Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Kehamilan”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4

NAMA KELOMPOK : 1. Masrina Br Peranginangin 211015201040


2. Merlina Sari 211015201041
3. Nova yana 211015201043
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan makalah “ Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Kehamilan”
ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen pembimbing dan
semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memberi kemudahan dalam
menyelesaikan tugas ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam
mata kuliah Teknologi Terapan Tepat Guna Dalam Pelayanan Kebidanan.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa
banyak kekurangan kekurangan, baik dari teknis penulisan maupun materi. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan
pembuatan makalah yang selanjutnya.
Batam, 15 agustus 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa
tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat. Sementara itu, kesehatan
merupakan salah satu variabel pengukuran dari Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), dan mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di Pedesaan sehingga
menjadi hal yang wajar apabila IPM Indonesia masih bernilai sangat rendah.
Kesehatan merupakan aspek penting dan menjadi salah satu kebutuhan yang
mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu  hak yang
seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat desa.
Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam
mengakses sarana kesehatan. Selain itu umumnya program ataupun teknologi
kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai dengan keadaan masyarakat
desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu perlu adanya
Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan  yang dapat membantu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi
komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah diterapkan (2) mudah
dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7)
adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Adanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat
menjembatani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup sehat.
Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi Tepat Guna,
khususnya bidang kesehatan yang berkembang di  masyarakat dan melihat
sejauh mana teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang
sehat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapunn rumusan masalah yang
ditimbulkan adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan teknologi tepat guna?
2. Apa saja ciri-ciri teknologi tepat guna?
3. Apa saja manfaat dari teknologi tepat guna?
4. Apa fungsi teknologi tepat guna?
5. Apa saja skrinning dan deteksi dini pada ibu hamil ?
6. Bagaimana system metode one way text messaging program , mobile
obsetrik monitoring dan anc kelas

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas adalah, adapun
tujuan penulisan masalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar dari
teknologi tepat guna dalam praktik kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAHAN
2.1. Pengertian Teknologi Tepat Guna
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan
dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna
atau yang  disingkat dengan TTG adalah  teknologi yang digunakan dengan
sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai
teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses
pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata
pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional
dan teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi
juga merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG.
Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan
metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif
minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya
beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.

2.1.1. Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna


Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan
kesesuaian TTG, dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan
TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung
pertanian, industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat di suatu tempat.
2. Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.
3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh
keterampilan setempat.
4. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.
5. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam,
energi, bahan secara lebih baik dan optimal.
6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak
luar (self-realiance motivated).

2.1.2. Fungsi Teknologi Tepat Guna


Sebagai mana fungsi dari teknologi tepat guna adalah:
1. Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
2. Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.
3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.
4. Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit.

2.1.3. Dampak Teknologi Tepat Guna Dalam Kebidanan


1. Dampak positif sebagai berikut:
a. Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka
masyarakat akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang
lebih efisien dan efektif.
b. Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam
kebidanan akan lebih sederhana dan mudah
2. Dampak negatif sebagai berikut :
a. Jika penggunaannya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup
yang memerlukan maka itu akan sia-sia. Contoh penggunaan USG di
daerah pedalaman, disana tidak orang yang mengelolanya dan tidak
sesuai dengan  kebudayaan masyarakat disana.
b. Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan
berdampak buruk terhadap pasien. Contoh : penggunaan USG pada
pasien dengan cara-cara yang tidak tepat.
c. Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang
tidak ahli akan menimbulkan resiko terhadap pasien.
2.1.4. Penggunaan Teknologi Tepat Guna Dalam Kebidanan
1. Fetal Doppler
adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung
bayi, yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik,
alat ini adalah sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin,
sangat disarankan untuk dimiliki dirumah sebagai deteksi harian, selain
aman juga mudah dalam penggunaannya serta harga yang sangat
terjangakau untuk dimiliki

2. Fetal doppler Sunray


adalah salah satu jenis dan merk doppler yang digunakan untuk
mengetahui denyut jantung janin dalam kandungan, fetal doppler ini
sangat praktis digunakan baik secara pribadi atau digunakan oleh kalangan
paramedic

3. Staturmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah
sangat sederhana pada disainnya karena hanya ditempelkan pada tembok
bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk menariknya
sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi badan
orang tersebut.
4. Eye Protector Photo Therapy
adalah alat bantu yang digunakan untuk melindungi bagian mata bayi pada
saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis
pemeriksaan lain yang menggunakan media sinar agar tidak menggangu
pengelihatan bayi yang akan diperiksa.

5. Alat Pengukur Panjang Bayi


adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan
dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari
waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca.

6. Breast Pump
biasa digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI tidak
terbuang dengan percuma, sehingga bayi tetap bisa mendapatkan ASI dari
bundanya.

7. Lingkar Lengan Ibu Hamil


adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah menidentifikasi bayi
dan bundanya, pada umumnya dipakaikkan pada bayi dan bundanya di
rumah sakit bersalin.

8. Pengukur Panjang bayi (Calipher)


adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi dengan
ketepatan pengukuran yang tinggi, karena skala yang digunakan pada alat
ini lebih detail, sehingga setiap inchi pertumbuhan bayi dapat diketahui.
9. Reflek Hammer / Reflek Patela
sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk
mengetahui respon syaraf  dari anggota tubuh biasanya kaki

10. Umbilical Cord Clem Nylon


adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi
sesaat setelah bayi dilahirkan

11. Tourniquet
adalah alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada
pengambilan darah, pada umumnya dilingkarkan pada lengan tangan saat
akan dilakukan pengambilan darah, agar darah bisa lebih mudah untuk di
ambil
2.2. Skining dan deteksi dini ibu hamil
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas
dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya
sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan. Test skrining dapat
dilakukan dengan : Pertanyaan (anamnesa), Pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan laboratorium.
2.2.1. Kartu Skor Poedji Rohyati (KSPR)
Kartu Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi
dini kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi
ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan (Dian, 2007).
Adapun tujuan tujuan kartu ini adalah :
1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar
berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan
sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat
agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan
mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.

Fungsi dari kartu itu sendiri adalah :


1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE – bagi klien/ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat.
2. Alat peringatan-bagi petugas kesehatan.

Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi


a. Informasi dan Edukasi/ KIE untuk Kehamilan dan Persalinan aman.
Untuk kehamilan resiko rendah (KKR) persalinan dapat dirumah
ataupun di polindes, tetapi penolongnya harus bidan. Dukun hanya
membantu pada saat nifas. Dalam kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
berikan penyuluhan untuk bersalin di puskesmas, polindes, atau
langsung di rumah sakit. Terutama pada letak lintang primigravida,
dengan tinggi badan rendah. Kemudian untuk kehamilan Risiko Sangat
Tinggi (KRST). Berikan penyuluhan untuk langsung dirujuk ke rumah
sakit dengan alat lengkap dan di bawah pengawasan dokter spesialis.
b. Memeriksakan kehamilan secara teratur minimal 4 kali.
c. Imunisasi TT dua kali selama kehamilandengan jarak satu bulan, untuk
mencegah tetanus neonatorum.
d. Makan makanan bergizi selama kemahilan.
e. Mengenali tanda tanda kehamilan risiko tinggi. Jika menemukan tanda
resiko tinggi langsung periksa ke puskesmas, polindes, bidan, rumah
bersalin atau rumah sakit. f. Menghindari hal hal yang menimbulkan
komplikasi pada ibu hamil.
Cara untuk mendeteksi dini kehamilan berisiko menggunakan skor
Poedji Rochjati. Jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 (fisiologis)
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 (Faktor
Resiko APGO atau AGO, AGDO)
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
(2 faktor resiko atau lebih )
Tingkat dan sifat Risiko Sesuai Dengan Kegawatannya
1. APGO ( Ada Potensi Gawat Obstetri ) Ada masalah yang perlu
diwaspadai. 10 faktor risiko ( 7 terlalu, 3 pernah ).
 Terlalu muda hamil (≤ l6 tahun)
a. terlalu lama hamil pertama setelah kawin ≥ 4 tahun
b. terlalu tua hamil pertama ≥ 35 tahun
 terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun  terlalu lama hamil (≥ l0
tahun)
 terlalu banyak anak (≥ 4 anak)
 terlalu tua (≥ 35 tahun)
 terlalu pendek (≤ l45 cm)
 pernah gagal hamil (riwayat obstetric jelek)
 pernah melahirkan dengan:
a. tarikan forsep/vakum
b. induksi
 pernah operasi sesar
2. AGO (Ada Gawat Obstetri)
8 Faktor Risiko  Penyakit
 Penyakit Ibu hamil ( TBC, DM, PMS, Jantung, Anemia,
Malaria)
 Preeklamsia Ringan
 Gemeli
 Hydramnion
 Hamil Serotinus
 Kematian Janin Dalam Kandungan
 Letak Sungsang
 Letak Lintang
3. AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetri )
Yang mengancam nyawa ibu dan bayi ada 2 faktor resiko :
 Perddarahan sebelum bayi lahir
 PEB/ EKLAMSIA

2.3. Metode one way , text messaging, short message service


Short Message Service (SMS) adalah suatu fasilitas untuk
mengirim dan menerima suatu pesan singkat berupa teks melalui
perangkat nirkabel, yaitu perangkat komunikasi teleon selular, dalam
hal ini perangkat nirkabel yang digunakan adalah telepon selular.
Salah satu kelebihan dari SMS adalah biaya yang murah.
Edukasi yang diberikan pada ibu hamil dapat berupa perubahan –
perubahan yang dialami selama hamil, serta perencanaan untuk
persalinan, perawatan bayi, dan persiapan kontrasepsi untuk pasca
persalinan. Prenatal care dengan SMS dapat diterapkan di Indonesia
karena mudah dan tidak memerlukan banyak biaya, serta dengan gaya
hidup masyarakat yang mayoritas memiliki telepon seluler. Program
ini sangat tepat diterapkan pada rumah sakit pemerintah sehingga
memudahkan dalam pemberian pendidikan kesehatan dan
perencanaan perawatan kehamilan dan paska melahirkan.
2.3.1. Program mobile obsetrik monitoring (mom)
Mobile obstetrical monitoring (MoM) adalah sebuah platform
prototipe telehealth yang bisa diadaptasi sesuai dengan kebutuhan
spesifik daerah pedesaan maupun perkotaan dengan memanfaatkan
aplikasi ponsel. Dengan aplikasi ini, seorang bidan bisa membuat
profil kesehatan ibu hamil yang relevan melalui pengumpulan data
yang didapat dari pemeriksaan fisik serta tes yang dilakukan di
puskesmas setempat atau di rumah Sang Bumil.
Dengan memadukan panduan lokal angka risiko dalam solusi ini,
spesialis kebidanan atau dokter kandungan bisa menentukan apakah
sebuah kehamilan berisiko tinggi, sehingga bisa segera memberikan
pertolongan yang memadai.
Program ini sejalan dengan usaha pemerintah Kota Padang serta
Kementerian Kesehatan RI untuk menjawab masalah keprihatinan
terhadap tingkat AKI di Indonesia. Menurut data statistik, AKI (2007)
sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup. Aplikasi MoM ini
berjangka waktu 1 tahun, yang telah dimulai pada Desember 2013.
Sejak 3 bulan pertama aplikasi ini berjalan, dari 500 bumil yang
diperiksa, telah terdeteksi lebih dari 60 bumil dengan kehamilan
berisiko tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan 12 tenaga
bidan dari 6 puskesmas setempat.
Bagi bidan dan ibu hamil di daerah daerah terpencil program ini
sangat berguna karena mampu menjangkau seluruh area Indonesia.
Program ini diharapkan mampu mengurangi angka kematian ibu hamil
yang cukup tinggi. Manfaat MOM antara lain
 Memantau kondisi ibu hamil
 Deteksi dini kehamilan dengan risiko tinggi
 Membantu bidan dalam membuat profil ibu hamil yang
relevan
 Dapat memberi solusi untuk mengatasi keterbatasan SDM
dengan memanfaatkan teknologi kesehatan jarak jauh.
 Solusi untuk wilayah terpencil yang tidak memiliki akses
ke tenaga kesehatan
2.3.2. ANC kelas ibu hamil
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama
tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam
kelompok yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan
nifas dan perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan
akte kelahiran (Depkes RI, 2009). Kelas ibu hamil adalah
kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20
minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang.
Setiap ibu hamil diwajibkan memiliki buku KIA, karena di buku
ini terdapat beberapa informasi tentang kehamilan.Akan tetapi,
tidak semua informasi penting termuat di buku KIA.
A. Tujuan Kelas Ibu Hamil
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku
ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh, dan
keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan
akte kelahiran.
B. Manfaat kelas ibu hamil
1. Bagi ibu hamil dan keluarganya : merupakan sarana untuk
mendapatkan teman, bertanya,mampu mempraktekkan,
serta membantu ibu dalam menghadapi persalinan dengan
aman dan nyaman.
2. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta
(ibu hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan
petugas kesehatan/bidan
3. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca bersalin,
dan perawatan bayi baru lahir
4. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil
tentang mitos/ keprcayaan/ adat istiadat setempat yang
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil dan anak.
5. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil
tentang penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS
dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil)
6. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil
tentang akte kelahiran.
C. Keuntungan kelas ibu hamil

1. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai


dengan pedoman kelas ibu hamil yang memuat mengenai
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan
nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular
seksual dan akte kelahiran.
2. Penyampaian materi lebih komprehensif karena ada
persiapan petugas sebelum penyajian materi.
3. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan
penjelasan mengenai topik tertentu.
4. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola
penyajian materi terstruktur dengan baik.
5. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
pada saat pembahasan materi dilaksanakan.
6. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
7. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu
hamil dalam memberikan penyajian materi sehingga dapat
meningkatkan kualitas sistim pembelajaran.

D. Sasaran ibu hamil


Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur
kehamilan 20 s/d 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini
kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif
untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil
maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut
serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti
berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang
persiapan persalinan atau materi yang lainnya (Depkes RI,
2009).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
4. Sasaran ibu hamil
Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur
kehamilan 20 s/d 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini
kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif
untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil
maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut
serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti
berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang
persiapan persalinan atau materi yang lainnya (Depkes RI,
2009).

A. Kritik dan Saran


Penulis sadar akan kekurangan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan dating.
DAFTAR PUSTAKA

Syafruddin,dkk, 2009.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa


Kebidanan.CV.Transinfo media : Jakarta

Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 tahun 7, April 2008


http://jirzizaidan.wordpress.com/kebidanan/

World Health Assembeley XXI; “National and Global SURVEILENS of


communicable Disease”, Geneva:WHO, 1968

http://www.slemankab.go.id/file/lakip/13Meningkatnya-derajat-kesehatan-
masy.pdf

Teknologi tepat guna terampil.pdf

Anda mungkin juga menyukai