Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Kehamilan”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4

NAMA KELOMPOK : 1. Masrina Br Peranginangin 211015201040


2. Merlina Sari 211015201041
3. Nova yana 211015201043
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
makalah “ Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Kehamilan” ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu, membimbing dan memberi kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
dalam mata kuliah Teknologi Terapan Tepat Guna Dalam Pelayanan Kebidanan.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak kekurangan kekurangan, baik dari teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Batam, 15 agustus 2022
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................... 2
Daftar isi .............................................................................................................. 3
Bab 1 Pendahuluan
1.1.Latar Belakang............................................................................................... 4
1.2.Rumusan masalah.......................................................................................... 5
1.3.Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.Skrinning dan Deteksi Dini Ibu Hamil
2.1.1 Kartu Skor Poedji Rohyati (KSPR) .................................................... 6
2.1.2 Kartu Pantau Gerak Janin ................................................................... 9
2.1.3 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 9
2.1.4 Ante Natal Care (ANC)....................................................................... 11
2.2 Sistem Pengelolaan Teknologi Terapan (Kehamilan)................................... 12
2.2.1 Metode one-way/ Short Message Service (SMS) ............................... 12
2.2.2 Program Mobile Obstetrik Monitoring (MOM).................................. 13
2.2.3 ANC Kelas ......................................................................................... 15
2.2.4 Senam Hamil....................................................................................... 18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat.
Kesehatan merupakan aspek penting dan menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar dalam
kehidupan masyarakat menjadi salah satu hak yang seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat
termasuk masyarakat desa.

Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam mengakses sarana kesehatan.
Selain itu umumnya program ataupun teknologi kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai
dengan keadaan masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu perlu
adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang dapat membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya.

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah
diterapkan (2) mudah dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7) adaptif terhadap perubahan
lingkungan.

Adanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat menjembatani masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan akan hidup sehat. Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi
Tepat Guna, khususnya bidang kesehatan yang berkembang di masyarakat dan melihat sejauh mana
teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja skrinning dan deteksi dini pada ibu hamil ?


2. Apa saja system dan alat alat pada teknologi terapan dalam pelayanan kebidanan ibu hamil ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Terapan
Guna Dalam Pelayan Kebidanan serta mengetahui konsep dasar penerapan teknologi tepat guna
dalam pelayan kebidanan khususnya pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skrining dan Deteksi Dini Ibu Hamil

Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test,
pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan
orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan. Test
skrining dapat dilakukan dengan : Pertanyaan (anamnesa), Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan
laboratorium.

2.1.1 Kartu Skor Poedji Rohyati (KSPR)


Kartu Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang
memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya
penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Dian, 2007).

Adapun tujuan tujuan kartu ini adalah :


1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar berkembang perilaku
kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat agar peduli dan
memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk
melakukan rujukan terencana.

Fungsi dari kartu itu sendiri adalah :

1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE – bagi klien/ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat.
2. Alat peringatan-bagi petugas kesehatan.

Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi


a. Informasi dan Edukasi/ KIE untuk Kehamilan dan Persalinan aman.
Untuk kehamilan resiko rendah (KKR) persalinan dapat dirumah ataupun di polindes,
tetapi penolongnya harus bidan. Dukun hanya membantu pada saat nifas. Dalam kehamilan
Risiko Tinggi (KRT) berikan penyuluhan untuk bersalin di puskesmas, polindes, atau langsung
di rumah sakit. Terutama pada letak lintang primigravida, dengan tinggi badan rendah.
Kemudian untuk kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST). Berikan penyuluhan untuk langsung
dirujuk ke rumah sakit dengan alat lengkap dan di bawah pengawasan dokter spesialis.
b. Memeriksakan kehamilan secara teratur minimal 4 kali.
c. Imunisasi TT dua kali selama kehamilandengan jarak satu bulan, untuk mencegah tetanus
neonatorum.
d. Makan makanan bergizi selama kemahilan.
e. Mengenali tanda tanda kehamilan risiko tinggi. Jika menemukan tanda resiko tinggi langsung
periksa ke puskesmas, polindes, bidan, rumah bersalin atau rumah sakit. f. Menghindari hal
hal yang menimbulkan komplikasi pada ibu hamil.

Cara untuk mendeteksi dini kehamilan berisiko menggunakan skor Poedji Rochjati. Jumlah
skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 (fisiologis)


b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 (Faktor Resiko APGO atau AGO,
AGDO)
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12 (2 faktor resiko atau
lebih )

Tingkat dan sifat Risiko Sesuai Dengan Kegawatannya

1. APGO ( Ada Potensi Gawat Obstetri ) Ada masalah yang perlu diwaspadai. 10 faktor
risiko ( 7 terlalu, 3 pernah ).
 Terlalu muda hamil (≤ l6 tahun)
a. terlalu lama hamil pertama setelah kawin ≥ 4 tahun
b. terlalu tua hamil pertama ≥ 35 tahun
 terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun  terlalu lama hamil (≥ l0 tahun)
 terlalu banyak anak (≥ 4 anak)
 terlalu tua (≥ 35 tahun)
 terlalu pendek (≤ l45 cm)
 pernah gagal hamil (riwayat obstetric jelek)
 pernah melahirkan dengan:
a. tarikan forsep/vakum
b. induksi
 pernah operasi sesar
2. AGO (Ada Gawat Obstetri)
8 Faktor Risiko  Penyakit
 Penyakit Ibu hamil ( TBC, DM, PMS, Jantung, Anemia, Malaria)
 Preeklamsia Ringan
 Gemeli
 Hydramnion
 Hamil Serotinus
 Kematian Janin Dalam Kandungan
 Letak Sungsang
 Letak Lintang
3. AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetri )
Yang mengancam nyawa ibu dan bayi ada 2 faktor resiko :
 Perddarahan sebelum bayi lahir
 PEB/ EKLAMSIA

CARA PEMBERIAN SKOR (KSPR ( Skor Poedji Rochjat

 Skor awal X yaitu skor dari umur dan paritas yang merupakan karakteristik setiap ibu hamil.
 Skor awal X + Y, nilai Y yaitu skor dari factor yang mungkin sudah ditemukan pada kontak
pertama.
 Jumlah skor dapat tetap atau bertambah, disesuaikan dengan factor risiko yang kemudian hari
timbul.
 Tiap factor risiko diberi skor 4 kecuali bekas SC, letak sungsang, lintang, HAP, PE dan Eklamsia
diberi skor 8.

JUMLAH SKOR

 Jumlah skor 2, Kehamilan Risiko Rendah (KKR) = HIJAU


 Jumlah skor 6-10 Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) = KUNING
 Jumlah skor ≥12 Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) = MERAH

Komplikasi obstetric tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu
hamil yang telah diidentifikasi normal.

2.1.2 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K)


Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah
kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran aktif suami,
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan
nifas, termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB) pasca
persalinan dengan menggunakan stiker P4K sebagai media pencatatan sasaran dalam
rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru
lahir (Depkes RI, 2009).
P4K menggunakan stiker adalah terobosan percepatan penurunan angka
kematian ibu. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil, taksiran persalinan,
penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi yang
digunakan dan calon donor darah (Depkes RI, 2009).

Tujuan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).

1. Tujuan umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir
melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang
aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga
melahirkan bayi yang sehat.
2. Tujuan Kusus
1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K disetiap rumah ibu hamil yang
memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran
persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan,
calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
2) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB passca persalinan
yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
3) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi
selama, hamil, bersalin maupun nifas.
4) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal,
dukun/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat
5) dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB pasca
salin sesuai dengan perannya masing-masing (Depkes RI, 2009)

2.1.3 Antenatal care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter


spesialis, dokter umum, bidan dan perawat) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai
dengan standar minimal pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal sangat penting untuk
mendeteksi dini komplikasikomplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil selama kehamilan.

Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Wiknjosastro, tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-


baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan calon anak dalam kehamilan, persalinan
dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi
juga mental, ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :

 Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama sehatnya atau lebih
sehat
 Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan sedini mungkin dan diobati
 Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan mental

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tujuan pelayanan antenatal adalah :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin
2. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan janin
3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

Pedoman Pelayan Antenatal Care

Menurut Clinical Practice Guidelines, Standar adalah keadaan ideal atau tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan
kebidanan dapat digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam
menjalankan praktek sehari-hari.

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pemeriksaan antenatal dilakukan


dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :

1. Ukur tinggi badan


2. Timbang berat badan dan lingkar lengan atas (LILA)
3. Ukur tekanan darah
4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
5. Imunisasi tetanus toxoid (TT)
6. Pemberian tablet besi (Fe)
7. Tanya atau temu wicara
2.2. Sistem Pengelolaan Teknologi Terapan (Kehamilan)
2.2.1. Metode one-way, Text messaging / Short Message Service (SMS)
Short Message Service (SMS) adalah suatu fasilitas untuk mengirim dan menerima suatu
pesan singkat berupa teks melalui perangkat nirkabel, yaitu perangkat komunikasi teleon
selular, dalam hal ini perangkat nirkabel yang digunakan adalah telepon selular. Salah satu
kelebihan dari SMS adalah biaya yang murah.
Edukasi yang diberikan pada ibu hamil dapat berupa perubahan – perubahan yang
dialami selama hamil, serta perencanaan untuk persalinan, perawatan bayi, dan persiapan
kontrasepsi untuk pasca persalinan. Prenatal care dengan SMS dapat diterapkan di
Indonesia karena mudah dan tidak memerlukan banyak biaya, serta dengan gaya hidup
masyarakat yang mayoritas memiliki telepon seluler. Program ini sangat tepat diterapkan
pada rumah sakit pemerintah sehingga memudahkan dalam pemberian pendidikan
kesehatan dan perencanaan perawatan kehamilan dan paska melahirkan.

2.2.2. Program Mobile Obstetrik Monitoring (MOM)


Mobile obstetrical monitoring (MoM) adalah sebuah platform prototipe telehealth yang
bisa diadaptasi sesuai dengan kebutuhan spesifik daerah pedesaan maupun perkotaan
dengan memanfaatkan aplikasi ponsel. Dengan aplikasi ini, seorang bidan bisa membuat
profil kesehatan ibu hamil yang relevan melalui pengumpulan data yang didapat dari
pemeriksaan fisik serta tes yang dilakukan di puskesmas setempat atau di rumah Sang
Bumil.
Dengan memadukan panduan lokal angka risiko dalam solusi ini, spesialis kebidanan
atau dokter kandungan bisa menentukan apakah sebuah kehamilan berisiko tinggi, sehingga
bisa segera memberikan pertolongan yang memadai.
Program ini sejalan dengan usaha pemerintah Kota Padang serta Kementerian
Kesehatan RI untuk menjawab masalah keprihatinan terhadap tingkat AKI di Indonesia.
Menurut data statistik, AKI (2007) sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup. Aplikasi MoM
ini berjangka waktu 1 tahun, yang telah dimulai pada Desember 2013. Sejak 3 bulan
pertama aplikasi ini berjalan, dari 500 bumil yang diperiksa, telah terdeteksi lebih dari 60
bumil dengan kehamilan berisiko tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan 12 tenaga
bidan dari 6 puskesmas setempat.
Bagi bidan dan ibu hamil di daerah daerah terpencil program ini sangat berguna karena
mampu menjangkau seluruh area Indonesia. Program ini diharapkan mampu mengurangi
angka kematian ibu hamil yang cukup tinggi. Manfaat MOM antara lain
 Memantau kondisi ibu hamil
 Deteksi dini kehamilan dengan risiko tinggi
 Membantu bidan dalam membuat profil ibu hamil yang relevan
 Dapat memberi solusi untuk mengatasi keterbatasan SDM dengan
memanfaatkan teknologi kesehatan jarak jauh.
 Solusi untuk wilayah terpencil yang tidak memiliki akses ke tenaga kesehatan.

2.2.3. ANC kelas ibu hamil


Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu
hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan
perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran (Depkes RI, 2009).
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20
minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Setiap ibu hamil
diwajibkan memiliki buku KIA, karena di buku ini terdapat beberapa informasi tentang
kehamilan.Akan tetapi, tidak semua informasi penting termuat di buku KIA.
A. Tujuan Kelas Ibu Hamil
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan, perubahan tubuh, dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru
lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
B. Manfaat kelas ibu hamil
1. Bagi ibu hamil dan keluarganya : merupakan sarana untuk mendapatkan teman,
bertanya,mampu mempraktekkan, serta membantu ibu dalam menghadapi
persalinan dengan aman dan nyaman.
2. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan
ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan
3. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
KB pasca bersalin, dan perawatan bayi baru lahir
4. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang mitos/
keprcayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil
dan anak.
5. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang penyakit
menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan
malaria pada ibu hamil)
6. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang akte kelahiran.

C. Keuntungan kelas ibu hamil


1. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman
kelas ibu hamil yang memuat mengenai kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular
seksual dan akte kelahiran.
2. Penyampaian materi lebih komprehensif karena ada persiapan petugas sebelum
penyajian materi.
3. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik
tertentu.
4. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi
terstruktur dengan baik.
5. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat
pembahasan materi dilaksanakan.
6. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
7. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam
memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistim
pembelajaran.

D. Sasaran ibu hamil


Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 20 s/d 32
minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi
keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil
maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali
pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi
tentang persiapan persalinan atau materi yang lainnya (Depkes RI, 2009).
E. Langkah Pendidikan di Kelas Ibu Hamil
Dalam memberikan pendidikan pada ibu hamil tersebut dilakukan langkah-
langkah dari mulai persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran kelas ibu hamil
Depkes & JICA (2008) antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi terhadap ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini
dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur
kehamilannya
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya
tempat di puskesmas atau polindes, kantor desa/balai pertemuan,
posyandu atau di rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar
menggunakan kursi, tikar, karpet, VCD player dan lain-lain jika tersedia.
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan
kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan disampaikan.
4. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur antara 20
sampai 32 minggu.
5. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara
sumber jika diperlukan.
6. Membuat rencana pelaksanan kegiatan.
7. Akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil, sebagai kegiatan/materi
ekstra.
8. Menentukan waktu pertemuan, yang disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu,
bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120
menit termasuk senam hamil 15-20 menit.

DAFTAR PUSTAKA

http://nursenurul.blogspot.com/2010/03/skrining-antenatal-pada-ibu-hamil.html

http://tiarapratiwi87.blogspot.com/2017/05/program-perencanaan-persalinan-dan.html

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-pelayanan-antenatal-atau-antenatal-care/14765/2

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-pelayanan-antenatal-atau-antenatal-care/14765/2

https://www.kompasiana.com/astutiyuni/551f779b813311466e9de2de/penggunaan-short-message-
service-sms-da

https://motherandbeyond.id/read/1792/deteksi-kehamilan-dengan-aplikasi-ponsel

http://ningindahkelasibuhamil.blogspot.com/2014/06/kelas-ibu-hamil-serta-langkah-langkah.html

http://isatriola.blogspot.com/2014/06/makalah-senam-hamil.html

Anda mungkin juga menyukai