEHAMILAN

Disusun Oleh : Kelompok I

Nama Kelompok : 1. Ni Wayan Dewi Astuti


2. Ni Made Sumiati
3. Evi Trisna Ningsi
Kelas : D IV Kebidanan Alih Jenjang
Mata Kuliah : Teknologi Tepat Guna
Dosen : Taqwin, S.Kep.,Ns.,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI D IV ALIH JENJANG KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-

Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Teknologi Tepat Guna yang berjudul

“ Teknologi Terapan Dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Kebidanan”. Meskipun banyak

hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan tugas

makalah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pengajar yang telah membantu dan

membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih

kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun

tidak langsung dalam pembuatan tugas makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari tugas makalah ini.

Karena itu kami berharap semoga tugas makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi

kita bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna sempurnanya tugas makalah ini. Penulis berharap semoga tugas makalah ini

bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Mamboro,  Juni 2019

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Teknologi Tepat Guna 3
B. Fungsi teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan 4
C. Manfaat teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan 4
D. Dampak teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan 4
E. Obat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan 5
F. Vaksin dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan 6
G. Alat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan 11

BAB III PENUTUP 27


A. Kesimpulan 27
B. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan sistem usaha pembagunan masyarakat supaya lebih
produktif dan efesien, diperlukan teknologi. Pengenalan teknologi yang telah
berkembang di dalam masyarakat adalah teknologi yang telah dikembangkan secara
tradisonal, atau yang dikenal dengan “teknologi tepat guna” atau teknologi sederhana dan
proses pengenalannya banyak di tentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian
pokok masyarakat tertentu.
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi, di tentukan oleh kondisi dan tingkat
isolasi dan keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat tersebut. Untuk memperkenalkan teknologi tepat guna perlu disesuaikan
dengan kebutuhan, yaitu kebutuhan yang berorientasi kepada keadaan lingkungan
geografis atau profesi kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Teknologi yang
demikian itu merupakan barang baru bagi masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan
diketahui oleh masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan diketahui oleh masyarakat tentang
nilai dan kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan faktor ekstern dan diperkenalkan
dengan maksud agar masyarakat yang bersangkutan dapat merubah kebiasaan tradisional
dalam proses pembagunan atau peningakatan kesejahteraan masyarakat.
Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang
disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunkan dengan sesuai (tepat guna).
B. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Teknologi Tepat Guna?
2) Bagaimana Fungsi teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan?
3) Apa Manfaat teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan?
4) Apa Dampak teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan?
5) Apa Obat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan?
6) Apa Vaksin dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan?
7) Apa Alat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan?

1
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui Pengertian Teknologi Tepat Guna
2) Untuk mengetahui Fungsi teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan
kehamilan
3) Untuk mengetahui Manfaat teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan
kehamilan
4) Untuk mengetahui Dampak teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan
kehamilan
5) Untuk mengetahui Obat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan
kehamilan
6) Untuk mengetahui Vaksin dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam
pelayanan kehamilan
7) Untuk mengetahui Alat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan
kehamilan

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi Tepat Guna
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna adalah
suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya.
Selain itu, teknologi tepat guna atau yang  disingkat dengan TTG adalah  teknologi yang
digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai
teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat
tertentu.
      Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi
maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang
harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat
guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak
polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi
banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat dikatan sebagai
TTG, yaitu:
1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersedia
banyak di suatu tempat.
2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
3. Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang sebenarnya
dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya.
4. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi
memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut tidak perlu
dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah serupa. Apa yang
sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di lain tempat. Maka dari itu tujuan TTG
adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu dan
menganjurkan mengapa hal itu sesuai.

3
B. Fungsi teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan
1. Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2. Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.
3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.
4. Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit

C. Manfaat teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan


1. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.
2. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan tenaga
kesehatan dan klien
3. Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat guna tersebut
4. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan
5. Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat

D. Dampak teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kehamilan


1. Dampak positif sebagai berikut:
a. Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat akan
mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan efektif.
b. Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam kebidanan akan
lebih sederhana dan mudah
2. Dampak negatif sebagai berikut :
a. Jika penggunaannya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup yang
memerlukan maka itu akan sia-sia. Contoh penggunaan USG di daerah pedalaman,
disana tidak orang yang mengelolanya dan tidak sesuai dengan kebudayaan
masyarakat disana.
b. Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan berdampak buruk
terhadap pasien. Contoh : penggunaan USG pada pasien dengan cara-cara yang tidak
tepat.
c. Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman pedalaman dengan tenaga yang tidak
ahli akan menimbulkan resiko terhadap pasien.

4
E. Obat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan

Perempuan hamil tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat meski ada beberapa obat
yang aman untuk dikonsumsi. Biasanya obat aman itu direkomendasikan oleh dokter. Obat
untuk perempuan hamil dikategorikan sesuai dengan prosedur keselamatan dan sesuai
dengan trimester kehamilan. Ada kategori yang aman dan berbahaya. Inilah kategori obat ibu
hamil antara lain
a. Obat hamil kategori A merupakan obat paling aman dikonsumsi selama kehamilan,
bahkan aman untuk trimester pertama. Contoh: Vitamin B6, Asam Folat, dan obat Tiroid

Vitamin B6 Asam Folat Obat Tiroid


b. Obat hamil kategori B merupakan obat yang sering dikonsumsi perempuan hamil tanpa
menyebabkan kerusakan atau efek samping. contoh: Antipiretik seperti
Accetaminophen, Antidiabetics seperti Amoksisilin dan sefalosporin, Antikonvulsan
seperti Magnesium Sulfat, Prednisolon, Damotidine.

Accetaminophen Amoxicillin Cefadroxyl

Magnesium Sulfat Prednisolon Famotidine.

5
c. Obat hamil kategori C adalah obat hamil yang hanya digunakan jika diperlukan. Contoh
obat: tramadol, gabapentin, amlodipine, trazodone.
d. Obat hamil kategori D adalah Obat dapat memengaruhi perkembangan janin. Contoh:
alkohol, lithium, dan phenytoin.

Lithium Phenytoin

e. Obat hamil kategori X paling berbahaya dikonsumsi perempuan hamil karena dapat
menyebabkan cacat lahir. Contoh: thalidomide, salisilat, dan Asprin. Jika obat-obat ini
dikonsumsi pada trimester terakhir dapat meningkatkan risiko perdarahan.

Thalidomide Salisilat Asprin


f. Obat yang harus dihindari: Ciprofloxacin dan Flukonazol

F. Vaksin dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk memberikan kekebalan bagi manusia. Imunisasi
yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan merupakan tindakan preventif untuk
meningkatkan kekebalan tubuh ibu terhadap infeksi parasit, bakteri, dan virus. Pemberian
vaksin dari virus yang hidup tidk dianjurkan. Karena, selama hamil daya tahan tubuh ibu

6
sedikit menurun sehingga pemberian vaksin hidup dikhawatirkan malah menyebabkan
infeksi dan membahayakan janin. Imunisasi boleh diberikan jika vaksinnya mengandung
virus mati atau tidak aktif.
Pemberian vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko dari vaksinasi
dengan keuntungan perlindungan pada situasi tertentu, walaupun vaksin aktif atau tidak aktif
yang digunakan.
Ada tiga macam vaksinasi selama kehamilan yaitu yang direkomendasikan aman, tidak
direkomendasikan selama kehamilan dan rekomendasi khusus. Vaksin yang
direkomendasikan aman adalah vaksin tetanus toksoid, difteri, hepatitis B, influenza,
meningococal, dan rabies. Vaksin yang tidak direkomendasikan selama kehamilan berasal
dari mikroorganisme hidup yang dilemahkan. Mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dan
menyebabkan penyakit pada inangnya. Vaksin yang tidak direkomendasikan adalah BCG,
measless, mumps, rubella, dan varicella. Vaksin yang direkomendasikan khusus digunakan
untuk daerah-daerah endemik atau wanita hamil yang berpergian ke tempat endemik
penyakit tersebut yaitu, antrax, hepatitis A, Japanese Enchepalitis, pneumococcal, polio
(IPV), typhoid, vaccinia dan yellow fever. Vaksin Tetanus Toksoid (TT) di Indonesia
dianjurkan diberikan pada saat pelayanan karena angka kejadian tetanus neonatorum di
Indonesia masih sangat tinggi.
Di Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan atau
oleh dukun beranak, sehingga persalinan tidak bersih dan steril yang dapat mengakibatkan
infeksi.
Beberapa jenis vaksin yang diberikan selama kehamilan yaitu:
1) Imunisasi TT

a) Injeksi 1 : Pada kunjungan ANC Pertama.


b) Injeksi ke-2 : 4 minggu setelah injeksi pertama.
c) Injeksi ke-3 : minimal 6 bulan setelah injeksi kedua.

7
d) Injeksi ke-4 : 1 hingga 3 tahun setelah injeksi ketiga.
e) Injeksi ke-5 : 1 hingga 5 tahun setelah injeksi keempat.
Apabila jarak injeksi pertama dan kedua terlalu jauh, maka selama kehamilan, ibu dapat
diberikan injeksi TT sebanyak 2 kali, asalkan injeksi kedua minimal 4 minggu sebelum
akhir kehamilan.
2) Influenza

Imunisasi influenza dengan virus yang tidak aktif ini bisa diberikan pada ibu hamil, bila
ada indikasi ibu hamil tersebut berisiko terkena flu dalam kondisi parah, seperti yang
terjadi di Amerika Serikat. Pada musim flu (menjelang dan pada musim dingin), penyakit
flu di Amerika bisa berkembang sangat parah sampai-sampai perlu dirawat di rumah
sakit. Jadi, ibu yang menjalani kehamilan trimester kedua dan tiga di musim dingin,
sebaiknya diimunisasi influeza.
Secara umum, imunisasi ini aman diberikan pada ibu hamil. Bahkan, berdasarkan Paduan
Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hamil dan Menyusui yang dikeluarkan Centers for
Disease Control and Prevention, sebuah studi yang dilakukan terhadap 2.000 ibu hamil
yang diimunisasi influenza, menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap janin akibat
imunisasi tersebut. hasil serupa diperoleh terhadap 252 ibu yang mendapat imunisasi
influenza enam bulan setelah melahirkan. Sementara di Indonesia, flu umumnya
dianggap sebagai penyakit yang sangat umum dan biasanya tidak membahayakan.
Apalagi, di Indonesia tidak terdapat flu musiman seperti di Amerika yang bisa
menyebabkan flu sangat berat. Jadi, imunisasi influenza jarang sekali diberikan pada ibu
hamil.

8
3) Hepatitis

Dalam Paduan Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hanil dan Menyusui (dikeluarkan CDC)
disebutkan, keamanan pemberian imunisasi Hepatitis A masih belum bisa dipastikan.
Namun, karena vaksin ini dibuat dari virus mati atau tidak aktif, secara teoritis risiko
janin terpengaruh sangat rendah. Jadi, imunisasi ini bisa diberikan pada ibu hamil, jika
ada indikasi berisiko tinggi terkena penyakit tersebut. misalnya, memiliki kelainan hati,
hidup di lingkungan yang berisiko terinfeksi Hepatitis A, sering berada di Tempat
Penitipan Anak (TPA), atau akan bepergian ke negara di mana penyakit ini menjadi
endemis. Walau imunisasi ini dikatakan aman bagi ibu hamil, sebaiknya hanya diberikan
bila ia berisiko tinggi terjangkit Hepatitis B. Misalnya, ibu hamil merupakan pekerja
kesehatan yang punya kemungkinan terpapar atau tertusuk jarum suntik yang bisa
menularkan virus Hepatitis B, dan lain-lain.
4) Meningococcal Polysaccharide Vaccine (MCV4)

Studi mengenai pemberian imunisasi ini pada ibu hamil memang belum pernah
menunjukkan adanya efek merugikan bagi sang ibu maupun bayinya. Jadi, imunisasi
Meningococcal bisa diberikan, terutama bagi ibu hamil yang terindikasi akan terpapar
virus tersebut. misalnya, mereka yang berencana melakukan perjalanan ke negara-negara

9
dengan risiko terpapar virus meningococcal. Meski begitu, pemberian imunisasi ini tetap
harus didasarkan pada indikasi, serta turut pula memperhitungkan faktor risiko dan
keuntungannya.
5) Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV23)

Pemberian imunisasi Pneumococcal pada trimester pertama kehamilan belum pernah


dievaluasi keamanannya. Meski begitu, belum pernah dilaporkan adanya efek merugikan
terkait pemberian imunisasi ini pada janin yang dikandung ibu. Tentu saja, jika ibu hamil
tidak berisiko tinggi terkena virus tersebut, imunisasi ini tidak perlu diberikan.
6) Diphtheria, Pertussis, dan Tetanus (DPT)

Yang umum diberikan adalah imunisasi DT (Diphtheria dan Tetanus Toxoid). Pemberian
DPT bisa dipertimbangkan, jika ibu hamil memiliki kemungkinan untuk terpapar
penyakit pertussis atau batuk rejan. Misalnya, pekerja kesehatan atau mereka yang
bekerja di tempat penitipan anak (TPA) dimana terdapat banyak kasus pertussis.
Imunisasi yang harus dihindari
Ada beberapa jenis imunisasi yang harus dihindari atau tidak disarankan untuk diberikan
pada ibu hamil, yakni imunisasi yang mengandung virus hidup. Hal itu disebabkan virus
itu dikhawatirkan akan masuk ke janin melalui plasenta. Selain MMR dan Varicella,
imunisasi lain yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil adalah HPV (Human Papilloma
Virus), serta BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Meski belum ada penelitian yang
10
menunjukkan adanya efek negatif bagi ibu ataupun janin, pemberian imunisasi HPV
sangat tidak disarankan bagi ibu hamil. Imunisasi ini baru diluncurkan, serta masih dalam
tahap dikaji dan diamati. Pemberian imunisasi saat hamil memang harus benar-benar
melibatkan pertimbangan cermat atas faktor keuntungan dan risiko dari vaksin yang
diberikan terhadap janin dalam kandungan.

Berikut ini adalah jenis vaksin hidup yang dilemahkan(life attenuated vaccines) yang
tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, kecuali dalam keadaan luar biasa atau
keadaan darurat medis :
1. Vaksin influenza hidup (bentuk vaksin influenza semprot hidung), bentuk vaksin
influenza ini belum beredar di Indonesia
2. Oral Polio Vaccine (OPV), vaksin polio tetes kedalam mulut
3. Vaksin yang mengandung antigent virus campak
4. Vaksin yang mengandung antigent virus gondongan
5. Vaksin yang mengandung antigent virus campak Jerman
6. Vaksin MMR yang mengandung antigent virus campak, campak Jerman dan
gondongan
7. Vaksin cacar air Variola
8. Vaksin typhus oral yang mengandung bakteri hidup yang dilemahkan (Ty21a)
9. Vaksin Varicella dengan antigent virus hidup yang dilemahkan
10. Vaksin Demam Kuning atau Yellow fever

G. Alat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan
1.   Stetoskop

Adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengirimkan suara volume rendah
seperti detak jantung (atau usus, vena, atau suara janin) ke telinga pendengar. Stetoskop
dapat terdiri dari dua earpiece yang terhubung melalui tabung fleksibel ke diafragma
yang ditempatkan di kulit pasien.

11
2. Stetoskop pinard

Menggunakan stetoskop pinard memungkinkan bidan menginformasi bahwa


denyutan yang terdengar adalah denyutan jantung janin : alat litrik dapat
menyebabkan kebingungan antara frekuensi jantung janin dan maternal. Bidan harus
melakukan palpasi denyut radialis maternal saat mendengarkan jantung janin guna
memastikan bahwa bunyi jantung yang terdengar adalah bunyi jantung janin.
Stetoskop pinard dapat digunakan sejak 24 minggu usia kehamilan tetapi banyak
bidan tidak akan menggunakanya sampai minggu ke 28 gestasi. Janin yang lebih kecil
yang bergerak secara signifikan mungkin akan sulit “distabilkan” dan karenanya
dapat mempersulit untuk mendengar denyut jantung bayi.
Terdapat beberapa posisi maternal yang membuat pinard sulit untuk tidak
mungkin digunakan (pada posisi merangkak atau sangattegak, terutama saat janin
telah turun dikala dua persalinan). Ultrasonografi Doppler dapat digunakan pada saat
ini, atau wanita dapat dipersiapkan untuk mneyesuaikan posisinya dalam waktu
sementara yang singkat.
PROSEDUR : menggunakan stetoskop pinard
a) Lakukan pemeriksaan abdomen
b) Letakkan stetoskop pinard diatas area tempat perkiraan antara jantung suara
jantung terdengar.
c) Letakkan lubang stetoskop ditelinga dan lepaskan tangan sehingga telinga,
stetoskop, dan abdomen berada dalam kontak langsung (ini meningkatkan
variansi suara), dibutuhkan tekanan yang lembut.
d) Dengarkan dan hitung denyut jantung janin selama 1 menit, palpasi denyut
radialis wanita secara bersamaan
e) Diskusikan hasil pemeriksaan dengan wanita.

12
f) Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindak lanjuti sesuai dengan hasil
pemeriksaan tersebut.
3. Fetal Doppler

Adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang
menggunakan prinsip pantulan gelombang elegtromagnetik, alat ini adalah sangat
berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, sangat disarankan untuk dimiliki
dirumah sebagai deteksi harian, selain aman juga mudah dalam penggunaanya serta harga
yang sangat terjangkau untuk dimiliki.
Prosedure : menggunakan Doppler janin
a) Lakukan pemeriksaan abdomen dan auskultasi jantung janin menggunakan
stetoskop pinard.
b) Lubrikasi porbe Doppler dengan gel konduktif yang tepat.
c) Letakkan sonicaid diatas area tempat bunyi jantung diperkirakan terdengar.
d) Hitung denyut jantung selama 1 menit (beberapa sonicaid memberikan
perhitungan digital) sementara secara bersamaan menghitung denyut nadi
maternal.
e) Jelaskan kepada wanita tentang suara lain yang dapat di dengar
f) Bersihkan gel dengan kertas tisu
g) Diskusikan hasil pemeriksaan dan tindak lanjuti sesuai hasil pemeriksaan
tersebut.
h) Jika pada pemeriksaan detak jantung janin tidak terdengar ataupun tidak ada
pergerakan janin maka pasien di berikan penjelasan dan pasien di rujuk Ke
RS. Normalnya, denyut jantung janin usia 6 minggu adalah 90 hingga 110
denyut per menit (dpm) sedangkan pada usia 9 minggu ke atas berkisar antara
140 dpm dengan variasi normal 20 dpm di atas atau di bawah nilai rata-rata

13
tersebut. Jadi, nilai normal denyut jantung bayi berkisar antara 120 hingga 160
dpm. HR pada janin normalnya memang jauh lebih cepat dibanding HR orang
dewasa atau bahkan anak-anak. Ditambah lagi bahwa perkembangan jantung
janin itu telah cukup fungsional setelah mencapai umur kehamilan kurang lebih
12minggu.
i) Bila pada usia kehamilan 5 hingga 8 minggu terjadi perlambatan denyut jantung
(kurang dari 90 denyut per menit)

4. Kardiotokografi

CTG juga dikenal sebagai alat elektronik pemantau janin (electronic fetal
monitoring, EFM) telah meningktakan angka intervensi maternal, tetapi tidak
mengurangi mortalitas perinatal atau palsi serebal (NICE, 2007).

CTG merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim,
dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau
kontraks rahim.Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu
juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar
kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat
fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung
janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang
bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila
janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut
jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam
waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi

14
yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut
mungkin diperlukan.
Wanita resiko rendah tidak boleh ditawarkan CTG pada periode antenatal atau selama
persalinan karana tidak terbukti manfaatnya, dan CTG hanya ditawarkan pada wanita
yang memiliki kemungkinan atau memang memiliki faktor risiko. Faktor risiko ini
mencakup :
a) Penurunan pergerakan janin
b) Persalinan permatur, cairan ketuban yang tercampur mekonium secara signifikan,
perdarahan antepartum atau intrapartum, penggunaan oksitosin
c) Berdasarkan permintaan maternal
d) Abnormalitas yang ditemukan saat auskultasi yang dilakukan secraa
berkala/intermiten (bradikardi,takikardi,atau deselerasi)
e) Pireksia maternal
f) Janin yang lain berisiko: kecil masa kehamilan (KMK), kehamilan multipel,
diabetes, dan preeklamsi.
CTG harus digunakan dua kali seminggu untuk usia kehamilan >42 minggu dan
selama 30 menit setelah analgesia epidural diberikan dan setiap setelah tambahan
bolus diberikan. Frekuensi denyut jantung dan aktivitas uteri dicetak pada kertas
grafik, monitor harus dijalankan sesuai dengan prtokol local sering kali 1 cm per
menit. Saat janin bergerak akan terjadi kehilangan kontak yang mungkin disertai
peningkatan frekuensi denyut jantung, lama monitor terpasang ditempatnya akan
bergantung pada kondisi dan janin, memungkinkan waktu yang cukup untuk
melaksanakan pengkajian tentang normalitas.
Indikasi
Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan
indikasinya terdiri dari :
a. IBU
1) Pre-eklampsia-eklampsia
2) Ketuban pecah
3) Diabetes mellitus
4) Kehamilan > 40 minggu

15
5) Vitium cordis
6) Asthma bronkhiale
7) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
8) Infeksi TORCH
9) Bekas SC
10) Induksi atau akselerasi persalinan
11) Persalinan preterm.
12) Hipotensi.
13) Perdarahan antepartum.
14) Ibu perokok.
15) Ibu berusia lanjut.
16) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
b. JANIN
1) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
2) Gerakan janin berkurang
3) Suspek lilitan tali pusat
4) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
5) Hidrops fetalis
6) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
7) Mekoneum dalam cairan ketuban
8) Riwayat lahir mati
9) Kehamilan ganda
10) Dan lain-lain

Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi


a. Usia kehamilan > 28 minggu.
b. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
c. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
d. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer
(pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

16
Kontra Indikasi Cardiotokografi
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap
ibu maupun janin.

Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh
diberikan sedativa.
PROSEDUR : aplikasi monitor CTG
a) Dapatkan dan catat persetujuan tindakan; anjurkan wanita untuk mengosongkan
kandung kemihnya.
b) Lakukan observasi maternal; suhu tubuh, tekanan darah, dan nadi.
c) Lakukan pemeriksaan abdomen dan auskultasi jantung janin menggunakan
stetoskop pinard.
d) Posisikan wanita dalam posisi duduk atas semi recumbent; posisinya dapat diganti
setelah monitor terpasang, pastikan dua sabuk terpasang pada posisinya dan
wanita cukup tetutupi
e) Berikan gel ketransduser diatas area tempat suara jantung diperkirakan terdengar;
f) Tentukan bahwa setiap data yang tercetak secara otomatis (kis, jam, tanggal)
g) Anjurkan wanita untuk mencatat pergerakan janin. Pastikan bahwa ia memahami
keistimewaan pemantauan, mis., signifikan hilangnya kontak, suara lain yang
dapat didengar
h) Catat indikasi dan permulaan pemantauan didalam catatan dengan tanggal waktu,
dan tanda tangan.
i) Pastikan bahwa setiap orang yang melihat trace ini harus memberikan tanda
tangan disertai tanggal dan waktu serta pada hasil pemantauan di trace dan di
dalam catatan.
j) Lepaskan monitor jika telah puas bahwa hasil trace berada dalam batas normal.
Lap gel dari abdomen

17
k) Tanda tangani dan simpan trace dengan tepat, catat penyelesaian pemantauan dan
indikasi untuk perawatan. Jika kelahiran telah terjadi, tanggal, waktu dan metode
pelahiran harus dicatat pada trace.
l) Diskusikan hasil pemantauan dengan wanita
m) Bersihkan, stok ulang, dan simpan perlengkapan dengan benar.

Cara Membaca
Pembacaan hasil :
a. Reaktif, bila :
1) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
2) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
3) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih
dalam 20 menit
4) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang
reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian
5) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari,
tipe yang lain diulang setiap minggu
b. Tidak reaktif, bila :
1) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
2) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
3) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
4) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari
luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif.
Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti :
barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa. Pada keadaan kurang reaktif dan
pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya.
Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT).

18
5. Sonicaid

Salah satu penggunaan sonicaid adalah ibu dapat mendengar denyut jantung janin dan dapat
menyakinkannya. Cara ini sangat bermanfaat bagi usia gestasi kurang dari 28 minggu, disaat
bunyi jantung janin belum dapat di dengar dengan jelas menggunakan stetoskop pinard.
Untuk dapat mendengar bunyi jantung janin, sonicaid sering kali perlu diletakkan langsung
diatas bahu janin.
Prosedur penggunaan sonicaid
a) Lakukan pemeriksaan abdomen (gunakan stetoskop pinard bila tepat)
b) Oleskan jeli konduktif yang sesuai pada sonicaid
c) Letakkan sonicaid ditempat bunyi jantung janin diperkirakan dapat terdengar.
d) Hitung denyut jantung dalam satu menit ( beberapa sonicaid memberikan hasil
pembacaan digital)
e) Jelaskan pada ibu bunyi lain yang mungkin terdengar, seperti bunyi gerakan janin, aliran
darah uterin atau pulsasi tali pusat
f) Bersihkan jeli yang menempel di abdomen dan sonicaid.
g) Diskusikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
h) Dokumentasi hasil pemeriksaan dan lakukan tindakan yang sesuai.
6. USG (Ultrasonografi)

19
Pemeriksaan USG obstetri dapat dikerjakan melalui cara transabdominal (USG-TA) atau
transvaginal (USG-TV).
a) Pemeriksaan USG Transabdominal
Transduser (probe) yang digunakan untuk pemeriksaan USG-TA adalah jenis linear
atau konveks. Transduser jenis konveks lebih popular digunakan pada saat ini karena dapat
menampilkan lapang pandangan yang lebih luas dibandingkan jenis linear. Pemeriksaan
USG-TA terutama dikerjakan pada kehamilan trimester II da III.
Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG-TA sebaiknya dikerjakan melalui
kandung kemih yang terisi penuh (sehingga disebut juga pemeriksaan USG transvesikal),
gunanya untuk menyingkirkan usus keluar dari rongga pelvik, sehingga tidak menghalangi
pemeriksaan genetalia interna. Massa usus yang berisi gas akan menghambat transmisi
gelombang ultrasonik.
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri jel (gel) untuk
lubrikasi dan menghilangkan udara di antara permukaan transduser dan dinding abdomen.
Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian. Kandung kemih yang penuh
akan mengganggu kenyamanan pasien dan pemeriksa. Kandung kemih yang terlampau
penuh akan mendesak genetalia interna ke posterior , sehingga letaknya diluar daya
jangkau transduser. Uterus mudah mengalami kontaksi, sehingga kandung gestasi di
dalam uterus ikut tertekan dan bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-keadaan ini akan
dipersulit pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung gestasi dapat luput dari
pemeriksaan.
Pemeriksaan USG-TA tanpa persiapan kandung kemih pada kehamilan trimester I
dapat dikerjakan dengan cukup memuaskan memuaskan pada pasien yang kurus, dengan
dinding perut yang tipis dan uterus anteversi.
Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar dan letakknya di luar
rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan USG-TA dapat
dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung kemih.
b) Pemeriksaan USG Transvaginal
Berbeda dengan USG-TA, pemeriksaan USG-TA harus dilakukan dalam keadaan
kandung kemih yang kosong agar organ pelvik berada dekat dengan permukaan transduser
dan berada di dalam area penetrasi transduser. Jika dibandingkan USG-TA (yang harus

20
dikerjakan dalam keadaan kandung kemih terisi penuh), pemeriksaan USG-TV pada
kehamilan trimester I lebih dapat diterima oleh pasien. Pemeriksaan USG-TV dapat
dilakukan setiap saat, dan organ pelvik berada dalam posisi yang sebenarnya.
Dalam persiapan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan elemennya (untuk
menghilangkan udara di permukaan transduser), kemudan dibungkus dengan alat
pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat pelindung). Sebelum dimasukkan
ke dalam vagina, ujung pembungkus transduser diberi jel lagi (berfungsi sebagai lubrikan
dan menghilangkan udara di antara permukaan elemen transduser dan serviks uteri).
Transduser dimasukkan de dalam vagina hingga mencapai daerah forniks. Manuver
gerakan transduser di dalam vagina merupakan kombinasi gerakan maju-mundur, gerakan
memutar (rotasi), dan gerakan angulasi ke samping kiri-kanan atau ke atas bawah.
c) Indikasi Pemeriksaan USG
1) Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I
Pemeriksaan indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I, misalnya
penentuan adanya kehamilan intrauterin, penentuan adanya denyut jantung mudigah
atau janin, penentuan usia kehamilan, penentuan kehamilan kembar; perdarahan
pervaginam, terduga kehamilan ektopik, terdapat nyeri pelvik, terduga kehamilan mola,
terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus, dan membantu tindakan invasif,
seperti pengambilan sampel jaringan vili koriales (chrorionic villus sampling),
pengangkatan IUD.
2) Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III
Beberapa indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III,
misalnya: penentuan usia kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, terduga kematian
janin, terduga kehamilan kembar, terduga kelainan volume cairan amnion, evaluasi
kesejahteraan janin, ketuban pecah dini atau persalinan preterm, penentuan presentasi
janin, membantu tindakan versi luar, terduga inkompetesia serviks, terduga plasenta
previa, terduga solusio plasenta, terduga kehamilan mola, terdapat nyeri pelvik atau
nyeri abdomen, terduga kehamilam ektopik, kecurigaan adanya kelainan kromosomal
(usia ibu ≥35 tahun, atau hasil tes biokimiawi abnormal), evaluasi kelainan kongenital,
riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya, terduga adanya tumor pelvik

21
atau kelainan uterus; dan membantu tindakan invasif, seperti amniosentesis,
kordosentesis, atau amnioinfusi.
Pemeriksaan USG diagnostik cara scanning bersifat aman dan noninvasif. Sejauh
ini tidak ada kontraindikasi untuk pemeriksaan USG dalam kehamilan.
d) jenis pemeriksaan USG
1) USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang
baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2) USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh
janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3) USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak
(live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG
4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

e) Saat Tepat Pemeriksaan


Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
i. Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya
pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal.
Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar
monitor.
ii. Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih
dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat
sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas,
sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat
kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan
sebagainya.

22
Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
 Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
 Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi
apakah melintang, kepala turun, dan lainnya
1. Manfaat
1. Trimester I
a) Memastikan hamil atau tidak.
b) Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
c) Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
d) Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut
janin, dan sebagainya.
2. Trimester II:
a. Melakukan penapisan secara menyeluruh.
b. Menentukan lokasi plasenta.
c. Mengukur panjang serviks.
3. Trimester III:
a) Menilai kesejahteraan janin.
b) Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
c) Melihat posisi janin dan tali pusat.
d) Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT untuk menggunakan USG
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya,
kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau
interpretasi kelamin janin yang tidak tepat.
Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
a. Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
b. Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG.
Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
c. Posisi bayi

23
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya
tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap
ada keterbatasan.
d. Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi
secara detail.
e. Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
f. Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
g. Air ketuban sedikit.
h. Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20
minggu agak sulit dideteksi
7. Staturmeter

Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat sederhana
pada desainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan
digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai kebagian kepala teratas, sehingga dpt
diketahui tinggi badan orang tersebut.

8. Lingkar lengan ibu hamil

Adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah mengidentifikasi bayi dan


bundanya, pada umumnya dipakaikan pada bayi dan bundanya dirumah sakit bersalin. pita
LILA sepanjang 33 cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm).

24
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I
sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran
LILA lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibuhamil sendiri. Seperti kita tahu,
berat badan selama kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat
organ tubuh dan volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti
apakah pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan
ibu,janin ataukeduanya. 
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan
atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi
ibuhamil ketimbang berat badan.  
Pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan menapis risiko bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan
Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut:
a. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibuhamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.
b. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibuhamil baik, dan  risiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
9. Reflek hammer/reflek patella

Sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf
dari anggota tubuh biasanya kaki.

25
10. Metlin

Adalah alat ukur untuk menghitung tinggi fundus uteri (TFU) pada ibu hamil dalam
ukuran centimeter (cm). Banyak digunakan bidan atau calon bidan dalam mengukur tinggi
fundus uteri pada ibu hamil. Sehingga dapat mengetahui taksiran berat badan janin yang
diukur menggunakan metlin. Selain untuk mengukur TFU, metlin dapat digunakan juga
untuk mengukur lingkar lengan atas pada ibu hamil dan pada bayi baru lahir, mengukur
panjang badan, lingkar kepala bayi, lingkar dada

11. Timbangan Berat Badan Ibu

Adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat badan pasien. Sehingga dapat
diketahui berat badan dan status gizi pasien tersebut

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang


diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna adalah
suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya.
Selain itu, teknologi tepat guna atau yang  disingkat dengan TTG adalah  teknologi yang
digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai
teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat
tertentu.

Dalam pelayanan kebidanan ada beberapa diterapkan teknologi tepat guna untuk
melayani pasien terutama dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil. Obat dalam
teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan dibagi menjadi obat hamil
kategori ABCD dan X. Vaksin dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan
kebidanan untuk ibu hamil antara lain Vaksin TT, Influenza, Hepatitis, Meningococcal
Polysaccharide Vaccine (MCV4), Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV23),
Diphtheria, Pertussis, dan Tetanus (DPT). Imunisasi yang harus dihindari Vaksin influenza
hidup , Oral Polio Vaccine (OPV, Vaksin MMR yang mengandung antigent virus campak,
campak Jerman dan gondongan, Vaksin cacar air Variola, Vaksin typhus oral yang
mengandung bakteri hidup yang dilemahkan (Ty21a), Vaksin Varicella dengan antigent virus
hidup yang dilemahkan, Vaksin Demam Kuning atau Yellow fever.

Alat dalam teknologi tepat guna dan terapan dalam pelayanan kehamilan antara lain :
Stetoskop, Stetoskop pinard, Fetal Doppler, Kardiotokografi, Sonicaid, USG
(Ultrasonografi), Staturmeter, Lingkar lengan ibu hamil, Reflek hammer/reflek patella,
Metlin, Timbangan Berat Badan Ibu.

B. Saran
Semoga dengan makalah ini dapat membantu kita sebagai pemberi pelayanan kesehatan
terutama sebagai bidan agar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai teknologi terapan
dalam pelayanan kehamilan. Dan agar masyarakat yang bersangkutan dapat merubah
kebiasaan tradisional dalam proses pembangunan atau peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. https://docplayer.info/52176321-Bab-iii-teknologi-terapan-dan-tepat-guna-dalam-pelayanan-
kehamilan.html
2. https://www.scribd.com/document/390746703/teknologi-terapan-dalam-pelayanan-
kehamilan
3. https://stikes-alinsyirah.ac.id/teknologi-terapan-dan-tepat-guna-dalam-pelayanan-kehamilan/

http://artianipraja.blogspot.com/2015/06/teknologi-tepat-guna-pada-kehamilan.html

Anda mungkin juga menyukai